Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Risiko gangguan kesehatan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Flanagan & Norman (1993) dalam Universitas Kristen Petra

(2006), faktor-faktor tersebut menghasilkan internal risk dan external

risk. Internal risk merupakan risiko yang berasal dari dalam misalnya

pengetahuan, motivasi, usia ekstrim, dan status kesehatan seseorang.

Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya paparan agen

penyakit tertentu. Berdasarkan teori tersebut, pengetahuan merupakan

faktor yang cukup mempengaruhi tindakan seseorang yang beresiko pada

gangguan kesehatan mata.

Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa

perilaku manusia terbagi menjadi tiga dominan, yaitu kognitif, afektif,

psikomotor. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang paling

esensial dalam membentuk tindakan pada seseorang. Karena pada

dasarnya, seseorang harus mengetahui tindakan yang akan dilakukan

sebelum merealisasikannya. Berdasarkan teori tersebut, maka

pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tindakan

seseorang dalam memakai dan merawat lensa kontak secara tidak

langsung pengetahuan juga mempengaruhi tingkat risiko gangguan

kesehatan mata yang akan dialami oleh pengguna lensa kontak.


2

Dewasa ini sering dijumpai bahwa lensa kontak menjadi pilihan

yang banyak diminati selain penggunaan kacamata. Diperkirakan saat ini

terdapat 125 juta orang pengguna lensa kontak yang tersebar diseluruh

dunia (Griggs, 2009). Di Amerika, lebih dari 30 juta warganya

menggunakan lensa kontak; 2/3 dari seluruh pengguna lensa kontak

tersebut adalah wanita; sedangkan 50% diantaranya berusia 25-44 tahun

(Contact Lens Institute, 2003 dalam American Optometric Association,

2006). Sedangkan di Indonesia, angka pengguna lensa kontak masih

belum diketahui secara pasti. Saat ini, belum ada penelitian atau survey

yang memberikan informasi terkait jumlah pengguna lensa kontak di

Indonesia.

Manfaat ataupun risiko yang diperoleh tiap pengguna lensa kontak

terhadap pemakaian lensa kontak sangat tergantung dari tindakan

perawatan dan pemakaian lensa konta itu sendiri. Pemakaian dan

perawatan yang sesuai dengan prosedur dapat mengoptimalkan manfaat

pemakaian lensa kontak sekaligus meminimalkan risiko gangguan

kesehatan mata. Begitupun sebaliknya, pemakaian dan perawatan lensa

kontak yang banyak menyalahi prosedur dapat meningkatkan risiko

gangguan mata sehingga manfaat pemakaian tidak akan terasa optimal.

Lensa kontak yang digunakan dengan tepat sesuai dengan prosedur

yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah

satunya adalah lensa kontak memungkinkan penggunanya memperoleh

lapang penglihatan yang jauh lebih baik (Ilyas, 2004). Dibandingkan

dengan kacamata, lensa kontak memiliki kelebihan lain, seperti warna


3

dan corak yang lebih bervariasi serta penggunaannya yang tidak

terpengaruh oleh perubahan suhu sehingga dapat digunakan kapanpun

dan dimanapun. Musim panas yang kering maupun musim hujan yang

berembun tidak mempengaruhi penampilan dan kenyamanan seseorang

saat menggunakan lensa kontak.

Menurut Ibrahim (2007) kehadiran lensa kontak memang banyak

membantu mereka yang kurang nyaman dengan kaca mata tapi belum

banyak yang tahu tenyata hal tersebut dapat memicu rusaknya kornea

mata seperti keratitis. Penggunaan lensa kontak adalah salah satu

penyebab keratitis yang tertinggi di seluruh dunia terutama pada negara

maju. Keratitis yang tertinggi di seluruh dunia terutama dan lain-lain.

Penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan keratitis Acanthamoeba,

angka kejadiannya sebanyak 95% kasus yang telah dilaporkan. Sebelum

munculnya populasi yang menggunakan lensa, keratitis Acanthamoeba

sangat jarang. Pada tahun 2000, diperkirakan jumlah pengguna lensa

adalah sebanyak 80 milyar (Amirah, 2010).

