Acara 2
Acara 2
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut penguapan (vaporisasi atau
evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk
mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air
diproyeksikkan melalui permukaan air.Oleh karena energi kinetik bertambah dan
tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik
menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari
permukaan air (Linsley, 1989).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan
kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat
tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air di tempat
tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas
seperti daerah-daerah di Kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada
kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinggi. Sedangkan daerah
pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena
suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil
(Handoko, 1986).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara
udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan,
maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan
antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara berhubungan dengan
kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada dua buah
termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan
lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetricmerupakan pengukuran langsung.
Etimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap
air dan suhu udara dapat dilkukan dengan menggunakan penyajian hubungan antar
suhu udara, kerapatan uap air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
a. Suhu
b. Tekanan udara
c. Pergerakan angin
d. Kuantitas dan kualitas penyinaran
e. Vegetasi
f. Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
4. Langkah Kerja.
a. Siapkan termometer basah dan kering.
b. Basahi bagian bola pada thermometer bola basah agar termometer tersebut dapat
digunakan.
c. Lakukan pengamatan pada pukul 07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 15.00 dan 17.00
W.I.B.
d. Pastikan termometer jauh dari gangguan yang tidak boleh ada pada saat
pengamatan. Gangguan tersebut berupa vegetasi dan pastikan thermometer
tersebut tidak terkena sinar matahari secara langsung.
e. Cari rata rata kelembababan pada tiap-tiap titik tersebut lalu plot lokasi tersebut
pada plastik transparan.
f. Hubungkan kelembaban yang memiliki rata rata kelembaban relatif yang sama
anatara satu titik dan titik yang lain.
5. Hasil.
BK BK BK BK BK BK RATA-
LOKASI 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 RATA
1 27 31 34 35 27 26,5 30,08333333
2 25 29 31 29 27,5 27 28,08333333
3 24 30 33 33 27 27 29
4 24 28,5 29,5 32 26 25 27,5
5 26 31 36 28 26,5 29,5
6 25 29 31 32 26 28,6
7 23 27 29,5 30,5 19,5 25 25,75
8 23,5 29 29,5 31 27 23 27,16666667
9 28 29 33 33 29 27,5 29,91666667
10 28 29 33 33 28 27 29,66666667
11 27 28 32 32 27 27 28,83333333
12 24 23 29 27 26 26 25,83333333
13 21 27,5 31 27 27 26,5 26,66666667
JAM1 RATA-
NAM 7 JAM 9 1 JAM 1 JAM 3 JAM 5 RATA
1 0,5 1 6 4 1 0,5 2,166666667
2 1 1 3 3 1,5 2 1,916666667
3 1 2 3 3 1,5 1,5 2
4 1 1 0,5 1 1 1 0,916666667
5 1 1,5 0 2 2,5 1 1,333333333
6 1 3 2 4 0 2 2
7 0 0 1 1,5 1 1 0,75
8 0,5 2,5 3,5 3,5 3 3 2,666666667
9 2 2,5 3 1 2,5 0 1,833333333
10 1,5 2 2 2 1 0 1,416666667
11 0,5 1 2 1 1 1 1,083333333
12 1 1 3 3 3 2 2,166666667
13 2 2,5 5 1 1 2 2,25
Tabel Hasil Penghitungan Kelembaban Relative(%)
6. Pembahasan
Kelemaban elatif pada wilayah Stadion Graha Cakrawala sebesar 86%. Tinkgat
kelembeban tersebut termasuk tinggi karena pada wilayah tersebut merupakan areal
terbuka sehingga sinar matahari langsung mengenai tanah tanah tanpa ada halangan.
Selain itu disana juga minim adanya vegetasi dan jarak antar bangunan yang
berjauhan.
Pada daerah FIK kelembaban relative menunjukkan angka 86%. Hal ini
disebabkan karena vegetasi yang banyak sehingga mengakibatkan tingkat
evatranspirasi tinggi. Selain itu gedung yang memiliki ketinggian rendah di FIK juga
meningkatkan intensitas penyinaran matahari terhadap vegetasi yang ada di sana.
Zona kantor pos memiliki tingkat kelembaban sebesar 92%. Hal ini disebabkan
karena intensitas sinar matahari yang tidak terhalang bangunan tinggi dan vegetasi
disekitar kantor pos berupa pohon bambu dan banyak juga vegetasi vegetasi tua serta
terdapat sungai pada wilayah tersebut.
Zona Psikologi dan FMIPA memiliki tingkat kelembaban sama yaitu 85%.
Faktor yang mempengaruhi psikologi memiliki tingkat kelembaban relatif tinggi yaitu
vegetasi yang rapat dan tingkat kerapatan bangunan rendah. Tetapi, diwilayah tersebut
memiliki tingkat penyinaran yang rendah. Sedangkan di FMIPA memiliki tingkat
kerapatan bangunan tinggi dan vegetasi yang ada juga tinggi sehingga kelembaban
diwilayah tersebut cenderung tinggi.
7. Kesimpulan
8. Daftar Pustaka..
Gunarsih Ance,Kartasapoetra. 1990.Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko. 1986.Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca di Stasiun KlimatologiPertanian.
Bogor:Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB.
Linsley dan kawan-kawan. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur.Jakarta:Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1994.Dasar-dasar Klimatolog. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suryati. 2007. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutrisno. 1986. Fisika Dasar. Bandung: ITB.
Syehan, Ersin. 1990.Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Umar, M. Ruslan. 2012.Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Utomo, Dwiyono Hari.2016.Meteorologi Klimatologi.Yogyakarta.Magnum Pustaka
Utama.