Anda di halaman 1dari 9

T : Mengetahui perbedaan waktu, untuk apa ?

J : Dalam tingkat pemahaman yang sederhana sangat perlu agar :


- Bertambah teguh iman kita, karena kita lalu bertambah faham bahwa Allah
jualah yang mengatur peredaran waktu itu. Sebab itu, maka akan makin
menambah dalam kesadaran kita, bahwa itu semua menunjukkan tanda-
tanda kekuasaan Allah.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (QS. 3 : 190, 191).

- Kita selalu sadar, ada pada waktu apakah detik ini kita berada ? Sudah
waktunyakah kita melakukan shalat.

”Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas


orang-orang yang beriman”. (QS. 4 : 103).

- Supaya kita tahu bahwa bila kita telah sampai waktu Dzuhur, katakanlah
jam 12.00 di Makkah baru jam 07.36 (pagi hari). Atau ketika kita telah tiba
maghrib, 4 jam 24 menit lagi, di sana baru matahari terbenam. Selisih waktu
ini akan bertambah lebar maksudnya, selisih waktu terbenamnya matahari
akan bertambah lama, bila di belahan bumi utara sedang mengalami musim
panas. Sedangkan Jakarta, karena terletak di belahan bumi selatan, siangnya
akan lebih pendek dari pada malamnya.

- Setelah itu supaya kita tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, asal di


sana sudah ada khabar mulai puasa atau beridul fitri, lalu kita memulai
puasa atau beridul fitri pula, atau asal sudah ada khabar dari Makkah para
jamaah hajji melakukan wukuf, lalu kita berpuasa Arafat, atau esok paginya
kita beridul adha. Kalau kita memahami bahwa waktu Jakarta berbeda
dengan waktu Makkah hal semacam itu tidak akan terjadi.

- Kalau waktu masih di dunia yang sangat singkat ini tidak kita gunakan
sebaik-baiknya kita akan menyesal nanti.

َ َ ‫إِنَّ َمآٓأ‬
ٓ ٓ٤٥ٓ‫نتٓ ُمنذ ُِرٓ َمنٓيَ ۡخش َٰى َها‬
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari
berbangkit (QS. 79 : 45).

Harus samakah atau harus berbedakah awal Ramadlan dan awal Syawal antara
muslimin Jakarta dan muslimin Makkah ?
Tidak. Tidak selamanya muslimin Jakarta mengalami awal Ramadlan dan awal
Syawal berbeda dengan muslimin Makkah. Tetapi tidak selamanya pula
muslimin Jakarta terus dalam waktu yang sama awal Ramadlan dan awal
Syawalnya dengan muslimin Makkah. Bahkan sesama muslimin Indonesia, bisa
jadi mengalami awal Ramadlan atau awal Syawal yang berbeda. Yang tidak
boleh terjadi sesama muslimin Jakarta melakukan awal Ramadlan atau awal
Syawal yang berbeda, atau melakukan puasa Arafat dengan hari yang berbeda.

Perbedaan dalam melakukan awal Ramadlan dan awal Syawal dalam hari yang
berbeda bagi muslimin Jakarta, sudah sering terjadi. Dan bila tidak ditemukan
solusinya, pasti akan terus berlanjut, padahal itu adalah suatu kesalahan.
Mungkinkah itu dapat terselesaikan ?

Itu hanya mungkin terjadi bila kita mau kembali kepada Al-Qur’anul Karim,
bila kaum muslimin mau mentaati Firman Allah beriku ini :

a.

”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka


kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. 4 : 59).
b.

(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan
(menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di
dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
(QS. 24 : 1)

c.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru


kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri orang-orang yang telah
berislam". (QS. 41 : 33).

d.

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga


mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.
(QS. 4 : 65).

e.

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka”. (QS. 5 : 48).
Hal-hal yang tidak boleh dilupakan :
1. Jarak waktu jam, antara Jakarta dan Makkah ialah 4 jam 24 menit.
(Makkah terletak pada 40o BT, sedangkan Jakarta pada 106o BT).

2. Bila matahari berada di belahan bumi utara tempat-tempat di sana akan


mengalami siang yang lebih panjang dari pada malamnya, perbedaan itu ada
yang sampai 18 : 6, artinya siangnya 18 jam dan malamnya hanya 6 jam.
Sebaliknya di belahan bumi sebelah selatan, malamnya akan lebih pendek.
Nanti bila matahari telah bergeser ke belahan bumi sebelah selatan, keadaan
itu akan berbalik, belahan bumi utara menerima malam yang lebih pendek,
dan bumi sebelah selatan akan menerima siang yang lebih panjang.

