Bioteknologi PDF
Bioteknologi PDF
BIOTEKNOLOGI
12.1. PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni, seperti biokimia, komputer, biologi molekuler, mikrobiologi, dan
genetika. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi, dalam pengertian yang umum, telah berkembang sejak ribuan
tahun yang silam. Pembuatan minuman beralkohol melalui proses fermentasi yang
dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan sejak sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi,
meskipun pada saat itu belum diketahui dasar ilmiahnya. Oleh karena itu jika dirunut dari
sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, maka produk-produk jasad hidup yang telah
dikembangkan manusia sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun yang silam dapat
dikategorikan sebagai produk bioteknologi. Sebagai contoh, produk minuman hasil
fermentasi, wine, bir, yoghurt, tempe, oncom, tape dan lain-lain adalah produk yang
dihasilkan dari pemanfaatan agensia jasad hidup. Dari sejarah singkat bioteknologi
tersebut maka bioteknologi didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip biologi,
biokimia dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia jasad
hidup dan komponen-komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi seperti
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik yang
belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Di bidang pangan, dengan
menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena kandungan gizi yang lebih
jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi
yang tumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di
sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
B. Biofertilizer
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah
Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu
penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza
umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering
dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
C. Agen Biokontrol
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya
pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida
kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika
dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan
mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang dapat
mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan
merugikan tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme
patogen dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen
lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat
menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit
tanaman dapat dihindari.
A. Tempe
Tempe merupakan produk hasil fermentasi jamur Rhizopus sp. Bahan atau
substratnya adalah kedelai. Tempe adalah makanan asli Indonesia yang sudah
dikenal secara luas oleh penduduk Indonesia terutama penduduk di Pulau Jawa.
Tempe merupakan makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
B. Oncom
Oncom adalah makanan khas penduduk Jawa Barat. Oncom merupakan hasil
fermentasi kacang oleh mikroorganisme tertentu. Apabila bungkil kacang
difermentasi oleh Neurospora sp. akan menghasilkan oncom merah, sedangkan
bila bungkil kacang difermentasi oleh Rhizopus sp. akan menghasilkan oncom
putih.
C. Kecap
D. Keju
Dadih yang terbentuk dipanaskan 32o – 42oC sambil ditambah garam. Dadih
kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan supaya matang.
Penyimpanan bertujuan juga supaya mikroorganisme dan enzim bekerja yang
menghasilkan citarasa keju. Makin lama disimpan, makin tinggi derajat
keasamannya dan makin tajam citarasanya.
E. Yoghurt
F. Minuman beralkohol
Contoh minuman beralkohol antara lain anggur, bir, minuman keras beralkohol
tinggi. Pada pembuatan minuman beralkohol dibutuhkan mikroorganisme.
Anggur dapat dibuat dari buah anggur atau buah lainnya. Apabila dibuat dari
buah anggur maka dapat langsung difermentasi oleh mikroorganisme karena
buah anggur mengandung banyak gula, sedangkan apabila dibuat dari buah
lainnya maka sebelum difermentasi oleh mikroorganisme harus ditambahkan
gula terlebih dahulu.
Bir dibuat dari biji-biji sereal seperti gandum. Pembuatannya melibatkan proses
penumbukkan atau penggilingan dan fermentasi yang dibantu oleh khamir.
Contoh minutan keras beralkohol tinggi adalah güisqui, vodka, dan rum. Ketiga
jenis minutan tersebut dibuat dari bici-biji sereal, disamping itu dapat juga dibuat
dari kentang dan sirop atau tetes tebu. Bahan-bahan tersebut difermentasi
sehingga dihasilkan alkohol, kemudian alkohol disuling untuk menghasilkan
alcohol beradar tinggi.
G. Roti
Pada saat roti dipanggang di dalam oven, panas yang dihasilkan akan
membunuh khamir dan adonan roti akan mengembang serta ukurannya menjadi
lebih besar. Roti yang dihasilkan akan berwarna kuning dan lembut.
