Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Definisi pengembangan

Istilah perkembangan (Development) hampir dapat diartikan secara

dekat dengan pertumbuhan (growth). Keduanya dapat diartikan adanya

perubahan dari suatu keadaan menjadi keaadaan yang lain. Sebagaimana yang

dijelaskan Monk dkk. Dalam (Rumini, dkk. 2006) bahwa istilah pertumbuhan,

khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi fisik

yang murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifar-

sifat yang khas mengenai gelajala psikologi yang tampak.

Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (R & D) adalah proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang

terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang

akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang

pengujian dalam pengaturan dimana ia akan digunakan akhirnya, dan

merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap

mengajukan pengujian, dalam program yang lebih ketat R & D, siklus ini

diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi

tujuan perilaku didefinisikan (Borg and Gall (1983:772). Menurut Richey

(1994) penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap

8
pendesainan, pengembangan dan evaluasi program , proses dan produk

pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan

efektifitas.

Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)

adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tersebut (sugiyono, 2012).sementara menurut

Subaer dalam Iwan (2012), Research and Development adalah kerja kreatif

yang dilakukan secara sistematis untuk menambah khasanh pengetahuan dan

memanfaatkannya untuk merancang berbagai aplikasi, sedangkan menurut Upu

dalam Iwan (2012), bahwa model pengembangan pembelajaran adalah

seperangkat prosedur yang sistematis dan berurutan dalam melakasanakan

pengembangan pembelajaran.

Sugiyono (2014: 239) memberikan pengertian bahwa pengembangan

adalah memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. Kegiatan

pengembangan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang

diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang

dianggap memadai. Selanjutnya ia berpendapat bahwa dalam bidang

pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian Research and

Development (R & D) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas,

pendidikan yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan

dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang

9
spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media

pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem

evaluasi, model uji kompetensi penataan ruang kelas untuk model pembelajaran

tertentu. Sugiyono (2016:412) mengatakan bahwa Penelitian dan

pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau

menyempurnakan produk yang sudah ada.

2. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Widodo & Jasmadi, 2008: 40). Pengertian ini menjelaskan

bahwa suatu bahan ajar harus dirancang dengan prosedur yang sesuai demgan

kaidah intruksional. Sehingga, pendidik baik itu dosen, guru, tutor, pelatih, dsb)

akan sangat terbantu dengan adanya bahan ajar, serta dosen/guru akan

mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing peserta didik dalam proses

belajar-mengajar. Bahan ajar isinya harus sesuai dengan kurikulum yang

berlaku. jika kurikulumnya berubah, bahan ajar perlu diganti, atau sekurang-

krangnya dibenahi agar sesuai dengan kurikulum terbaru. (Wiyanto &

Grhatama, 2012: 38).

10
Melihat penjelasan di atas, penulis bahan ajar baik secara individu maupun

kelompok, perlu memahami kurikulum, menguasai materi ajar, dan mampu

menyajikannya dengan baik dan benar. Peran seorang guru dalam merancang

ataupun mentusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar

dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar, guru

akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua

kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Daryanto (2014: 171-172) bahan ajar disusun dengan tujuan:

1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan mahasiswa, yakni bahan ajar yang sesuai

dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial mahasiswa.

2) Membantu mahasiswa dalam pemperoleh alternatif bahan ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3) Mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat penyusunan bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu

manfaat bagi dosen dan mahasiswa. Menurut Daryanto (2014: 172) manfaat

penyusunan bahan ajar bagi dosen, yaitu: 1) Diperoleh bahan ajar yang

sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa.,

2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh.,

3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai

referensi., 4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dosen

11
dalam menulis bahan ajar., %) Membangun komunikasi pembelajaran yang

efektif antar dosen dengan mahasiswa karena mahasiswa akan merasa lebih

percaya kepada dosen.

Selanjutnya, Menurut Daryanto (2014: 172) Manfaat penyusunan bahan

ajar bagi mahasiswa , yaitu: 1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih

menarik, 2) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi

ketergantungan terhadap kehadiran dosen., 3) Mendapatkan kemudahan

dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

c. Bentuk Bahan Ajar

Berikut adalah bentukk-bentuk ajar menurut Kurniasih ( 2014: 60-65)

1) Buku

Buku yang ditulis oleh seorang penulis atau pengajar tentulah harus

berisikan buah pikirnya. Akan tetapi buku tersebut haruslah diturunkan dari

KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna

sebagai bahan ajar sebagai peserta didik yang mempelajarinya.

2) Modul

Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis

sehingga pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang dosen atau

fasitator.

