Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN A

DATA LITERATUR

A.1. Densitas Etanol


Tabel A.1. Data densitas etanol pada berbagai kemurnian dan temperatur
(Sumber: http://www.separationprocesses.com/CourseWare/Experiments/Property01.htm)

Halaman 13 dari 29
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Penentuan Komposisi Etanol dalam Larutan Standar


Penentuan konsentrasi etanol dalam larutan standar menggunakan Persamaan B.1.
𝜌𝐸𝑡𝑂𝐻,𝑃𝐴 × 𝑉𝐸𝑡𝑂𝐻,𝑃𝐴
𝑀𝐸𝑡𝑂𝐻 = (B.1.)
𝑉𝑠𝑡𝑑

Keterangan:
MEtOH : konsentrasi etanol dalam larutan standar (g/L)
ρEtOH,PA : densitas etanol PA = 0,78991 g/mL pada temperatur 25oC dan kemurnian
97% sesuai data literatur pada Tabel A.1
VEtOH,PA : volume etanol PA = 0,05 mL
Vstd : volume larutan standar = 15 mL

Berikut adalah perhitungan komposisi etanol dalam larutan standar.


𝑔
0,78991 𝑚𝐿 × 0,05𝑚𝐿 × 1000 𝐿/𝑚𝐿
𝑀𝐸𝑡𝑂𝐻 = = 2,633 𝑔/𝐿
15𝑚𝐿

B.2. Penentuan Komposisi Glukosa dalam Larutan Standar


Penentuan konsentrasi etanol dalam larutan standar menggunakan Persamaan B.2.
𝑚𝑔𝑙𝑢
𝑀𝑔𝑙𝑢 = (B.2.)
𝑉𝑠𝑡𝑑

Keterangan:
Mglu : konsentrasi glukosa dalam larutan standar (g/L)
mglu : massa glukosa yang ditambahkan = 0,03 g
Vstd : volume larutan standar = 15 mL

Berikut adalah perhitungan komposisi glukosa dalam larutan standar.


0,03 𝑔
𝑀𝑔𝑙𝑢 = = 2 𝑔/𝐿
15 𝑚𝐿

Halaman 14 dari 29
B.3. Penentuan Kurva Baku Larutan Glukosa dan Penentuan Konsentrasi Glukosa
dari Analisis HPLC
Kurva baku larutan glukosa dibuat dengan mengalurkan hubungan antara luas area
kromatogram (sumbu x) dengan konsentrasi glukosa (sumbu y) dan dilakukan regresi linear
dengan intersep diatur bernilai nol. Dari data pada Tabel D.4 didapatkan kurva seperti
Gambar C.1. Nilai persamaan regresi linear untuk kurva baku larutan glukosa dapat dilihat
pada Persamaan B.3 dengan nilai R2 sebesar 0,9997.
𝑦 = 1,057 × 10−5 𝑥 (B.3.)

Penentuan konsentrasi glukosa dari analisis HPLC selanjutnya dilakukan dengan


menggunakan Persamaan B.3. Berikut adalah contoh perhitungan konsentrasi glukosa dari
analisis HPLC dengan data diambil dari Tabel D.6 pada menit ke-0.
𝑦 = 1,057 × 10−5 × 4033517 = 42,634 𝑔/𝐿

B.4. Penentuan Kurva Baku Larutan Etanol dan Penentuan Konsentrasi Etanol
dari Analisis HPLC
Kurva baku larutan etanol dibuat dengan mengalurkan hubungan antara luas area
kromatogram (sumbu x) dengan konsentrasi etanol (sumbu y) dan dilakukan regresi linear
dengan intersep diatur bernilai nol. Dari data pada Tabel D.4 didapatkan kurva seperti
Gambar C.2. Nilai persamaan regresi linear untuk kurva baku larutan etanol dapat dilihat
pada Persamaan B.4 dengan nilai R2 sebesar 0,9979.
𝑦 = 2,113 × 10−5 𝑥 (B.4.)

