Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi


modern. Disaat kita memerima peningkatan dan perubahan dari pada teknologi, maka
kita pun akan juga harus menerima efek samping dari teknologi tersebut. Namun
perubahan posisi ini tidak bisa mengabaikan manusia begitu saja, karena manusia adalah
human centered dalam kegiatan produksi.
Namun banyak perusahaan/industri lebih berorientasi pada kegiatan produksi
dibandingkan mengelola sumber daya manusia. Antara lain pemakaian mesin otomatis
menimbulkan suara yang cukup besar, memberikan dampak gangguan komunikasi,
konsentrasi dan kepuasan kerja bahkan sampai pada cacat. Atas
dasar tersebut dibuat kebijakan tentang kebisingan dilingkungan kerja dengan maksud
memberi pedoman dan bagi pengusaha, tenaga kerja tentang bahaya kebisingan ditempat
kerja.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan kebisingan?
 Apa dampak dari kebisingan?
 Bagaimana cara pengendalian kebisingan?
 Bagaimana pengukuran intensitas kebisingan?
C. Tujuan
 Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu kebisingan
 Agar mahasiswa mengetahui dampak kebisingan
 Agar mahasiswa mengetahui cara pengendalian kebisingan
 Agar mahasiswa mengatahui cara mengukur tingkta kebisingan
D. Waktu dan Tempat
 Hari / Tanggal : Rabu / 22 September 2017
 Waktu : 13.00 – selesai
 Tempat : Jalan Raya Malendeng

1
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Kebisingan

Pengertian kebisingan terkait tempat kerja menurut Kepmenaker No 51 tahun


1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
poduksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyi-bunyi atau suara-
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 8/Menkes/Per/XI/1 987,
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau
dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan
bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman
orang terutama pendengaran.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No. 48. tahun 1996).
B. Jenis – jenis Kebisingan
Menurut Buchari (2007), kebisingan dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, misalnya mesin-
mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
b. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit, misalnya
gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten/interuted noise) adalah kebisingan dimana
suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan, misalnya lalu-
lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas:
a. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras,
misalnya mendengkur.

2
b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda bahaya
tenggelam dari bising dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah bunyi yang melampaui
NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi pendengaran.
C. Pengukuran Kebisingan
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Sound Level Meter. Sebelumnya, intensitas bunyi adalah jumlah energi bunyi yang
menembus tegak lurus bidang per detik. Metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi
kerja, yaitu:
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada
satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk
mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya
kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3
meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat
pengukur yang digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur
kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar
isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya
dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau
untuk kebisingan dengan intensitas di bawah 85 dBA, warna oranye untuk tingkat
kebisingan yang tinggi di atas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan
intensitas antara 85–90 dBA.

3
D. Nilai Ambang Batas Kebisingan
NAB menurut Kepmenaker No. per-51/ MEN/ 1999, ACGIH, 2008 dan SNI 16-
7063-2004 adalah 85dB untuk pekerja yang sedang bekerja selama 8 jam perhari atau 40
jam perminggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih diterima tenaga kerja tanpa menghilangkan
daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40
jam perminggu.
Menurut Permenaker No. per-51/MEN/1999, ACGIH dan SNI 16- 7063-2004,
waktu maksimum bekerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
8
T=
2(𝐿−85).3−1
L = {[2 log (8.T-1)]}.3}+85

Keterangan:
T = Waktu (jam)
L = Pajanan kebisingan

Tabel 1. NAB kebisingan berdasarkan Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 :


No. Tingkat Kebisingan (dBA) Pemajan Harian
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat
Kebisingan di atas 80 dB dapat menyebabkan kegelisahan, tidak enak badan, kejenuhan
mendengar, sakit lambung, dan masalah peredaran darah. Kebisingan yang berlebihan dan
berkepanjangan terlihat dalam masalah - masalah kelainan seperti penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan luka perut. Pengaruh kebisingan yang merusak pada efisiensi
kerja dan produksi telah dibuktikan secara statistik dalam beberapa bidang industri
(Prasetio, 2006).

4
E. Pengaruh Paparan Bising Terhadap Kesehatan Pekerja
Sanders dan Mc Cormick, 1987, dan Pulat, 1992, dalam Tarwaka (2004) menyatakan
bahwa pengaruh pemaparan kebisingan secara umum ada dua berdasarkan tinggi
rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan, yaitu:
1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB)
1.1 Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada indera
pendengaran yang dapat menurunkan pendengaran baik yang bersifat sementara
maupun permanen atau ketulian.
1.2 Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-
putus dan sumbernya tidak diketahui.
1.3 Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan kaki,
serta dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut jantung, risiko
serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
1.4 Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses produksi demikian
hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut
dihentikan.
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan
sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan
organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, system pencernaan dan keseimbangan
elektrolit.