3. Makkah terletak di belahan bumi utara, 21o LU


Jakarta terletak di belahan bumi selatan, 6o LS.
Perbedaan letak lintang inilah yang berpengaruh besar terhadap waktu
selisih terbenamnya matahari.
Sebab, makin lama selisih waktu terbenamnya matahari, akan makin
memungkinkan terjadi seperti ini :
”Tadi waktu Jakarta terbenam matahari, bulan belum kelihatan. Tetapi
Makkah, karena selisih waktu terbenam matahari menjadi lebih lama, karena
musim panas (matahari di utara khatulistiwa), katika matahari terbenam di
sana, bulan sudah terlihat”.

4. Tetapi di waktu-waktu matahari berada di sebelah selatan khatulistiwa


Jakarta punya siang yang lebih lama dari pada malamnya. Makkah
sebaliknya siangnya lebih pendek. Sebab itu bila matahari ada di belahan
bumi selatan, jatuhnya awal puasa atau awal Syawal, antara Jakarta dan
Makkah, relatif bersamaan.

5. Adapun bulan-bulan yang Makkah siangnya lebih lama dari pada malam
harinya ialah : April, Mei, Juni, Juli dan Agustus.
Dan selisih terpanjang adalah pada bulan Juni, karena di bulan inilah
matahari berada paling utara pada peredaran tahunannya. Sehingga bila saat-
saat jatuhnya awal Ramadlan atau awal Syawal pada bulan Juni dan
sekitarnya, banyak sekali kemungkinan muslim Jakarta maghrib tadi belum
melihat bulan, karena terlambatnya matahari terbenam untuk Makkah, saat
itu mereka telah lebih dulu melihat bulan.

O Damascus
40o BT

O Madinah 24o LU
106o BT

O Makkah 21oLU

Oo Kh

O Jakarta 6o LS

- Selisih waktu jam tetap


- Selisih waktu terbenamnya matahari berubah-ubah
- Makkah di waktu musim panas, siangnya lebih lama
- Jakarta siangnya lebih pendek, jadi selisih waktu terbenamnya matahari
lebih lama.

Bukankah perbedaan jatuhnya 1 Ramadlan dan 1 Syawal itu disebabkan


oleh 2 metoda penentuan yang berbeda antara ru’yat dan hisab ?
Kita itu muslimin. Semua Nabi dan Rasul itu juga muslimin. Semua berkitabkan
yang sama Al-Qur’anul Karim. Apakah dalam Al-Qur’an ada ikhtilaf atau
perselisihan ? Tidak ada.

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al


Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya”. (QS. 4 : 82).

Jadi bila kita sama-sama beriman kepada Al-Qur’an, lalu kita mempunyai
keputusan yang berbeda, berarti kita yang salah. Sekali lagi dalam Al-Qur’an
tidak ada ikhtilaf, tidak ada 2 keputusan yang berbeda, yang dinyatakan
keduanya haq.
Ru’yat dari Rasul. Hisab juga dari Rasul. Apakah pernah terjadi muslimin
Madinah berawal Ramadlan dan berawal Syawal dalam hari yang berbeda ?
Itu tak pernah terjadi. Jadi jelas-jelas bahwa rukyat dan hisab bukanlah
penyebab perbedaan. Yang jelas dapat kita lihat, penyebab utama perbedaan itu
ialah ahwaa ahum, sifat ego manusia, hawa nafsu mereka. Kalau kelompok
muslimin yang satu dengan kelompok muslimin yang lain sama-sama aslama,
sama-sama tunduk akan keputusan Allah, dan membuang jauh-jauh ego masing-
masing golongan, pasti akan bereslah. Umat akan menjadi umat yang satu.

