Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

NY E P2A1AH2 POST PARTUM 2 MINGGU


DI PUSKESMAS DLINGO 1

Disusun oleh :
Kelompok 2

Nama :
• Nahar Doa Saha A M16020014
• Ratih Syafitri M16020016
• Sulthoh Mabsuthoh M16020020

PROGRAM STUDI D III ILMU KEBIDANAN


STIKES MADANI YOGYKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta’aala yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah dengan
judul “ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.E P2A1AH2 POSTPARTUM 2 MINGGU DI
PUSKESMAS DLINGO 1”. Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas praktek klinik
kebidanan I.

Dalam kesempatan ini, kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang tidak
dapat kami sebutkan namanya, yang sangat berperan dalam memberikan dorongan,
dukungan, bantuan, dan arahan dalam menyusun makalah ini. Penulis menyadari
menyusun makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran yang
membangun sangat kami perlukan untuk memperbaiki makalah ini.

Yogyakarta, 27 Desember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
• Latar Belakang Masalah

• Tujuan

TINJAUAN TEORI
• Pengertian

• Involusi Dan Subinvolusi

• Tahapan Lochea Masa Nifas

• Perubahan Fisiologi Masa Nifas

• Adaptasi Fisiologi Masa Nifas

• Postpartum Blues

• Depresi Postpartum

TINJAUAN KASUS
• DATA SUBJEKTIF

• DATA OBJEKTIF

• ANALISIS

• PENATALAKSANAAN

PEMBAHASAN

PENUTUP
• Kesimpulan

• Saran.

BAB I
PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian dunia
oleh karena itu pada bulan september 2000 diadakan United Nations Millenium Deklaration.
Deklarasi ini sebagai Millenium Development Goals (MDGS) dengan target pencapain pada
tahun 2015. MDGS berisi 8 buah tujuan pembangunan millenium yaitu pengetasan
kemiskinan dan kelaparan, pemerataan pendidikan, mendukung persamaan gender,
mengurangi kematian anak, meningkatkan kesejahteraan ibu hamil, melawan HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup serta
meningkatkan kemitraan global. MDGS ke 5 memiliki target mengurangi ¾ angka kematian
ibu di Indonesia pada tahun 2015. (WHO.MDGs,2010)

Menurut data WHO (Word Health Organitation) 2011, sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika di bandingkan dengan rasio kematian ibu di
sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO (Word Health
Organitation), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil, bersalin dan 25% selama masa post
partum.

Berdasarkan survey demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, secara keseluruhan


lebih dari delapan ibu mendapatkan perawatan nifas, dengan rincian 70% mendapat
perawatan dalam dua hari sesudah melahirkan, 6% dalam waktu 3-6hari, dan 7% dalam 7-41
hari sesudah melahirkan, sabanyak 16% tidak pernah mendapat perawatan masa nifas atau
perawatan sesudah 41 hari melahirkan (SDKI, 2008).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan bahwa hampir


semua bayi (95%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil berikutnya dari hasil SDKI 2007
adalah sebanyak 44% bayi baru lahir mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 62% bayi
mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling
rendah yaitu 43% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dan
tertinggi 54% untuk bayi lahir tanpa pertolongan/orang awam. Sebanyak 65% bayi telah
mendapatkan makanan selain ASI sejak dini (prelacteal feed). Hanya 32% bayi di Indonesia
mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan (Badan penerbit IDAI, 2010).

Kasus kematian ibu di Kota Padang dari tahun 2009 sampai Tahun 2013 mengalami
signansi pada 5 tahun terakhir yaitu 16-15 kematian ibu. Kemtain terbesar ibu terjadi pada
saat nifas di tahun 2011 (10 kasus kematian) dan kasus kematian terendah terjadi pada ibu
bersalin dan nifas (2 kasus kematian) . sedangkan pada kematian ibu adalah perdarahan
preeklamsi disusul perdarahan dan sepsis. (Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang,
3013)

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya
pertolongan difokuskan pada periode intrapartum upaya ini terbukti telah menyelamatkan
lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses
persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua
interpensi sesuai bagi suatu negara dapat dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak
menguntungkan bila diterapkan dinegara lain.(Saleha, 2009)

Dengan adanya asuhan masa nifas ini dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang menyeluruh teratur akan meningkatkan
pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu pada ibu dimasa nifas. Serta pelayanan di tujukan
juga untuk memantau tanda-tanda bahaya nifas serta kemungkinan-kemungkinan tanda
bahaya yang akan terjadi. Masa nifas dalam konteks sosial, mencerminkan banyak transisi
bagi orang tua, anak dan anggota keluarga yang lain.(zufrias,2009)

Penulis mencoba untuk mengangkat kasus ini sebagai penerapan asuhan kebidanan
khususnya ibu nifas normal sehingga tidak ada masalah-masalah yang membahayakan ibu
nifas itu sendiri.

• Tujuan

• Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. “E” P2A1AH2
Post Partum 2 minggu nifas normal di ruang bersalin PUSKESMAS DLINGO 1
tahun 2017 ” dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

• Tujuan Khusus

• Diharapkan dapat melaksanakan pengkajian, interprestasi data, identifikasi


dioagnosa / masalah potensial,tindakan segera/kolaborasi,merencanakan
tindakan, melaksanakan tindakan, serta mengevaluasi Asuhan Kebidanan
Pada Ny. E P2A1AH2 Post Partum 2 minggu nifas normal di ruang bersalin
PUSKESMAS DLINGO 1 tahun 2017”

BAB II
TINJAUAN TEORI

• PENGERTIAN

Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu dari kata
“puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berakti melahirkan .
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu. Periode
masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.proses ini
di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali
keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan
fsikologi karna proses persalinan
• Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
• Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering
terdapat banyak masalah seperti pendarahan
• Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)
Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada
pendarahan,lokea tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik
• Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)
Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling
KB
• Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode
• Peurperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
• Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu
• Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

• INVOULSI DAN SUBINVOULSI

Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada
masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif ke bentuk normal
atau sebelum hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada
masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvoulsi dapat
terjadi pada :
• Uterus
• Tempat plasenta
• Ligmen
• Serviks
• Lochia
• Vulva
• Vagina
• Perineum
• Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/
proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan
uterus terhambat. Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk
menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif
kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah keukurannya (varney’s midwifery)

• Tanda dan gejala


Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang
seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat
• Konsistensi utererus lembek
• Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
• Terdapat bekuan darah
• Lochea berbau menyengat
• Uterus tidak berkontraksi
• Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
• Penyebab
• Terjadi infeksi pada miometrium
• Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
• Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih
banyak dari yang diperkirakan.
• Terapi
• Pemberian antibiotika
• Pemberian uterotonika
• Pemberian tablet Fe

Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri, Invoulsi uteri atau penggerutan
uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot otot polos uterus. Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada
digaris tengah kira kira 2cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini uterus besarnya kira kira sama dengn besar uterus
sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus
• Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam
otot uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali
• panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan
fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
• Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru
• Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra
uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menggopresi embuluh darah dan
membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
mengurangi suplai darah ke uterus.
• Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas tempat implantasi untuk
berubah
• Tanda dan Gejala
• Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
• Perdarahan
• Penyebab
• Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
• Inversio uteri sebagai akibat tarikan
• Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta
• Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

• Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia kembali
seperti sedia kala
• Tanda dan gejala
• Ligamentum rotundum masih kendor
• Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor
• Penyebab
• Terlalu sering melahirkan
• Faktor umur
• Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang
elastisitasnya.

• Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti


sebelum hamil
• Tanda dan gejala
• Konsistensi serviks lembek
• Perdarahan
• Penyebab
• Multi paritas
• Terjadi ruptur saat persalinan
• Lemahnya elastisitas serviks

• Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya


lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum,
• Tanda dan gejala
• Perdarahan tidak sesuai dengan fase
• Darah berbau menyengat
• Perdarahan
• Demam, menggigil
• Penyebab
• Bekuan darah pada serviks
• Uterus tidak berkontraksi
• Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
• Tidak mobilisasi
• Robekan jalan lahir
• Infeksi

• Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva
dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.
• Tanda dan gejala
• Vulva dan vagina kemerahan
• Terlihat oedem
• Konsistensi lembek
• Penyebab
• Elastisitas vulva dan vagina lemah
• Infeksi
• Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
• Ekstrasi kuman

• Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari
persalinan
• Tanda dan gejala
• Perineum terlihat kemerahan
• Konsistensi lembek
• Oedem
• Penyebab
• Tonus otot perineum sudah lemah
• kurangnya elastisitas perineum
• infeksi
• pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga
jahitan perineum putus.

• TAHAPAN LOKEA MASA NIFAS

Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan.campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokea, yang
biasannya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai bau yang
amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi
menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.
Perbedaan masing-masing lokhea dapat dilihat sebagai berikut:
Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
• Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel
desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
• Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada
hari ke – 3 – 7 pasca persalinan.
• Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14
pasca persalinan.
• Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
• Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
• Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita
dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-
rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

• PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

• Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, astium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks
menutup.
• Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
• Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium
sudah mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
pada keadaan sebelum melahirkan.
• Payudara
• Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon piolaktin
setelah persalinan.
• Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari
ke-3 setelah persalinan.
• Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.
• Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI),
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap
ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak akan
merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan kasih sayang
ibunya. Hal ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
• Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah
perenium juga dapat menghalangi keinginan ke belakang. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup.
• Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

• Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
• Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3
PP
• Sistem kordiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4
jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak
sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama kehamilan.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila kelahiran
melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri
dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit (hoemoconcentration). Bila
persalinan pervaginam, hemotrokit akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6minggu.
• Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000 selama persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa PP.Jumlah sel darah putih tersebut
masih bisa naik lagi sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah hemoglobine,hemorokit,dan eritrosyt
akan sangat bervariasi pada awal-awal masa PP sebagai akibat volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah ubah.Semua tingkatan ini akan
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran
dan masa PP terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit
dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu PP
• Perubahan Tanda-Tanda Vital
• Suhu Badan

satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit (37,5ºC – 38ºC) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan dan kelelahan.
Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkok, berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau
sistem lain.

• Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

• Tekanan,Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan
terjadinya preeklamsia post partum.

• Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas.

• ADAPTASI FISIOLOGI MASA NIFAS

Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi terhadap bayinya,
berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa
yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar
biasa biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan se4sekali
merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran.
Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :
• Periode “Taking in”
• Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya
• Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu melahirkanya
• Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat.
• Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv
• Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan
fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika
ibu menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental dan aspirasi
atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan
harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat
leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam
hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan
oleh pasien terhadap dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan
komunikasi yang baik antara pasien dan bidan
• Periode “taking hold”
• Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
• Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi
• Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya,BAA dan BAK,serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya
• Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
mengendong, memandikan dan memasang popok dan sebagainya.
• Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut
• Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
• Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik
bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan atau membuat perasaan ibu
tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata “jangan begitu” atau
“kalau kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti
perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang
bidan berikan.
• Periode “Letting Go”
• Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun
sangat berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
• Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya.
Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan hubungan social.
• Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada saat post partum, antara lain:
• Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang
baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang
terdekatnya karana ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun
psikologinya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu
fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang ibu. Dengan
respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga
akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat
• Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi. Hal yang dialami
oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaan terhadap perannya
sebagai ibu. Ia menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan
bayinya dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa.
Banyak kasus terjadi setelah seorang ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia akan
bertekad untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan ibunya.
• Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali ini adalah bukan
pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendpatkan
dukungan yang positif dari lingkunganya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan
anak pertama. Hanya yang membedakan teknik penyampaian dukungan yang diberikan
lebih kepada support dan aspirasi dan keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada
persalinan yang lalu.
• Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga akan
sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan melewati saat transisi ini.
Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang
dianut. Dalam hal ini bidan harus bijaksana menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas
asuhan yang diberikan. Keterlibtan kelurga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan
dan perawatan yang harus diberikan kepada ibu dan bayi yang akan memudahkan bidan
dalam memberi asuhan.