Tabel 12.1. Contoh Boteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern dalam Bidang
Pertanian
Morfogenesis in vitro dapat terjadi secara langsung (direct morphogenesis) dan tidak
langsung (indirect morphogenesis). Secara langsung terjadi tanpa melalui tahapan
kalus terlebih dahulu (Gambar 12. ...a). Sel-sel diinduksi lagsung menjadi embrionik, hal
ini dapat dikerjakan dengan menanam eksplan pada medium dengan kombinasi zat
pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan sitokinin secara simultan. Sel-sel yang
sudah terinduksi menjadi embriogenik identik dengan zigot, sehingga dapat melanjutkan
pertumbuhannya menjadi embrio dan selanjutnya tanaman utuh.
Morfogenesis secara tidak langsung umumnya melalui tahapan kalus terlebih dahulu
(Gambar 12. ....b). Selanjutnya jika proses induksi dediferensiasinya benar, maka gen-
gen yang bertanggung jawab terhadap totipotensi akan berfungsi. Pembelahan sel-
selnya terkendali, membentuk sel-sel yang terorganisir (embrio). Embrio yang terbentuk
adalah dari sel-sel somatik atau gametik dan bukan dari zigot, embrio demikian disebut
embrio adventif dan prosesnya disebut embryogenesis somatik. Embrio selanjutnya
akan tumbuh dan berkembang mejadi tanaman utuh melalui proses yang identik dengan
proses embryogenesis zigotik.
Diferensiasi selular dan morfogenesis in vitro terutama dikendalikan oleh interaksi
antara konsentrasi auksin dan sitokinin yang diberikan pada medium kultur. Manipulasi
rasio auksin dan sitokinin dapat memengaruhi organogenesis. Pada perbandingan
auksin/sitokinin tinggi memacu pembentukan akar, sedangkan perbandingan sebaliknya
memacu pembentukan tunas. Jika perbandingan auksin dan sitokinin seimbang hanya
terbentuk kalus. Perbedaan perbandingan konsentrasi antara auksin dan sitokinin dapat
memengaruhi berbagai proses morfogenesis.
a b
B
Tunas Kalus
Gambar 12..... Contoh morfogenesis tak langsung (a) dan morfogenesis langsung (b)
pada kultur eksplan hipokotil tanaman kubis (Brassica oleracea
var. Capitata L.)
Teknik kultur jaringan yang semula ditujukan untuk penelitian dasar di bidang
Biologi, terutama pembuktian totipotensi sel, sekarang telah berkembang sedemikian
pesatnya sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang lain, terutama
di bidang agribisnis dan farmasi/kesehatan.
Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi steril baik ruang, peralatan, bahan
maupun seluruh rangkaian kerjanya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan eksplan di
dalam kultur harus selalu dalam kondisi aseptis (steril). Untuk itu tahapan pelaksanaan
teknik kultur in vitro harus dilaksanakan di dalam laboratorium dan harus ditunjang oleh
organisasi serta perlengkapan yang memadai serta tata kerja yang teliti. Pelaksanaan
kerja kultur jaringan tumbuhan memiliki tahapan-tahapan dan urutan kerja yang khusus.
Oleh karena itu laboratorium harus diatur sedemikian rupa sehingga ada tingkatan
sterilitas ruangan sesuai dengan tahapan kerja. Tahapan-tahapan kerja di dalam
laboratorium kultur jaringan dibagi 4 kelompok yaitu:
Gambar 12.... Contoh peralatan yang diperlukan dalam laboratorium kultur jaringan
tumbuhan, (a) peralatan gelas, (b) timbangan analitik, (c) Laminar Air
Flow, (d) entkas, (e) autoclave, (d) rak botol kultur
2. Penanaman eksplan
Penanaman eksplan meliputi sterilisasi, pengambilan/pemotongan bagian
tanaman yang akan dijadikan sebagai eksplan, kemudian menanamnya di dalam
atau di atas medium buatan yang telah disediakan. Untuk penanaman eksplan
ini diperlukan kondisi yang mutlak steril, oleh karena itu penanaman dilakukan
dalam laminar air flow atau entkas (Gambar 12. ....).
