Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
15304241033
PENDIDIKAN BIOLOGI A
Karakteristik biologi, objek yang dikaji seluruh benda alam, dikembangkan melalui
fakta empiris, melalui metode ilmiah, jika prosedur yang dilakukan sama maka jika dilakukan
kembali oleh orang lain akan sama, hasilnya objektif yakni, hanya memihak pada kebenaran
ilmiah tapi tidak menutup kemungkinan ada kesalahan.
Pembelajaran biologi, biologi sebagai hasil penemuan. Siswa menemukan fakta baru
sebagai saintific product dengan bukan hanya berdasarkan genering attitude namun juga
dengan sikap ilmiah (seperti, rasa ingin tahu) melalui saintific methode.
Pengukuran dalam pendidikan, menggunakan tes atau non tes. Tes, jika dikategorikan
benar salah. Non tes, tidak dapat dikategorikan benar salah, namun bisa positif atau negatif.
Misalnya non tes yaitu, hasil pengukuran sikap sosial.
Dari mata pelajaran Pendidikan biologi bertujuan menjadikan saintis yang terdidik
yang menghargai dan menghormati orang lain.
Penilaian dilakuan before learning, on learning, and after learning. Penilaian tidak
hanya berdasar pada pengukuran dapat juga berdasar observasi, dll.
Komponen kurikulum:
Struktur kurikulum
Materi pembelajaran
Kurikulum nasional diperoleh dari peraturan mentri. Berupa KI, KD, standar SKL.
Misalnya dalam KI terdapat kompetensi mengagungkan Tuhan, jika dalam islam mudah
karena tinggal mengaitkan dengan kitab suci Al-Qur’an yang merupakan sumber ilmu atas
kepercayaan penganutnya. Kemudian mencari ayat yang berkaitan atau mendukung pokok
pelajaran.
Menilai, misalnya menilai soal yang dibuat oleh guru apakah sudah sesuai atau belum
dengan substansinya.
Evaluasi program pada guru, seharusnya dilakukan oleh pengawas yang sesuai bidangnya
dengan guru. Jika guru biologi maka pengawasnya dari bidang biologi juga. Jumlah
pengawas sebaiknya sebanyak dengan bidang studi yang ada di sekolah.
Evaluasi program dapat juga dilakukan dengan melihat jumlah peserta didik yang lulus
dan ketrampilan yang didapatkan setelah lulus. Jika yang lulus banyak maka program
tersebut bagus sebaliknya jika yang lulus sedikit atau di bawah standar maka program
tersebut jelek dan perlu diganti.
Objek penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, sosial, sensosik, motorik, dan lain-lain
yang diterapkan sebelum, saat dan sesudah belajar. Bagaimana keadaan kemampuan
mengingatnya ketika sebelum, saat dan sesudah apakah semakin meningkat ingatannya
mengenai konsep yang diajarkan. Contoh aspek kognitif dari to remember sampai to creat
(ada enam kompetensi).
Anak dapat mengkonstruksi dengan baik jika memiliki banyak pengalaman yang Ia
dapatkan dari lapangan. Dalam bidang biologi diperoleh dengan cara pengamatan.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati fenomena kehidupan pada makhluk hidup,
meliputi, fenomena peristia (kejadian), fenomena benda, dan fenomenafaktual (fakta biologi).
RAGAM TEKNIK ASESMEN DAN BENTUK INSTRUMEN PENILAIAN DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI HUBUNGANNYA DENGAN BIOLOGI
Untuk menentukan status peserta didik dalam pembelajaran harus menggunakan alat
ukur yang shohih dan andal. Shohih artinya akurat, sedangkan andal artinya jika diulang-
ulang hasilnya akan tetap atau sama. Jika alat ukur tersebut akurat maka juga andal. Oleh
karena itu jika kita menggunakan alat yang tidak tepat (tidak sohih dan tidak andal), justu
akan merugikan peserta didik. Disebabkan karena Interprestasi (penafsiran) orang satu dan
yang lainnya berbeda-beda.
• Mendidik
• Terbuka/transparan
• Menyeluruh
• Objektif
• Sistematis
• Berkesinambungan
• Adil (fair)
1. Konvergen (memusat), ketika jawaban seluruh peserta didik sama (memusat). Banyak
sedikitnya akan menjadi konvergen.
2. Divergen (menyebar), testi yang satu dan yang lain memiliki peluang yang berbeda.
1. Skala Likert
Skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap dengan skala ordinal.
Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun
dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap pertanyaan
tersebut dapat diberikan angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan. Skala
Likert tidak terdiri dari hanya satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan selalu
berisi banyak item (multiple item measure)
2. Skala Thorstone
Skala Thurstone adalah skala uyang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval. Skala ini mirip dengan skala Likert karena merupakan
suatu instrumen yang pilihan jawabannya menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala
Thurstone dengan skala Likert, pada skala Thurstone rentang skala yang
disediakan lebih dari lima pilihan, dan disarankan sekitar sepuluh pilihan jawaban
(misalnya dengan rentang angka 1 s/d 11 atau a s/d k). Perbedaan skala Thurstone
dan Skala Likert ialah pada skala Thurstone interval yang panjangnya sama
memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu
sama.
