Disusun oleh:
ACHMAD JUANDA
(1407101030361)
Pembimbing :
Dr. Anna Deliana, Sp. P
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Tuberkulosis Pada Pasien Diabetes Mellitus”. Shalawat dan salam juga
penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar dalam kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Laporan kasus ini ditulis untuk melengkapi tugas-tugas penulis dalam
menjalankan kepaniteraan klinik di SMF/Bagian Pulmonologi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala-Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin, Banda Aceh.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan dari dr. Anna Deliana, Sp. P selaku pembimbing penulisan laporan
kasus.
Penulis juga berharap penyusunan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya laporan kasus ini
diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu.
Penulis menyadari sepenuhnya laporan kasus ini masih sangat banyak
kekurangan maka untuk itu penulis harapkan kepada semua pihak agar dapat
memberikan kritik dan saran agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik di
kemudian hari.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih memberkati dan
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB III LAPORAN KASUS.............................................................................................. 2
2.1. Identitas Pasien......................................................................................................... 2
2.2. Anamnesis................................................................................................................. 2
2.3. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................... 3
2.4. Pemeriksaan Penunjang…........................................................................................ 6
2.5. Diagnosis Kerja......................................................................................................... 9
2.6. Penatalaksanaan........................................................................................................ 9
2.7. Prognosis................................................................................................................... 10
2.8. Follow Up................................................................................................................. 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 12
3.1 Definisi Tuberkulosis................................................................................................ 12
3.2 Epidemiologi Tuberkulosis....................................................................................... 13
3.3 Etiologi Tuberkulosis................................................................................................ 13
3.4 Patogenesis Tuberkulosis.......................................................................................... 14
3.5 Gejala Klinis Tuberkulosis........................................................................................15
3.6 Klasifikasi Tuberkulosis.......................................................................................... 15
3.7 Penegakkan Diagnosis Tuberkulosis........................................................................ 18
3.8 Tuberkulosis pada DM.............................................................................................. 19
3.9 Penatalaksanaan Tuberkulosis.................................................................................. 21
3.10 Komplikasi Tuberkulosis.......................................................................................... 27
3.11 Prognosis................................................................................................................... 27
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................................ 29
BAB V KESIMPULAN....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh dunia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2011 mengenai
perkiraan kasus TB secara global disebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat
insidensi TB sebanyak 8,5–9,2 juta kasus per tahun,1 sedangkan pada tahun 2009
terdapat 1,7 juta kematian akibat TB. Pengendalian TB saat ini diperkirakan mulai
mengalami kendala seiring dengan peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus
(DM) di dunia, yaitu terdapat sekitar 285 juta pasien DM dan akan bertambah
menjadi 438 juta di tahun 2030.2
Hubungan antara TB dan DM telah lama diketahui karena pada kondisi
diabetes terdapat penekanan pada respon imun penderita yang selanjutnya akan
mempermudah terjadinya infeksi oleh mikobakteri Mycobacterium tuberculosis
(M.tb) dan kemudian berkembang menjadi penyakit tuberkulosis. Pasien dengan
diabetes memiliki risiko terkena tuberkulosis sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan
dengan orang tanpa diabetes. Interaksi antara penyakit kronik seperti TB dengan
DM perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena kedua kondisi penyakit
tersebut seringkali ditemukan secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama
pada orang dengan risiko tinggi menderita TB.3
Diabetes mellitus telah dilaporkan dapat mempengaruhi gejala klinis TB
serta berhubungan dengan respons lambat pengobatan TB dan tingginya
mortalitas. Peningkatan reaktivasi TB juga telah dicatat pada penderita DM.3
Sebaliknya juga bahwa penyakit tuberkulosis dapat menginduksi terjadinya
intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada pasien dengan DM,
namun akan mengalami perbaikan dengan pengobatan anti TB (OAT).4 Upaya
pencegahan dan pengendalian dua penyakit mematikan DM dan TB sangat
penting untuk menurunkan mortalitas karena TB, oleh karena itu penting untuk
diketahui bagaimana mekanisme DM dapat menyebabkan TB dan bagaimana TB
dapat mempengaruhi kontrol glikemik pada penderita DM.
1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. Hudarisman
Jenis kelamin : Laki laki
Tanggal lahir / Umur : 17 Desember 1972 / 44 tahun
Alamat : Suka Jaya, Simeulue Timur
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir angkutan antar kota
Suku : Aceh
Tinggi Badan : 159 cm
Berat Badan : 29 Kg
CM : 1-11-34-26
Ruangan : PTT, ISO 4
Tanggal Masuk : 23 Desember 2016
Tanggal Pemeriksaan : 03 Desember 2016
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Lemas
Keluhan tambahan : Berkeringat banyak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kiriman RSUD Simelue dengan keluhan lemas. Pasien dirawat di
RSUD selama 10 hari. Demam juga sudah dirasakan pasien +/- 10 hari setiap sore
dan malam hari. Pasien juga mengeluh berkeringat banyak (+) dan penurunan
berat badan +/- 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Nafsu makan juga menurun dalam 1
bulan terakhir. Riwayat minum OAT tahun 2016 pada bulan Agustus, namun
putus berobat setelah pengobatan 2 bulan. Riwayat penggunaan insulin sejak
2014, dan riwayat hipotiroid sejak 2002 dengan penggunaan obat PTU dan
bisoprolol. Pasien juga memiliki riwayat merokok +/- 18 batang/hari selama 20
tahun.
