KIMIA FARMASI I
Dosen Pengampu :
Editor :
Dia Oktarina (16091032)
Frengki Mandala. P (16091046)
Ratih Purwasih (16091098)
LABORATURIUM KIMIA
AKADEMI FARMASI AL-FATAH BENGKULU
T.A. 2017/2018
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI I
DI SUSUN OLEH KELAS B1:
NO NAMA NO NAMA
1 Agung Tri Putra 21 Laras Novia
2 Annisa Ayu Lestari 22 Mahrunisa
3 Annisa Zulfa Agustin 23 Merta Imelda
4 Ayu Mika Dewi 24 Monica Clara Shinta
5 Bunga Maulidini 25 M. Saiful Asrori
6 Cica Utami 26 Nabila Etika
7 Delsa Ratnasari 27 Nining Herlina
8 Deski Oprodita 28 Novles Juwita
9 Dewi Mayang Sari 29 Oqtha Heri
10 Dia Oktarina 30 Putra Sandika
11 Dwi Ericca 31 Ratih Prwasih
12 Elda Yeni 32 Resti Noptahariza
13 Ferly Sasmita 33 Sarto Bagiyok
14 Frengki Mandala Putra 34 Seza Seftiani Putri
15 Friska Meyriska 35 Siska Ramadhani
16 Hinipah Hilipsi 36 Trimanda Sari
17 Indah Anggraini 37 Violita Bella Dina
18 Jimmy Hendric 38 Wiwit Pujiarti
19 Juwita Megayani Harahap 39 Yuliandiki Ardiani
20 Khairunnisa
EDITOR:
Dia Oktarina (16091032)
Penulis
LAPORAN AKHIR
DISUSUN OLEH:
KELAS B2
NAMA:
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.
Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan
antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke
era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain
sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-
obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymous-
a08)
1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan
Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik,
terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau
sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya azaserine.
2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid:
Bakteriostatik:
3. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas) :
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
4. Penggunaan Antibiotik kombinasi :
B. TUJUAN PRATIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa antibiotik
teritama Kloramfenikol
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada
anlisis kualitatif antibiotik Kloramfenikol
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN ANTIBIOTIK
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.
Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan
antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke
era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain
sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-
obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymous-
a08)
Antibiotik adalah substansi yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu
antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk
menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011).
Antibiotik digunakan dalam berbagai bentuk-masing-masing
menetapkan persyaratan manufaktur agak berbeda. Untuk infeksi bakteri
di permukaan kulit, mata, atau telinga, antibiotik dapat dite rapkan sebagai
salep atau krim. Jika infeksi internal, antibiotik dapat ditelan atau
disuntikkan langsung ke dalam tubuh. Dalam kasus ini, antibiotik dikirim
seluruh tubuh dengan penyerapan ke dalam aliran darah.
Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan
dari kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas
menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran
digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara
semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika
sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya
penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif
yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik tersebut haruslah bersifat
sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk inang/hospes
(Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh
mikroorganisme menjadi sangat penting.
Praduk antikoagulan, antidepresan, vasodilator, her4bisida,
insektisida, hormon tanaman, enzim, dan inhibitor enzim telah diisolasi
dari mikroorganisme.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan
oleh fungi berfilamen dan oleh bakteri kelompok actinomycetes. Daftar
sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui fermentasi industri
berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika
dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya . Sebagian besar
sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi. Secara ekonomi
dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai
penjualan hampir mendekati $ 5 milyar. Beberapa antibiotika yang
dihasilkan secara komersial (Sumber:Brock & Madigan,1991).
B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan
Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik,
terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin,
valinomycin;Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa
atau sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya azaserine.
2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid: Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi
kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,
polipeptida,rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik: Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah
atau menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya,
sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan
tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. Manfaat dari
pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya
terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-
pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada
kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai
antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
3. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas): Antibiotik yang bersifat aktif
bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif
dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah
sulfonamid, ampisilin,sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan
rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit): Antibiotik yang bersifat aktif
bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,bakteri gram
positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin,
klindamisin, kanamisin,hanya bekerja terhadap mikroba gram-
positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.
D. PENGERTIAN KLORAMFENIKOL
Pengertian Kloramfenikol adalah suatu antibiotik spektrum luas
yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces misalnya S.venezuelae, S.
phaeochromogenes var. chloromyceticus dan S. amiyamensis. Setelah
para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950
kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total. S. venezuelae pertama
kali diisolasi oleh Burkhoder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang
diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme menunjukkan aktivitas
terhadap beberapa bakteri gram negatif dan riketsia (Wattimena, 1991).
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas,
namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat
menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan
kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan
shock sirkulasi yang parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol
sebagai anti infeksi menjadi terbatas mengingat efek sampingnya pada
darah yang membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu
pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih efektif pada
dosis yang lebih rendah sehKloramfenikol (Dirjen POM, 1979).
Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai
aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid.
Kloramfenikol memiliki nama kimia 1- (pnitrofenil)- dikloroasetamido-
1,3-propandiol, rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki struktur.
Kloramfenikol termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutan
dalam air pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling
rendah. Dalam basa akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat.
Senyawa ini cepat dan hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna.
Oleh karena itu pemberian peroral menonjol (Wattimena, 1990).
G. SIFAT KLORAMFENIKOL
Sinonim : Chloramphenicolum
Berat Molekul : 323,13
Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang;
putih sampai putih kelabu atau putih
kekuningan; tidak berbau; rasa sangat
pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air; dalam
2,5 Bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian
propilenglikol P sukar larut dalam Kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Antibiotikum, sebagai sampel.ingga efek
Samping obat Berkurang (Sudjaswadi, 1999)
Persyaratan : Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari
97,0% Dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12C12N2O5, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan dan tidak lebih dari
Titik Lebur : Antara 1490 dan 1530 C.
pH : Antara 4,5 dan 7,5. (Farmakope IV, 1995).
Pengaruh Lingkungan:
Stabilitas Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui
paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar
dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh
hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa.
Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada
lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps
lanae.
Farmakokinetika :
Dosis kloramfenikol yang umum adalah 50-100 mg/kg/hari.