Gambar 12.... Urutan penanaman eksplan daun Catharanthus roseus L. G.Don,
(a-b) pembuatan larutan sterilisasi eksplan (Clorox), (c-e)
perendaman eksplan dalam larutan sterilisasi, (f-g) pemotongan
eksplan, (h-i) penanaman eksplan dalam medium kultur
3. Pemeliharaan
Setelah diinokulasi, botol kultur diletakkan di rak-rak pemeliharaan di ruang
inkubator untuk diikuti pertumbuhan dan perkembangannya menjadi planlet. Untuk
pemeliharaan tersebut dibutuhkan ruang yang tidak steril tetapi harus bersih dengan
pengatur suhu (25-28)oC dan pencahayaan dengan lampu TL (1000-3000) lux
(Gambar 12. ....)
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi heterotrof di
dalam botol kultur menjadi autotrof yang dapa ditanam pada kondisi alamiahnya di
tanah. Proses aklimatisasi dilaksanakan di dalam green house dengan memberikan
perlakuan kelembaban, intensitas cahaya dan temperatur (Gambar 12. ...)
Insulin adalah protein yang berperan untuk mengontrol metabolisme gula dalam
tubuh manusia. Apabila tubuh seseorang tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah
yang dibutuhkan maka akan menderita diabetes.
Contoh vaksin antara lain vaksin poliomielitis, cacar air, rabies, rubella, dan gondong.
Proses pembuatan vaksin-vaksin tersebut adalah dengan cara menumbuhkan virus di
dalam kultur sel, seperti sel embrio ayam atau ginjal monyet. Kemudian virus-virus
tersebut diekstraksi dengan penyaringan. Hasil ekstraksi digunakan untuk mematikan
virus tersebut. Selanjutnya vaksin tersebut dapat dilemahkan dan disimpan pada suhu
rendah dan dapat digunakan jika diperlukan. Apabila vaksin disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang, maka memungkinkan tubuh membangun sistem kekebalan tubuh dengan
membentuk antibodi.
Tepat seabad yang lalu, tahun 1908, istilah “stem cell” pertama kali diusulkan
oleh ahli histologi Rusia, Alexander Maksimov pada kongres hematologi di Berlin. Ia
mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem
cells). Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca di daerah
sumsum tulang belakang manusia.
Perkembangan riset sel punca melaju cepat dalam 10 tahun terakhir. Tahun
1998, James Thomson berhasil membiakkan untuk pertama kali sel-sel punca embrionik
manusia di Universitas Wisconsin-Madison. Pada bulan Oktober 2007, Mario Capecchi,
Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh hadiah Nobel Kedokteran untuk riset
mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit menggunakan sel punca embrionik
hewan ini. Kemudian pada November 2007 dua ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan
Kazutoshi Takahashi, serta James Thomson secara terpisah mengumumkan
keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel somatik dari sel punca hasil
reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang berasal dari sel-sel kulit manusia.
Temuan ini merupakan kesempatan untuk terapi regeneratif tanpa dibebani persoalan
etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari pembiakan embrio.
Di dalam tubuh manusia dan hewan pada umumnya terdapat dua jenis sel, yaitu
sel somatik (tubuh) dan sel seksual (sperma dan sel telur). Dalam perkembangannya
ada lebih dari 200 jenis sel manusia yang berbeda, misalnya sel saraf, kulit, darah,
ginjal, hati, otot, jantung, usus hingga tulang. Setiap jenis sel pada tubuh manusia ini
dapat dirunut balik dari sel telur yang difertilisasi oleh sel sperma membentuk morilla
dan dalam lima hari menjadi blástula, yang kemudian membentuk sekumpulan sel
punca.