3) Handout

Handout berfungsi untuk membantu mahasiswa agar tidak perlu mancatat

dan sebagai pendamping penjelasan dosen.

12
d. Karakteristik Bahan Ajar

Karakteritik bahan ajar menurut Widodo (2008: 50), yaitu :

1) Self instructional, melalui bahan ajar peserta didik dapat membelajarkan

dirinya sendirinya. Di dalam bahan ajar harus memuat mengenai tujuan

pembelajaran yang jelas agar peserta didik dapat mengukur pencapaian hasil

belajarnya.

2) Sel sontained, di dalam bahan ajar harus berisi satu kesatuan materi yang

utuh.

3) Stand alone, bahan ajar yang dikembangkan bisa digunakan sendiri tanpa

harus melibatkan bahan ajar yang lain.

4) Adaptive, bahan ajar hendaknya menyesuaikan dengan perkembangan

teknologi yang ada sesuai dengan kurikulum berlaku.

5) User friendly, bahan ajar haruslah sesuai dengan perkembangan

penggunaannya sehingga peserrta didik dapat dengan mudah memahami isi

bahan ajar tersebut.

e. Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar

Penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran harus memerhatikan

beberapa prinsip. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran

meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan

13
1) Prinsip Relevansi

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara

materi dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya

dalam menyajikan konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh, dan pelatihan

harus berkaiatan dengan kebutuhan materi pokok yang terkandung dalam

standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga peserta didik dapat dengan

mudah mengidentifikasi dan mengenali gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep

dan memahami prosedur dalam pencapaian suatu sasaran tertentu.

2) Prinsip Konsistensi

Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian

kompetensi. Dalam penyusunan bahan ajar yang harus diperhatikan adalah

indikator yang harus dicapai dalam kompetensi dasar. Apabila terdapat dua

indikator maka bahan yang digunakan harus meliputu dua indikator tersebut.

3) Prinsip Kecukupan

Prinsip kecukupan artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai

dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi yang diajarkan. Materi

tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Apabila materi yang

diberikan terlalu sedikit, maka peserta didik akan kurang dalam pencapaian

tujuan pembelajaran. Apabila materi yang diberikan terlalu banyak, maka

peserta didik akan merasa bosan dan pembelajaran membutuhkan waktu yang

14
banyak. Padahal yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah materi yang

sesuai dengan kompetensi dasar baik dalam segi isi maupun banyaknya materi.

f. Komponen Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Daryanto (2014) komponen-komponen yang terdapat dalam

bahan ajar meliputi:

1) Pedoman Pendidik, Pedoman pendidik berisi petunjuk-petunjuk pendidik agar

pengajaran dapat diselenggarakan secara efesien, juga memberi penjelasan

tentang:

a) Macam-macam yang harus dilakukan oleh pendidik.

b) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan bahan ajar itu.

c) Alat-alat pengajaran yang harus digunakan.

d) Petunjuk-petunjuk evaluasi.

2) Lembar kegiatan peserta didik.

Lembar kegiatan ini, menurut materi pembelajaran yang harus dikuasai

oleh peserta didik dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi

langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh mahasiswa. Dalam lembaran

kegiatan, tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.

3) Lembar kerja

Lembar kerja ini menyertai lembar kegiatan peserta didik, digunakan untuk

menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang harus

dipecahkan.

15
4) Lembaran tes

Lembaran tes yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai alat pengukur

keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan. Jadi,

lembaran tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan peserta didik dalam

mempelajari bahan yang disajikan dalam bahan ajar.

g. Jenis bahan ajar

Berbagai pendapat sebelumnya dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah

seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan

atau suasana yang memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Dengan

demikian (Hamalik, 2012) mengelompokkan bentuk bahan ajar menjadi 4,

yaitu: a) bahan cetak (printed) antara lain handout, buku modul, LKS, brosur,

leafet, wallchart, foto/gambar, madul/market; b) bahan ajar dengan (Audio)

seperti kaset, radio, VCD, compact disk audio; c) bahan ajar pandang dengar

(audio visual) seperti video, film; d) bahan ajar interaktif ( interactive teaching

material) seperti compact disk interaktif.

