Anda di halaman 1dari 8

RULES OF THUMBS

Heat Exchanger, Refrigerator, dan Mixing

DISUSUN OLEH :

Alfid Revtan Efriandi (030301281520087)

Aulia Gayendra Putri (03031381520068)

Liyan Fajar Gintara (003031381520077)

IV A/B

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
HEAT EXCHANGER

A. Definisi Heat Exchanger


Heat exchanger atau penukar panas merupakan peralatan yang berfungsi untuk
menukarkan panas secara kontinyu dari suatu medium ke medium lainnya dengan membawa
energi panas. Heat Exchanger terdiri dari elemen penukar kalor yang disebut sebagai inti atau
matrix dan elemen distribusi. Inti atau matrix terletak pada dinding penukar panas, sedangkan
elemen distribusi fluida seperti tangki, nozzle masukan, nozzle keluaran, pipa-pipa, dan lain-
lain. Bagian-bagian dalam heat exchanger biasanya tidak ada pergerakan. Namun, ada
pengecualian untuk regenerator rotary karena matriksnya digerakan berputar sesuai dengan
kecepatan yang telah dirancang. Dinding permukaan heat exchanger merupakan bagian yang
bersinggungan langsung dengan fluida yang mentransfer panasnya secara konduksi.
Hampir disemua heat exchanger, perpindahan panas didominasi oleh konveksi dan
konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh dinding.
Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan
air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Perpindahan panas secara konveksi sangat
dipengaruhi oleh bentuk geometri heat exchanger dan tiga bilangan tak berdimensi, yaitu
bilangan Reynold, bilangan Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar ketiga bilangan tak
berdimensi tersebut tergantung pada kecepatan aliran serta properti fluida yang meliputi
massa Jenis, viskositas absolut, panas jenis dan konduktivitas panas. Jenis – jenis Heat
Exchanger yaitu double pipe heat exchanger, shell and tube heat exchanger , plate and frame
heat exchanger , SD Adiabatic wheel heat exchanger, Pillow plate heat exchanger, Dynamic
scraped surface heat exchanger, Phase-change heat exchanger.

B. Prinsip Kerja Heat Exchanger


Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas (heat transfer), dimana
terjadi perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Biasanya, ada suatu dinding metal yang menyekat antara kedua
cairan yang berlaku sebagai konduktor. Suatu larutan panas yang mengalir pada satu sisi,
yang mana akan memindahkan panasnya melalui fluida lebih dingin yang mengalir di sisi
lainnya. Energi panas hanya mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin dalam
percobaan untuk menjangkau keseimbangan. Permukaan area heat exchanger mempengaruhi
efisiensi dan kecepatan perpindahan panas yang lebih besar area permukaan panas exchanger,
lebih efisien.
C. Rule of Thumbs
1. Bagian Heat Exchanger

Gambar 1. Fixed-Tube Heat Exchanger [1]


Keterangan:
1. Shell 16. Tubes (U-type)
2. Shell cover 17. Tie rods and spacers
3. Shell flange (channel end) 18. Transverse (or cross) baffles or support plates
4. Shell flange (cover end) 19. Longitudinal baffles
5. Shell nozzle or branch 20. Impingement baffles
6. Floating tube sheet 21. Floating head support
7. Floating head cover 22. Pass partition
8. Floating head flange 23. Vent connection
9. Floating head gland 24. Drain connection
10. Floating head backing ring 25. Instrument connection
11. Stationary tube sheet 26. Expansion bellows
12. Channel or stationary head 27. Support saddles
13. Channel cover 28. Lifting lugs
14. Channel nozzle or branch 29. Weir
15. Tube (straight) 30. Liquid level connection

