DISUSUN OLEH
Yayan Kurniawan
22020117410008
JUDUL :
MASIH BANYAKNYA TENAGA DOSEN KEPERAWATANYANG BELUM MEMILIKI
KUALIFIKASI PENDIDIKAN BELUM S2
Latar belakang
Menempuh pendidikan di perguruan tinggi merupakan pintu utama bagi setiap
orang dalam mencapai cita-cita di masa depan. Sebagai peminatan dan prospek
lapangan kerja yang paling banyak di minati yaitu keperwatan hingga tahun
2024, menurut The US Bureau of Labor Statistic tahun 2017.
Dalam hal ini suatu perguruan tinggi dituntut untuk memiliki dosen yang
berkalifikasi yang baik serta berkualitas sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara berkualitas, yang pada akhirnya membawa pada output yang
berkualitas pula. Afriantoni, et al (2016)
Oleh sebab itu, perguruan tinggi yang merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional dan tempat kegiatan proses pembelajaran diharapkan mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademik yang
professional serta berkepribadian.
Dari data yang berhasil dihimpun dari kemenristekdikti jumlah tenaga dosen
yang masih berkualifikasi S1 mencapai angka 32.000 dosen keperawatan pada
tahun 2016 sementara data porlap ristek dikti wilah kopertis VI Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2017 tenaga dosen yang memiliki kualifikasi pendidikan
S1/Profesi atau yang belum jenjang master masih berjumlah 3.374. dimana
dengan rincian kualifikasi D4:241 orang,orang,S1: 2.195 orang, Profesi : 309
orang, Tanpa jenjang:269 orang sementara di pulau sumatra paling tinggi angka
dosen yang belum S2 adalah Sumatra utara yaitu 5.107 orang, dari sini kita bisa
melihat bahwa masih banyaknya tenaga pengajar baik yang masih aktif
mengajar ataupun sedang menjalani tugas belajar artinya status mereka masih
belum memenuhi kualifikasi pendidikan sebagaimana di undang-undang UU
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 46 ayat 2 tentang guru dan dosen bahwa diwajibkan
Solusinya
Dukungan pemerintah,bentuk dukungan pemerintah dalamk upaya
mengoptimalkan apa yang diamanatkan oleh undang-undang yaitu dengan
penyelengaraan beasiswa untuk studi lanjut ke jenjang program magiter (S2)
dan program doctoral (S3) melalui program LPDP, PMDSU, dan BUDI serta
masih banyak lagi lainya. Namun tentunya untuk meraih itu semua diperlukan
syarat-syarat dan kualifikasi tertentu,sehingga dengan ini diharapkan dosen-
dosen yang ingin melanjutkan pendidikannya dapat berkompetensi untuk
meraih beasiswa tersebut.
Berdasarkan monitoring dan evaluasi tim Dikti bahwa terobosan ini terbukti
efektif dan cukup berhasil dalam menarik minat para lulusan S1 unggul untuk
mengikuti PMDSU dengan dibawah bimbingan professor-profesor handal dan
memiliki publikasi penelitian internasional.
Program PMDSU ini pun juga dapat meningkatkan sinergi antara pendidikan
dan penelitian, sehingga peningkatan jumlah doctor yang memiliki atmosfer
penelitian yang unggul pun dapat dipercepat (Kemenristekdikti, 2015).
Hal ini terbukti sepanjang 2016 jumlah dosen S2 dan S3 mengalami
peningkatan. (Kemenristekdikti, 2016).
Disamping itu program akreditasi pada perguruan tinggi pun dapat memacu
bagi tenaga pendidik yang masih berkualifikasi pendidikan sarjana untuk
melanjut ke level master. Sehingga kedepan nya diharapkan perguaruan tinggi
tersebut berkualitas dan meluluskan lulusan yang yang professional
(Sin, et al.,2017)
Transformasional leadership.
Kesimpulan.
Dengan masih banyaknya dosen yang memiliki kualifiksi belum S2
sehingga melalui Undang-undang No 14 tahun 2005 ini diharapkan target
pencapaian kualifikasi dosen dapat meningkat.
Pemerintah telah serius dan berupaya dalam membantu meningkatkan
mutu pendidikan dosen tersebut dengan menyelenggarakan program beasiswa
yang dapat mengantarkan dosen-dosen agar dapat melanjutkan ke tingkat S2
dan S3, dan inin terbukti bahwa meningkatnya kualifiksi dosen S2 dan S3
sepanjang 2016. Selain daripada program pemerintah tersebut tenaga pengajar
membutuhkan system yang mampu memotivasi semngat mereka agar menjadi
lebih baik dan berkualitas melalui model kepemimpinan transformasional,
sehingga kedepannya diharapkan mampu menghsilkan lulusan yang kompeten
dan memiliki nilai jual dipasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Afriantoni, et al. 2016. Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Tinggi: Sebuah Tinjauan Aktual
Terhadap Praktik Pendidikan Tinggi di Indonesia. Yogyakarta: Deepublish
Http:www.kopertis12.or.id/2016/07/kemenristekdikti-32.000-dosen-stikes-tidak-memenuhi-
syarat-masih-s1 retrieved,13/10/2017,16.15 WIB.
Http://kopertis6.or.id/akreditasi/2119-masih-banyak-dosen-pts-berkualifikasi-s1-dan-
div.html,01/10/2017,20.05.
Sin, C., Tavares, O., & Amaral, A. (2017). The impact of programme accreditation on
Portuguese higher education provision. Assessment & Evaluation In Higher Education,
42(6), 860-871. doi:10.1080/02602938.2016.1203860
Hacker&Robberts.2004.Nursing Leadership and Management theories process practice.Oak
Park.Il:West Suburan College of Nursing.
Usman, H. 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit PT. Bumi Aksara
Delgado, C., & Mitchell, M. M. (2016). A Survey of Current Valued Academic Leadership
Qualities in Nursing. Nursing Education Perspectives (National League For Nursing),
37(1), 10-15. doi:10.5480/14-1496.
Raholm, M., Lofmark, A., Henriksen, J., & Slettebø, A. (2016). Nurse Education--Role
Complexity and Challenges. International Journal For Human Caring, 20(2), 76-82.
Adams V.W. The challenges of USA nursing education to meet local, regional and global
need.
Https://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%2044%20Th%202009
%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF diakses 23/10/2017.1520