• POST PARTUM BLUES

Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum melahirkan
bayia biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah beberapa hal,antara lain
lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormone yang cepat,dan
keraguan terhadap peran yang baru. Pada dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut
termasuk penyebab konsisten . factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai
factor, termasuk adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa
awal menjadi seorang ibu.
Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir
setelah 10-14 hari.
Karatistik post partum blus meliputi:
a. Menangis
b. Merasa letih karena melahirkan
c. Gelisah
d. Perubahan alam perasaan
e. Menarik diri
f. Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga

Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin


merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang tepat, jika
pengalaman melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin juga merasa
diabaikan jika perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada bayi dilahirkannya
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan perhatian
dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang
berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan kesempatan untuk beristirahat
yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang
baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

• DEPRESI POS PARTUM

Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi interaksi sosial,
kemandiriannnya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi paska persalinan ( depresi
pos partum ). Berikut ini gejala – gejala depresi paska persalinan
1. Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.
2. Nafsu makan hilang,
3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol
4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi
5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar- debar

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan psikater.
Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit. Seorang ibu
nulipara mudah mengalami depresi masa nifas. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang
mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya
sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita
depresi masa nifas. Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan
menawarkan bantuan dan dorongan kepada ibu.

BAB III
TINJAUAN KASUS

• SUBJEKTIF

• Identitas

Nama :Ny. E Tn. A

Umur :27 Tahun 35 Tahun

Agama :Islam Islam

Pendidikan :SMP SMP

Pekerjaan :IRT BURUH

Alamat :Kebosungu II Kebosungu II

No.hp :081226546704

• Keluhan utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

• Riwayat menstruasi
Menarche umur : 15 Tahun Banyaknya : 3x ganti pembalut

Siklus : Teratur ( 29 hari ) Sifat : Encer

Lamanya : 6 Hari Keluhan : Tidak ada

• Riwayat obstetri

• Ibu mengatakan hamil pertama anaknya lahir pada tahun 2006 dengan jenis persalinan
spontan uk aterm di tolong oleh bidan, tidak ada komplikasi pada ibu dan bayi. Bb lahir
2600 gram, ibu menyusui anak nya selama 3 tahun, ibu tidak mengalami komplikasi saat
masa nifas.

• Ibu mengatakan hamil keduanya mengalami keguguran / abortus saat anaknya berusia 5
bulan, penganan dilakukan kuretase di rumah sakit oleh dokter

• Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Sah lama menikah : 7 Tahun

Menikah : Pertama Usia pertama menikah : 21 Tahun

• Riwayat persalinan dan nifas sekarang

P2a1ah1 Uk : gestasi 39 minggu

Keluhan selama hamil TM 1 : 3 kali

TM 2 :3 kali

TM 3 :6 kali

• Tanggal persalinan : 11/12/2017 pukul : 02.15 wib

• Jenis persalinan : spontan

• Bayi lahir : 3050 Kg

• Lama persalinan : kala I.II.III.IV : 5 jam

• Data kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan bahwa tidak ada keluhan.

• Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, ginjal,
DM

• Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluargnya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
menderita penyakit hipertensi, ginjal, DM

• Riwayat kontrasepsi

Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

• Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

• Nutrisi makan : 3x sehari ( nasi, sayur, lauk pauk )

Minum : 6-8 gelas / hari

• Eliminasi BAK :6-7x / hari

BAB : 1x/ hari

• Aktivitas kerja :-

• Istirahat : Tidur malam 7-8 jam/ hari

Tidur siang 1 jam / hari

• Personal hygiene : Mandi 2x/ hari

Keramas 3x/mgg

Ganti pakaian dalam 2-3x/ hari

• Seksualitas : belum melakukan selama nifas


• Psikososial spiritual

• Ibu mengatakan berhubungan baik dengan masyarakat umum, keluarga dan suami

• Ibu mengatakan sebelum nifas selalu sholat 5 waktu

• OBJEKTIF

• Pemeriksaan Umum

Ku : Baik Kesadaran : ComposMentis

TTV : TD : 120/80 mmHg N : 82x/ menit

S : 36,5 C RR: 20X/ menit

BB/ TB/ LILA : 60kg/ 160 cm/ 26,5 cm

• Pemeriksaan fisik

Kepala : rambut hitam, kepala bersih, tidak ada lesi

Wajah : tidak edema, simetris, tidak terdapat cloasma gravidarum

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung : simetris, tidak ada polip

Mulut : bersih, tidak ada stomatitis

Telinga : simetris, bersih, tidak ada kelainan

Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran pada vena
jugularis

Payudara : simetris, membesar, puting susu menonjol,tidak teraba massa, terdapat


pengeluaran asi

Abdomen : tidak terdapat bekas luka operasi, tidak terdapat striae, tfu sudah tidak teraba,
tidak ada varices, kandung kemih kosong, tidak kembung
Genetalia : tidak edema, tidak ada varices, ppv berupa warna kuning ( lochea serosa )

Anus : tidak terdapat hemoroid

Ektremitas : tangan. Simetris, tidak ada kelainan

Tungkai : Simetris, tidak edema, tidak ada kelainan

• Pemeriksan penunjang

Hb : 11,54 gr/ dl

• ANALISIS

Ny. E P2A1AH1 umur 27 tahun dengan postpartum 2 minggu normal

• PENATALAKSANAAN

• Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Ku : Baik Kesadaran : ComposMentis

TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 82x/ menit

S : 36,5º C RR: 20X/ menit

BB/ TB/ LILA: 60kg/ 160 cm/ 26,5 cm

ibu merasa senang dengan hasil yang telah dijelaskan

• ibu bersedia untuk tetap memberikan asi eksklusif dan memberikannya sesering mungkin.
memotivasi kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayi secara ondemen (setiap 2 jam
sekali atau setiap kali bayi ingin menyusu) mulai dari usia 0 bulan hingga usia 6 bulan
tanpa dibarengi dengan MPASI (makanan pendamping asi) termasuk air putih.
ibu melakukannya

• mengajurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan untuk pemulihan Rahim
dan menjaga kualitas produksi asi.

ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

• menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

ibu bersedia untuk beristirahat dengan cukup.

• memberikan KIE tentang :

• personal higien

• perawatan payudara

• pijat punggung untuk memperlancar produksi asi

ibu mengerti dan dapat mengulangi semua yang telah dijelaskan.

• Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya pada usia satu bulan untuk imunisasi
BCG agar bayi ibu terhindar dari penyakit TBC.

Setelah diberikan informasi untuk mengimunisasikan bayinya, Ny.R bersedia untuk


mengimunisasikan bayinya.

BAB IV
PEMBAHASAN

• Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif pada Ny.E didapati :


• ibu mengatakan tidak ada keluhan selama nifas, tidak ada keluhan dalam menyusui, tidak
ada keluhan dalam merawat anaknya dan merawat dirinya.
• Ibu mengatakan bahwa ibu belum pernah memakai KB dan belum ingin
menggunakannya.
• Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif pada Ny.E didapati :
BB: 60 Kg, TB : 160 cm, TD : 120/80 mmHg, N : 82x/menit, R : 20x/menit, S : 36,5ºC
PPV lochea serosa dan TFU sudah tidak teraba.
jahitan sudah kering dan masih ada luka bekas jahitan.

