Anda di halaman 1dari 7

1.

TEORI AKUNTANSI
Dari sudut pandang bidang studi, akuntansi dapat diartikan sebagai :
“seperangkat pengetahuan yang mempelajari rekayasa penyediaan jasa berupa
informasi keuangan kuantitatif dari suatu unit organisasi dan cara penyampaian
(pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Akuntansi pada dasarnya juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan praktis.
Artinya, teori akuntansi memiliki hubungan yang bersifat definitif dengan praktik
akuntansi. Kalau suatu struktur akuntansi sebagai hasil rekayasa telah diterapkan
dalam lingkungan tertentu, maka akuntansi dapat dipandang secara sempit sebagai
suatu proses atau kegiatan yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatata, pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, pengikhtisaran, dan
penyajian data keuangan dasar yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi suatu
unit organisasi dengan cara-cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang
relevanbagi pihak yang berkepentingan. Pemakai eksternal meliputi kelompok
pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analisis keuangan, dan badan atau lembaga
pemerintah. Dengan demikian, informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan bertujuan sebagai berikut :
(1) Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
bermanfaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan
dan pemberian kredit.
(2) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan
menunjukkan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari
kekayaan tersebut.
(3) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba.
(4) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya.
(5) Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber
pendanaan perusahaan.
(6) Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke perusahaan.
Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi
Akuntansi menjadi yang faktor terdepan yang berperan penting dalam
menjalankan ekonomi dan sistem sosial kita. Keputusan-keputusan yang diambil
oleh para ind
Akuntansi adalah Sistem
2. PERKEMBANGAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Sejak tahun 1950-an, beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan akuntansi dengan aspek perilaku. Hal ini dimulai oleh Argyris pada
tahun 1952. Selain itu, Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi
keprilakuan dalam lima aliran (school), yaitu engendalian manajemen (management
control), pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing), desain
sistem informasi (information system design), riset audit (audit research), dan
sosiologi organisasional (organizational sociology). Aliran yang terakhir ini
menggunakan asumsi yang berbeda dengan aliran-aliran lainnya. Informasi akuntansi
dirancang untuk berfungsi sebagai suatu dasar bagi banyak pengambilan keputusan
penting di dalam maupun di luar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses perencanaan, pengoordinasian dan pengendalian yang
kompleks, serta aktivitas yang saling berhubungan untuk memotivasi karyawan pada
semua tingkatan di dalam perusahaan. Prosedur akuntansi umumnya digunakan untuk
melaksanakan banyak fungsi penting organisasional yang secara fundamental sudah
menjadi sangat teknis. Peningkatan ekonomi yang kontinu dan berkelanjutan dari
suatu organisasi digunakan sebagai bahan dasar untuk memilih informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan.
Sebenarnya akuntansi kerilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang
perkembangannya semakin meningkat dalam 25 tahun belakangan. Hal ini ditandai
dengan lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang berkaitan dengan keperilakuan
(behavioral), dan semakin menjamurnya buku-buku teks berbahasa asing yang
membahas tentang akuntansi keperilakuan. Salah satu jurnal paling popular yang
mengangkat permasalahan akuntansi keperilakuan adalah Behaviour Research in
Accounting yang diterbitkan oleh American Accounting Association. Selain itu, di
Amerika Serikat sendiri, mata kuliah mengenai akuntansi keperilakuan semakin
banyak ditawarkan. Perkembangan ini juga didukung oleh semakin bertumbuhnya
riset-riset para amahasiswa akuntansi dan pengajar mereka yang berfokus pada
dimensi akuntansi keprilakuan.
Pada awal perkembangannya, riset akuntansi keperilakuan menekankan pada
aspek akuntansi manajemen, yang khususnya penganggaran (budgeting). Namun,
cakupannya terus berkembang dan bergeser kea rah akuntansi keuangan, sistem
informasi akuntansi, dan audit. Dalam bidang audit, riset akuntansi keperilakuan telah
berkembang sedemikian rupa sehingga tinjauan literatur telah menjadi terspesialisasi
dengan lebih memfokuskan diri pada atribut keperilkuan yang spesifik seperti proses
kognitif, atau riset keperilakuan pada satu topic khusus seperti audit sebagai tinjauan
analitis (analytical review). Sinyal ini merupakan awal terhadap pematangan dan
pendewasaan riset akuntansi keperilakuan.
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan
akntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain secara
menyeluruh. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana akuntansi
mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia selalu dicari. Pda gilirannya,
akuntansi keperilakuan diyakini dapat menjadi terobosan yang baik dalam
pengukuran bisnis dan informasi, yang memungkinkan pada direktur eksekutif (chief
executive officer – CEO),direktur keuangan (chief financial officer –CFO), dan
penyusun rencana strategis lainnya untuk mengoptimalkan keputusan yang diambil,
yang pad akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, di sisi lain,
akuntansi keoerilakuan tidak sama dengan kauntansi tradisional yang hanya
melaporkan data kekuangan. Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu
penegtahuan perilaku utnuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan
melaporkan faktor manusia yang memengaruhi keputusan bisnis dan hasilnya.
Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan
teknik berikut.
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang
dan kinerja perusahaan.
2. Untuk megukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis.
3. Untuk memengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan.

Manfaat utama dari bidang baru ini adalah menyediakan informasi bisnis yang
memungkinkan para CEO, CFO, dan perencana strategis lainnya untuk mengukur dan
memengaruhi variabel-variabel yang secara konvensional tidak dapat diukur, tetapi
sangat menentukan bisnis mereka.

3. PENDEKATAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavioral science), teori-teori
akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris terhadap perilaku manusia
dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu
sendiri sudah tidak diragukan lagi.
 Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi
manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya fokus pada masalah-masalah
perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi
produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai
penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting), dan masalah harga transfer (transfer pricing). Meskipun demikian,
berbagai riset tersebut masih bersifat normatif karena hanya mengangkat
permasalahan mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model
matematis, seperti arus kas yang didiskonto (discounted cash flow) atau
pemrograman linear (linear programming) guna membantu manajer dalam
mengambil keputusan ekonomiyang optimal, tanpa melibatkan faktor-faktor lain
yang memengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemene, seperti perilaku
perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi. Pada masa itu, berbagai
faktor tersebut dianggap sebagai “kotak hitam” yang kurang diperhatikan.
Sejak tahun 1950-an, tepatnya sejak C. Argyris menerbitkan risetnya
padatahun 1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan
yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain sitem
pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat
itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.sejak
riset Argyris yang berjudul “ The Impact of Bugdet on people”, suatu studi yang
disponsori oleh The Controllership Foundation Cornell university School of
Business and Public Administrative, sejarah penelitian akuntansi keperilakuan
mulai. Sejak saat itu, tumbuhlah kesadaran untu mengintegrasikan grasikan ilmu
akuntansi dengan ilmu-ilmu keprilakuan, terutama ilmu psikologi dalam riset
akuntansi. Riset Argyris tersebut menguji peranan informasi akuntansi
menggunakan “Reliance on accounting performance measures” (RAPM) sebagai
alat untuk mencari jawaban atas dugaan bahwa informasi akuntansi yang
digunakan suatu perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap
karyawannya. Selama dua dekade hasil riset Argyris tidak ditanggapi oleh para
peneliti lain sampai pada tahun 1972, dan Hopwood membuka kembali topic
tersebut. Riset ini secara lebih spesifik menguji pengaruh jenis penilaian kinerja
yang meliputi: gaya keterbatasan anggaran (budget constrained style), gaya sadar
laba (profit conscious style), dan gaya non-akuntansi (non-accounting style)
terhadap ketegangan kerja (job related tensions), tekanan biaya (cost tension),
persepsi karyawan tehadap keadilan dan penilaian kinerja, dan persepsi karyawan
terhadap penyelianya. Riset Hopwood sangat monumental dan mendapat banyak
perhatian dari peneliti lainnya.
Pada tahun 1978, riset Hopwood diulang oleh Otley dengan temuan yang
berbeda. Pertama, Otley tidak dapat membuktikan penemuan Hopwood bahawa
ketegangan bawahan akan semakin meningkat dengan gaya keterbatasan laba.
Kedua, bertentangan dengan penemuan Hopwood, Otley menemukan bahwa
kinerja manajer lebih baik dengan gaya keterbatasan laba. Adanya temuan yang
bertolak belakang tersebut mengundang banyak peneliti untuk menyelidikinya,
hingga kemudian digunakan teori kontijensi (contingency theory) dalam riset
akuntansi.
 Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontinjensi
Pada awalnya riset akuntansi keperilakuan dirancang dengan pendekatan
universal (universalistic approach), seperti riset Argyris di tahun 1952,
Hopwood, dan Otley. Namun, pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, segera
muncullah pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam
bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).
Teori ini menyatakan pnyususnan dan penggunaan desain sistem
pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi
lingkungan dimana sistem tersebut akan diterapkan. Teori ini menanggapi klain
dari pendektan universal yang menyatakan suatu sistem pengendalian bisa
diterapkan dalam akarkteristik perusahaan dan kondisi lingkungan apa pun.
Pendekatan universal tersebut didasarkan pada teori manajemen ilmiah (scientific
management theory).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan
tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempegaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Berbagai variabel
kontijensi yang mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut
yaitu sebagai berikut :
1. Ketidakpastian (uncertainty), seperti lugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-
faktor eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology dan interdependence),
seperti proses produksi, produk missal, batch yang kecil/besar, dan lain-
lain.
3. Industri, perusahaan dan uni variabel, seperti kendala masuk ke dalam
industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy), seperti penggunaan biaya
rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor), seperti
desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi, dan lain-lain.