Setelah pemberian peroral, kristal kloramfenikol diabsobsi dengan
cepat dan tuntas. Dosis oral 1 g menghasilkan kadar darah antara 10-
15 µg/mL. Kloramfenikol palmitat merupakan suatu pro-drug yang
dihidrolisis dalam usus untuk menghasilkan kloramfenikol bebas.
Formulasi parenteralnya, kloramfenikol suksinat, menghasilkan
kloramfenikol bebas melalui hidrolisis, menyebabkan kadar darah
sedikit lebih rendah dibandingkan kadar darah yang dicapai dengan
obat yang diberikan secara oral.
Kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan
dan cairan tubuh. Hal ini meliputi juga sistem saraf pusat sehingga
konsentrasi kloramfenikol dalam jaringan otak dapat setara dengan
konsentrasi dalam serum. Obat ini mengalami penetrasi membran sel
secara cepat. Ekskresi kloramfenikol tidak perlu diubah pada saat
kerja ginjal menurun, namun harus dikurangi dalam jumlah besar
pada kegagalan hati. (Katzung, 2004).
Cara Pembuatan:
Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh
Streptomyces venezuelae, oraganisme yang pertama kali diisolasi
tahun 1947 dari sample tanah yang dikumpulkan di Venezuela ( Bartz,
1948). Sewaktu struktur materi kristalin yang relatif sederhana
tersebut ditemukan antibiotik, antibiotik ini lalu dibuat secara sintetik.
Biosintesis kloramfenikol pada siklus hidupnya yang normal,
Streptomyces venezuelae akan tumbuh dalam medium yang sesuai
dan menghasilkan jumlah sel maximum, setelah itu berhenti
pertumbuhannya, dan memasuki fase stasioner, akhirnya diikuti oleh
kematian sel vegetatif atau pembentukan spora. Pada stadium ini,
setelah sel-sel berhenti mambelah, metabolit sekunder mulai
diproduksi. Metabolit sekunder mulai di produksi dalam jumlah besar
dan kebanyakan disekresikan ke dalam medium biakan. Kebanyakan
antibiotik merupakan metabolit sekunder.
H. PENGGUNAAN KLINIS
Sebagai obat sistemik, kloramfenikol hampir tidak dipakai lagi
berhubung toksisitasnya yang kuat, resistensi bakteri, dan tersedianya
obat-obat lain yang lebih efektif (misalnya cephalosporin).
Kloramfenikol kadang-kadang juga digunakan secara topikal untuk
pengobatan infeksi mata karena spektrum antibakterinya yang luas dan
kemampuannya mempenetrasi jaringan okuler dan cairan bola mata. Obat
ini tidak efektif untuk infeksi-infeksi chlamydia (Katzung, 2004).
I. IDENTIFIKASI KLORAMFENIKOL
1. Spektrum serapan inframerah zat yang dispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan hanya pada panjang yang sama seperti
pada Kloramfenikol BPFI
2. Waktu retensi puncak utama pada kromatografi Larutan uji sesuai
dengan waktu retensi puncak utama pada kromatogram Larutan
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar .
BAB III
HASIL PERCOBAAN
A. PEMBAHASAN
Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan
antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke
era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain
sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-
obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri. (Anonymous-
a08)
Antibiotik adalah substansi yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu
antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk
menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011).
Pada pratikum kali ini kami melakukan uji identifikasi Golongan
antibiotik Kloramfenikol. Kloramfenikol itu sendiri suatu antibiotik
spektrum luas yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces misalnya
S.venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromyceticus dan S.
amiyamensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka
sejak tahun 1950 kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total. S.
venezuelae pertama kali diisolasi oleh Burkhoder pada tahun 1947 dari
contoh tanah yang diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme
menunjukkan aktivitas terhadap beberapa bakteri gram negatif dan riketsia
(Wattimena, 1991).
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas,
namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat
menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan
kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan
shock sirkulasi yang parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol
sebagai anti infeksi menjadi terbatas mengingat efek sampingnya pada
darah yang membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu
pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih efektif pada
dosis yang lebih rendah Kloramfenikol (Dirjen POM, 1979).
Pada uji identifikasi kita lakukan uji Pendahuluan hasil yang
didapati:
Warna : Putih
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Pahit
Konsistensi : Serbuk
Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian
Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan
Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal 1).
Dosen Pengampu:
Elly Mulyai, M.Farm.,Apt
Herlina, S.Si
Disusun Oleh
Kelas B2
Nama :
Ayu Mika Dewi (16091013)
Bunga Maulidini (16091016)
Cica Utami (16091019)
Delsa Ratna Sari (16091022)
D. Ampisilin (C16H19N3O4S)
Struktur Kimia Ampisilin
1. Uji Pendahuluan
a) Organoleptis : Asam dan garam berbentuk bubuk kristal halus,
putih, dan higroskopis.
b) Kelarutan : - Garam (mudah larut dalam air dan kloroform,
Larut dalam etanol, agak sukar larut dalam
aseton, tidak larut dalam eter)
- Trihidrat (sukar larut dalam air dan aseton,
tidak larut dalam etanol, eter, dan kloroform)
c) Uji pH : Cek sampel dengan sedikit air + kertas lakmus
merah dan biru
2. Reaksi Gugus Fungsional
a) Pemeriksaan amin alifatik primer dan aromatic (reaksi isonitril) Zat
dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan) tercium
bau khas isonitril.
3. Reaksi Khusus
a) Sampel + 1 ml air + 2 ml Fehling encer (2:6) timbul warna ungu
(fuhsin).
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PERCOBAAN II
AMOXICILLIN DAN AMPISILIN
A. DASAR TEORI
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotikgolongan penisilin
yang banyak beredar di pasaran dan banyak digunakankarena harga
antibiotik golongan ini relatif murah. (Harianto dan Transitawuri, 2006).
Amoksisilin berspektrum luas dan sering diberikanpada pasien
untuk pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia,otitis,sinusitis,
infeksi saluran kemih, peritonitis, dan penyakitlainnya. Obat ini tersedia
dalam berbagai sediaan seperti tablet,kapsul, suspensi oral, dan tablet
dispersible (UNICEF, 2013).
Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-
laktam dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin.
Obat ini awalnya dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan
ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat
ini tersedia dalam bentuk amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral dan
amoksisilin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoksisilin telah
menggantikan ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di
berbagai tempat (Grayson, 2010).
Secara kimiawi, amoksisilin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-
Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino] -3,3 -dimetil-7 -okso -4-tia -1 -
aza -bisiklo [3.2.0]heptan-2-karboksilat (Kauret al., 2011).
Struktur Kimia Amoxicillin :
5 Reaksi Khusus
- Sampel + 1 ml Air + 2
ml Fehling Encer (2:6) Ungu
Timbul Warna Ungu
(Fuhsin)
1 tetes fehling A
3 tetes fehling B
6 Kesimpulan C16H19N3O4S AMPISILIN
3. PEMBAHASAAN
Pada percobaan ini dilakukan analisa secara kualitatif atau uji
identifikasi dari senyawa amoxicillin dan ampisilin. Analisa kualitatif
berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit
yang dituju dalam suatu sampel. Indikator terjadinya reaksi
membuktikan bahwa suatu sampel ditandai dengan terjadinya reaksi
seperti perubahan warna zat, adanya pengendapan, adanya panas,
adanya gelembung dan lain-lain.
Pada identifikasi pertama dilakukan uji organoleptis terlebih
dahulu yang memuat warna, bau, rasa, dan konsistensi. Pada sampel ini
yaitu amoxicillin memiliki warna putih, bau khas obat, rasa pahit, dan
konsistensi berupa serbuk. Setelah uji organoleptis dilakukan uji
kelarutan yaitu apabila sampel ditambah air dimana sampel sebanyak
0,1 gram didapatkan perbandingan yaitu 1 : 300 dengan kelarutan
sukar larut, dan begitu juga dengan sampel ditambaah alkohol, dimana
sampel sebanyak 0,1 gram didapatkan perbandingan yaitu 1 : 149
dengan kelarutan sukar larut. Setelah itu dilakukan uji pH, maka
didapatkan hasil dari pH amoxicillin yaitu bersifat asam.
Amoxicillin memiliki gugus fungsional yaitu apabila sampel
dalam etanol ditambah kloroform ditambah NaOH 1N (dipanaskan)
maka akan tercium bau khas isonitril. Sedangkan pada reaksi khusus,
sampel ditambah H2SO4 menghasilkan warna kuning dan apabila
ditambah H2O akan berubah menjadi kuning tipis, sampel ditambah
HNO3 akan menghasilkan warna kuning, sampel ditambah AgNO3
adanya endapan putih, dan sampel ditambah FeCl3 akan menghasilkan
abu-abu coklat endapan putih.
Sifat fisika dan kimia amoxicillin yaitu mengandung tidak
kurang dari 90,0% C16H19N3O5S dihitung sebagai anhidrat.
Amoxicillin berwarna putih praktis tidak berbau, sukar larut dalam air
dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung akan
berbentuk suspensi oral dengan pH antara 5-7,5.
Pada identifikasi kedua dilakukan untuk sampel ampisilin, uji
yang dilakukan pertama yaitu uji organoleptis yang memuat bentuk,
warna, bau, rasa, dan konsistensi. Ampisilin memiliki ciri-ciri bentuk
serbuk berwarna putih, rasa pahit lemah, bau khas obat dan konsistensi
berupa serbuk. Uji kelarutan ampisilin dengan menggunakan air dan
alkohol didapatkan bahwa keduanya merupakan zat yang sukar larut
dalam air dengan perbandingan sampel ditambah air 1 : 203 sedangkan
sampel ditambah alkohol 1 : 230.
Pada sampel ampisilin memiliki dua reaksi yaitu yang pertama
reaksi gugus fungsional dan yang kedua reaks khusus, dan uji pH pada
ampisilin yaitu bersifat asam. Pada gugus fungsional sampel
(ampisilin) ditambah etanol ditambah kloroform ditambah NaOH 1N
dipanaskan makan akan tercium bau khas isonitril. Sedangkan pada
reaksi khusus, sampel (ampisilin) ditambah 1 ml H2O ditambah 2 ml
fehling dengan perbandingan 2 : 6 maka akan menghasilkan warna
ungu.
Pada praktikum digunakan perbandingan 1 : 3, 1 tetes untuk
fehling A dan 2 tetes untuk fehling B. Sifat fisika dan kimia ampisilin
yaitu ampisilin berbentuk anhidrat dan trihidrat mengandung tidak
kurang dari 95,0% C16H19N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat.
Ampisilin trihidrat mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6 mg/ml
pada suhu 20oC dan 10 mg/ml pada suhu 40oC, ampisilin sodium
berwarna hampir putih praktis tidak berbau , serbuk kristal, serbuk
higroskopis sangat larut dalam air, mengandung 0,9% natrium klorida.
4. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan dari suatu mikroba,
terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba
jenis lain.
b. Pada hasil identifikasi sampel pertama secara kualitatif
merupakan jenis antibiotik yaitu Amoxicillin/ C16H19N3O5S
c. Pada hasil identifikasi sampek kedua secara kualitatif merupakan
jenis antibiotik yaitu Ampisilin/ C16H19N3O4S
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Muniz, corolina compas. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar :
Yogyakarta. (Hal 1 dan 10).
Sukandar. 2008. Analisa Kimia Farmasi Kualitatif. UNHAS : Makassar.
Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2012. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Belajar : Yogyakarta. (Hal 1).
Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI
“PARACETAMOL DAN ASAM MEFENAMAT”
Dosen Pengampu:
Elly Mulyani, M.Farm.,Apt
Herlina, S.Si
Disusun oleh:
Deski Ofrodita
Dewi Mayang Sari
Dwi Erica Angraini
Elda Yeni
Kelas B2
1. Paracetamol
Bahan :
Alat :
Pipet tetes NaHCO3
Plat tetes HCl(p)
HCl(encer)
Tabung reaksi
FeCl3 1%
Beker glass NaOH
Serbet NaNO2 10%
Rak tabung reaksi FeCl3(p)
Buret HNO3(p)
HNO3(encer)
Kertas lakmus merah
K2CRO7
Kertas lakmus biru
2. Asam Mefenamat
Alat : Bahan :
Pipet tetes NaHCO3
Plat tetes HCl(p)
Tabung reaksi HCl(encer)
Beker glass FeCl3 1%
Serbet NaOH
Rak tabung reaksi Metanol
Buret Marquis
Kertas lakmus merah
Kertas lakmus biru
C. HASIL PERCOBAAN
1. Parasetamol
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN
1 Uji Organoleptik
- Warna - Putih
- Bau - Tidak berbau
- Rasa - Sedikit pahit
- Konsistensi - Serbuk
2 Uji Kelarutan
- Sampel + Air - 1 : 18 Larut
- Sampel + Alkohol - 1: 17 Larut
3 Uji pH
- Sampel + Lakmus merah - Merah Asam
- Sampel + lakmus biru - Merah
4 Reaksi Gugus Fungsional
- Sp + 1ml air + NaHCO3 - ↓ Putih
/HCl+3 tetes FeCl3 1% →
biru-ungu lemah
- Sp + 10mg + 1ml NaOH - ↓ Kekuningan
+ NaNO2 10% → merah
5 Reaksi Khusus
- Sp + FeCl3 → biru- ungu - Biru-ungu muda
muda
- Sp + HCl(e) + NaNO2→ - Kuning
Kuning
- Sp + HCl(p) + 10ml air → - Kuning kehijauan
dinginkan + K2CrO7→
Kuning kehijauan - Putih kekuningan
- Sp + HNO(e) → Putih
kekuningan - Jingga
- Sp + HNO(p) → Jingga
6 Kesimpulan PARASETAMOL (C8H9NO2)
2. Asam Mefenamat
5 Reaksi Khusus
- Sp + FeCl3 → biru- ungu - Orange pudar
muda kekuningan
- Sp + Metanol + - Bau gandapura
H2SO4→Bau gandapura
- Sp + NaOH →diamkan +
HCl → Endapan - Endapan
- Sp + Marquis →
kuning - Kuning
D. PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan,dapat disimpulkan
bahwa:
1. Uji organoleptik
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu
Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8
No.1 : 1-6, Juni 2008. FMIPA UNB.
Disusun Oleh :
Kelas B2
2017
GOLONGAN ANALGETIK
METAMPIRON
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
G. DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, sri Rohamoh, 2009, pengaruh pemberian Vit C terhadap efek
analgetik, metampiron pada marmot, skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Soewandi, SundariWureina, dkk, 2007, pengaruh milling terhadap laju
disolusi campuran metampiron – fenilbutazon (7,3) Majalah ilmu
Kefarmasian, V01 4 no 2.
Goodman and aliman, 2007, pasar farmakologi terafi edisi no 10,
diterjemahkan oleh amalia. Penerbit buku Kedokteran CGC. Jakarta.
GOLONGAN ANTIPIRETIK
ASAM SALISILAT
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa antipiretik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada
analisis kualitatif antipiretik.
B. DASAR TEORI
Menurut sejarahnya, salisilat adalah di antara kelompok pertama
yang dikenal sebagai analgesik. Laroux, pada tahun 1827, mengisolasi
salisin, dan piria, pada tahun 1838 membuat asam salisilat. Setelah
penemuan ini, berikutnya Cahours (1844) memperoleh asam salisilat dari
minyak wintergreen (metilsalisilat) dan Kolbe dan lautermann (1860)
secara sintetik membuat dari fenol. Natrium salisilat diperkenalkan pada
tahun 1875 oleh Buss, diikuti dengan diperkenalkan fenil salisilat oleh
Nencki pada tahun 1886 sebagai “asam salisilat alamiah” dan digunakan untuk
membuat garam yang lebih disukai beberapa orang. (Cahyadi, W. 2006.)
Asam Salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang
bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat
berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2
kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di
samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling
dikenal adalah asam
H. DAFTAR PUSTAKA
“LIDOKAIN”
DISUSUN OLEH :
KELAS B2
NAMA :
2017
GOLONGAN SUSUNAN SYARAF PUSAT
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa obat susunan
syaraf pusat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada
analisis kualitatif senyawa obat susunan syaraf pusat
B. Dasar Teori
Anestetik lokal atau zat-zat penghalang rasa adalah obat yang pada
penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impus-impuls
saraf ke susunan saraf pusat dan demikian menghilangkan rasa nyeri,
gatal-gatal, rasa panas, atau dingin. Anestetik lokal pertama adalah kokain,
yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang
di pegunungan Andes (Peru), yang pertama kali digunakan sebagai
penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata, kemudian pada kedokteran
gigi. Sejak tahun 1892 dikembangkan anestetik lokal secara sintesis dan
ditemukan prokain dan benzokain pada tahun 1905, yang disusul oleh
banyak derivat lain seperti tetrakain, butkain, dan chincokain. Kemudian
muncul anestetik lokal seperti lidokain (1947), mepivakain (1957),
prilokain (1963), dan bupivakain (1967).
Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan
utama untuk anestesi permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah
anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal
dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih
ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam
bidang kedokteran oleh karena mempunyai awitan kerja yang lebih cepat
dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat-obat anestesi lokal
lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di
sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik,
motorik, maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis
untuk menyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju daerah
tubuh tertentu.
Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara
cepat dari tempat injeksi. Dalam hepar, lidokain diubah menjadi metabolit
yang lebih larut dalam air dan disekresikan ke dalam urin. Absorbsi dari
lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat injeksi, dosis
obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat, jaringan, dan karakter
fisikokimianya.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM VII LIDOKAIN
A. DASAR TEORI
Alat: Bahan :
- Rak Tabung Reaksi - Lidokain
- Tabung Reaksi - HNO3
- Pipet Tetes - H2O/Air
- Beaker Glass - Aseton
- Spatel - 0,1 N KOH-Etanol Tembaga
- Botol Semprot Sulfat
- NaOH
- Marquis
C. HASIL PERCOBAAN
3. Uji ph
a. Sampel + lakmus Biru
merah biru netral
b. Sampel + lakmus biru
4. Reaksi Fungsional : Bening
Sp + 0,5 ml HNO3 berasap
diupakan dipangas dingin
air sampai kering dilarutkan
dalam 5ml aseton
5 Reaksi khusu
a. Sp + larutan Tembaga Senyawa kompleks
sulfat + NaOH biru kuat
b. Sp + Pereaksi Marguis Bening
6 Kesimpulan Lidokain
D. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah uji identifikasi pada obat
golongan saraf pusat dimana tujuan dari pratikum itu sendiri adalah agar
mahasiswa mampu mengidentifikasi bebrbagai senyawa obat susunan
pusat. Ssp itu sendiri adalah obat yang dapat merangsang setrebrum
medulla dan sumsum tulang belakang.obat yang digunakan adalah
lidokain.
