Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi

dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti :kimia, fisika, geologi, dan

klimatologi untuk pembahasannya (Winatasasmita, 1993).

Ilmu ekologi pada dasarnya menjelaskan hubungan antara organisme

tumbuhan maupun hewan- dengan lingkungannya.Sifat setiap benda hidup

dimengerti dari segi hubungannya. Bukan hanya dengan alam secara fisik -

termasuk tanah, air dan iklim- tetapi juga dengan benda hidup lain dalam suatu

pola saling ketergantungan yang dinamakan ekosistem. Contoh ekosistem dari

Sumatera adalah hutan tropis dataran rendah, hutan mangrov, sungai, lahan basah

gambut, dll.Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme

dengan lingkungannya (Widjoyo, 1974).

Struktur ekosistem terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan

keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun

struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi, energi,

dan faktor-faktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut

(Odum, 1983).

Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam

system. Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem, maka seseorang yang

belajar ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang komprehensip


berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan. Ekologi tidak

hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis mempelajari organisme pada

tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi dan komunitas.

(Karmana, 2007).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan dari praktikum Populasi, Komunitas, dan Ekosistem

adalah :

1. Menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu populasi dapat

tumbuh.

2. Mempelajari suatu komunitas dengan cara mengumpulkan data sebanyak

mungkin selama waktu dan kesempatan memungkinkan. Kemudian

memeriksa hubungan antara masing-masing spesies, sehingga kita dapat

mengira-ngirakan urutan mana yang paling penting dan untuk mengetahui

struktur komunitas itu.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 03 November 2015 pukul

11.00-14.00 WITA, bertempat di Gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin,

Makassar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Populasi

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama

jenis(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik)

yangmendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik

yangwalaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik

kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).

Dalam ekologi, populasi diartikan sekelompok idividu sejenis yang

menempati ruang dan waktu tertentu. Populasi adalah kelompok kolektif

organisme dari jenis yang sama yang menempati ruang atau tempat tertentu

dan memiliki berbagai ciri atau sifat yang unik dari kelompok dan bukan

merupakan sifat milik individu di dalam kelompok tersebut. Populsi memiliki

sejarah hidup, tumbuh dan berkembang seperti apa yang dimiliki oleh

individu. Populasi memiliki organisasi dan struktur yang pasti dan jelas

(Zoer´aini, 2003).

Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama.

Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama

spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi

dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang

dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau

tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic


yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar

populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran

besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti

dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan

isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan

ekologik (Soetjipta.1992).

II.2 Pengertian Komunitas

Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti "kesamaan",

kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh

semua atau banyak". Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa

organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat

yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki

maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah

kondisi lain yang serupa (Soenarno,2002).

II.3 Pengertian Ekosistem

Ekosistem yaitu antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi

interaksi.interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut

ekosistem.komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau),

konsumen (herbivor, karnivor, omnivor) dan dekomposer/penguurai

(mikroorganisme) (Pratiwi, 2000).

Ekosistem terdapat interaksi antara komponen abiotik dengan komponen

biotik.Pada komponen biotik di bentuk oleh berbagai organisme yang berbeda

jenisnya.(Rochman, 2005).
Ekosistem adalah suatu komunitas organisme yang berinteraksi sesamanya

dan dengan alam tak hidup disekitarnya.Ekosistem beragam dalam

produktivitasnya, artinya dalam jumlah energi yang disimpan dalam benda hidup

heterotrof menjamin energi yang diperolehnya dari autotrof. Energi dan bahan

dari organisme lain memastikan suatu rantai makanan dan setiap mata rantainya

merupakan tingkatan trofik (Kimball 2005).

II.4 Pengertian Individu

Individu berasal dari bahasa latin yaitu in (tidak) dan dividuus (dapat

dibagi) jadi individu merupakan bagian organisasi kehidupan yang tidak

dapat dibagi lagi. Masing-masing unit yang disebut individu tersebut dapat

melakukan proses hidup yang masing-masing terpisah. Setiap individu seperti

pohon pisang dalam rumpunnya akan dapat hidup apabila dipisahkan dari

rumpunnya tersebut. Individu dalam ekologi memiliki makna yang sangat

penting, karena dari individu dapat dikumpulkan bermacam-macam data

untuk mempelajari tentang kehidupan dalam hubungannya dengan

lingkungannya (Zoer´aini, 2003).