3. Skala Bogardus
Skala Bogardus atau skala jarak sosial, secara kuantitatif skala ini berupaya
untuk mengukur “jarak sosial” antar individu (kelompok) atau sikap penerimaan
terhadap individu (kelompok) lain, mengukur tingkat jarak seseorang yang diharapkan
untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok lain. Dengan skala bogardus
responden diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan yang ada untuk melihat
jarak sosial terhadap grup etnik lainnya, masing-masing pertanyaan akan diberi skor
dan angka yang lebih tinggi mencerminkan jarak sosial yang lebih besar.
VALIDITAS INTRUMEN
Validitas dapat diibaratkan sebagai suatu alat ukur yang dinyatakan shahih,
jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi empiric sesuai
dengan apa yang diukur. Kesahihan bersifat spesifik yang berkaitan dengan tujuan
dan interpretasi serta mencerminkan ketunggalan konsep yang diukur.
Alat ukur harus memiliki sifat andal (reliable), yaitu jika digunakan untuk
mengukur berulang-ulang selalu menunjukkan hasil yang konsisten/ tetap / stabil.
Macam-macam validitas
1. Kesahihan isi (content validity)
Dalam kesahihan isi selalu berkaitan dengan apakah sampel alat ukur
yang digunakan sudah representative atau belum, karena sesuai dengan
tujuannya yaitu untuk mengetahui kemampuan atau ranah tertentu pada
diri subjek. Jika alat ukur tersebut berupa tes, maka butir-butir pertanyaan
yang ada diharapkan mampu mencerminkan kemampuan subjek setelah ia
dikenai tes.
2. Kesahihan konstruk (construct validity)
Dalam kesahihan konstruk maka yang dibahas adalah mengenai
pemenuhan validitas apakah hasil pengukuran benar-benar bermakna atau
benar-benar dapat diinterpretasikan atau apakah alat ukur yang digunakan
benar-benar mampu mengukur. Dengan kata lain, apakah setiap butir soal
sudah mencerminkan indikator variabel yang akan diukur. Jika setiap butir
soal sudah mencerminkan indikator dari kemampuan yang akan diukur
maka hasil pengukuran yang diperoleh benar-benar mengukur kemampuan
sebagai variabel yang diukur
3. Kesahihan dihubungkan dengan kriteria (criterion-related validity)
Dalam hal ini, kesahihan suatu alat ukur dibandingkan dengan alat
ukur lain yang memiliki standar atau bersifat baku sebagai patokan. Jika
hasil pengukurannya menujukkan korelasi yang sangat positif dengan hasil
pengukuran menggunakan alat ukur baku berarti alat ukur tersebut
memiliki kesahihan yang tinggi
4. Kesahihan muka (face validity)
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesahihan muka yang hanya dilihat
berdasarkan penampakan luarnya dan kesahihan ditinjau berdasarkan
pandangan orang yang lebih ahli yaitu ahli dalam ilmu dan dari segi
evaluasi atau bahasa
5. Kesahihan Antar Budaya (Cultural validity)
Kesahihan alat ukur tercermin dari keseragaman daya tangkap subjek
terhadap alat ukur yang bersangkutan.
Validitas atau kesahihan alat ukur juga harus dipenuhi dengan membuat alat ukur
sebaik mungkin yaitu antara lain dengan cara :
RELIABILITAS INSTRUMEN
Reliabilitas atau keandalan juga berkaitan dengan keajegan atau konsistensi.
Reliabilitas dapat berlaku pada tingkat suatu perangkat tes dan tidak berlaku pada
masing-masing item tes penyusun perangkat alat ukur. Menurut Frisbie (2005)
reliabilitas tes hasil belajar memiliki ragam yang rendah manakala peserta didik dapat
berhasil dalam belajarnya.
Tes dengan acuan kriteria atau dikenal dengan tes berbasis kompetensi atau
berbasis standar tidak menggunakan indek korelasi skor item dengan skor
totalnya karena akan menurunkan validitas isi dan validitas berdasarkan
kriteria.
Teknik belah dua, hasilnya juga menunjukkan korelasi yang tingi diantara
belahan pertama dan kedua . permasalahan yang muncul adalah bahwa kedua
belahan tersebut harus homogen. Dengan menggunakan program QUEST
akan diperoleh nilai realibilitas baik menurut teori klasik yaitu berupa indeks
reliabilitas untuk soal pilihan ganda. Untuk soal yang memiliki tujuan
mengukur penguasaan kompetensi maka digunakan adalah indeks persetujuan
atau indeks Kappa (Kappa index)
Metode bentuk paralel (equivalent) yaitu dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, susunan, tetapi butir-butir soalnya
berbeda. Dua tes terbut dicobakan kepada kelompok siswa yang sama, setelah
itu baru hasil dari kedua tes tersebut dikorelasikan. Koefisien reliabilitas dapat
diartikan sebagai koefisien keajegan atau kestabilanhasil pengukuran. Alat
ukur yang reliabel adalah alat ukur yang mampu membuahkan hasil
pengukuran yang stabil (Lawrence, 1994) dan konsisten (Mehrens &
Lehmann,1973: 102).