Sebelum melakukan pratikum pertama kami siapkan alat dan bahan
yang meliputi tabung reaksi, pipet tets,plat tetes,rak tabung reaksi,spatel
Bunsen,beacker glass,cairan lidokain.dan beberapa jenis reagen yang
digunakan. Setelah itu kami melakukan uji identikasi yang meliputi uji
organoleptis yang meliputi warna,bau,rasa, konsistensi uji kelarutan ,uji
ph,reaksi fungsional,reaksi khusus, serta penarikan kesimpulan dari
percobaan yang didapat.
Hasil yang didapat dari obat system saraf pusat golongan lidokan
yaitu bahwa lidokain mempunyai warna bening tidak berbau, sedikit pahit
konsistensi larutan/cairan. Pada uji kelarutan menunjukan bahwa lidokain
larut dalam air. Dan juga larut dalam etanol.lidokain mempunyai ph
basa.setelah itu dilakukan uji pada reaksi gugus fungsional yaitu dengan
cara sampel + 0,5 hno3 kemudian direndam pada becker glass yang telah
dipanaskan sebelumnya diatas kompor listrik tunggu sampai larutan
berwarna kuning. Kemudian setelah kuning tambahkan aseton sebanyak
5ml yang ditetesi juga 0,1 N koh,ettanol lalu dilanjutkan dengan reaksi
khusus dengan cara sp + cuso4 + naoh →berwarna biru kuat, kdeua
sampel ditabahkan pelarut marquis → berwarna merah
Maka dapat ditarik kesimpulan dari percobaan diatas adalah
lidokain selain itu juga ada factor yang menyebabkan tidak didapatkannya
hasil pada saat uji reaksi fungsional hal ini karena reagen yang sudah
terkontaminasi atau proses pengerjaan yang tidak sesuai prosedur.
E. KESIMPULAN
Dari beberapa uji identifikasi yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa lidokain memiliki bentuk larutan berwarna bening
tidak berbau rasa sedikit pahit.lodokain larut dalam air dan etanol.
Mempunyai ph basa dan uji uji gugus fungsional berwarna bening
seharusnya hijau.
Pada uji khusus dudapatkan hasil yaitu :
1. Sp + cuso4 + naoh → senyawa kmpleks biru kuat
2. Sp + pereaksi marquis →bening
Jadi dapat disimpulkan dari percobaan telah dilakukan adalah
lidokain walaupun ada beberapa uji yang tidak sama dengan apa yang
ditetapkan diletaratur.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/52172122/11/G-Faktor-yang-Berpengaruh-
2011.
Hal.332
Katzung BG & Miller RD. 2002. Anestetik Lokal. Di dalam : Katzung BG,
Medika. Hal.162-163
Mansjoer, arief et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. 2000. Jakarta;
Media Aesculapius.
Disusun Oleh :
KELAS B2
Nama :
Khairunisa (16091062)
Mahrunisa (16091072)
BENGKULU
2017
Golongan Antihistamin
A. Tujuan Praktikum
antihistamin
B. Dasar Teori
dan influensa pada banyak penderita, dapat diperoleh di toko obat dalam
elektrofisiologi jantung.
eritem dan pruritus, tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam
reseptor histamin H1 atau H2. Setelah itu, terdapat banyak usaha untuk
1995).
dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena
a. Alat b. Bahan
Sampel serbuk CTM
Pipet tetes Aquadest
Plat tetes FeCL3
HCL/NaHCO3
Serbet HCL Mayer
Marquis
Spatel Cuprifil
Bourchadat
Tabung reaksi
NaOH dan Nessler
Rak tabung reaksi
Beker glass
1. Uji Organoleptik
- Warna Kuning
- Bau Khas
Sedikit Pahit
- Rasa
Serbuk
- Konsistensi
2. Uji Kelarutan
- Sampel + Air Merah
- Sampel + Alkohol Asam
Merah
3. Uji pH
- Sampel + Lakmus Merah 1,5ml:0,1gr / 1:15ml Larut dalam Air
- Sampel + Lakmus Biru
1,8ml:0,19gr / Larut dalam Air
1:19ml
5. Reaksi Khusus
makanan, serbuk sari serta serangga, alergi kulit, alergi mata dan
lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh
sampai sedang dan obat untuk anafilataksis. CTM adalah obat bebas
terbatas artinya yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi
berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual bebas.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5 %
mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam kloroform; sukar
berbau, rasa sedikit pahit. Kemudian pada uji kelarutan dalam air 1:15
larut dalam air, dan dalam alkohol 1:18 larut dalam alkohol.