II.5 Pengertian Ekologi

Istilah ekologi pertama kali dekenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst

Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya

rumahatau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu.Jadi, Ekologi adalah ilmu yang

mempelajari makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusis untuk hidup

bersama dan saling memepngaruhi di dalam lingkungannya.Lingkungan


yangdimaksud adalah segala sesuatu yang hidup dan tidak hidup di sekitar

makhluk hidup tertentu.

Makhluk hidup dipelajari dalam enam jenjang yang berbeda, yaitu:

1. Individu, makhluk hidup tunggal yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

Contohnya: seorang manusia, seekor kambing, dan satu pohon jeruk.

2. Populasi, sekelompok individu dari satu species.

3. Komunitas, berbagai populasi dari species yang berbeda hidup bersama.

4. Ekosistem, satu kelompok yang mempunyai ciri khas tersendiri yang terdiri

dari beberapa komunitas yang berbeda.

5. Bioma, berbagai ekosistem yang terdapat di wilayah geografis yang sama

dengan iklim dan kondisi lingkungan yang sama.

6. Biosfer, semua bioma yang ada di bumi yang membentuk tingkatan tertinggi

dalam jenjang kehidupan.

(sumber http://journal.unnes.ac.id/nju.index.php/jpii)
II.5 Faktor Biotik dan Faktor Abiotik

Komponen yang mempengaruhi Ekosistem terdiri atas faktor abiotik dan

faktor biotikFaktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk

hidup: tumbuhan, hewan, manusia, mikroorganisme. Tumbuhan berperan sebagai

produsen sedangakn hewan berperan sebagai konsumen dan mikroorganisme

berperan sebagai decomposer.Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup

yang terdapat dalam.Ekosistem Berdasarkan fungsinya di dalam, ekosistem

makhluk hidup dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan

dekomposer atau pengurai (Maizer, 2007).

1. Produsen

Tumbuhan hijau mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan

zat makanan melalui proses fotosintesis, sehingga disebut sebagai produsen.

Organisme yang dapat membuat makanan sendiri disebut organisme autotrof.

Gambaran reaksi kimia proses fotosintesis. Zat makanan yang terbentuk

merupakan energi kimiawi yang tersimpan pada bagian daun, batang, akar atau

buah.Hasil fotosintesis lainnya adalah berupa oksigen dilepas ke udara bebas dan

digunakan.

2. Konsumen

Manusia dan hewan termasuk dalam golongan konsumen karena keduanya

tidak dapat membuat makanan sendiri. Konsumen disebut juga organisme

heterotrof, artinya organisme yang tergantung organisme lain untuk mendapatkan

makanan. Berdasarkan jenis makanannya, organisme yang mendapatkan makanan

dari tumbuhan saja disebut herbivora, organisme yang hanya makan hewan
disebut karnivora.Organisme yang mendapatkan makanan dari tumbuhan maupun

hewan disebut omnivora.

3. Dekomposer atau Pengurai

Dekomposer atau pengurai dalam menguraikan zat organik yang terdapat

pada makhluk hidup yang sudah mati menjadi zat yang lebih sederhana, seperti

mineral atau zat organik lain. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai

adalah bakteri dan jamur saprofit.Zat mineral atau zat hara hasil penguraian

meresap ke dalam tanah yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan.Keseimbangan

ekosistem dapat terjadi bila ada hubungan timbal balik yang harmonis antar

komponen biotik dan abiotik (Maizer, 2007).

II.5 Aliran Energi yang Melintasi Ekosistem

Rantai makanan,merupakan proses makan dan dimakan di antara organisme

dengan urutan satu arah yang mengakibatkan terjadinya perpindahan energi dari

satu organisme ke organisme yang lainnya.

Jaring-jaring Makanan, rantai-rantai makanan yang saling berhubungan.

(sumber
Piramida biomassa,dapat dinyatakan sebagai diagram yangmengambarkan

perpaduan massa seluruh makhluk hidup di habitat tertentuyang diukur dan

dinyatakan dalam satuan gram.

Biomassa, ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu.

Piramida Energi, memperlihatkan jumlah energi yang dipindahkan dari satu

tingkat ke tingkat diatasnya dalam suatu jarring makanan.


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Alat-alat yang digunakan

pada percobaan ini adalah alat tulis-menulis dan sebuah kamera.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas grafik biasa

berukuran A3 sebanyak satu lembar.

III.3 Prosedur Kerja

III.3.1 Mengamati Ekosistem di Canopy

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai

berikut:

1. Memilih daerah penelitian dalam hal ini daerah yang dipilih adalah tepi danau

yang terletak di samping Gedung IPTEK Universitas Hasanuddin, Makassar.