Ditinjau dari proses pemeriksaannya, suatu tes dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (1) Tes tipe subjektif; dan (2) Tes tipe objektif. Data hasil tes biasanya dikatagorikan
sebagai data yang berbentuk interval/rasio.
Dalam pemeriksaan tes tipe subjektif, ada factor lain di luar kemampuan
testi yang mempengaruhi proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor. Faktor di
luar kemampuan testi, misalnya: a) guru: emosi/perasaan, kelelahan, kecermatan;
dan b) siswa: tulisan, kerapihan. Macam-macam tes tipe subjektif:
Tes lisan
Tes uraian
Tes perbuatan/keterampilan.
2. Tes tipe objektif
Dalam pemeriksaan tes tipe objektif tidak ada faktor lain yang mempengaruhi
proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor yang akan diperoleh testi. Macam-
macam tes tipe objektif :
Benar-Salah (True-False)
Pilihan berganda (Multiple choice)
a) Pilihan ganda biasa
b) Hubungan antar hal (sebab-akibat)
c) Pilihan ganda kompleks
d) Menjodohkan.
Sedangkan berdasarkan tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
Tes kecepatan berfikir (Speed test)
a) Tes intelegensi
b) Tes keterampilan bongkar pasang alat
Tes kemampuan (kognitif atau psikomotorik) (Power test)
Tes pencapaian (Achievmement test)
a) Tes harian (formatif), untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa
sudah terbentuk (kognitif, afektif, psikomotorik) setelah mengikuti
suatu program tertentu.
b) Tes sumatif, untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah
materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari.
c) UAN
Tes kemajuan hasil belajar / tes perolehan (Assesment test), untuk
melihat hasil belajar setelah kegiatan dilakukan.
Tes diagnostic (Diagnostic test), untuk mencari, menyelidiki, atau
meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul.
Teknik non-tes digunakan untuk memperoleh data tentang aspek afektif atau
psikomotorik dari subjek yang diteliti. Instrumen penelitian bentuk non tes dapat berupa:
1. Wawancara (interview), dilakukan dengan cara menentukan tanya jawab langsung
antara pewawancara dengan yang diwawancara tentang segala sesuatu yang
diketahui oleh pewawancara. Agar hasil wawancara sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara harus:
a) Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada orang yang diwawancara.
b) Merekan pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban dari orang
yang diwawancara (responden).
2. Obsevasi/pengamatan (observation), dilakukan dengan cara orang yang melakukan
pengamatan (observer) mengadakan pengamatan langsung ke lapangan tentang
segala sesuatu yang ingin diketahui tentang objek yang diteliti.
3. Angket (questionnaire), adalah daftar pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab
atau diisi oleh responden. Berdasarkan kebebasan responden dalam menjawab
setiap pertanyaan, angket dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Angket terbuka,
Jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan tidak disediakan.
Responden bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai dengan
yang diinginkannya.
b) Angket tertutup
CARA PENETAPAN NILAI PESERTA DIDIK DAN CARA PELAPORAN HASIL ASESMEN
EVALUASI PEMBELAJARAN
A. Evaluasi penempatan
Berdasarkan hasil penilaian terhadap peserta didik sebelum mereka menempuh
program pembelajaran. Bertujuan untuk mengetahui penguasaan kemampuan
prasyarat seluruh peserta didik sebagai program yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yang akan diselenggarakan.
1. Peserta didik yang tidak menguasai kemampuan prasyarat harus remedy
2. Kemampuan yang sudah dikuasai peserta didik tanpa harus melalui proses
pembelajaran jangan ditargetkan sebagai kemampuan yang harus dikuasai
melalui proses pembelajaran yang akan diselenggarakan
3. Peserta didik yang berbeda karakteristik personalnya perlu mendapatkan
perhatian khusus.
B. Evaluasi formatif
Berdasarkan hasil penelitian formatif selama peserta didik sebagai penempuh
program pembelajaran mengikuti proses pembelajaran dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan program pembelajaran. Bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh seluruh peserta didik sebagai penempuh program pembelajaran akan berhasil
dalam mengikuti proses pembelajarn sampai akhir program dan mendiagnosis sebab
kegagalan seluruh peserta didik yang mengalami kesulitan belajar agar dapat
menguasai kemampuan yang ditargetkan dari program pembelajaran berdasarkan
kecakapan dan keterampilan yang dikuasainya sekarang.
C. Evaluasi sumatif
Berdasarkan kumulatif seluruh hasil penulaian sumatif sebagai hasil akhir peserta
didik dalam menempuh program diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah
semester dan ulangan akhir semester. Bertujuan untuk menentukan nilai akhir
seluruh peserta didik sebagai penempuh program pembelajaran agar dapat
dinyatakan berhasil atau gagal.