Selain sel-sel punca embrionik, ada sel-sel punca dewasa yang ditemukan di
jeringan otak, mata, darah, hati, sumsum tulang, otot, dan kulit. Jadi definisi untuk sel
punca adalah sebuah sel tunggal yang dapat bereplikasi sendiri menjadi sel serupa atau
berdiferensiasi menjadi aneka jenis sel yang sama sekali berbeda (pluripoten).
Karena sifat-sifatnya inilah maka sel punca diyakini dapat digunakan untuk
meregenerasi sel-sel tubuh manusia yang rusak. Misalnya memperbaiki bagian jaringan
jantung yang mati pada pasien serangan jantung, atau menumbuhkan jaringan
otak/saraf dan pembuluh darah baru pada pasien stroke sehingga yang tadinya lumpuh
dapat berjalan lagi. Diyakini pula sel punca dapat meregenerasi organ ginjal yang
rusak, mengganti kulit pada pasien luka bakar, menyembuhkan pasien diabetes dan
komplikasinya, Parkinson dan Alzheimer, artritis, cedera tulang belakang, dan masih
banyak lagi “mukjizat” kesembuhan lainnya (Kompas, 26 Nopember 2008, Irwan
Julianto).
12.5. DAMPAK PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA SAINS, LINGKUNGAN,
TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (SALINGTEMAS)
Bioteknologi berkembang karena kebutuhan masyarakat yang semakin lama
semakin meningkat. Sebagai contoh di bidang pertanian, pertambahan jumlah penduduk
tidak seimbang dengan produksi bahan pangan, sehingga diperlukan usaha-usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Banyak manfaat yang telah dirasakan oleh manusia dengan berkembangnya
bioteknologi, walaupun di sisi lain juga mengundang pro dan kontra dari berbagai
kalangan. Di bawah ini diuraikan kelebihan dan kekurangan penerapan bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern.
Kelebihan bioteknologi konvensional adalah relatif murah, teknologinya relatif
sederhana, dan pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya
sudah mapan. Kekurangan bioteknologi konvensional adalah perbaikan sifat genetik
tidak terarah, tidak dapat mengatasi masalah ketidaksesuaian (inkompatibilitas) genetik,
hasilnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, memerlukan waktu relatif lama untuk
menghasilkan galur baru, dan seringkali tidak dapat mengatasi kendala alam dalam
sistem budidaya tanaman, misalnya hama.
Kelebihan bioteknologi modern adalah perbaikan sifat genetik dilakukan secara
terarah, dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik, hasil dapat diperhitungkan,
dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang tidak ada pada jasad alami,
dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur tanaman baru, dan dapat
meningkatkan kualitas dan mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya tanaman.
Kekurangan bioteknologi modern antara lain relatif mahal, memerlukan kecanggihan
teknologi, dan pengaruh jangka panjang belum diketahui.
Tumbuhan transgenik sejauh ini aman dikonsumsi. Hal tersebut berdasarkan
pernyataan dari lembaga resmi internasional seperti WHO dan FAO. Penduduk Amerika
Serikat sudah mengonsumsi kedelai transgenik sejak tahun 1996, sedangkan
masyarakat Eropa yang awalnya menentang produk transgenik sekarang sudah
menerima. Walaupun demikian ada juga yang berpendapat bahwa terdapat beberapa
kemungkinan resiko mengonsumsi makanan transgenik ini, seperti alergi atau
keracunan.
Teknologi kloning sebenarnya penting untuk menghasilkan organisme unggul.
Kemajuan kloning pada tumbuhan dan hewan disambut baik oleh umat manusia. Akan
tetapi pada saat kloning ditujukan untuk kloning manusia, muncul perdebatan di
kalangan ilmuwan, para politisi, dan masyarakat. Mereka ada yang mendukung dan ada
yang tidak mendukung pengklonan manusia. Kalangan yang mendukung kloning pada
manusia lebih menitikberatkan pada produksi sel, jaringan, dan organ untuk mengobati
penyakit, seperti diabetes, leukemia, dan yang lainnya.
12.5. RANGKUMAN