Penentuan konsentrasi glukosa dari analisis HPLC selanjutnya dilakukan dengan


menggunakan Persamaan B.4. Berikut adalah contoh perhitungan konsentrasi etanol dari
analisis HPLC dengan data diambil dari Tabel D.6 pada menit ke-0.
𝑦 = 2,113 × 10−5 × 53865 = 1,138 𝑔/𝐿

B.5. Penentuan Densitas Sel dari Larutan Inokulum


Densitas sel dari larutan inokulum dapat dihitung dengan Persamaan B.5.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 5 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙 = (B.5.)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 5 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

Halaman 15 dari 29
Berikut adalah perhitungan densitas sel dari larutan inokulum, data diambil dari Tabel D.3.
Satu kotak besar pada counting chamber setara 16 kotak kecil.
Dimensi satu kotak kecil = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm
Jumlah sel pada 5 kotak besar = 143 sel
143 𝑠𝑒𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙 =
𝑐𝑚3
5 × 16 × 0,05 𝑚𝑚 × 0,05 𝑚𝑚 × 0,1 𝑚𝑚 × 0,001
𝑚𝑚3
𝑠𝑒𝑙
= 7,15 × 106
𝑐𝑚3

B.6. Penentuan Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi Sel


Hubungan absorbansi dengan konsentrasi sel diketahui dengan cara membuat kurva
kalibrasi antara absorbansi spektrofotometer (sumbu x) dengan konsentrasi sel (sumbu y)
dan dilakukan regresi linear dengan intersep diatur bernilai nol. Dari data pada Tabel C.1
didapatkan kurva seperti Gambar C.3. Nilai persamaan regresi linear yang diperoleh dapat
dilihat pada Persamaan B.6 dengan nilai R2 sebesar 0,978.
𝑦 = 2,054𝑥 (B.6.)

Selanjutnya, konsentrasi sel dari spektrofotometer pada menit yang lain dapat ditentukan
dengan Persamaan B.6. Berikut adalah contoh perhitungan konsentrasi sel, data diambil dari
Tabel C.2 menit ke-0.
𝑦 = 2,054 × 0,334 = 0,686 𝑔/𝐿

B.7. Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik dari Saccharomyces cerevisiae


Laju pertumbuhan spesifik dapat dihitung dengan Persamaan B.7.
𝑋
ln = 𝜇𝑡 (B.7.)
𝑋𝑜

Keterangan:
Xo : konsentrasi sel awal (g/L)
X : konsentrasi sel pada waktu t (g/L)
μ : laju pertumbuhan spesifik (menit-1)
t : waktu (menit)

Halaman 16 dari 29
Data yang diambil pada perhitungan ini adalah pada fasa pertumbuhan logaritmik, yaitu
pada menit ke 270-420. Nilai t dialurkan dengan ln(X/Xo) dan dilakukan regresi linear
dengan intersep diatur bernilai nol sehingga didapatkan μ dalam bentuk gradien. Gambar
C.4. merupakan kurva untuk menentukan μ dan persamaan garis berupa Persamaan B.8
dengan nilai R2 sebesar 0,947.
𝑦 = 0,0065𝑥 (B.8.)
Dari Persamaan B.8 didapatkan μ = 0,0065 menit-1.

B.8. Penentuan Perolehan Biomassa dari Substrat


Perolehan biomassa dari substrat dapat dihitung dengan Persamaan B.9.
𝑋 − 𝑋𝑜
𝑌𝑆/𝑋 = (B.9.)
𝑆𝑜 − 𝑆

Keterangan:
YS/X : perolehan biomassa dari substrat (gX/gS)
Xo : berat kering biomassa awal (gX/L)
X : berat kering biomassa akhir (gX/L)
So : berat substrat awal (gS/L)
S : berat substrat akhir (gS/L)

Berikut adalah perhitungan perolehan biomassa dari substrat, data diambil dari Tabel C.1.
Xo = 0,861 gX/L
X = 10,797 gX/L
So = 42,632 gS/L
S = 0 gS/L
𝑔𝑋 𝑔𝑋
10,797 − 0,861
𝑌𝑆/𝑋 = 𝐿 𝐿 = 0,233 𝑔𝑋
𝑔𝑆 𝑔𝑆 𝑔𝑆
42,632 𝐿 − 0 𝐿

B.9. Penentuan Perolehan Etanol dari Substrat


Perolehan produk dari substrat dapat dihitung dengan Persamaan B.10.
𝑃 − 𝑃𝑜
𝑌𝑆/𝑃 = (B.10.)
𝑆𝑜 − 𝑆

Halaman 17 dari 29
Keterangan:
YS/P : perolehan produk dari substrat (gP/gS)
Po : konsentrasi produk awal (gP/L)
P : konsentrasi produk akhir (gP/L)
So : konsentrasi substrat awal (gS/L)
S : konsentrasi substrat akhir (gS/L)

Berikut adalah perhitungan perolehan produk dari substrat, data diambil dari Tabel C.1.
Po = 1,138 gP/L
P = 11,741 gP/L
So = 42,632 gS/L
S = 0 gS/L
gP gP
11,741 L − 1,138 L 𝑔𝑃
𝑌𝑆/𝑃 = = 0,249
gS gS 𝑔𝑆
42,632 L − 0 L

B.10. Penentuan Laju Alir CO2


Laju alir massa CO2 pada aliran masuk tidak terdeteksi karena terlalu rendah sehingga
nilainya dianggap nol. Laju alir massa CO2 dihitung dengan menggunakan persamaan gas
ideal seperti Persamaan B.11, dengan nilai P diasumsikan 1 atm dan T diasumsikan 25oC.
𝑃𝑉
𝑚= 𝑀𝑟 (B.11.)
𝑅𝑇

Selanjutnya, nilai laju alir massa CO2 dialurkan terhadap waktu. Total laju alir CO2 dari awal
sampai akhir fermentasi dihitung dengan cara menghitung luas di bawah kurva melalui
metode trapesium seperti Persamaan B.12.
𝑛
(𝑚𝑖 + 𝑚𝑖+1 )∆𝑡
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ (B.12.)
2
𝑖=1

Dari data Tabel C.2. dan Gambar C.5, dapat dihitung massa CO2 total yang dihasilkan adalah
sebesar 750,859 gram.

Halaman 18 dari 29
B.11. Perhitungan Massa Karbon dalam Aliran Input
Perhitungan massa karbon dalam suatu senyawa dapat dihitung dengan Persamaan B.13.
𝑛 × 𝐴𝑟 𝐶
𝑚𝐶 = × 𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 (B.13.)
𝑀𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
Berikut adalah contoh perhitungan massa karbon pada glukosa aliran masuk, data dari Tabel
C.1.
𝑔
6 × 12 𝑔
𝑚𝐶 = 𝑚𝑜𝑙
𝑔 × 2𝐿 × 42,634 𝐿 = 34,107 𝑔
180
𝑚𝑜𝑙

Halaman 19 dari 29
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA

C.1. Kurva Baku Larutan Glukosa dan Larutan Etanol


2.500
Konsentrasi Glukosa (g/L)

2.000

1.500
y = 1.057E-05x
R² = 9.997E-01
1.000

0.500

0.000
0 50000 100000 150000 200000 250000
Luas Area Kromatogram

Gambar C.1. Kurva baku larutan glukosa

3.000

2.500
Konsentrasi Etanol (g/L)

2.000
y = 2.113E-05x
1.500 R² = 9.979E-01

1.000

0.500

0.000
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
Luas Area Kromatogram

Gambar C.2. Kurva baku larutan etanol

Halaman 20 dari 29
C.2. Analisis Berat Kering dan HPLC Sampel Fermentasi
Tabel C.1. Hasil antara analisis berat kering dan HPLC sampel fermentasi
Waktu Absorbansi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
(menit) rata-rata Sel (g/L) Glukosa (g/L) Etanol (g/L)
0 0,334 0,861 42,634 1,138
270 1,645 4,372 20,603 7,115
570 5,410 10,797 0,000 11,741

12.0000

10.0000
Konsentrasi Sel (g/L)

8.0000
y = 2.0536x
6.0000 R² = 0.978

4.0000

2.0000

0.0000
0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000 6.0000
Absorbansi