Ada dua bentuk bahan pembelajaran yaitu 1) bahan pembelajaran yang

‘’Didesain’’ lengkap, artinya bahan pembelajaran yang memuat semua

komponen pembelajaran secara utuh, meliputi: tujuan pembelajaran atau

kompetensi yang akan dicapai kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa,

materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, ilustrasi/media dan peraga

pembelajaran, latihan dan tugas, evaluasi dan umpan balik. 2) bahan

pembelajaran yang ‘’didesain’’ tidak lengkap, artinya bahan pembelajaran yang

16
didesain dalam bentuk komponen pembelajaran yang terbatas, seperti dalam

bentuk sumber belajar, media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan

sebagai alat bantu ketika tenaga pendidik dan siswa melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Contoh kelompok bahan pembelajaran ini meliputi,

pembelajaran dengan buku teks, peta, globe, model kerangka manusia, dan

sebagainya.

Lebih lanjut Depdiknas (2008a) menjabarkan fungsi bahan ajar sebagai

berikut

a. Pedoman bagi dosen yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang

seharusnya diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus sebagai subtansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari atau dikuasi.

c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

Penyusunan bahan ajar memberikan beberapa menfaat bagi dosen dan

peserta didik sebagaimana diuraikan dalam depdiknas (2008a) sebagai

berikut.

h. Model-model Pengembangan Bahan Ajar

Pelaksanaan pengembangan bahan ajar diperlukan model-model pengembangan

pembelajaran sesuai dengan sistem pendidikan, sehubungan dengan itu sds

beberapa model pengembangan pembelajaran. Dalam pengembangan bahan ajar

17
dikenal dengan tiga macam model pengembangan bahan ajar, yaitu: model

Dick-Carey, Model 4-D dan Model Kemp (Sudjana,2005).

Secara umum setiap model terdiri dari 4 (empat) tahap: pertama, tahap

pendefinisian (defini), yaitu tahapan yang bertujuan untuk menentukan dan

mendefinisikan kebutuhan pembelajaran, tahapan perencanaan (design), yaitu

(develop), yaitu bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran; dan

keempat tahap penyebaran (disseminate), yaitu tahap penggunaan perangkat

yang dikembangkan.

1. Pengembangan perangkat model Dick-Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey,

dikembangakan oleh Walter Dick & Lou Carey . Pada pendekatan ini

terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses

pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-

langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi sebagaimana

ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembangan perangkat

yang mengikuti urutan secara acak dan berhasil mengembangkan perangkat

yang efektif. Model pengembangan Dick & Carey mirip dengan model

pengembangan perangkat kemp.

2. Pengembangan perangkat model Kemp

Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang continue, tiap-

tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.

Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para

18
pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun, namun karena

kurikulum yang berlaku secara nasional dan berorientasi pada tujuan, maka

seyogyanya proses pengembanngan itu dimulai dari tujuan (Trianto, 2009).

3. Model perangkat 4-D

Model pengembangan perankat seperti disaranka oleh Thiagarajan, dan

Semmel (1974) adalah model 4-D. Model ini terdiri dari empat tahap

pengembangan, yaitu define, design, develop, dan disseminate.

i. Bahan ajar sebagai faktor penunjang hasil belajar

Beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar belum optimal, antara lain;

pertama, belum tersedianya bahan ajar yang relevan dan sesuai dengan

karakteristik peserta didik. Bahan ajar yang digunakan selama ini hanya

berbentuk buku teks sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif

rendah akan mengalami kesulitan mememahami isi bacaan. Penelitian Bas

(2011) menunjukkan bahwa pembelajaran yang hanya didasarkan pada buku

teks dapat menyebabkan prestasi belajar dan sikap peserta didik terhadap

pembelajaran rendah. Isi buku teks tidak menyajikan contoh-contoh aplikasi

pengetahuan pada dunia kerja. Pikiran peserta didik belum diarahkan untuk

mengaitkan pengetahuan pada buku dengan fungsi pengetahuan tersebut pada

dunia nyata. Buku teks yang ada di sekolah menyajikan konsep audio dan video

secara terpisah, padahal kedua konsep tersebut berkaitan. Cara penyajian materi

pada buku terks cenderunh kaku dan tidak berdasarkan tingkat pengembangan

peserta didik.