3
4) Mata : Pucat (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-), reflek cahaya (+/+)
5) Telinga : Dalam batas normal, serumen (-/-)
6) Hidung : Sekret (-). Napas Cuping Hidung (-)
7) Mulut
7.1 Bibir : Bibir kering (-), mukosa kering (-), sianosis (-)
7.2 Lidah : Tremor (-). hiperemis (-)
7.3 Tonsil : Hiperemis (-/-), T1-T1
3. Leher
1) Inspeksi : Simetris, retraksi(-), jejas(-), tumor(-), deviasi trakea(-)
2) Palpasi : Pembesaran KGB(-), distensi vena jugularis(-)
4. Toraks (anterior-posterior) – Paru-paru
1) Inspeksi
Bentuk dan Gerak : (statis-dinamis) kesan simetris, iga mengambang
Tipe pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : supraklavikular-interkostal (-)
2) Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Menurun Normal
3) Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Redup Sonor
4) Auskultasi : ekspirasi memanjang
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Menurun Vesikuler
5
5. Jantung
1) Inspeksi : Pulsasi iktus kordis terlihat setentang ICS V, midklavikula
sinistra
2) Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
3) Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal
dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea midklavikula
sinistra, batas atas jantung pada ICS III linea miklavikula
sinistra.
4) Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II regular, tidak terdapat
murmur.
6. Abdomen
1. Inspeksi : simetris, dinding perut tampak normal (tidak ada sikatrik
dan pelebaran vena), tidak tampak pergerakan pada dinding perut.
2. Palpasi : Nyeri tekan (-), tegang, Lien/Renal tidak teraba, hepar
teraba 1 jari dibawah arkus costae kanan.
3. Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen, peranjakan batas
paru-hati relatif-absolut sebesar tiga jari, undulasi (-), shifting dullness (-).
4. Auskultasi : Peristaltik usus normal
7. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Sensibilitas N N N N
Jari tabuh - - - -
6
MCV 83 85 - 80-100 Fl
MCH 28 28 - 27-31 pg
MCHC 33 33 - 32-36 %
Basofil 1 0 - 0-2
Netrofil
0 0 - 2-6
Batang
Netrofil
75 65 - 50-70
Segmen
Limfosit 13 25 - 20-40
Monosit 11 8 - 2-8
Faal Hemostasis CT - 11 - 5-15 menit
BT - 4 - 1-7 menit
Kimia Klinik Ureum 16 14 - 13-43
Kesan:
Cor : Dalam batas normal
Pulmo : Hilus ramai dan kasar, corakan bronkovaskuler paru ramai dan
kasar. Tampak fibroinfiltrat kedua Apex. Tampak pula bayangan lesi bulat
seperti kista, berdinding tipis, reguler, tampak di bagian tengah dengan
infiltrat bercak berawan. Infiltrat interstitial berupa bercak bercak
berawan, tida beraturan, tersebar tidak merata diseluruh paru dekstra,
inhomogen terutama 2/3 tengah s/d basal dekstra. Tampaknya unsur unsur
atelektasis, sebabkan ICS dekstra sempit.
Sudut phrenicocostalis kanan dan kiri : tajam
Kesimpulan :
- KP lama – duplex –aktif
- Cysta terinfeksi dengan Aspergilloma a/r lapangan atas paru dekstra
- Interstisial pneumonia paru dekstra dengan unsur unsur atelektasis,
sebabkan ICS dekstra sempit.
