Disusun Oleh :
Priyatna
BANDUNG
2013
PENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2
BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL
n
Asam Tereftalat Etilena Glikol Poliester
Senyawa leuko zat warna bejana golomgam indigoida berwarna kuning muda dan larut
dalam alkali lemah, sedangkan dari golongan antrakwinon berwarna lain yang lebih tua dan
hanya larut dalam larutan alkali kuat.
Zat warna bejana mempunyai affinitas terhadap serat tekstil oleh karena kemungkinan
terjadinya ikatan hidrogen dan ikatan sekunder yakni gaya-gaya Van Der Walls dengan serat.
Oleh karena itu molekul-molekul zat warna bejana harus merupakan molekul yang planar dan
kompleks meskipun tidak harus linier.
Adapun cara-cara pencelupan zat warna bejana seperti terlihat pada bagan berikut ini
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan:
Mesin padder
Mesin stenter
Mesin thermosol
Perlengkapan gelas
b. Bahan yang digunakan:
Kain T/C
3.4 Resep
a. Resep Pencelupan
I II III IV V
Zat warna Dispersi 10 g / l
Zat warna Bejana 10 g / l
Zat anti migrasi 5g/l
Na2S2O4 5g/l
NaOH 2g/l
NaCl 0.5 g/ l 10 g / l 20 g / l 30 g / l -
H2O2
CH3COOH pH 5.6
WPU 70%
Suhu Thermosol 180°C 210°C 210°C 210°C 180°C
IV. PEMBAHASAN
Pencelupan ini adalah mencelup kaian campuran polyester kapas (T/C) dengan zat
warna disperse bejana. Tetnunya zat warna yang diharapkana adalah disperse untuk
mencelup polyester dan bejana untuk kapas. Namun zat warna bejana juga mempunyai
kemampuan untuk mencelup bagian polyester, sehingga jika itu terjadi akan terjadi
staining pada bagian polyester. Untuk meminimalisasinya ditambahkan dengan zat wanti
migrasi, supaya bisa menghambat migrasi dari bejana.
Pencelupan inipun dilakukan dengan metode 2 bath-2 stage secara simultan atau
continue. Zat warna yang pertama diabsorbikan adalah zat warna dispersi (merah)
kedalam polyester dengan proses padding. Kemudian dilanjutkan dengan drying dan
difikasasi. Pemfiksasian zat warna disperse ini dilakukan dengan cara thermosol suhu
yang divariasikan yaitu 180°C dan 210°C. dari hasi akhir pencelupan kain yang
dilakukan pemfiksasian suhu lebih tinggi terlihat tidak terlalu kontras. Denga kata lain
warna dari zat warna disperse (merah) lebih dominan. Berikut adalah grafik nilai ketuaan
warna kontras yang diuji secara visual oleh mata manusia.
5
Nilai ketuan warna kontras
3
Series 1
0
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4 Resep 5
Pengujian ini dilakukan dengan member rangking dari nilai 1 sampai 5. Semakin
besar nilai maka semakin baik ketuaan warna kontras yang diuji, begitupun sebaliknya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, resep yang dilakukan fiksasi teromosol suhu
210°C kekontrasan warnanya kurang daripada yang lain. Warna merah dari disperse lebih
dominan. Ini disebabkan oleh suhu optimum dari fiksasi termosol ini tidak berbanding
dengan fiksasi dari zat warna bejana yang difiksasi oleh proses steaming pada suhu
120°C. sehingga warnanya yang terserap tidak sebanding. Inipun didukung dengan resep
1 dan 5 yang menggunakan suhu termosol 180°C (lebih kecil) nilai ketuaaan warna
kontrasnya lebih besar karena tidak begitu terlihat warna dominan. Sehingga
kemungkinan suhu termosol optimum untuk disperse bejana yang menggunakan fiksasi
termosol untuk disperse dan steaming untuk bejana adalah 180°C.