ٓ‫ِين ٓ ِم ۡن‬ ِٓ ‫ٓج َها ِد ِهۦٓ ٓ ُه َو ٓٱ ۡجتَبَ ٰى ُك ۡٓم ٓ َو َما ٓ َجعَ َل ٓ َعلَ ۡي ُك ۡم ٓفِي ٓٱلد‬ ِ ‫ّللِ ٓ َح َّق‬ َّٓ ‫َو ٰ َج ِهدُوآ ٓفِي ٓٱ‬
ٓ َ‫ٓوفِي ٓ ٰ َهذَا ٓ ِليَ ُكون‬ َ ‫س َّم ٰى ُك ُم ٓٱ ۡل ُم ۡس ِل ِمينَٓ ٓ ِمن ٓقَ ۡب ُل‬ َ ٓ ‫يم ٓ ُه َو‬ َ ‫ٓملَّةَ ٓأ َ ِبي ُك ۡم ٓ ِإ ۡب ٰ َر ِه‬ ِ ‫َح َرج‬
ٓ‫صلَ ٰوٓة َٓ َو َءاتُوا‬ َّ ‫اسٓفَأَقِي ُموآٱل‬ ٓ ِ َّ‫ش َهدَا َٓءٓ َعلَىٓٱلن‬ ُ ٓ‫ٓوت َ ُكونُوا‬ َ ‫ش ِهيدًآ َعلَ ۡي ُك ۡم‬ َ ٓ‫ل‬ ُٓ ‫سو‬ ُ ‫لر‬ َّ ‫ٱ‬
َّٓ ‫ ٓ َو ِإ‬٧٨ٓ ‫ير‬
ٓ‫ن‬ ُٓ ‫ص‬ ِ َّ‫ى ٓ َونِعۡ َم ٓٱلن‬ٰٓ َ‫ّللِ ٓ ُه َو ٓ َم ۡولَ ٰى ُك ۡۖۡم ٓفَنِعۡ َم ٓٱ ۡل َم ۡول‬
َّٓ ‫ص ُموآ ِٓٓبٱ‬ ِ َ ‫لز َك ٰو ٓة َ ٓ َٓوٱ ۡعت‬ َّ ‫ٱ‬
ٓ‫طعُوآ ٓأ َ ۡم َر ُهمٓ َب ۡينَ ُه ۡٓم ٓ ُزبُ ٗر ۖۡا‬َّ َ‫ ٓفَتَق‬٥٢ٓ ‫ون‬ ِٓ ُ‫ٓربُّ ُك ۡم ٓفَٓٱتَّق‬ َ ‫ٓوأَن َ۠ا‬ َ ‫ٓو ِحدَ ٗة‬ َ ٰ ‫ٰ َه ِذ ِهۦٓ ٓأ ُ َّمت ُ ُك ۡم ٓأ ُ َّم ٗة‬
ٓ ٓ٥٣ٓ َ‫بٓبِ َمآلَدَ ۡي ِه ۡمٓفَ ِر ُحون‬ ِ ِۢ ‫ٓح ۡز‬ ِ ‫ُك ُّل‬
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang
satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka
terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (QS. 23 : 51, 52, 53).

Di mana terjadi persimpangan jalan, sehingga mereka yang berawal Ramadlan


dan Syawal dengan rukyat, sering tidak bertemu dengan mereka yang berawal
Ramadlan dan Syawal yang melalui hisab ?
Sebab yang jelas ialah digesernya Islam yang semula merupakan agama yang
mudah, rasional dan sederhana ini menjadi agama yang sulit, suatu ketika
terlihat unsur-unsur mistik dan takhayul yang banyak serta unsur manusiawinya
yang kadarnya berkurang dari apa yang telah Allah tetapkan dalam Kitab Al-
Qur’an. Seperti diterlantarkannya kebutuhan kehidupan jasmaninya, dan
berfokus kepada ruhani semata.

Berbedakah antara rukyat dan hisab ?


Rukyat secara bahasa berarti melihat. Yang dimaksud di sini ialah melihat bulan
baru, bulan sabit, bulan tanggal satu atau hilal.
Hadits perintah Rasul itu sangat sederhana dan mudah, yakni ”Berpuasalah
kamu bila melihat bulan baru (tentu yang dimaksud tanggal 1 Ramadlan), dan
berbukalah (tentu yang dimaksud menyudahi puasa, atau beridul fitri), bila
melihat bulan. Dan bila kamu terhalang (mendung) cukupkanlah bilangan
puasamu menjadi 30“.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berkisah tentang
awal puasa yang berbeda antara muslimin Syam (Siria) dengan muslimin
Madinah. Padahal waktu itu Syam adalah wilayah dari pemerintahan kekhalifan
Madinah. Hadits ini dari Kuraib, seorang utusan Khalifah untuk datang kepada
Muawiyah (Gubernur Syam), setelah selesai urusannya ia lalu pulang ke pusat
pemerintahan di Madinah. Selengkapnya Hadits itu sbb :