Gambar C.3. Kurva hubungan absorbansi dengan konsentrasi sel

Halaman 21 dari 29
C.3. Percobaan Utama
Tabel C.2. Hasil antara percobaan utama
Laju Massa
Absor- Fak- alir CO2
bansi tor Absor- CO2 output
Waktu rata-rata peng- bansi Konsen- ln output (gram)
(menit) mentah enceran nyata trasi (Xt/Xo) (g/min)
0 0,334 1 0,334 0,686 0,000 0,000 21,607
60 0,373 1 0,373 0,765 0,109 0,720 54,019
120 0,540 1 0,540 1,108 0,480 1,080 32,411
150 0,631 1 0,631 1,296 0,636 1,080 32,411
180 0,749 1 0,749 1,538 0,808 1,080 32,411
210 0,854 1 0,854 1,754 0,939 1,080 37,813
240 0,991 1 0,991 2,034 1,087 1,440 48,617
270 0,165 10 1,645 3,378 1,594 1,801 54,019
300 0,247 10 2,465 5,062 1,999 1,801 59,421
330 0,305 10 3,050 6,263 2,212 2,161 75,626
360 0,365 10 3,645 7,485 2,390 2,881 86,430
390 0,417 10 4,165 8,553 2,523 2,881 86,430
420 0,476 10 4,760 9,775 2,657 2,881 70,224
450 0,504 10 5,040 10,350 2,714 1,801 43,215
480 0,528 10 5,275 10,833 2,760 1,080 16,206
510 0,540 10 5,395 11,079 2,782 0,000 0,000
540 0,537 10 5,370 11,028 2,777 0,000 0,000
570 0,541 10 5,410 11,110 2,785 0,000 0,000

Halaman 22 dari 29
3.000

2.500

2.000
y = 0.0065x
ln(X/X0)

R² = 0.947
1.500

1.000

0.500

0.000
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)

Gambar C.4. Kurva penentuan laju pertumbuhan spesifik S. cerevisiae

3.500

3.000
Laju Alir CO2 Output (g/menit)

2.500

2.000

1.500

1.000

0.500

0.000
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (menit)

Gambar C.5. Laju alir massa CO2 pada aliran output

Halaman 23 dari 29
LAMPIRAN D
DATA MENTAH

D.1. Kondisi Laboratorium


Tabel D.1. Kondisi laboratorium hari pertama
Waktu Tekanan (mmHg) Temperatur (oC)
09.00 695,0 ± 0,05 25 ± 0,05
11.00 695,0 ± 0,05 26 ± 0,05
13.00 698,7 ± 0,05 27 ± 0,05
15.00 695,0 ± 0,05 27 ± 0,05
16.07 695,0 ± 0,05 27 ± 0,05

Tabel D.2. Kondisi laboratorium hari kedua


Waktu Tekanan (mmHg) Temperatur (oC)
09.00 696,5 ± 0,05 26 ± 0,05
11.00 694,3 ± 0,05 26 ± 0,05
13.00 694,9 ± 0,05 27 ± 0,05
15.00 694,9 ± 0,05 27 ± 0,05
15.50 695,0 ± 0,05 27 ± 0,05

D.2. Penentuan Densitas Sel dari Larutan Inokulum


Tabel D.3. Data mentah penentuan densitas sel dari larutan inokulum
Kotak Besar Hidup Mati
1 31 3
2 27 0
3 24 1
4 25 0
5 30 2

Halaman 24 dari 29
D.3. Penentuan Kurva Baku Glukosa dan Etanol
Tabel D.4. Data mentah penentuan kurva baku glukosa dan etanol
Konsentrasi
Konsentrasi Luas Area Luas Area
Glukosa
Etanol (g/L) Glukosa Etanol
(g/L)
0,000 2,633 0 127226
2,000 0,000 190492 0
0,400 2,106 39366 97507
0,800 1,580 73813 75076
1,200 1,053 113461 47972
1,600 0,527 150393 22250

Halaman 25 dari 29
D.4. Percobaan Utama
Tabel D.5. Data mentah percobaan utama
Pukul Absorbansi Faktor DO pH Kadar O2 (%) Kadar
Pengencer- CO2 (%)
I II an I O I O
11.50 0,333 0,335 1 82,2 5,03 20,9 20,9 0,0 0,0
12.50 0,374 0,371 1 69,9 4,99 20,9 20,9 0,0 0,2
13.50 0,537 0,542 1 52,1 5,00 20,9 20,9 0,0 0,3
14.20 0,629 0,633 1 37,4 4,97 20,9 20,9 0,0 0,3
14.50 0,744 0,754 1 35,7 4,86 20,9 20,9 0,0 0,3
15.20 0,855 0,853 1 41,0 5,20 20,9 20,9 0,0 0,3
15.50 0,992 0,989 1 27,5 4,95 20,9 20,9 0,0 0,4
16.20 0,163 0,166 10 18,2 5,21 20,9 20,9 0,0 0,5
16.50 0,246 0,247 10 21,4 4,97 20,9 20,9 0,0 0,5
17.20 0,306 0,304 10 11,8 5,09 20,9 20,9 0,0 0,6
17.50 0,363 0,366 10 15,4 4,97 20,9 20,9 0,0 0,8
18.20 0,415 0,418 10 7,4 5,02 20,9 20,9 0,0 0,8
18.50 0,477 0,475 10 12,1 4,97 20,9 20,9 0,0 0,8
19.20 0,505 0,503 10 7,0 5,02 20,9 20,9 0,0 0,5
19.50 0,526 0,529 10 10,6 4,97 20,9 20,9 0,0 0,3
20.20 0,54 0,539 10 6,2 5,15 20,9 20,9 0,0 0,0
20.50 0,537 0,537 10 4,7 5,13 20,9 20,9 0,0 0,0
21.20 0,542 0,540 10 4,9 5,07 20,9 20,9 0,0 0,0

