Anda di halaman 1dari 2

No 1

Konsep Balance Scorecard yaitu Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas
kinerja organisasi/individu yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja organisasi/individu diukur secara berimbang dari dua aspek:
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, internal dan eksternal.Dalam
definisi lain Balance Scorecard adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas
operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih
besar dalam hal visi dan strategi.

Masing-masing perusahaan pada dasarnya sudah punya sistem manajemen sendiri-sendiri, dan
dalam konteks Indonesia pengaruh-pengaruh hubungan keluarga, koneksi itu masih kental dan
menjadi hambatan bagi usaha untuk menerapkan balance scorecard. Bahwa kendala itu muncul
karena menerapkan balance scorecard sama artinya dengan mengubah paradigma bekerja
secara tradisional menjadi best practice.

Penyebab kegagalan ini selain karena “ukuran” baru juga disebabkan antara lain oleh karena
mayoritas perusahaan Indonesia lebih bertumpu pada “sinten” (orang) daripada “sistem”,
motivasi dan kompetensi SDM belum merata dan masih banyak yang belum memiliki standard
operating procedures (SOP) yang lengkap.
Balance Scorecard (BSC) pada dasarnya merupakan sebuah sistem manajemen strategi dan
implementasi yang terdiri dari peta strategi organisasi, lengkap dengan ukuran, target dan
inisiatif strategisnya. BSC di perusahaan multinasional tersebut, BSC menghendaki adanya
parameter yang terukur sebagai bukti “kita telah melakukan leadership framework secara
benar”.

BSC sebenarnya bukan satu-satunya ukuran kinerja yang tidak hanya bertumpu pada kinerja
keuangan tetapi pada penekanan operasional diantaranya six sigma, malcolm balridge serta
bussiness process reengineering atau lebih dikenal dengan singkatan BPR.

NO 2
“if you can't define performance, you can't measure or manage it.'' Peringatan ini boleh jadi
didasari oleh kenyataan bahwa kinerja sering dipahami secara berbeda oleh orang berbeda
untuk tujuan berbeda. Jika uraian diatas disederhanakan maka bisa dikatakan bahwa
pengukuran kinerja maupun manajemen kinerja harus didahului dengan pemahaman yang
benar tentang esensi kinerja itu sendiri. Mendefinisikan kinerja dengan demikian merupakan
pangkal dari keseluruhan proses dari penilaian dan manajemen kinerja. Salah mendefinisikan
kinerja bukan tidak mungkin salah pula dalam melakukan penilaian dan manajemen kinerja.
Dampaknya tentu saja manajer tidak mampu menjalankan organisasi sesuai dengan keinginan
pemilik dan tidak mampu melayani konsumen dan konstituen dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai