Anda di halaman 1dari 7

PAPER

“PENYEBAB TERJADINYA PENGGELAPAN PAJAK”

Disusun oleh :

Jepy Andung Pambudi 109 5111 171

Anis Permata Laksari 109 5111 164

Univeritas Teknologi Yogyakarta

September 2010
Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Pajak

Penyalahgunaan pajak merupakan tindakan kurang etis yang masih sering terjadi.
Pajak yang seharusnya bisa menjalankan fungsinya dengan baik sebagai budgetair menjadi
kurang efektiv. Terjadinya penyalahgunaan pajak dapat kita lihat dari dua sudut pandang,
yaitu dari sudut pandang wajib pajak dan yang kedua adalah dari sudut pandang pemerintah.

Dari sudut pandang wajib pajak berarti melihat kenyataan bahwa masih ada
sekelompok masayarakat yang kurang menyadari pentingnya pajak sebagai budgetair
sehingga mereka menghindarinya. Kemudian dari sudut pandang pemerintah, adanya
beberapa kasus penggelapan pajak oleh pemerintah (korupsi) yang nantinya berimbas pada
masyarakat bahwa mereka kurang mempercayai pemerintah.

A. Sudut Pandang Wajib Pajak

Dilihat dari sudut pandang wajib pajak berarti yang akan dibahas di sini adalah
mengapa banyak terjadi pengingkaran pajak. Menurut survey pada 16 orang di
forum.detik.com tentang factor-faktor yang menyebabkan masyarakat mengingkari pajak
yaitu tidak mempunyai pendapatan, lebih baik bayar zakat, benci gayus tambunan, tidak
cukup umur, dan benci institusi pajak. Hasil dari survey tersebut adalah sebagai berikut :

Grafik Faktor Pengingkaran Pajak

56.25%

25%
18.75%
0% 0%

Tidak Cukup Umur 1 Tidak Mempunyai Pendapatan


Lebih baik Bayar Zakat Karena Benci Gayus Tambunan
Karena Benci Institusi Pajak

Sumber : www.forum.detik.com

Dari hasil survey tertinggi di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah lebih rendah daripada kepercayaan masyarakat kepada Tuhan.
Kemudian diikuti oleh banyaknya masyarakat Indonesia yang pendapatannya masih kurang.
Kemudian yang ketiga adalah masyarakat kurang puas dengan institusi pajak di Indonesia.

Menurut okezone.com tanggal 6 oktober 2010, alasan masyarakat mengingkari


pembayaran pajak salah satunya karena msyarakat kurang puas dengan mekanisme pajak.
Menurut Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan Anshari Ritonga,” Banyak keluhan dari
masyarakat yang merasa kurang puas atau pengenaan pajaknya kurang adil dan kurang
mencerminkan ketentuan dalam Undang-undang”. Menurutnya mekanisme pemungutan
pajak yang dibuat ditjen pajak dibuat lebih menguntungkan petugasnya daripada wajib pajak.
Oleh sebab itu, perlu ada perbaikan di sektor mekanisme perpajakan agar lebih
menguntungkan wajib pajak.

Menurut observasi yang dilakuan Angga Pangestu (2010) dalam community.gunadarma.ac.id


factor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak adalah sebagai berikut tidak percaya kepada
pemerintah, kurang paham tentang mekanisme pembayaran pajak, memerlukan waktu yang lama
untuk membayar pajak, dan yang terakhir kurang puas dengan kinerja institusi pajak. Hasilnya
sebagai berikut

Grafik Penyebab Pengingkaran Pajak


38%
29%
23%
20%

tidak percaya kurang paham memerlukan kurang puas


kepada tentang waktu yang lama dengan kinerja
pemerintah mekanisme untuk membayar institusi pajak
pembayaran pajak
pajak

Melihat hasil survey ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kinerja di institusi perpajakan harus
dibenahi termasuk dalam pengawasannya.