Tindakan yang dilakukan dari hasil diatas :

• Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan sehat yaitu BB:
60 Kg TB : 160 cm, TD : 120/80 mmHg, S : 36,5ºC, N : 82 x/menit, R : 20 x/menit, TFU :
Sudah tidak teraba, warna darah yang keluar sesuai dengan lochea masa nifas 2 minggu.
ibu senang dengan hasil yang telah diberitahu.

• memotivasi kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayi secara ondemen (setiap 2 jam
sekali atau setiap kali bayi ingin menyusu) mulai dari usia 0 bulan hingga usia 6 bulan tanpa
dibarengi dengan MPASI (makanan pendamping asi) termasuk air putih.
ibu melakukannya

• Memberitahu ibu tentang keuntungan ASI Eksklusif yaitu sebagai imunitas bagi tubuh bayi,
bayi menjadi tidak mudah sakit, meningkatkan kecerdasan, membentuk ikatan batin antara
ibu dan anak, mudah didapat, kandungan gizinya tidak mudah disamakan dengan susu
formula lainnya serta mempercepat pemulihan rahim.
ibu mengerti dan akan melakukannya.
• mengajurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan untuk pemulihan Rahim
dan menjaga kualitas produksi asi.
ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
• memberikan KIE tentang :
• personal higien
• perawatan payudara
• pijat punggung untuk memperlancar produksi asi
ibu mengerti dan dapat mengulangi semua yang telah dijelaskan.

• Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya pada usia satu bulan untuk imunisasi
BCG agar bayi ibu terhindar dari penyakit TBC. Setelah diberikan informasi untuk
mengimunisasikan bayinya, Ny.R bersedia untuk mengimunisasikan bayinya.

BAB V
PENUTUP

• KESIMPULAN
Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau waktu sejak bayi
lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan , yang mengalami
perubahan . pada masa ini sangatlah rentan dengan kondisi pendarahan maka masa nifas
merupakan masa yang sangat penting dan masa dimana ibu memerlukan pemantauan yang
baik.

• SARAN

Saran kita kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau masa nifas sebab
kita tahu pada masa ini dapat mengakibatkan kematian pada ibu.

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


NY E P2A1AH2 POST PARTUM 2 MINGGU
DENGAN POST PARTUM NORMAL
DI PUSKESMAS DLINGO 1
Disusun oleh :
Kelompok 2 :
• Nahar Doa Saha. A M16020014

• Ratih Syafitri M16020016

• Sulthoh Mabsuthoh M16020020

Telah diseminarkan didepan penguji


pada tanggal 5 JANUARI 2017

Mengetahui
Penguji 1 : Nining Sulistyawati.,S.ST.,M.Kes
Penguji 2 : Sri Martuti R.,S.ST

Ketua Prodi DIII Kebidanan


STIKES Madani Yogyakarta

Atik Nur Istiqomah, M.Keb

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


NY E P2A1AH2 POST PARTUM 2 MINGGU
DENGAN POST PARTUM NORMAL
DI PUSKESMAS DLINGO 1

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui


Tanggal 5 JANUARI 2017

Disusun oleh :
Kelompok 2 :
• Nahar Doa Saha A M16020014
• Ratih Syafitri M16020016
• Sulthoh Mabsuthoh M16020020

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( Sri Martuti R.,S.ST ) (Nining Sulistyawati.,S.ST.,M.Kes)

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyadatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC : Jakarta


Cunningham,dkk. 2002. obtetri wiliam, edisi 23. EGC : Jakarta
Indriyani, Diyan. 2013. Aplikasi Konsep dan Teori Keperawatan Maternitas Postpartum dengan
kematian janin. Ar-ruzz Media. Jogjakarta
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas. CV.trans Info Media: jalakarta
Riaty,Zufrias. 20009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Universitas Baiturahmah:Padang
Sastrawinata, sulaiman, 1983. Obstetric fisiologi. Fakultas kedokteran :Bandung
Saleha, 2009
SDKI, 2008
WHO. MDGs, 2010

Anda mungkin juga menyukai