Dalam hadits itu muslimin Syam mulai berpuasa Hari Jum’at dan muslimin
Madinah Hari Sabtu, padahal kedua tempat itu dalam wilayah satu negara. Jarak
timur baratnya (garis lintangnya) hanya 4o, jarak lintang 4o itu hanya membuat
perbedaan waktu 16 menit. Sedangkan jarak utara selatannya (garis bujurnya), ±
9o, seperti jarak antara Jakarta – Medan.
Permisalan ini untuk memancing kesadaran kepada kaum muslimin Indonesia,
bahwa jarak yang sedekat itu saja, sudah boleh berawal Ramadlan atau berawal
Syawal dengan hari yang berbeda. Apalagi jarak yang begitu jauh antara Jakarta
dan Makkah.
Jarak timur barat (garis lintang) antara Jakarta – Makkah sepanjang 66o. Jarak
sejauh ini dapat membuat perbedaan waktu selama 4 jam 24 menit. Jarak utara
selatannya juga cukup jauh, ± 27o atau 3x jarak antara Madinah – Damascus
(Syam). Kalau misalnya Makkah ditarik ke arah timur dan diluruskan dengan
meredian Jakarta, maka jarak itu akan sejauh Jakarta – Ho Chi Minh (dulu
Hanoi), ibu kota Vietnam. Jadi bila di antara kita ada yang berpendapat apapun
yang terjadi asal di Makkah sudah mulai berpuasa, kitapun lantas berpuasa, itu
sama sekali tidak menghiraukan faktor-faktor :
a. Hadits Kuraib yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
b. Perbedaan waktu itu, di antara berbagai tempat di muka bumi, adalah
merupakan tanda kekuasaan Allah.
c. Perjalanan matahari dan bulan itupun juga merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah.
d. Syarat-syarat bahwa permulaan Ramadlan dimulai dari melihat bulan,
begitu pula beridul fitri bila telah melihat bulan juga tidak dihiraukan.
Permulaan puasa bukan asal Makkah mulai puasa lalu kitapun mulai puasa.
Tetapi memang sering terjadi puasa muslimin Jakarta bersamaan dengan
puasanya muslimin Makkah. Tetapi itu bukan berarti puasa muslimin
Jakarta karena mengikuti awal puasanya muslimin Makkah. Muslimin
Jakarta mulai puasa karena sudah melihat bulan, kebetulan malam itu pula
muslimin Makkah juga sudah melihat bulan.

Puasa itu selama 1 bulan. Sebenarnya pemahaman yang benar seperti apa yang
disebut waktu 1 bulan itu ?
Dalam almanak Hijriah memang penghitungan hari, bulan dan tahunnya
berdasarkan perhitungan peredaran bumi terhadap bulan. Adapun yang disebut
satu bulan ialah dari bulan sabit atau hilal atau bulan baru sampai bulan sabit
lagi. Ini adalah ketentuan yang paling mudah, bisa dilakukan oleh siapa saja, di
mana saja, di kota atau di desa. Kemudahan cara ini sangat relevan dengan jiwa
Al-Islam, agama yang mudah itu, Allahpun suka kepada yang mudah-mudah.
Jiwa pemahaman inipun bersesuaian dengan Hadits : Berpuasalah kamu ketika
melihat bulan dan berbukalah kamu, ketika telah melihat bulan.
Dan Allahpun menjawab pertanyaan orang banyak ketika mereka bertanya
kepada Rasul Nya, tentang bulan sabit. Jawabnya apa ? Bulan sabit itu ialah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan hajji.

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. 2 : 189).

Bila kaum muslimin mau memahami pokok-pokok pemahaman dalam masalah


ini, bahwa :
a. Puasa itu dimulai dari bulan sabit awal Ramadlan dan diakhiri dengan bulan
sabit awal Syawal, sesuai dengan hadits Rasulullah, akan mudah dalam
pelaksanaan, dan dengan harapan yang paling kita dambakan, ialah ”Tetap
utuhnya kaum muslimin dalam satu barisan”.
b. Al-Mawaaqiitu, tanda-tanda waktu, yang dalam QS. 2 : 189, yang dimaksud
adalah Al-Ahillah. Al-Ahillah adalah jamak dari Al-Hilal (bulan sabit, bulan
baru). Jadi menggunakan batasan dalam menentukan awal bulan dengan
bulan sabit yang sudah dapat dilihat adalah sesuai dengan Al-Qur’an, dan
sesuai dengan Al-Hadits.
c. Ada 12 masalah yang ada dalam benak pikiran orang banyak waktu itu dan
menjadi pembicaraan umum. Lalu kedua belas masalah itu ditanyakan
kepada Nabi dan semua masalah itu telah dijawab melalui wahyu.

Masalah yang ditanyakan itu ialah :


- Tentang hilal
- Tentang berperang di bulan haram
- Tentang khamar dan judi
- Tentang apa yang harus diinfaqkan
- Tentang haid
- Tentang anak yatim
- Tentang apa yang dihalalkan
- Tentang Hari Qiyamat
- Tentang ruh
- Tentang Dzulkarnain
- Tentang gunung
- Tentang harta rampasan

Jadi kalau ada yang menganggap sudah masuk tanggal baru, karena bulan sudah
ada di atas ufuk, betapapun belum kelihatan, itu salah karena salah alamat. Dan
tidak termasuk yang dimasalahkan dalam pembicaraan waktu itu.

Anda mungkin juga menyukai