2.5 Diagnosa Kerja:
TB paru kasus putus obat
Suspect TB MDR
DM tipe 2
Hipotiroid
10
Pansitopenia
2.6 Penatalaksanaan:
2.6.1 Nonfarmakologis
1. Tirah baring
2. Diet DM
2.6.2 Farmakologis
1. IVFD Asering 20gtt/menit
2. IVFD Clinimix : Evelip 1 fls/hari
3. Inj. Streptomisin 500mg/24 jam
4. OAT kategori 2 (Rifampisin 300mg, Isoniazid 300mg, Pirazinamid
750mg, Etambutol 750mg)
5. Neurodex 2x1
6. Curcuma 2x1
Terapi IPD divisi PTI
1. IV. Cefepine 1gr/8jam
2. Nystatin drop
Terapi IPD divisi EMD
1. Diet DM sonde 6x200 cc via NGT (1200 kkal/hari)
2. Nystatin drop 4 gtt/II oral
3. Paracetamol 3x 500mg
2.7 Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanactionam : Bonam
11
Follow Up
Tgl 03-01-2017 03-01-2017
S Batuk, lemas, selera makan menurun Batuk, lemas, selera makan menurun
O Vital sign/ Vital sign/
Kes : compos mentis Kes : compos mentis
TD : 90/60 mmHg TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/i N : 84 x/i
RR : 23 x/i RR : 20 x/i
T : 36,7 OC T : 36.8 OC
PF/ PF/
Thoraks : Simetris, retraksi (-), sf Thoraks : Simetris, retraksi (-), sf
kanan < sf kiri paru bawah, ves kanan < sf kiri paru bawah, ves
(menurun/normal) rh(-/-), wh (-/-) (menurun/normal) rh(-/-), wh (-/-)
A TB paru kasus putus obat TB paru kasus putus obat
Suspect TB MDR Suspect TB MDR
DM tipe 2 DM tipe 2
Hipotiroid Hipotiroid
Pansitopenia Pansitopenia
P Th/ Th/
1. IVFD Asering 20gtt/menit 1. IVFD Asering 20gtt/menit
2. IVFD Clinimix : Evelip 1 fls/hari 2. IVFD Clinimix : Evelip 1 fls/hari
3. Inj. Streptomisin 500mg/24 jam 3. Inj. Streptomisin 500mg/24 jam
4. OAT kategori 2 (Rifampisin 300mg, 4. OAT kategori 2 (Rifampisin 300mg,
Isoniazid 300mg, Pirazinamid 750mg, Isoniazid 300mg, Pirazinamid 750mg,
Etambutol 750mg) Etambutol 750mg)
5. Neurodex 2x1 5. Neurodex 2x1
6. Curcuma 2x1 6. Curcuma 2x1
Terapi IPD divisi PTI Terapi IPD divisi PTI
1. IV. Cefepine 1gr/8jam 1. IV. Cefepine 1gr/8jam
2. Nystatin drop 2. Nystatin drop
Terapi IPD divisi EMD Terapi IPD divisi EMD
1. Diet DM sonde 6x200 cc via NGT 1. Diet DM sonde 6x200 cc via NGT
(1200 kkal/hari) (1200 kkal/hari)
2. Nystatin drop 4 gtt/II oral 2. Nystatin drop 4 gtt/II oral
3. Paracetamol 3x 500mg 3. Paracetamol 3x 500mg
Pl/ Pl/
1. Gene expert (bila ada sputum) 1. Gene expert (bila ada sputum)
2. BTA sputum sps 2. BTA sputum sps
3. Evaluasi efek OAT 3. Evaluasi efek OAT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberculosis aktif lagi.7
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid.7
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apical paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga
bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.7
3.4 Patogenesis Tuberkulosis
Seseorang akan menderita TB ketika terjadi penularan melalui pasien TB
BTA positif. Penularan ini melalui batuk atau bersin, melalui percikan dahak
(droplet nuclei) ini penderita TB menyebarkan kuman ke udara. Setiap batuk
penderita TB menghasilan 3000 percikan dahak. Penularan akan terjadi jika
banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari paru penderita. Kuman TB akan
berkurang dengan adanya ventilasi dan mati jika terkena sinar matahari.8,9
Jika keadaan lembab maka kuman TB akan bertahan hidup dan akan masuk
melalui saluran pernapasan menuju ke alveoli sehingga menyebabkan
terbentuknya fokus primer (sarang primer) di jaringan paru tersebut. Kemudian
kuman TB ini akan menuju kelenjar limfe regional (hilus) melalui saluran limfe
yang menyebabkan terjadinya peradangan yaitu limfangitis, peradangan tersebut
juga dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis).
Kejadian inilah yang disebut dengan komplek primer yang terjadi selama 4-6
minggu. Kompleks primer ini akan mengalami penyembuhan spontan dengan
tidak meninggalkan kecacatan sedikitpun (restitution ad integrum) atau sembuh
dengan kecacatan atau akan mengalami penyebaran secara bronkogen ke paru
yang bersangkutan ataupun ke paru sebelahnya. Penyebaran juga dapat melalui
hematogen dan limfogen, penyebaran ini tergantung dari imunitas seseorang, jika
15
imunitas seseorang dapat mengatasi kuman TB ini maka anak sembuh spontan,
bila daya tahan tubuh seseorang tidak dapat mengatasi kuman TB ini maka akan
menyebabkan kegawatan seperti TB milier, meningitis TB, typhobacillosis
landouzy dan dapat juga meneybar ke organ lainnya seperti tulang, ginjal,
genitalia dan sebagainya, kemudian dari TB primer ini akan muncul TB post-
primer.8,9
Prinsip pengobatan6
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
3.11 Prognosis
1. Jika berobat teratur sembuh total (95%). 6
2. Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu,
keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB
sebelumnya. 21
3. Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan non-
XDR TB, ketika regimen pengobatan selesai. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terapi dengan sistem DOTS memiliki tingkat
28
29
BAB V
KESIMPULAN
30
31
DAFTAR PUSTAKA