Halaman 26 dari 29
D.5. Penentuan Berat Kering Sel, Konsentrasi Glukosa, dan Konsentrasi Etanol
Tabel D.6. Data mentah analisis massa kering dan HPLC sampel fermentasi
Padatan Supernatan
Kondisi Volume
Waktu Absor- Massa kering Luas Luas
larutan
(menit) bansi (mg) Area Area
(mL)
Glukosa Etanol
I II I II
Awal 11.50 0,3340 14 14 11,8 12,3 4033517 53865
Tengah 16.20 1,6450 14 13 56,3 61,4 1949205 336720
Akhir 21.20 5,4100 14 13 152,4 139,2 0 555673

Halaman 27 dari 29
LAMPIRAN E
TUGAS TAMBAHAN: ANALISIS SOMOGYI-NELSON

E.1 Pembuatan Larutan Standar Glukosa


Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan dengan cara berikut.
1. Glukosa PA sebanyak 200 mg ditimbang dengan teliti.
2. Glukosa PA dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL, dan diisi sampai tanda batas.
3. Larutan dikocok dengan baik.
4. Dari labu ukur tersebut dilakukan pemipetan secara berurutan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4; 1,6; 1,8; dan 2,0 mL.
5. Akuades ditambahkan secara berurutan ke dalam tabung reaksi yang sama: 1,8; 1,6; 1,4;
1,2; 1,0; 0,8; 0,6; 0,4; dan 0,2 mL sehingga diperoleh konsentrasi pada masing-masing
tabung: 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, dan 200 μg/mL.

E.2 Penentuan Optical Density (Absorbansi) dari Larutan Standar Glukosa


1. Sebanyak 1,6 mL larutan Somogyi I dan 0,4 mL larutan Somogyi II dimasukkan ke
dalam larutan-larutan glukosa (E.1.5).
2. Larutan dikocok dengan baik.
3. Larutan dipanaskan di atas penangas air mendidih selama 10 menit dengan ditutup
menggunakan kelereng.
4. Larutan didinginkan dengan cepat dalam air es.
5. Larutan ditambahkan 2 mL larutan Nelson dan 4 mL akuades.
6. Larutan dikocok dengan kuat, dengan menutup mulut tabung dengan ibu jari.
7. Absorbansi larutan tersebut diukur dengan Spektronik 20 pada panjang gelombang 520
nm.

E.3 Penentuan Kadar Glukosa dalam Campuran


1. Cairan fermentasi diambil secara aseptik dari bioreaktor kira-kira sebanyak 1 gram.
2. Cairan dilarutkan dengan labu ukur 500 mL atau 1000 mL dan diisi sampai tanda batas
dengan akuades (*).

Halaman 28 dari 29
3. Sebanyak 2 mL larutan dari labu ukur tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
4. Sebanyak 1,6 mL larutan Somogyi I dan 0,4 mL larutan Somogyi II ditambahkan ke
dalam tabung reaksi dan dikocok dengan baik.
5. Tabung reaksi ditutup dengan kelereng.
6. Tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 10 menit.
7. Tabung reaksi didinginkan dengan cepat dalam air es (sampai suhunya ± 20oC).
8. Sebanyak 2 mL larutan Nelson dan 4 mL akuades ditambahkan ke tabung reaksi.
9. Larutan dikocok dengan kuat (dengan menutup tabung reaksi dengan ibu jari).
10. Absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
(*) Pengenceran dalam labu ukur tergantung dari kadar glukosa dalam medium, agar dalam
tiap mL hasil pengenceran megnandung glukosa kira-kira 20-80 μg.

Halaman 29 dari 29

Anda mungkin juga menyukai