Asumsi berikutnya adalah komposisi polyester dari serat campuran ini lebih
banyak daripada kapasnya. Namun asumsi ini bisa dipatahkan dengan data yang
ditunjukan diatas. Dimana dari untuk membantu penyerapan zat warna bejana sudah bisa
ditam/bahkan elekrolit. Dan dalam variasi nya, resep yang ditambahkan elekrolit adalah
no 1 hingga 4. Namun tetap saja pemberiaan elekrtolit tidak terlalu terlihat dari h asil
yang didapatkan. Dan yang menarik adalah pada variasi resep no 5. Resep no 5 tidak
ditambahkan dengan elektolit, namun dapat mendistribusikan penyerapan zat warna
bejana cukup optimum kekapas. Kemungkinan ini terjadi bukan karena pengaruh dari
elektorlit, tetapi karena zat warna disperse yang teradsobsi ke dalam serat oleh proses
fiksasi termosol sebanding dengan zat warna bejana yang teradsorbsi juga kedalam serat.
sehingga menghasilkan warna yang sebanding dan didapatkan warna kontras (tidak ada
warna dari salah satu jenis zat warna yang dominan).
Kemudian dilakukan padding kedua yaitu padding zat warna bejana. Zat warna
yang digunakan adalah indigo. Zat warna bejana yang berwarna biru. Dilanjutkan dengan
proses pengeringan dan padding III yaitu proses perubahan zat warna bejana menjadi
leuko bejana sekaligus pencucian reduksi untuk zat warna disperse. Kemudian
pengoksidasiaan zat warna bejana hingga pencucian.
Dari hasil yang didapat, ada bintik-bintik biru pada permukaan kain. Ini
disebabkan oleh penggunaan zat warna bejana jenis indigo yang tidak larut. Sehingga
untuk melarutkannya agak sulit. Kemungkinan pada saat pelarutan zat warna indigo ini
tidak larut sempurna, masih ada serbuk-serbuknya. Sehingga serbuk-serbuk zat warna
bejana menempel pada permukaan kain yang kemudian terlihat seperti bintik-bintik.
Pada pengujian selanjutnya dilakukan pengujian ujiketahanan lntur terhadap gosokan dan
terhadap cucian. Berikut adalah grafiknya
Grafik TLW terhadap gosokan
3.5
3
4.4
4.3
4.2
Kapas
4.1
Poliester
4
3.9
3.8
3.7
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4 Resep 5
Pada grafik TLW gosok terliaht nilainya kecil. Ini menungjukan bahwa kain yang
dihasilakan ketahanan gosoknya kurang. Namun yang terlihat pada kain kapas putih
penodaan warna adalah dari warna biru. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa
warna biru adalah warna dari zat warna bejana sedangkan warna merah dari disperse
sehinggu diharapkan menghasilkan efek warna kontras ungu. Dari pernyataan diatas
menunjukan bahwa zat warna bejana ini tidak tahan gosok. Ini bisa dikarenakan
penggunaan zat warna bejana adalah zat warna bejana biasa bukan zat warna bejana larut.
Dimana zat warna biasa ketahanan gosokannya lebih kecil daripada zat warna bejana
larut. Sedangkan zat warna disperse yang berwarna merah tidak terlihat penodaannya
pada kapas putih. Ini menunjukan bahwa ketahanan gosokannya lebih tinggi daripada
bejana.
Sedangkan untuk hasil uji TLW terhadap pencucian, cenderung baik. Karena nilai
yang ditunjukan pada staining scale (skala penodaan warna) untuk kapas putih 4 dan
polyester putih 4/5. Ini disebabkan oleh kedua zat warna ini bersifat hidrofil atau tidak
larut dalam air.
V. KESIMPULAN
Penggunan suhu optimum fiksasi termosol adalah 180°C dan penambahan elektrolit tidak
terlalu membantu penyerapan zat warna bejana. Juga zat warna Bejana indigo TLW
terhadap gosokannya lebih kecil.