2. Pertimbangan Desain Panas atau Thermal (Single Phase Heat Exchanger)


Laju Aliran dari kedua aliran panas maupun dingin, suhu terminalnya dan sifat fluida
merupakan komponen utama dari desain thermal heat exchangers.
a. Shell e. Tube Sheet
b. Tube f. Baffles
c. Tube pitch, tube-layout and tube-count g. Pertimbangan fouling
d. Tube passes h. Pemilihan fluida untuk Tube dan
Dinding Shell.
3. Rule of Thumbs
1. Untuk perkiraan konservatif ditetapkan F = 0.9 untuk shell dan tube exchangers dengan
tidak ada perubahan fase, q = UAFΔTlm. Ketika ΔT pada ujung exchanger sangat berbeda
maka dilakukan pemeriksaan F, mengkonfigurasi ulang jika F kurang dari 0.85.
2. Berlaku aliran berlawanan (countercurrent) pada shell dan tube exchanger sebagai basis.
3. Standar tubes 19.0 mm (3/4 in.), diameter luar (OD) 25.4 mm (1 in.), jarak triangular 4.9
m (16 ft) satuang panjang. Shell dengan diameter 300 mm (1 ft) memuat 9.3 m2 (100 ft2);
diameter 600 mm (2 ft) memuat 37.2 m2 (400 ft2); diameter 900 mm (3 ft) memuat 102 m2
(1100 ft2).
4. Sisi Tube untuk yang bersifat korosi, fouling, pembersihan kerak, dan fluida bertekanan
tinggi
5. Sisi Shell untuk fluida berviskositas dan terkondensasi
6. Penurunan tekanan 0.1 bar (1.5psi) untuk mendidih and 0.2-0.62 bar (3-9psi) untuk yang
lainnya.
7. Suhu minimum mendekati 10o C (20o F) untuk fluida dan 5o C (10o F) untuk refrigerant.
8. Air pendingin masuk dengan suhu 30o C (90°F), suhu maksimum keluaran 49o C (120° F).
9. Koefisien transfer panas untuk memperikirakan fungsi tujuan, W/m2oC (Btu/h-ft2-oF): air-
cairan, 850 (150); kondensor, 850 (150); cair-cair, 280 (50); cair-gas, 60 (10); gas-gas, 30
(5); and reboiler 1140 (200). Fluks maksimum pada reboiler 31.5 kW/m2 (10,000 Btu/h-
ft2). Saat perubahan fase terjadi, gunakan analisis zoned dengan koefisien yang sesuai
zona masing-masing.
10. Double pipa exchanger is membutuhkan 9.3-18.6 m2 (100-200ft2)
11. Padauan (plate dan fin) exchangers mempunyai 1150m2/m3 (350ft2/ft3), dan sekitar 4 kali
perpindahan panas per ft3 dari unit shell dan tube.
12. Plate dan frame exchangers cocok untuk sanitasi yang tinggi, dan 25-50% lebih murah
dengan stainless konstruksi daripada unit shell dan tube.
13. Pendingin Udara: Tubes 0.75-1.00in. OD., total permukaan ber-fin 15-20 ft2/ft2
keseluruhan permukaan, U = 450–570W/m2oC (80-100 Btu/hr-ft2 (seluruh permukaan)-o
F). Pendekatan suhu minimum= 22oC (40oF). Daya masuk fan = 1.4-3.6 kW/(MJ/h) [2-5
hp/(1000Btu/h)] mendekai 50oF atau lebih.
14. Fired heaters: laju radiasi, 37.6 kW/m2 (12,000 Btu/(h-ft2), laju konveksi, 12.5 kW/m2
(4000Btu/h-ft2); kecepatan tube minyak dingin= 1.8m/s (6ft/s); kira-kira transfer panas
sama di kedua bagian; efisiensi thermal, 70-75%; suhu gas buangan kering 140-195°C
(250-350oF) diatas umpan masuk; suhu gas buangan basah, 345-510oC (650-950oF).
REFRIGERATOR

A. Definisi Mesin Pendingin (Refrigerator)


Mesin pendingin (Refrigerator) ialah suatu rangkaian mesin atau pesawat yang mampu
bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperatur dingin (temperatur rendah). Sesuai
dengan kegunaannya mesin pendingin terdiri dari beberapa jenis antara lain: Refrigerator
untuk keperluan Industri, Lemari es / Kulkas, Freezer (Pembekuan / pendingin makanan dan
minuman), Penyejuk ruangan (AC/Air Conditioning), Dispenser (untuk menghasilkan air
panas dan dingin), Kipas angin penyejuk. Selain untuk mengawetkan makanan dan sebagai
penyejuk udara di dalam ruangan, mesin pendingin juga memiliki kegunaan-kegunaan lainnya
yang lebih spesifik, yaitu: Pemisahan gas-gas dari udara (Air Sparation Plant), Pencairan gas
Amoniak (Synthetic Amonia Plant, Dehumidification of air.

Gambar 2. Kiri :Kompressor Udara (Air Separation Plant), Kanan: After Cooler dan
Refrigerator pada Air Sparation Plant

B. Siklus Dasar dan Konsep Teknik Pendingin


Prinsip pesawat pendingin yang banyak digunakan adalah “Sistem Kompresi”. Kompresi
tersebut dapat dihasilkan dengan tenaga Kompresor. Refrigerant (Media Pendingin) pada
system Kompresi tersebut bekerja pada dua fasa yaitu cair dan uap. Refrigrant di uapkan
kemudian diembunkan, sedangkan pengkompresian terjadi pada fasa uap, sehingga system
disebut “Vapor Compression System”
Siklus Refrigran Carnot.
Prinsipnya disini mesin menyerap panas pada
suhu rendah dan melepaskan panas pada suhu
tinggi. Siklus Refrigrant” memerlukan tenaga
dari luar untuk bekerja misalnya yang didapat
dari kompresor.

Gambar 3. Siklus Refrigerasi


C. Rule of Thumbs
1. Komponen pada Refrigerator:
Komponen Utama Refrigerator adalah Sebagai berikut :
1. Kompresor
Kompresor pada refrigerator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan refrigerant dan menyalurkan gas refrigeran ke seluruh system refrigerator.
2. Kondensor.
Kondensor berfungsi sebagai alat penukar kalor, menurunkan temperatur refrigeran,
dan mengubah wujud refrigeran
dari bentuk gas menjadi cair.
3. Pipa Kapiler / Katup Ekspansi
(Expansion Valve).
a. Pipa kapiler
b. Katup Ekspansi (Ekspansi
Valve)
4. Evaporator

Gambar 4. Komponen Refrigrator

2. Rules of Thumbs – Refrigerator:


1. Satu ton refrigerasi yaitu pembuangan 12.000 Btu / hr dari panas.
2. Pada berbagai tingkat suhu: 0-50 °F, brine yang didinginkan dan larutan glikol; -50-
40° F, amonia, freon, butana; -150--50 °F, etana atau propana.
3. Refrigerasi kompresi dengan 100 ° F kondensor membutuhkan sebanyak HP / ton ini
pada berbagai tingkatan suhu: 1,24 pada 20 ° F; 1,75 pada 0 ° F; 3.1 pada -40 ° F; 5.2
pada -80 ° F.
4. Di bawah -80 "F, aliran dari dua atau tiga refrigeran digunakan bersamaan.
5. Dalam kompresi satu tahap, rasio kompresinya terbatas sampai sekitar 4.
6. Dalam kompresi multistage, keuntungan ditingkatkan dengan interstage flashing dan
recycling, yang biasa disebut dengan proses economizer.
7. Refrigerasi absorpsi (amonia sampai -30 °F, lithium bromida sampai +45° F) sangat
ekonomis bila limbah uap terbentuk pada 12 psig atau lebih.
MIXING AND AGITATION

A. Definisi Mixing dan Agitasi


• Agitasi: Hal ini mengacu pada gerakan induksi dari material homogen dengan cara
tertentu.
• Pencampuran: proses yang merupkaan distribusi acak, satu sama lain, dari dua atau
lebih fase awal yang terpisah

B. Karakteristik Untuk Mengagitasi Cairan


1. Pencampuran dari dua cairan larut atau tak larut.
2. Melarutkan padatan dalam cairan.
3. Pendispersi gas dalam cairan sebagai gelembung halus (misalnya, oksigen dari
udara dalam suspensi mikroorganisme untuk fermentasi atau untuk pengolahan
lumpur aktif).
4. Agitasi cairan untuk meningkatkan perpindahan panas antara fluida dan kumparan
atau jaket.
5. Suspensi partikel padat halus dalam cairan, seperti dalam hidrogenasi katalitik
dari cairan mana yang solid katalis dan hidrogen gelembung tersebar dalam
cairan.
6. Dispersi tetesan salah satu cairan tak larut pada cairan lain (misalnya, dalam
beberapa heterogen proses reaksi atau cair-cair ekstraksi).

C. Metode Pencampuran Fluida


 Pencampuran mekanik Gambar 5. Metode Pencampuran Fluida

 Pencampuran hidrolik
 Pencampuran Pneumatik
A. Pencampuran mekanik
menggunakan turbin
B. Pencampuran mekanik
menggunakan impeller blade
C. Pencampuran hidrolik
D. Pencampuran pneumatik
dengan input stasioner
E. Pencampuran pneumatik dengan peraturan otomatis
F. Pencampuran hidrolik dengan shower antibusa
D. Rule of Thumbs
1. Agitasi ringan diperoleh dengan sirkulasi larutan dengan impeller pada kecepatan
semu 0.1- 0.2 ft/s, dan agitasi intens, di 0,07-1,0 ft/s.
2. Intensitas agitasi menggunakan impeller di tangki baffled diukur dengan masukan
daya dan impeller tip-kecepatan, seperti yang diberikan dalam Tabel 1.
3. Proporsi tangki pengadukakn relatif dengan diameter, D, adalah: tingkat cair = D;
impeller diameter turbin = D / 3; tingkat impeller atas bawah = D / 3; impeller blade
width = D / 15; empat baf vertikal fl es dengan width = D / 10.
4. Propeller 18 di Diameter maksimum, jenis turbin sampai 9 ft.
5. Gelembung Gas menyembur di bagian bawah vessel akan mengakibatkan agitasi
ringan pada kecepatan gas superfisial dari 1 ft / min, agitasi hebat pada 4 ft / min.
6. Suspensi padatan memiliki kecepatan menetap sekitar 0,03 ft / s dilakukan dengan
kedua turbin atau impeller baling-baling. Ketika kecepatan pengendapan padatan atas
0,15 ft / s, agitasi intens dengan baling-baling yang dibutuhkan.
7. Daya untuk mendorong campuran gas dan cairan bisa 25-50% kurang dari yang
diperlukan untuk mendorong larutan saja.
8. Blender In-line yang memadai ketika waktu kontak 1-2 s mencukupi, dengan input
listrik dari 0.1- 0,2 hp / gal.
Tabel 1
Daya dan Kecepatan Tip yang dibutuhkan untuk Agitasi pada Tank Baffle
Operation Daya dibutuhkan, hp/1000 gal Kecepatan Tip, ft/min
Blending 0.2 – 0.5 < 7.5
Homogenous reaction 0.5 – 1.5 7.5 – 10
Reaction with Heat
1.5 – 5.0 10 – 15
Transfer
Liquid – liquid mixing 5 – 10 15 – 20
Liquid – Gas mixing 5 – 10 15 – 20
Slurrying 10 >20

Anda mungkin juga menyukai