PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Forced convection
B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui harga koefisien transfer panas daripada permukaan pipa
bagian dalam ke udara yang mengalir didalamnya.
C. Latar Belakang
Fenomena perpindahan panas berperan penting dalam beberapa persoalan
industri dan lingkungan.Sebagaimana tempat penting pada produksi dan konversi energi.
Tidak hanya satu penggunaan dalam tempat ini yang tidak melibatkan efek perpindahan
panas dalam berbagai proses. Di dalam pembangkit tenaga listrik, baik
menggunakan bahan bakar nuklir, minyak, magneto hidrodinamik atau mengggunakan
sumber bumi ada begitu banyak persoalan perpindahan panas yang harus
dipecahkan.Adapun persoalan dalam perpindahan panas itu melalui proses konduksi,
konveksi dan radiasi. Sedangkan hal yang sering terjadi suatu tantangan adalah
diperlukan laju perpindahan panas semaksimal mungkin dan menjaga dalam satu
kesatuan tentang ketahanan material pada lingkungan bertemperatur tinggi. Seperti
halnya pada perpindahan panas secara konveksi.Perpindahan panas konveksi tergantung
kepada viskositivitas sifat termal fluida. Hal tersebut dapat dimengerti karena
viskositivitas mempengaruhi profil kecepatan sehingga mempengaruhi laju perpindahan
energi di daerah dinding.Dalam proses perpindahan panas secara konveksi paksa
yang mana alirannya disebabkan oleh beberapa cara yang berasal dari fan, pompa,
blower. Seperti halnya proses perpindahan panas konveksi paksa dalam pipa dengan
menggunakan blower DC.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Defenisi Percobaan
Konveksi untuk menunjukkan pada perpindahan panas yang akan terjadi
antara permukaan dan fluida yang bergerak ketika mereka berada pada
perbedaan temperatur. Perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme
yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan molekular acak dan
ada juga energi yang dipindahkan oleh pergerakan secara microskopis dari
fluida. Perpindahan panas konveksi yang terjadi antara fluida yang bergerak dan
batas permukaan, ketika keduanya berada pada temperatur yang berbeda.
E. Kondisi Aliran
Kondisi aliran dalam pipa bulat dengan jari-jari ro merupakan aliran laminar
dimana fluida memasuki pipa dengan kecepatan yang seragam. Fluida berkontak
langsung dengan permukaan di dinding pipa dan efek viskos berperan penting
sedangkan lapisan batas berkembang dengan pertambahan X. Adapun
perkembangan terjadi akibat pengecilannya daerah aliran yang tidak berviskos
dan menghasilkan pertemuan lapisan batas pada garis pusat pipa.
dengan:
vs = kecepatan fluida, ρ = kerapatan (densitas) fluida.
L = panjang karakteristik,
μ = viskositas absolut fluida dinamis,
ν = viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
F. Lapisan Batas
Lapisan batas merupakan bagian dari permasalahan mekanika fluida yang
merupakan lapisan yang terbentuk karena adanya gesekan antara fluida yang
mengalir dengan permukaan benda yang disebabkan adanya viskositas dari fluida
yang melewati benda tersebut. Kedudukan lapisan batas pada ilmu mekanika
fluida dapat dilihat pada diagram berikut ini yang menjelaskan tentang hubungan
bagian dari cabang mekanika fluida(Genick, 2010):
Konsep lapisan batas ditemukan oleh Ludwig Prandlt pada tahun 1904 yang
merupakan seorang ahli aerodinamika Jerman (Schlichting,1979). Prandtl
mengklasifikasikan aliran yang melewati suatu kontur permukaan
menjadi dua daerah, yaitu :
1. Daerah di dalam lapisan batas (dekat permukaan kontur) dimana efek
viskositas sangat berpengaruh (viscous flow)
Daerah ini sering disebut sebagai lapisan batas laminer(laminar boundary
layer), adalah suatu lapisan tipis yang berada di sebelah dari perbatasan benda.