Menurut Verhelst (2006) dalam Ibrahim (2007) studi selama 7

tahun di Belgia berlangsung dari tahun 1997 sehingga 2003 menunjukkan

peningkatan jumlah pasien yang dirawat dirumah sakit akibat ulser

kornea terkait dengan penggunaan lensa kontak (Amirah, 2010). Rumah

Sakit Mata Undaan Surabaya, terlihat setiap minggunya memang selalu

ada pasien yang masuk dikarenakan keluhan atas penggunaan lensa

kontak, diperkirakan setiap pasien yang masuk dikarenakan hal tersebut


4

sebanyak 20-30 orang bahkan bisa lebih setiap minggunya. (Fadilawati,

2011).

Lensa kontak (softlens) saat ini paling digemari oleh kalangan

wanita terutama remaja. Pengguna lensa kontak (softlens) yang sedang

tren sekarang ini secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang untuk

ikut menggunakan lensa kontak walaupun berfungsi sebagai kosmetik

saja. Sehingga, kurang memperhatikan prosedur perawatan lensa kontak

(softlens) dengan baik dan benar.

Mahasiswa STIKes Binawan sebagai mahasiswa kesehatan

dianggap memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan mata.

Tetapi, hasil pengamatan peneliti menunjukkan adanya kejadian

gangguan kesehatan mata, seperti mata merah dan gatal yang dialami

oleh beberapa mahasiswa STIKes Binawan terutama pada mahasiswa

yang menggunakan lensa kontak (softlens). Hal ini menggugah

ketertarikan peneliti untuk meneliti sejauh mana hubungan pengetahuan

perawatan lensa kontak (soflens) terhadap risiko gangguan kesehatan

mata pada mahasiswa STIKes Binawan.

1.2. Rumusan Masalah

Lensa kontak (softlens) merupakan salah satu alternatif pilihan

bagi seseorang yang memiliki gangguan penglihatan seperti rabun jauh,

rabun dekat, astigmatisme, dan presbiopi agar memiliki daya penglihatan

yang jauh lebih jelas dan adekuat. Selain alasan tersebut, alasan

keindahan dan kosmetik juga menjadi pilihan bagi pengguna lensa


5

kontak (softlens). Namun, akibat kurangnya pengetahuan tentang

perawatan lensa kontak (softlens) bisa mengakibatkan terjadinya risiko

gangguan kesehatan mata. Pada mahasiswa STIKes Binawan yang

dianggap memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan mata,

terdapat beberapa mahasiswa terutama yang menggunakan lensa kontak

mengalami gangguan kesehatan mata, seperti mata merah dan gatal.

Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu saya tertarik untuk meneliti

sejauh mana hubungan pengetahuan perawatan lensa kontak (softlens)

terhadap risiko gangguan kesehatan mata yang akan dilakukan pada

mahasiswa pengguna lensa kontak (softlens) di STIKes Binawan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan perawatan lensa

kontak (softlens) terhadap risiko gangguan kesehatan mata yang

akan dilakukan pada mahasiswa pengguna lensa kontak di STIKes

Binawan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui karakteristik demografi sampel.

1.3.2.2. Mengetahui tingkat pengetahuan perawatan lensa kontak

(softlens) pada mahasiswa pengguna lensa kontak

(softlens) di STIKes Binawan.

1.3.2.3. Mengetahui risiko gangguan kesehatan mata pada

mahasiswa pengguna lensa kontak (softlens) di STIKes

Binawan.
6

1.3.2.4. Diketahuinya hubungan pengetahuan perawatan lensa

kontak (softlens) terhadap risiko gangguan kesehatan

mata pada mahasiswa.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1.4.1. Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan

pengetahuan perawatan lensa kontak (softlens) sehingga

mencegah terjadinya gangguan kesehatan mata pada pengguna

lensa kontak (softlens).

1.4.2. Keperawatan

Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan pelayanan asuhan

keperawatan bagi pengguna lensa kontak (softlens) dalam

mencegah dan mengurangi risiko gangguan kesehatan mata.

1.4.3. Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui tentang risiko gangguan

kesehatan mata yang dapat timbul sebagai akibat dari

penggunaan lensa kontak (softlens) yang tidak tepat.

1.4.4. Peneliti

Memperoleh ilmu dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

serta menjadi pendoman yang berharga bagi penulis dan dapat

meningkatkan wawasan dan pengetahuan bidang penelitian.

Anda mungkin juga menyukai