Kompleksitas desain riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi bisa


dibagi dalam empat tingkatan. Pertama, desain riset yang menghubungkan satu
variabel kontinjensi dengan satu variabel sistem pengedalian. Kedua, desain riset
yang menguji interaksi antara satu variabel kontinjensi dan satu variabel sistem
pengendalian terhadap variabel dependen tertentu (variabel konsekuensi), seperti
kinerja atau kepuasan kerja. Ketiga, desain riset yang menguji interaksi anatara
stau variabel kontijensi dengan lebih dari satu variabel sistem pengendalian
manajemen terhadap variabel konsekuensi. Terakhir, tingkat keempat , adalah
desain riset yang memasukkan berbagai variabel kontinjensi untuk menentukan
desain pengendalian yang optimal.

Salah satu riset awal yang menggunakan teori kontinjensi adalah Burns dan
Waterhouse. Riset mereka meneemukan bahwa pengendalian melalui anggaran
bergantung pada bermacam-macam aspek, seperti tingkatdesntralisasi dan
sentralisasi, serta sampai sejauh apa kegiatan-kegiatan yang ada terstruktur.
Gordon dan Narayana meneliti pengaruh lingkungan dan struktur organisasi
terhadap sistem akuntansi. Selain itu, Chenhall dan Morris meneliti tentang
hubungan anatara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan
ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
Sejak tahun 1970-an, banyak peneliti mengangkat masalah tentang aspek-
aspek motivasional dalam desain akuntansi manajemen. Teori perilaku organisasi
yang banyak digunakan dalam desain riset adalah teori motivasi keraja dengan
berbagai pendukungnya. Teori motivasi secara garis besar ada tiga gologngan
yaitu : 1) teori isi (content theories), 2) teori proses (process theories) atau teori
harapan (expectancy theory) yang lebih fokus pada faktor-faktor yang
memengaruhi proses kognitif seseorang untuk bekerja, serta 3) teori kontemporer
(contemporary theory).

Anda mungkin juga menyukai