Pada kawasan ini kecepatan aliran adalah nol pada dinding, dan bertambah
dengan cepatnya dalam perbandingan terhadap kecepatan permukaan bebas.
Dalam kawasan lapisan batas, distribusi kecepatan sangat dipengaruhi oleh gaya
geser.
2. Daerah di luar lapisan batas dimana efek viskositas diabaikan (inviscid
flow)
Pada daerah ini pengaruh viskositas sangat kecil sehingga cenderung diabaikan,
gaya geseran dapat diabaikan bila dibandingkan dengan gaya inersia. Dalam hal
ini fluida dapat dianggap inviscid (non viscous) dan tanpa rotasi (irotasi).
Angin laut bertiup pada siang hari. Daratan yang memiliki kalor jenis
kecil, pada siang hari lebih cepat menyerap panas matahari dibandingkan dengan
lautan yang memiliki kalor jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di atas
daratan lebih tinggi daripada suhu udara di atas permukaan laut. Daratan yang
mempunyai suhu lebih tinggi menyebabkan tekanan udaranya lebih kecil daripada
tekanan udara di atas laut dengan suhu udara lebih rendah. Karena tekanan udara
di atas laut lebih besar, terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Udara yang
mengalir dari laut ke darat disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari,
daratan yang memiliki kalor jenis kecil lebih cepat melepas panas dibandingkan
dengan lautan yang memiliki kalor jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di
atas daratan lebih rendah daripada suhu udara di atas lautan. Karena suhu udara di
atas lautan tinggi, tekanan udaranya rendah. Terjadilah aliran udara dari darat ke
laut. Udara yang mengalir dari darat ke laut disebut angin darat.
BAB III
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat
1. Satu set alat forced convection
2. Compressor
B. Metode
Prosedur Kerja
1. Percobaan ini dimulai sesudah tercapai panas yang setimbang,baru
dapat dimulai percobaan yang sesungguhnya.
2. Temperatur udara masuk diukur untuk mengukur aliran udara.
3. Sumber arus diatur dengan menggunakan elektrik heater TAP
SELECTOR pada dinding luar dengan temperatur (t10) di bawah
1000C.
4. Air flow meter dengan tekanan 1,033 kg/cm3.0C,untuk merubah
menjadi Ta dan Pa.
5. Tenaga listrik untuk pipa dibaca pada AC ammeter dan AC
Voltmeter.Untuk masing-masing dinding luar pipa.Untuk temperatur
dinding luar untuk titik dapat diukur dengan termokopel.
C. Gambar Rangkaian Percobaan