Diberlakukannya self-assessment system sebagai dasar penghitungan pajak juga bisa dinilai
kurang efektiv karena jumlah pembebanan pajak tergantung pada kejujuran wajib pajak. Dan
biasanya, petugas di instansi perpajakan tidak mempermasalakan hal ini.
B. Sudut Pandang Pemerintah

Penyalagunaan pajak diliat dari sudut pandang pemerintah memang sering sekali kita
jumpai. Dalam hal sudut pandang pemerintah ini adalah tindakan korupsi. Korupsi terjadi
karena adanya beberapa penyebab yang bisa kita lihat dari aspek perilaku individu, aspek
organisasi pemerintahan, dan aspek perundang-undangan.

i. Aspek Perilaku Individu


Dalam teori kebutuhan Maslow, demikian dikatakan Sulistyantoro (2004)
korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan
yang paling bawah dan logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas
masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup, namum saat ini korupsi
dilakukan oleh orang kaya, pendidikan tinggi. Selanjutnya, poling yang dilakukan
oleh Malang Corruption Watch (MCW) berdasarkan jawaban dari 9273
responden, hasilnya menunjukkan sekitar 30,2% korupsi terjadi karena aspek
individu demi kepentingan pribadinya. Pola-pola penyimpangan yang terjadi
biasanya tidak bekerja pada saat jam kantor (14,2%), pemakaian fasilitas kantor
untuk kepentingan pribadi dan keluarganya (10%), dan (6)% adalah biaya
pengurusan sesuatu yang berkaitan dengan adminstarsi (MCW, 2004).
ii. Aspek Organisasi Kepemerintahan
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal,
2000). Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-
aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi
kurang adanya teladan dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, dan yang terakhir
adalah manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya

iii. Peraturan Perundang-undangan


Tindakan korupsi mudah timbul karena ada kelemahan di dalam peraturan
perundang-undangan, yang dapat mencakup adanya peraturan perundang-
undangan yang monolistik yang hanya menguntungkan pejabat pemerintah,
kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai, peraturan kurang
disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten
dan pandang bulu, dan yang terakhir adalah lemahnya bidang evalusi dan revisi
peraturan perundang-undangan. Beberapa ide strategis untuk menanggulangi
kelemahan ini telah dibentuk oleh pemerintah diantaranya dengan mendorong
para pembuat undang-undang untuk melakukan evaluasi atas efektivitas suatu
undang-undang secara terencana sejak undang-undang tersebut dibuat. Hasil
observasi yang dilakukan oleh Malang Corruption Watch (MCW) menunjukan
bahwa sekitar 22,2% korupsi terjadi di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
(MCW, 2004). Bentuk korupsi ini terjadi karena lemahnya peraturan perundang-
undangan didaerah.
iv. Aspek Pengawasan
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) serta
pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan masyarakat).
Dimana pengawasan ini kurang bisa efektif karena adanya beberapa faktor,
diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurang
profesionalismenya pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum
maupun pemerintahan oleh pengawas sendiri. Dan berkaitan dengan hal ini
pengawas sendiri sering kali terlibat dalam praktek korupsi. Di Indonesia,
pengawasan dilakukan oleh beberapa instansi, yaitu BPKP,Itwil,Irjen, dan
Bawasda.

Dengan demikian jelas bahwa perlu adanya kerjasama antara pihak wajib pajak dan
pemerintah sehingga fungsi budgetair dapat berjalan secara maksimal. Jika terjadi
penyimpangan pada salah satu atau malah penyimpangan keduanya, maka fungsi budgetair
pajak tidak akan berjalan maksimal.
Kesimpulan

Dari semua pembahasan mengenai penyebab adanya penyalahgunaan pajak, penulis


dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari segi wajib pajak,mereka kurang puas dengan kinerja pemerintah baik dari segi
pengawasan terhadap penggunaan dana pajak maupun kinerja institusi pajak.
Sehingga perlu diadakan pembenahan terhadap system perpajakan di Indonesia
2. Dari segi pemerintah, masih banyak tindakan menyimpang yang dilakukan oleh
pemerintah serta terdapat birokrasi yang mendukungnya.
3. Untuk mencapai fungsi budgetair yang maksimal, perlu adanya kerjasama antara
wajib pajak dan pemerintah.
Daftar Pustaka

1. www.economy.okezone.com
2. www.community.gunadarma.ac.id
3. www.forum.detik.com
4. Susanto, AA, 2002 Mengantisipasi Korupsi di Pemerintahan Daerah
5. http://www.transparansi.or.id/artikel/artikelpk/artikel15.html

Anda mungkin juga menyukai