5. Kesimpulan
Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga
Martin, A., J. Swarbrick, and A. Cammarata, 1983, Physical Pharmacy, 3rd ed.,
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Gramedia, Jakarta
LAPORAN AKHIR
“DIFENHIDRAMIN”
Disusun Oleh :
KELAS B2
1. Uji Pendahuluan :
Kelarutan :
Bentuk zat
Hidroklorida 1:1 1:2 1:50 Tak larut 1:2
Dosis dan cara Pemakaian: 1. Dosis oral: Dewasa dan remaja: 25-50 mg
3-4 kali sehari, dengan interval 4-6 jam, bila perlu. Dosis maksimal 300
mg/hr. Usia lanjut (usila): Mulai dengan dosis dewasa serendah mungkin. Usia
lanjut lebih sensitif terhadap efek antikolinergik. Anak-anak > 9.1 kg: 12.5-25
mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam. Sebagai alternatif, berikan 5
mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal 300 mg/hr.Anak-anak 9.1
kg: 6.25-12.5 mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam. Alternatif lain,
berikan 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal 300
mg/hr. (voight.R.1998)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Tabung Reaksi Aquadest
2. Rak Tabung Reaksi HCl
3. Beker Glass NaHCO3
4. Pipet Tetes FeCl3
5. Plat Tetes NaOH
6. Lakmus Merah H2SO4
7. Lakmus Biru Mayer
8. Sudip FeSO4
9. Buret
10. Bunsen
D. HASIL PERCOBAAN
1. DIFENHIDRAMIN
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN
1. UjiOrganoleptik
a. Warna Pink
b. Bau Tidakberbau
c. Rasa Pahit
d. Konsistensi Serbuk
2. UjiKelarutan
- Sampel + Air 1,3 :0,1→13ml : Larut
- Sampel + Alkohol 1g
3. Uji pH
- Sampel + LakmusMerah Biru Basa
- Sampel + LakmusBiru Biru
4. ReaksiGugusFungsional
Reaksibesi (III) Klorida
Sampel + 1 ml air dinetralkan
dengan NaHCO3 atau HCl, lalu
direaksikan dengan 2 tetes Pink
larutan FeCl3 1% yang dibuat
segar. Jika ada asam hidroksi
aromatic, fenolenol, pirazolon,
atau fenotiazin → biru sampai
ungu lemah.
5. Reaksi Khusus
- Sampel + 2 ml H2SO4(p) → →Jingga – Merah
warna jingga – merah
- Sampel + HNO3 + H2SO4 →Lapisan
→ merah violet + air + CHCL3 Kuning
CHCl3 kocok, lapisan
CHCl3 →violet →Ungu Muda
- Sampel + Mayer → ungu
muda
- Sampel + NaOH + →Ungu
Cu.Asetat → jingga
- Sampel + FeSO4 → ungu →Merah muda /
- Sampel + Marquis → pink
kuning jingga → coklat
merah →Coklat - merah
6. Kesimpulan Difenhidramin
2. PEMBAHASAN
- Sp + FeSO4 → ungu
Dan uji orgonoleptis yang kami dapat yaitu definhidramin berwarna pink.
Tidak berbau,rasa sedikit pahit,dan kosistensinya serbuk.
Warna : Pink
Konsistensi : serbuk
4. DAFTAR PUSTAKA
Dosen Pengamu:
Elly Mulyani, M. FaKrm., Apt
Herlina, S.Si
Disusun Oleh :
Novles Juwita
Oqtha Heri
Putra Sandika
LABORATORIUM KIMIA
AKADEMI FARMASI AL-FATAH
BENGKULU
2017
A. Tujuan Praktikum
1. Maha siswa mampu mengidentifikasi berbagai senyawa analgetik dan
antipiretik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap prosedur yang terjadi pada analis
kualitatif analgesic dan antipiretik
B. Dasar Teori
Analgesic adalah obat atau senyawa yang digunkanuntuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan rasa kesadaran akan perasaan sakit
yang terdiri dari dua proses yaitu penerima rasa sakit di bagian otak dan
reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. (arief, 2000)
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh
yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesic mempunyai efek
antipiretik. (Anonym, 2011)
Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : analgetika opioid dan
NSAID/Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi
Non-Steroid). Analgetika opioid mengurangi rasa nyeri dan menimbulkan
euphoria dengan berikatan pada reseptor opioid di otak, yaitu Mu, Kappa, dan
Delta enkefalin dan endorphin berikatan dengan reseptor Mu dan Delta.
Dinorfin berikatan dengan reseptor K. Obat opioid : morfin, metadon,
meperidin, fentaanil dll. (Tjay, T.H., Rahardja, K., 2005)
Analgetik non-opioid di kelompokan sebagai berikut derivate asam
salisilat misalnya aspirin, derivate paraaminofenol misalnya parasetamol,
derivate asam propionate misalnya ibuprofen dll.
Antiiretik digunakan untuk membantu mengembalikan suhu set point
ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan
prostaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen endogen hipotalamus.
(Sweetman, 2008)
Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam namun
pemakaian obat golongan ini tidak boleh digunakan secara rutin karena
bersifat toksik. Efek samping yang sering ditimbulkan setelah penggunaan
antipiretik ini adalah respon hemodinamik seperti hipotensi, gangguan fungsi
hear dan ginjal, oligurias, serta retensi garam dan air. (Hammond and Boyle,
2011)
Prednisolone adalah glukortikoid yang diubah oleh 11 beta-
hidroksisteroid dihidrogenase dalamhati dalam bentuk aktif, prednisolone.
Hal ini digunakan untuk mengobati penyakit radang tertentu seerti alergi yang
parah. Beberapa jenis kanker tetapi banyak memiliki efek samping yang
segnefikan.
Sifat fisika kimia dari prednisolone berupa serbuk hablur putih tidak
berbau, melebur pada suhu 2300 C disertai peruraian. Kelarutan dari
prednisolone ini sangat larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
kloroform, dalam dioksan dan di dalam methanol. Dengan rumus molekul
C21H26O5. (Dirjen Pom, 1995)
Alat Bahan
- Tabung Reaksi - H2SO4
- Rak tabung Reaksi - HNO3
- Beker Gelas - FeCL3
- Pipet Tetes - NaNO3
- Serbet - K2CRO7
- Elemeyer - Aquadest
- Plat Tetes - Etanol
D. Hasil Percobaan
F. Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah kami lakukan dapat disimplkan bahwa:
1. Prednison memiliki warna putih, bau khas, rasa pahit dan konsitensi
serbuk
2. Uji PH prednison memiliki PH netral
3. Uji gugus fungsional
Sampel + 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCL, lalu
direaksikan dengan 2 tetes larutan Fecl3 1% yang di buat segar. Jika ada
asam hidroksi aromatic, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin biru
sampai ungu lemah. ( hijau kekuningan)
4. Uji khusus
a. Sampel + H2SO4 (P) Coklat
b. Sampel + H2SO4(P) + air Coklat
c. Sampel + HNO3 (p) Coklat
G. Daftar Pustaka
Disusun Oleh :
KELAS B2
Nama :
2017
LEMBAR KERJA
PRATIKUM PERCOBAAN XI
DASAR TEORI
dihasilkan oleh tubuh jka manusia hewan dan atupun makhluk hidup lain
tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan bak,
vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa latin yaitu vita yang berarti
‘hidup’ dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organikyang
kelak diketahui bahwa banyak vitaminyang sama sekali tidak memiliki atom
A. Vitamin B1
1. Pengertian Vitamin B1
Vitamin B1 adalah sebuah vitamin dengan struktur kimia
menormalkan aktivitas saraf. Vitamin ini larut dalam air, dan dalam
metabolisme karbohidrat menjadikan gula yang lebih sederhana dan
(Cheng,2004)
secara bebas di apotek, tapi ada yang memerlukan resep dari dokter.