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
Flow Rate Temp Press Amp Volt OUTSIDE SURFACE WALL TEMP OR TUBE
SYM V Ta ∆𝒑 A V To (i)
UNIT ℃ mmHg A V ℃
INST DIGITAL THERMOMETER
t11 t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10
1 20 26,6 0,25 10 1,2 30,6 31,4 31,7 31,9 32,1 33,3 34,3 36,1 37,5 40,1
2 30 26,7 0,35 10 1,2 31,2 31,9 31,9 32,7 33,4 33,7 35,0 37,3 39,2 40,1
3 40 26,8 0,5 10 1,2 30,6 31,4 31,9 32,1 32,5 33,0 34,3 36,6 38,6 40,9
C. Konversi :
1 mmHg = 13,6 mmH2O = 13,6 . 10-4 Kg/cm2
1 Atm = 1,033 . 104 Kg/m2
1P = 1 gr/cm . dtk
D. Nilai Reynold
Re ≤ 2100 = Aliran Laminer
Re ≥ 4000 = Aliran Turbulen
2100≤Re≥4000=AliranTransisi
B. Pembahasan data ke 3
1. Menghitung Tekanan Absolut
𝑝a = 1,033 +∆𝑃
= 1,033 + 0,5kg/cm2
𝑘𝑔 1000𝑐𝑚2
= 1,533𝑐𝑚2 × 1 𝑚2
= 15330 kg/m2
2. Menghitung Temperatur Absolut (K)
Ta = t11+ 273
= 26,8 + 273
= 299,8 K
3. Menghitung Spesifik Fluida (𝝏) (kg/m3)
Ta = 26,8 K
𝑋 – 𝑋1 𝑌 − 𝑌1
=
𝑋2 −𝑋1 𝑌2 − 𝑌1
26,8 −20 𝑌 −1,166
=
40 −20 1,091 −1,166
6,8 𝑌 −1,166
=
20 − 0,075
𝑘𝑔 𝐾𝑔
1,1405 40 𝑛𝑙/ min60 𝑚𝑖𝑛⁄1 𝑗𝑎𝑚 293 𝐾 (15330 𝑋 2 )
𝑚3 𝑚
= 1000 𝑙 √ 104 𝑘𝑔
1 𝑚3
1,333 . ( 299,8 𝐾)
𝑚2
= 2,7372 kg x 1,0601663
= 2,901887 kg/jam
5. Menghitung panas Flux pada dinding dalam pipa
𝑞 0,86 𝐴 𝑉
qw = =
𝑠 𝜋 𝑑𝑤 𝑥
𝟎,𝟖𝟔 𝒙 𝟏𝟎 𝑨 𝒙 𝟏,𝟐 𝑽
= 𝟑,𝟏𝟒 (𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟑 )𝟖,𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟏 𝒎
= 773,3233 kkal/jam m3
10,32
= 0,785 (36 𝑥 10−6 −25 𝑥 10−6 )8,5 𝑥 10−1
10,32
= 7,339 𝑥 10−6
= 1406186,129 kkal/jam m3
7. Menghitung Temperatur dinding dalam pipa
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Twi = Toi − 2𝐾
𝑘𝑘𝑎𝑙
1406186,129 ( 5 𝑥 10−4 𝑚)2
𝑗𝑎𝑚 𝑚3
Tw1 = 30,6 ℃ − 𝑘𝑘𝑎𝑙
2 ( 14 )
𝑗𝑎𝑚 𝑚 ℃
= 30,6 ℃ − 0,0125 ℃
= 30,58 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw2 = To2− 2𝐾
= 31,4 ℃ − 0,0125 ℃
= 31,38 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw3 = To3− 2𝐾
= 31,9 ℃ − 0,0125 ℃
= 31,88 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw4 = To4− 2𝐾
= 32,1 ℃ − 0,0125 ℃
= 32,08 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw5 = To5− 2𝐾
= 32,5 ℃ − 0,0125 ℃
= 32,48 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw6 = To6− 2𝐾
= 33,0 ℃ − 0,0125 ℃
= 32,98 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw7 = To7− 2𝐾
= 34,3 ℃ − 0,0125 ℃
= 34,28 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw8 = To8− 2𝐾
= 36,6 ℃ − 0,0125 ℃
