Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

IKAN

DONI SETIAWAN
14.101010.018

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIARAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2017
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang didapatkan selama praktikum di Dinas Kelautan


Perikanan sebagai berikut :
No Jenis Sampel Hasil Pengujian
1. Udang (Panaeus Virus : Negatif WSSV (White Spot
monodon) Syndrome Virus)
(sumber DKP Tarakan)

Gambar 1. Pembacaan Hasil

Adapun hasil praktikum yang kami lakukan di Dinas Kelautan Perikanan


yaitu pengujian virus WSSV dengan sampel benur udang. Benur-benur yang yang
di ujikan tidak terlihat tanda-tanda terserang virus WSSV dan HPV. Gejala klinis
pada udang yang terinfeksi virus sebagian besar akan mengalami perubahan
tingkah laku dan morfologinya serta mengalami penurunan nafsu makan. Proses
diagnosa virus dengan metode PCR terdiri dari, Ekstraksi DNA, Amplifikasi,
Elektroforosis dan pembacaan hasil.
Metode awal yang digunakan yaitu Ektraksi DNA, metode ini dilakukan
untuk memisahkan DNA dalam suatu sel dari zat-zat lain selain DNA.
Metode kedua yang digunakan yaitu Amplifikasi, yaitu hasil dari ekstraksi
DNA yang sudah di dapat dipindahkan ke mikrotube untuk mendapatkan uji
lanjut. DNA hasil ekstraksi digunakan sebagai template untuk amplifikasi pada
lokus 16S Rrna, control region, dan cytochrome oxidase I (COI). Primer yang
digunakan dalam penelitian ini seperti pada amplifikasi dilakukan dengan
menggunakan metode Hotstart standar dengan parameter sebagai berikut :
denaturasi 94ºC selama 30 detik, diulang dalam 38 siklus PCR (Barber et al.,
2006).
Metode ketiga yang digunakan yaitu Elektroforesis dan pembacaan hasil
dari yang sudah dikerjakan dari berbagai tahap. Hasil visualisasi produk PCR
setelah elektroforesis menunjukkan adanya pita DNA pada sampel yang berhasil
diamplifikasi dari tiga lokus, namun dari keseluruhan sampel tidak semua
menunjukkan ketebalan pita DNA yang sama. Hal ini dapat disebabkan karena
perbedaan konsentrasi DNA hasil ekstraksi didalam template yang digunakan
untuk PCR serta perbedaan konsentrasi DNA yang berhasil diamplifikasi
(Sambrook & Russell, 2001).
Maka hasil yang dapatkan adalah negative WSSV pada benur udang,
dengan kata lain benur udang tersebut tidak terkena penyakit WSSV atau bebas
virus WSSV sehingga layak untuk dibudidayakan.

Benur yang terinfeksi MBV dan WSSV diduga dapat tertular melalui
induk yang sudah terinfeksi, dan air yang digunakan sebagai media budidaya yang
juga sudah terinfeksi. Hasil pengamatan membuktikan bahwa pada stadia muda
udang juga dapat terinfeksi virus. (Mahardika et al. 2004),
DAFTAR PUSTAKA

Barber, P.H., M.V. Erdmann & S.R. Palumbi. 2006. Comparative


Phylogeography of Three Codistributed Stomatopods; Origins and
Timing of Regional Lineage Diversification in the Coral Triangle.
Evolution. 60(9): 1825-1839.\.
Mahardika, K., Zafran dan I. Koesharyani. 2004. Deteksi White Spot Syndrome
Virus (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus monodon) di Bali dan Jawa
Timur Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 10 (1): 55-60.
Sambrook, J. & D. W. Russell. 2001. Molecular Cloning, A Laboratory Manual. 3
rd
edition. Cold Spring Harbor Laboratory press. New York.s
Lampiran 1. Alat yang digunakan

Gambar 1. Mikropastel Gambar 2. Mikropipet

Gambar 3. Centrifuge Gambar 4. Pipet tix

Gambar 5. elektroforesis Gambar 6. Thermoblock


Lampiran 2. Bahan yang digunakan

Gambar 7. Ethanol Gambar 8. ddH2O

Gambar 9. Chlorofa Gambar 10. Alkoho 70%

Gambar 11. DNA Ektraction Buffer

Anda mungkin juga menyukai