5
2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB)
Secara fisiologis intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak
menyebabkan kerusakan pendengaran, namun demikian kehadirannya sering dapat
menurunkan performasi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan
kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan antara lain:
1.1 Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.
Seperti halnya dampak dari bising intensitas tinggi, bising intensitas rendah
juga dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas
disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan, dan keseimbangan elektrolit.
1.2 Gangguan reaksi psikomotorik.
1.3 Kehilangan konsentrasi.
1.4 Gangguan konsentrasi antara lawan bicara.
Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang
kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus
dilakukan dengan berteriak. Gangguan ini mengakibatkan terganggunya pekerja,
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat
atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakanmkeselamatan seseorang.
1.5 Penurunan performasi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan
efisiensi dan produktivitas.
F. Pengendalian Kebisingan
Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) adalah :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yan bersifat permanen dan harus
dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai
dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat

6
kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,
peraturan dan standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahanbahan dan peralatan
yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang
lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi
atau dapat diterima.
3. Engenering Control
Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman
pada mesin.
4. Isolasi
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari
objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima,
contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik
pengendalian aktif (active noise control) menggunakan prinsip dasar dimana
gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi dengan
gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan fase 1800 pada gelombang
kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control.
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja
yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode
pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan memerlukan
pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara administratif ini.
Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk
mengurangi kelelahan dan kejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan
untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem pengendalian yang
permanen belum dapat diimplementasikan.

7
APD (Alat Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem
pengendalian risiko tempat kerja. Antara lain dapat dengan menggunakan alat
proteksi pendengaran berupa : ear plug dan ear muff. Ear plug dapat terbuat dari
kapas, spon, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk satu kali pakai.
Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/
plastic) dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20
dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah
headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB(A) dan juga dapat
melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

8
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


 Alat tulis
 Stopwatch
 Sound Level Meter
B. Prosedur Kerja
 Siapkan alat.
 Posisikan sound level meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat
intensitas bising di sekitar tempat itu. (± 3m dari badan jalan).
 Nyalakan sound level meter, kemudian diukur tingkat kebisingan yang ada di
tempat itu.
 Catat hasil pengukuran. Satu data diukur setiap 4 detik selama 15 menit.
 Lakukan hal yang sama sampai mendapat 225 sampel.
C. Hasil Praktek

66.8 65.9 67.0 64.9 63.8 70.4 67.7 40.3 68.1 56.5
41.6 59.7 54.1 58.7 36.6 56.0 33.2 47.0 56.6 52.3
57.1 36.7 44.4 58.4 56.9 62.4 45.3 43.9 59.6 56.1
29.8 34.5 38.2 61.3 62.2 62.6 52.9 68.6 55.8 32.3
66.4 72.5 69.7 67.5 64.1 61.0 65.5 66.2 71.7 64.5
62.9 51.4 63.7 55.3 61.6 73.0 63.4 61.1 72.2 70.5
60.2 71.7 61.9 63.3 65.0 61.0 68.7 51.8 56.2 72.7
54.2 68.1 65.5 57.2 52.5 51.5 58.2 52.1 60.9 68.1
62.8 75.3 58.7 63.6 69.3 68.8 74.6 74.7 58.3 60.9
69.1 73.5 80.7 57.3 62.4 65.9 59.7 61.2 63.0 55.1
48.2 64.9 58.3 83.3 64.9 59.8 58.6 65.5 63.1 55.6
57.0 60.2 60.7 66.5 57.1 70.1 6.90 55.7 65.9 65.1
64.4 70.1 67.4 56.1 58.0 61.3 6.48 5.58 53.7 55.4

9
58.1 57.6 60.2 60.2 56.0 60.7 70.6 72.1 6.50 6.52
62.9 66.1 65.6 67.6 60.6 57.3 60.8 59.6 63.2 64.3
59.0 60.7 55.0 559.5 65.4 64.7 57.5 69.4 5.95 63.7
72.2 6.40 56.4 54.2 74.5 75.0 67.2 64.8 76.6 62.5
77.3 66.1 76.8 67.4 71.8 67.4 80.5 69.1 62.1 61.1
55.7 56.9 57.4 59.5 62.2 61.4 63.3 67.1 53.8 55.2
67.1 69.3 60.2 65.5 64.2 6.50 74.4 51.2 75.8 70.1
66.3 64.7 61.2 58.6 59.0 60.7 68.7 65.2 54.5 62.3
65.1 61.8 58.7 53.6 72.7

13308.63
X =
225
= 59.14 dB

Dari data di atas, didperoleh jumlah rata – rata pengukuran adalah 59.14 dB

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 8/Menkes/Per/XI/1 987,


kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau
dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan
bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman
orang terutama pendengaran.
Nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan rata-rata yang masih diterima tenaga kerja tanpa menghilangkan daya dengar
yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam
perminggu.
Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) adalah : Eliminasi, Subtitusi, Engenering Control,
Isolasi, Pengendalian Administratif dan Alat Pelindung Diri.
B. Saran
Sebaiknya kita lebih memperhatikan prinsip K3 dalam pekerjaan, karena dapat
berdampak buruk bagi kesehatan.

11
DOKUMENTASI

12
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/pdf

https://darwis97.wordpress.com/2013/12/17/mengenal-kebisingan-noise/

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/departemen-bangunan-30/1388-
bw

http://www.indonesian-publichealth.com/kebisingan/

https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/11/18/kebisingan-dan-pencegahannya/

13

Anda mungkin juga menyukai