= 36,58 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw9 = To9− 2𝐾
= 38,6 ℃ − 0,0125 ℃
= 38,58 ℃
𝑞𝑣 𝑥 𝐿2
Tw10 = To10−
2𝐾
= 40,9 ℃ − 0,0125 ℃
= 40,88 ℃
8. Menghitung Temperatur dari udara dalam pipa
𝑞𝑤 𝜋 𝑑𝑤
Tbi = Ta + X1
𝑐𝑝 𝐺′
Ta = 26,8 K
𝑋 – 𝑋1 𝑌 − 𝑌1
=
𝑋2 −𝑋1 𝑌2 − 𝑌1
26,8 −0 𝑌 −0,241
=
50 −0 0,243 −0,241
26,8 𝑌 −0,241
=
50 0,002
= 28,78 ℃
12. Menghitung kekentalan kinematik dari udara pada Tbo
𝑿 – 𝑿𝟏 𝒀 − 𝒀𝟏
=
𝑿𝟐 −𝑿𝟏 𝒀𝟐 − 𝒀𝟏
28,78 −20 𝑌−0,00562
=
40−20 0,00630−0,00562
8,78 𝑌−0,00562
=
20 0,00068
11,607548
=0,000105976
= 109529,9691
15. Menghitung bilangan plandth
𝑿 – 𝑿𝟏 𝒀 − 𝒀𝟏
=
𝑿𝟐 −𝑿𝟏 𝒀𝟐 − 𝒀𝟏
28,78 −20 𝑌−0,71
=
40−20 0,71−0,71
8,78 𝑌−0,71
=
20 0
0 = 20y – 14,2
20y = 14,2
y = 0,71
= 37,954033
D. Tabulasi Data
MEASUREMENTS CALCULATION
Flow Rate Temp Press Amp Volt OUTSIDE SURFACE WALL TEMP OR TUBE
SYM V Ta ∆𝒑 A V To (i) Pa Ta Y
t11 t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10
1,283x1
1 20 26,6 0,25 10 1,2 30,6 31,4 31,7 31,9 32,1 33,3 34,3 36,1 37,5 40,1 299,6 1,141
04
1,383x1
2 30 26,7 0,35 10 1,2 31,2 31,9 31,9 32,7 33,4 33,7 35,0 37,3 39,2 40,1 299,7 1,141
04
1,533x1
3 40 26,8 0,5 10 1,2 30,6 31,4 31,9 32,1 32,5 33,0 34,3 36,6 38,6 40,9 299,8 1,141
04
CALCULATION
G’ qw qv Tw ( L ) Tb (i)
kkal/ja Kkal/j
Kg/jam m am ℃ ℃
m2 m3
𝒒𝒘 𝝅 𝒅𝒘
𝒒𝒗 𝒙 𝑳𝟐 Tbi = Ta + Xi
17 16 15 Twi = Toi − 𝒄𝒑 𝑮′
𝟐𝑲
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw5 Tw6 Tw7 Tw8 Tw9 Tw10 Tb1 Tb2 Tb3 Tb4 Tb5 Tb6
773,323 140600 31,3 31,6 31,8 32,0 33,8 36,0 27,39 27,72
1,3284 30,587 34,207 37,487 40,087 26,167 27,34 28,412 30,334
3 0 87 87 87 67 83 07 8 3
Tb (i) hi ( i )
℃ kkal/jam m2℃
𝒒𝒘 𝝅 𝒅𝒘 𝒒𝒘
Tbi = Ta + 𝒄𝒑 𝑮′
Xi hi(i) = 𝑻𝒘𝒊 −𝑻𝒃𝒊
Tb7 Tb8 Tb9 Tb10 hi (1) hi (2) hi (3) hi (4) hi (5) hi (6) hi (7) hi (8) hi (9) hi (10)
34,089 41,573 49,868 56,318 429,75 482,92 178,17 105,63 213,82 262,68 3907 -140,3 -66,74 -46,93
31,54 36,39 41,24 46,09 177,367 160,440 148,716 147,019 141,375 169,588 224,803 868,902 -375,399 -128,072
162,122 2974,320
30,25 33,71 37,17 40,62 209,006 178,596 163,129 160,4418 173,390 191,891 269,450 269,450
2
CALCULATION
ho Tbo Re Pr NuO
kkal/jam m2℃ ℃ - - -
𝟒 𝑮′ 𝒉𝒐 − 𝒅𝒘
(𝒊) 𝑻𝒃𝟒 + 𝑻𝒃𝟕 Re = 𝝅 𝝏 𝜸 𝒅𝒘
NuO =
ho = ∑𝟕𝒊=𝟒 𝒉𝒊 Tbo = - 𝑲
𝟒 𝟐
ho Tbo Re Pr NuO
B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan untuk menggunakan compressor yang
dalam keadaan baik.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA