Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PENGANTAR INVESTMENT
CRITERIA

Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik-tidaknya suatu


proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks tersebut “investment
criteria”, setiap indeks itu menggunakan present value yang teah didiscount dari pada
arus arus benefit dan biaya selama umur suatu proyek.
Berikut ini kelima investment criteria yang paling terkenal: ketiga kriteria
pertama dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu,
sedangkan yang kedua terakhir terkena kritik dari segi teoritis.
1. Net present value dari pada arus benefit dan biaya (NPv)
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Net benefit – Cost Ratio (Net B/C)
4. Gross Benefit – Cost Ratio (Gross B/C)
5. Profitability Ratio (PR)

Berbagai investment criteria


1. Net Present Value (NPv) dari arus benefit dan biaya
Merupakan selisih antara precent value dari pada benefit dan present value
dari pada biaya. Atau dapat pula NPv didapat dari net benefit dikalikan diskon
faktornya. Kriteria NPv dalam analisa proyek:
NPv  0 : Suatu proyek tertentu bertanda “go” atau dapat dilaksanakan.
NPv = 0 : berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social
opportunity cost of capital
NPv < 0 : Kita menolak proyek karena tidak menguntungkan
Contoh : rate = 15 %
Net Benefit
Th Capital Cost Definit DF PV
(4)
(0) (1) (2) (3) (5) (6)
(3) – (2) – (1)
0 100 0 0 -100 1 -100
1 - 10 0 -10 0,8696 -8,696
2 - 15 0 -15 0,7561 -11,342
3 - 20 20 0 0,6575 0
4-10 - 25 75 50 2,7356* 136,78
n-20 - 30 100 70 1,2405* 86,835
Total NPv 103,577

DF dapat dicari dari tabel atau dengan menggunakan rumus:


Rumus:
1 1
DFn  ; contoh: DF2   0,7561
(1  i) n (1  0,15)2
Dengan tabel dapat dicari dengan mudah menyesuaikan lajur (periode) dan kolom
(rate:%) dan fisik perpotongan keduanya dapat diketahui sebagai DF yang dimaksud.
Present value anuitas (tanda esteris : *) juga dapat diperoleh dari tabel atau dengan
rumus,
Rumus
Present value annuitas 4 – 10  (P/A)10
i
- (P/A) i3

(1  i)10  1 (1  i) 3  1
 
(1  i)10 . i (1  i) 3 . i

(1  0,15)10  1 (1  0,15) 3  1
annuity faktor periode 4-10  
(1  0,15)10 . 0,15 (1  0,15) 3 . 0,15

= 5,0188 – 2,2832
Present value annuitas 4 – 10 = 2,7356
Bila kita menggunakan tabel maka akan lebih mudah.
NPv selain dicari dengan rumus Net Benefit X DF, dapat pula dicari dengan Present
value benefit dikurangi present value of cost.
Contoh rate = 15 %
Biaya Present Benefit
Th DF PV (5) NPv
kotor value biaya kotor
(0) (2) Benefit (5) – (3)
(1) (3) = (1) x (2) (4)
0 100 100 1 0 0 -100
1 10 8.696 0,8696 0 0 -8,696
2 15 11,342 0,7561 0 0 -11,342
3 20 13,15 0,6575 20 13,15 0
4-10 25 68,39 2,7356 75 205,17 136,78
15-20 30 37,215 1,2405 100 124,05 86,835
238,793 342,37 103,577

2. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)


Untuk menhitung Net Benefit – Cost Ratio kita dapat menggunakan Rumus:
n

NPv bertanda ()


B t  C t /DFt  Bt - Ct > 0
Net B/C  t 1
n
NPv bertanda (-)  Bt - C t < 0
C
t 1
t  B t /DFt

ketika NPv = 0 ; maka Bet B/C = 1


NPv (  )
Bukti  1
NPv ( )

= NPv (+) = NPv (-)


n
Bt  Ct n
Ct  Bt
 
t 1 DFt
 
t 1 DFt
n
Bt n
Ct n
Ct  Bt
maka  
t 1 DFt
 
t 1 DFt
atau  
t 1 DFt
 NPv proyek = 0

Kriteria B/C :
Net B/C  1 merupakan rekomendasi untuk melaksanakan proyek
Net B/C = 1 maka NPv = 0
Net B/C < 1 merupakan indikasi proyek merugikan
Catatan:
Bila Bt – Ct kesemuanya (+) maka nilai IRR = n (tak hingga)

3. Gross Benefit – Cost Ratio (Gross B/C)


Dirumuskan:
n
Bt
B 

 (1  i)
t 1
t
Gross B/C  -
C n
 C  (1  i) t
t
t 1

Jadi bila suatu proyek, makin meningkatnya biaya operasional dan maintenent
menyebabkan makin rendahnya gross B/C. seandainya dengan makin meningkatnya
biaya operasional dan pemeliharaan tidak mempengaruhi Net Benefit (benefit kotor
juga ), maka NPv, IRR maupun Net B/C tetap. Sebaliknya Gross B/C makin
mendekati 1 dengan makin meningkatnya biaya operasional dan pemeliharaan.
Jika a/b > 1 ; maka:
a>b a (c + b) > b (c + a)
a.c>b.c a/b > (c + a) / (c + b)
a . c + ab > b . c + ab
Jika C mendekati tak terhingga, pecahan tersebut mendekati 1. Tetapi NPv
tidak terpengaruh karena  (at + Ct) -  (bt + ct) sama dengan  (at – bt). jadi Net B/C
ratio tidak berubah. Dan halnya sama untuk discaunt rate yang menjadikan arus
benefit bersih sama dengan nol atau Net B/C = 1, yaitu IRR. Jadi hanya Gross B/C
yang besarnya peka terhadap dikurangkan atau tidaknya biaya rutin dari benefit dan
biaya kotor.
Yang ingin kita ketahui dalam analisa benefit cost ialah besarnya keuntungan
yang kita peroleh sebagai akibat inovasi, asal investasi didefinisikan sebagai sisa
biaya, entah apa jenisnya, yang tidak bisa ditutupi dalam jangka waktu satu tahun
(artinya : setiap nilai rumus Bt – Ct yang negatif)

4. Profitability Ratio
Digunakan rumus:
n - -
 Bt - Ct
PR  t 1
n -
Kt 1
t

angka ini dianggap mengukur rentabilitas suatu investasi diatas tingkat discount rate
nya
5. IRR
IRR adalah niai discount rate – i yang mempunyai NPv dari pada proyek sama
dengan nol. Yaitu:
n
Bt  C t
 t 1 (1  IRR) t
 0

IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu
proyek.
Penurunan IRR:
IRR juga menunjukkan tingkat perputaran dari model

NPv = F (I)

A A
NPv1

0 E E
B B
NPv2 D D
C C

Kita mempunyai  sebagun yaitu  ACD dan  ABE


AB AC
Maka  …. AB = NPv1 ; AC = AB + BC, CD = I2 - It
BE CD
AB AC
Maka : 
BE CD
NPv 1 NPv 1   NPv 2 

BE i 2 - i1
NPv1  (i 2  i1 ) Untuk menjaga keakuratannya maka jarak antara i2
BE   dan i2 maksimal 5 %
NPv1   NPv 2 
Jadi IRR = i1 + BE
NPv1  (i 2  i1 )
IRR = I1 + BE 
NPv1   NPv 2 
Biasanya rumus IRR tadi tidak dapat dipisahkan (dicari nilai I – nya) secara
langsung. Namun secara coba-coba pemecahan ini dapat didekati dengan waktu
singkat.
Jika ternyata IRR dari pada suatu proyek sama dengan nilai I yang berlaku
sebagai Social Discount Rate, maka NPv dari proyek itu adalah sebesar nol. Jika, IRR
< Social Discount Rate, berarti NPv < 0. IRR  Social Discount Rate maka proyek
“go”
Jadi ketika IRR = i, NPv = 0 ; B/C ratio (Net) = 1 ; Gross B/C = 1 ; PR = 1
maka proyek masih “go” karena
1. Masih ada benefit yang diterima untuk menutupi tepat investasi dan biaya
rutinnya.
2. Jika i yang digunakan terlalu tinggi menyebabkan semakin turunnya nilai NPv
sehingga, walaupun nilai NPv limit 0 namun masih bisa dikatakan bahwa proyek
tersebut masih menguntungkan.

Contoh penggunaan NPv, IRR, Net B/C, Gross B/C dan PR, sebagai berikut:
Diketahui:
Th Kapital Cost Benefit DF = (15%) DR (20%)
0 1000 0 0 1 1
1 - 20 0 0,8696 0,8333
2 - 30 20 0,7561 0,6944
3 - 90 20 0,6575 0,5787
4-10 - 150 150 2,7356 2,0182
11-20 - 200 800 1,6043 0,6771
21-35 - 300 1000 0,3573 0,1219
36-50 - 500 1350 0,0439 0,008
Ditanyakan: NPv (15%), NPv (20%), Net B/C, Gross B/C, PR
Penyelesaian:
- - -
Th k c B NB DF15% NPv1 DF20% NPV2
k C B

Anda mungkin juga menyukai