19
Kedua, peserta didik merasa sudah belajar apabila menyelesaikan pekerjaan

rumah (PR) . sifat PR yang diberikan pengajar cenderung mengulang materi

telah dibelajarkan di sekolah. Pikiran peserta didik belum diarahkan untuk

melakukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh. Disamping itu,

peserta didik juga belum memahami hakikat belajar bagaiaman belajar sehingga

PR cenderung menjadi sebuah latihan dan bukan menjadi praktek pengetahuan

dan keterampilan dalam dunia nyata. Ketiga, pengetahuan konseptual dan

prosedural sulit dipahami peserta didik apabila disajikan dengan kata-kata saha

(baik lisan maupun tertulis). Begitu pula pendapat Mayer (2003) yang

menyatakan bahwa orang akan dapat belajar lebih baik dari kata-kata dan

gambar dari pada dengan kata-kata saja. Kata-kata dapat disajikan secara lisan

maupun tertulis. Gambar dapat berupa gambar diam maupun bergerak. Pesan-

pesan pembelajaran dikelas selama ini belum mengakomodasi modalitas belajar

peserta didik. Keempat, peserta didik belum optimal melakukan kerja sama

dalam menyelesaikan proyek. Kecenderungan terjadi yaitu peserta didik belum

mampu memecahkan masalah secara kelompok kolaboratif melalui tukar

pendapat maupun memberikan solusi inovatif

j. Menganalisis Kebutuhan Bahan Ajar

Bahan ajar haruslah sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh

pemerintah dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik ketika

mempergunakannya. Banyak hal yang harus dilakukan ketika hendak membuat

20
bahan ajar, yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh

peserta didik, diantaranya adalah:

1) Analisis SK, KD dan Indikator

Analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dilakukan untuk

memastikan kompetensi-kompetensi apa saja yang memerlukan bahan ajar.

2) Analisis Sumber Belajar

Analisis terhadap bahan ajar ini diantaranya adalah ketersediaan, kesesuaian,

dan kemudahan dalam memanfaatkannya dengan cara mengiventarisasikan

ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan

3) Memilih dan Menentukan Bahan Ajar

Pemilihan dan penentuan bahan ajar bertujuan untuk memenuhi salah satu

kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai

kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan

kecocokan dengan capaian pembelajaran yang akan diraih oleh mahasiswa.

Standar Kompetensi Indikator


Kompetensi Dasar

Bahan Ajar Kegiatan Materi


Pembelajaran Pembelajaran

Gambar 2.1

Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar (Daryanto, 2014)

21
k. Jenis-jenis Bahan Ajar

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kegiatan

belajar mengajar adalah bahan ajar. Bahan ajar adalah sekumpulan sumber/alat

belajar yang memungkinkan peserta didik dan dosen melakukan kegiatan

belajar mengajar. Tersedianya bahan ajar merupakan salah satu faktor yang

menunjang proses pembelajaran yang berjalan baik dan dapat meningkatkan

mutu pendidikan. Bahan ajar memberikan kemudahan dan dapat membantu

dosen dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegitan belajar mengajar

dikelas. Bahan ajar yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar

berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajarn (RPP).

1. Silabus

Silabus merupakan rancangan pembelajaran yang berisi rancana bahan

ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasildari

seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurilum, yang

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat’’ (Majid,

2006). Seleksi pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum

pada dasarnya untuk mempermudah: (1) menganalisa kompetensi yang akan

diajarkan kepada mahasiswa, (2) mengembangkan kompetensi sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri,dan (3)

memonitoring ketercapaian kompetensi.

Definisi BSNP yang dikutip Wina (2008) silabus merupakan rencana

pembelajaran pada suatu dan atau kelompok pembelajaran/ tema tertentu

22
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Sejalan dengan pendapat diatas, menurus Zainal (2011) silabus

merupakan “uraian yang lebih terperinci mengenai standar kompetensi dan

kompetensi dasar, hasil belajar, indikator hasil belajar”. Silabus inilah yang

akan dijabarkan dan dikembangkan menjadi rencana pelaksanaan

pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajran yaitu penduan langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran yang disusun

dalam bentuk skenario kegiatan untuk mempermudah dosen dalam

melaksanan pembelajaran dikelas. Segala komponen yang tertuang dalam

RPP membuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas

pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan

pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar.

RPP yang dimaksud dalam penelitian adalah RPP berkarakter yang

menggunakan model pembelajaran langsung. Langkah-langkah

pembelajaran dikembangkan mengadopi sintaks pembelajaran langsung

yang memodifikasi dan disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan

diajarkan, dengan kata lain bahwa sintaks yang dikembangkan berkaitan

dengan cara penyampaian materi pembelajaran.

23
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah RPP yang mudah

dilaksanakan oleh dosen dalam mencapai pembelajaran. Oleh karena itu, apa

yang tertuang dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan

aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu

kompetensi dasar.

Beberapa karakteristik RPP yang baik antara lain

(Depdiknas. 2008):

1. Tujuan; tujuan yang terkandung dalam kompetensi dasar, ketetapan

penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil

belajar, kejelasan rumusan indikator hasil belajar, kesesuaian indikator

pencapaian hasil belajar dengan tingkat perkembangan siswa.

2. Matei yang disajikan; kebenaran materi/isi. Materi dikelompokkan

dalam bagian-bagian yang logi, kesesuaian materi dengan metode

penyajian, kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan intelektual

peserta didik.