usahakan mengonsumsinya di waktu yang sama tiap hari agar tidak lupa,
Uji kelrutan
a. Sampel + air 1: 3,5→ 1:35 Agak Sukar Larut
2.
b. Sampel + alkohol 1: 220 Sukar Larut
Uji pH
a. Sampel + lakmus merah
3. merah Asam
b. Sampel + lakmus merah
biru
Reaksi Gugus Fungsional
a. Sp + air + AgNO3(p)
→ ↓putih + HNO3(P) Larut
→ tidak larut +
4. NH4OH → larut
b. Sp + MNO4 +
H2SO4(p) → warna Biru
hijau
Reaksi Khusus
a. Sp + NAOH + 2 tetes Putih kuning
kalium
heksasionoferat +
isobutanol → dikocok
→ biru-ungu
b. Sp + PbCHOO3 + Endapan Coklat
5. NaOH → Coklat
Hitam
c. Sp + NaOH → Kuning Endapan
Kuning Putih
d. Sp + Nessler menjadi Abu-abu Hitam
abu-abu hitam
e. Sp + parpink → ↓ Pink Endapan
putih Putih
6. Kesimpulan C12H17N4OSt
4. Pembahasan
berikut :
kami lakukan terdapat kesulitan ketika bahan dan sampel yangterbatas saat
menggunakan pipet tetes yang tidak dicuci dahulu saat pengambilan dan
harus menggulang mereaksiakan lagi baru ketemu hasil yaaaaaaaa alat yang
kurang bersih pada saat pencucian menyebabkan hasil tidak seperti yang
diingnkan .
5. Kesimpulan
dapat dihasilkan oleh tubuh jka manusia hewan dan ataupun makhluk
hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas
terkena penyakt, nama vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa
latin yaitu vita yang berarti ‘hidup’ dan amina (amine) yang mengacu pada
sama sekali tidak memiliki atom N ,dipandang dari sisi enzimologi (ilmu
secara bebas di apotek, tapi ada yang memerlukan resep dari dokter.
B. Vitamin B6
1. Pengertian Vitamin B6
Vitamin B6 atau Piridoksin adalah merupakan vitamin B kompleks
yang termasuk senyawa larut dalam air. Bersifat sebagai koenzim dalam
tubuh tetap prima dan tahan terhadap serangan penyakit. Vitamin B6 ini
memiliki 6 jenis bentuk kimia dan tentu paling sering didapatkan pada
memiliki massa molar 169,18 g/mol dan memiliki titik lebur 159-162oC.
(Vitahealth. 2006)
dari piridoksin itu sendiri. Asam amino dalam tubuh dapat dipecah
dapat diserap melalui usus. Selain itu juga berperan dalam pemecahan
sistem imunitas tubuh. Bahkan dalam mengurangi rasa sakit pada wanita
pernah terjadi.
karena kekurangan gizi akibat hal ini. Biasanya terjadi pada mereka yang
yang dapat diperoleh dari konsumsi vitamin B6 ini seperti yang telah
lainnya.
paprika, sayur lobak, dan sayur bayam. Pada takaran paprika 1 cangkir
saja mampu memenuhi 0,27 mcg vitamin B6. Kemudian pada buah-
buahan juga mengandung vitamin B6. Seperti pada buah pisang, buah
alpukat, buah tomat, buah melon, buah semangka. Pada takaran 1 buah
menyiapkan alat dan bahan dan sampel yang akan diuji yaitu vitamin B6.
5. Kesimpulan
tidak memiliki bau dan rasa nya pahit, yang agak sukar larut dalam air
Askin, 1982. Buku Konsep Kimia Vitamin B1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Chang 2004. Kimia Vitamin. Cetakan Kesembilan. Jakarta. Pt, Gramedia Pustaka
Utama
Hasanuddin.
Disusun Oleh :
Kelas B2
Nama :
BENGKULU
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PERCOBAAN XII
A. DASAR TEORI
Istilah vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh
Cashmir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak
beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan
bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam
makanan sehari-hari. Zat ini dibnutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung
unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian
selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata
tidak merupakan amine (Winda, 2013).
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam
tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena
penyimpanan dan pengolahan.Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam
tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini
tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya
memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan
istilah avitaminosis (Pujiadi, 1994).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai
penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot
dan sendi, berat badan berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai
peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen,
pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolisme kolesterol menjadi asam
empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin.
Vitamin C memiliki sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid,
karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif
oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk memelihara kehamilan,
mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah hemoroid,
mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).
Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah
dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu
mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang
(Lehninger 1982). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti: Pemanasan
yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur, pencucian sayuran
setelah dipotong-potong terlebih dahulu, adanya alkali atau suasana basa
selama pengolahan, dan membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara
akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk
nipis dapat mengurangi kadar vitamin C.Vitamin C mudah teroksidasi dan
proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh
katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan
dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah)
lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang
vitamin C-nya. Titrasi netralisasi digunakan untuk menentukan kadar analit
yang bersifat asam atau basa atau zat yang dapat diubah menjadi asam/basa.
Air digunakan sebagai pelarut karena mudah diperoleh, murah, tidak beracun
dan mempunya koefisien suhu muai yang rendah (Underwood 1992)
Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi
dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak
dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam
askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus
enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam
askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat
terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif
yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak berbau yang
larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam
larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi
(terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat).
Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil &
buteki : 60 mg/hari (Hawab 2005).
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan
merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup.Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi
manusia, karena zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari
luar tubuh berupa makanan yang dikonsumsi ( Hassan, 2002)
Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan.
Daging merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang
tinggi retinol. Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti
wortel, sayur hijau seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam,
kacang panjang, buncis, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka
masak, jeruk, buah peach, apricot dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa
sawit yang berwarna merah merupakan makanan yang tinggi karoten (
Hidayat, 2005).
Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada
mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya
defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan
melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami
kebutaan dapat terjadi.Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan
vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga
terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea dengan tanda
pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang akhirnya berakibat
melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa
tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang
sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat
terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier,
2003) .
Alat : Bahan :
- Tabung Reaksi - Vitamin A
- Rak Tabung Reaksi - AgNO3
- Serbet - Air
- Pipet Tetes - H2SO4 (p)
- Becker Glass - HNO3 (p)
- Erlemeyer - Vitamin C
- Buret - Ninhidrin
- Statif dan Kleam - Fehling 1dan Fehling II
- Lampu Bunsen - FeCL3
- Penjepit kayu - Pereak Sitilman S
- KMNO4
- Diazo B
C. Hasil Percobaan
1. Vitamin C
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN
1. Uji Organoleptic
- Warna Putih
- Bau Khas
- Rasa Asam
- Konsistensi Serbuk
2. Uji Kelarutan
- Sampel + air 1:7 Mudah Larut
- Sampel + alcohol 1: 35 Agak Sukar Larut
3. Uji pH
- Sampel + Lakmus Merah Merah Asam
- Sampel + Lakmus Biru Merah
5. Reaksi Khusus
- Sp + FeCL3 warna Warna hilang
hilang, ungu pada Ph 6-8
- Sp + KMnO4 warna Warna hilang
hilang
- Sp + Diazob + Hcl Orange ketika bergas
orange ada gas
- Sp + AgNO3 abu- Abu-abu
abu hitam
- Sp+ Titan Yellow + Coklat Muda
NaoH Coklat muda
- Sp + Nessler Kuning Coklatabuhitam
Coklat abu-hitam
6. Kesimpulan VITAMIN C
2. Vitamin A
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN
1. Uji Organoleptic
- Warna Kekuningan
- Bau Khas
- Rasa Tidak Berasa
- Konsistensi Serbuk
2. Uji Kelarutan
- Sampel + Air 1: 100 Praktis tidak larut
- Sampel + Alcohol 1: 27 Larut
3. Uji pH
- Sampel + Lakmus Merah Merah Netral
- Sampel + Lakmus Biru Biru
5. Reaksi Khusus
- Sp + Agno3 Merah Putih Kekuningan
Rosa
- Sp + Air Jingga Putih
- Sp + Larutkan Dalam
Chcl3 + 10 Ml Sbcl4 -
Warna Biru
- Sp + H2so4 Coklat Coklat Bintik Hitam
Bintik Hitam
- Sp + HNO3 (P) Kuning Bintik merah
Kuning Bintik Merah Jingga
Jingga
6. Kesimpulan VITAMIN A
D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan identifikasi kualitatif vitamin
A dan vitamin C dimana vitamin A itu sendiri merupakan vitamin larut lemak
yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses
perebusan. Sedangkan Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air dan memilikiperanan penting dalammenangkal beberapa penyakit.
Pada pengujian vitamin ini hal pertama yaitu mempersiapkan alat dan
bahan yang meliputi vitamin A dan vitamin C serta alat-alatnya meliputi
tabung reaksi, rak taung reaksi, lampu Bunsen, beaker glass, plat tetes, kertas
lakmus, berbagai macam reagen pereaksi, yang tertera di alat dan bahan.
Selanjutnya, kami melakukan uji oraganoleptis dimana vitamin A
memiliki konsistensi serbuk putih agak kuning bau khas mempunyai rasa
seperti minyak ikan. Pada vitamin A uji PH yang dilakukan menggunakan
kertas lakmus mendapatkan hasil netral tetapi lama kelamaan menjadi asam
dimana lakmus biru brubah menjadi warna merah. Pada uji kelarutan vitamin
A merupakan vitamin yang praktis tidak larut dalam air dikarenakan range
kelarutannya berada pada 1:100 dan mempunyai kelarutan larut dalan etanol
dengan range 1:27, pada uji khusus kami mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Sp + AgNO3 → Merah rosa
2. Sp + Air → Jingga
Dari hasil uji khusus yang telah didapat maka dapat disimpulkan
sampel yang digunakan pada praktikum merupakan vitamin A.
DISUSUN OLEH:
KELAS B2
NAMA:
B. VITAMIN K
2. Sifat-sifat
4. Reaksi Gugus
Fungsional
5. Reaksi Khusus
Kuning
6. Kesimpulan VITAMIN K C31H16O2
2. VITAMIN E
NO PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN
1. Uji Organoleptis
- Warna Coklat
- Bau Khas
- Ras Manis
- Konsistensi Serbuk
2. Uji Kelarutan
- Sampel + Air 0,1 : 10 = 1 : 100 Praktis Tidak Larut
- Sampel + Alkohol 0,1 : 2.3 = 1 : 23 Larut
3. Uji PH
-Sampel + Lakmus Merah Netral
Merah Biru
-Sampel + Lakmus Biru
4. Reaksi Gugus
Fungsional Reaksi
Marquis : Identifikasi
Cincin Warna
Gugus Aromatis, Zat + 3
tetes formaldehid +
H2SO4 (P)
5. Reaksi Khusus
- Sampel dalam 10 ml
etanol + 2ml HNO3
Jingga
sambil diaduk dan di
panaskan pada suhu
750c selama 15 menit
Nelson. 2007. Vitamin K. (diakses oleh : Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.17 WIB).
(http://www.menkokesra.go.id/content/view/4987/39/
Herdata. 2008. Definisi Vitamin K,(diakses oleh: Melisa Fitri, 9 Mei 2010, 16.05
WIB).(http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya-manfaatnya