3. Sarana dan alat bantu pembelajaran; dukungan sarana yang digunakan

dalam proses pembelajaran langsung, kesesuaian alat bantu dengan

materi pembelajaran.

Komponen penting yang harus ada dalam RPP adalah; (1) standar

kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator pencapaian hasil belajar,

(4) tujuan pembelajarn, yang berisi penguasaan kompetensi yang

24
operasional yang ditargetkan/yang akan dicapai dalam RPP, (5) matei

pembelajarn, berupa materi yang disampaikan untuk mencapai tujuan

pembelajarn, matei dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok

dalam silabus (6) pendekatan, strategi, metode, ataupun model

pembelajaran,(7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, pada dasarnya

langkah-langkah kegiatana pembelajaran memuat unsur kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Tetapi dalam

pengembangannya , dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan

menggunakan urutan sintaks sesuai dengan karakteristik model

pembelajaran yang dipilih.

Alur penyusunan RPP sebagai berikut (Depdiknas, 2008).

SK dan KD Sulabus RPP

Keterangan : SK = Standar kompetensi

KD = Kompetensi Dasar

RPP = Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

l. Deskripsi Mata Kuliah Embedde Sistem Elektronika Industri

Embedded System, yang dapat diterjemahkan sebagai “Sistem Tertanam”

merupakan sistem berbasis komputer (computer based) yang diprogram hanya

25
untuk satu (atau sejumlah sangar terbatas) tugas tertentu, dan ditanamkan sebagi

satu bagian didalam sistem komputer atau didalam satu peralatan dan kadang-

kadang tidak menampakkan bahwa peralatan itu dikendalikan oleh komputer.

Karena penggunaan komputer disini ditunjukkan untuk tugas tertentu saja ,

sistem ini disebut juga sistem dedicated (tujuan khusus). Sistem tertanam

berbeda dari komputer pribadi (personal computer,PC) yang diprogram untuk

mempunyai kemampuan pengolahan yang beraneka ragam dengan kerumitan

yang bervariasi. Contoh sistem tertanam ini antara lain: pengatur lampu rambu-

rambu lalu-lintas, robot, mesin cuci, video recorder. Sistem elektronika movil

dan sebagainya. Sistem tertanam dapat dicirikan sebagai berikut:

a. Sistem tertanam ditujukan hanya untuk tujuan khusus (dedicated).

b. Sistem tertanam diharapkan berukuran kecil dan berharga murah.

c. Sistem tertanam berinteraksi secara waktu nyata (real time) dengan dunia

luar

d. Sistenm tertanam harus beroperasi dengan catu daya minimal.

e. Program operasional sistem tertanam disimpan dalam ROM (kebanyak

Flash ROM.

B. Kajian teori yang relevan

Penelitian pengembangan terdahulu yang relevan sebagai baha

pertimbangan dalam penelitian ini adalah :

(Fatih, 2015) Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Pengembangan

Modul Pembelajaran Kerja Bengkel Elektronika Berbasis Problem Solving

26
Kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Mekatronika Di Smk Ki Ageng

Pemanahan Bantul” Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan untuk

modul pembelajaran Kerja Bengkel Elektronika dengan pendekatan model

pengembangan Borg & Gall yang diringkas oleh Anik Ghufron. Model ini

mempunyai empat tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan,

tahap uji coba lapangan dan tahap diseminasi. Pengembangan ini menghasilkan

produk berupa modul pembelajaran Kerja Bengkel Elektronika berbasis

problem solving di SMK Ki Ageng Pemanahan Bantul. Standar kompetensi

yang digunakan adalah melaksanakan pekerjaan bengkel elektronika

27
C. Kerangka Pikir

Dalam keperluan penelitian dan pengembangan, seorang peneliti harus

mengelolah tentang pentingnya langkah-langkah dalam mengelolah bahan ajar.

Adapun langkah-langkah umum dalam penelitian dan pengembangan sebagai

prosedur yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan sebagai berikut:

Analisis Kebutuhan Pembuat Bahan Ajar

Rancangan Bahan Ajar Mata Kuliah


Pengantar Pendidikan

Validasi Produk

Revisi Bahan Ajar

Bahan Ajar Siap Produksi

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir

28
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Sistem

Instrumentasi dan Pengukuran Alat Listrik ?

2. Bagaimana tingkat kelayakan bahan ajar pada mata kuliah Sistem

Instrumentasi dan Pengukuran Alat Listrik berdasarkan penilaian ahli materi

dan ahli media/desain (validator) ?

29

Anda mungkin juga menyukai