2. Menentukan data yang akan dikumpulkan atau diteliti. Dalam hal ini data

yang dikumpulkan adalah komponen biotik dan abiotik.

3. Melakukan survey tempat.

4. Memeberikan batasan daerah penelitian.


5. Mengumpulkan data. Menyiapkan sebuah buku lapangan atau lebih praktis

bila kertas untuk mencatat, dapat dijepit pada suatu alat tulis.

6. Mengidentifikasi organism yang akan diteliti dan menentukan namanya.

III.3.2 Menghitung Populasi Burung Gereja

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan model.

2. Model I : Kita umpamakan disuatu pulau pada tahun 2010 dihuni oleh 10

burung hantu beluk ketupa Ketupa ketupu ( 5 pasang jantan dan betina).

Asumsi I: Setiap Musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi II: Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum

musim bertelur berikutnya.

Asumsi III: Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur

berikutnya. Dalam keadaan sebenarnyabeberapa tetua akan hidup dan beberapa

keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan

yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat

dengan keadaan yang sebenarnya.

Asumsi IV: Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang

datang ke pulau tersebut.

3. Berdasarkan cara diatas, hitunglah populasi burung hantu beluk ketupa

Ketupa ketupu pada tahun 2010 sampai tahun 2014.


4. Model II: Mengubah asumsi II sebagai berikut, setiap tahun 2/5 dari tetua

jantan dan betina yang sama jumlahnya masih dapat mempunyai keturunan untuk

ke-2 kalinya. Baru kemudian mati. Asumsi lain tidak mengalami perubahan.

5. Model III: Mengubah Asumsi III sebagai berikut, setiap tahun 2/5 dari

keturunan (jantan dan betina) sama jumlahnya, mati sebelum musim bertelur.

Asumsi lain tidak berubah.

6. Model IV: Mengubah asumsi IV sebagai berikut, Setiap tahun 50 burung

jantan dan betina sama jumlahnya dating ke pulau tersebut dari pulau lain dan

tidak seekorpun yang pergi. Asumsi lain tidak berubah.

7. Membuat grafik berdasarkan tiap model yang telah dibuat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1 Hasil Percobaan

A. Komponen Abiotik dan Biotik

a. Abiotik

1. Batu

2. Tanah

3. Air

4. Udara

5. Cahaya matahari

b. Biotik

 Produsen

1. Rumput betung (Equisetum debile)

2. Enceng gondok

3. Putri malu

4. Pohon kelapa

 Konsumen I

1. Walang sangit

2. Lebah

3. Kupu-kupu

 Konsumen II

1. Laba-laba (Arachnida)
2. Ikan (Fish)

 Konsumen III

1. Burung (Aves)

 Pengurai

1. Lalat (Musca domestica)

2. Semut merah (Formica ruva)

3. Semut hitam (Camponotus caryae)

B. Model Perhitungan

a. Model 1

· Tahun 2015 terdapat 10 ekor ( 5 pasang) burung

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 30 pasang )

Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi III : 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi IV : 50 ekor ( 25 pasang )

· Tahun 2016 terdapat 50 ekor (25 pasang) burung

Asumsi I : 25 × 10 = 250 ekor ( 125 pasang )

250 + 50 = 300 ekor ( 150 pasang )

Asumsi II : 300 - 50 = 250 ekor ( 125 pasang )

Asumsi III : 250 ekor ( 125 pasang )

Asumsi IV : 250 ekor ( 125 pasang )

· Tahun 2017 terdapat 250 ekor ( 125 pasang) burung

Asumsi I : 125 × 10 = 1250 ekor ( 625 pasang )


1250 + 250 = 1500 ekor ( 750 pasang )

Asumsi II : 1500 - 250 = 1250 ekor ( 625 pasang )

Asumsi III : 1250 ekor ( 625 pasang )

Asumsi IV : 1250 ekor ( 625 pasang )

· Tahun 2018 terdapat 1250 ekor ( 625 pasang) burung

Asumsi I : 625 × 10 = 6250 ekor ( 3125 pasang )

6250 + 1250 = 7500 ekor ( 3750 pasang )

Asumsi II : 7500 - 1250 = 6250 ekor ( 3125 pasang )

Asumsi III : 6250 ekor ( 3125 pasang )

Asumsi IV : 6250 ekor ( 3125 pasang )

· Tahun 2019 terdapat 6250 ekor ( 3125 pasang) burung

Asumsi I : 3125 × 10 = 31250 ekor ( 15625 pasang )

31250 + 6250 = 37500 ekor ( 18750 pasang )

Asumsi II : 37500 - 6250 = 31250 ekor ( 15625 pasang)

Asumsi III : 31250 ekor ( 15625 pasang )

Asumsi IV : 31250 ekor ( 15625 pasang )

b. Model 2

· Tahun 2015 terdapat 10 ekor ( 5 pasang )

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 30 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 10 = 4 ekor ( 2 pasang )

60 – 6 = 54 ekor ( 27 pasang )
Asumsi III : 54 ekor ( 27 pasang )

Asumsi IV : 54 ekor ( 27 pasang )

· Tahun 2016 terdapat 54 ekor ( 27 pasang )

Asumsi I : 27 × 10 = 270 ekor ( 135 pasang )

54 - 4 = 50 ekor ( 25 pasang )

270 + 50 = 320 ekor ( 160 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 50 = 20 ekor ( 10 pasang )

320 – 30 = 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi III : 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi IV : 290 ekor ( 145 pasang )

· Tahun 2017 terdapat 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi I : 145 × 10 = 1450 ekor ( 725 pasang )

290 – 20 = 270 ekor ( 135 pasang )

1450 + 270 = 1720 ekor ( 860 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 270 = 108 ekor ( 54 pasang )

1720 – 162 = 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi III : 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi IV : 1558 ekor ( 779 pasang )

· Tahun 2018 terdapat 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi I : 779 × 10 = 7790 ekor ( 3895 pasang )

1558 + 108 = 1450 ekor (7250 pasang )

7790 + 1450 = 9240 ekor ( 4620 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 1450 = 580 ekor ( 290 pasang )


9240 – 870 = 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi III : 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi IV : 8370 ekor ( 4185 pasang )

· Tahun 2019 terdapat 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi I : 4185 × 10 = 41850 ekor ( 20925 pasang )

8370 – 580 = 7790 ekor ( 3895 pasang)

41850 + 7790 = 49640 ekor ( 24820 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 7790 = 3116 ekor ( 1558 pasang )

49640 – 4674 = 44966 ekor ( 22483 pasang )

Asumsi III : 44966 ekor ( 22483 pasang )

Asumsi IV : 44966 ekor ( 22483 pasang )

c. Grafik

· Model 1

MODEL 1
35000

30000

25000

20000

15000 MODEL 1

10000

5000

0
2015 2016 2017 2018 2019
· Model 2

MODEL 2
50000

40000

30000

20000 MODEL 2

10000

0
2015 2016 2017 2018 2019

IV.2 Pembahasan

Untuk model I, kita umpamakan di sebuah pulau pada tahun 2015 dihuni

oleh 10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina), selanjutnya kita menghitung

jumlah populasi setiap permulaan musim bertelur. berdasarkan asumsi I bahwa

setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan,

selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina sehingga jumlah seluruh burung gereja

adalah 60 ekor. Selanjutnya, setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina)

mati sebelum musim bertelur berikutnya sehingga jumlah burung seluruhnya

kembali menjadi 50 ekor. Pada tahun 2016 jumlah induk 50 ekor ( 25 pasang

jantan dan betina ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2016 adalah 250 ekor ( 125

pasangjantan dan betina ). Begitupun pada tahun 2017 dengan jumlah akhir 1250

ekor ( 625 pasangjantan dan betina ), pada tahun 2018, terhitung 6250 ekor ( 3125

pasangjantan dan betina ) dan tahun 2016 yaitu 31250 ekor ( 15625 pasangjantan

dan betina ).

Untuk model II kita umpamakan di sebuah pulau pada tahun 2015 dihuni

oleh 10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina).Berdasarkan asumsi I bahwa


setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan

sehingga dihasilkan total burung gereja ditambah induknya sebanyak 60 ekor.

Selanjutnya, Setiap tahun 2/5 dari tetua jantan dan betina masih dapat mempunyai

keturunan untuk kedua kalinya, baru kemudian mati sehingga tersisa 54 ekor.

Pada tahun 2015 dengan jumlah induk 54 ekor ( 27 pasang ) sehingga jumlah

akhir pada tahun 2016 adalah 290 ekor ( 145 pasang ). Begitu pula pada tahun

2017 dengan jumlah akhir 1558 ekor ( 779 pasang ), pada tahun 2018, terhitung

8370 ekor ( 4185 pasang ) dan tahun 2019 yaitu 44966 ekor ( 22483 pasang ).

Jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang saling

berhubungan. Pada jaring-jaring makanan terdapat dua atau lebih produsen dan

konsumen. Seperti pada jaring-jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen

ada dua, yaitu rumput dan pohon, konsumen I terdapat dua hewan, yaitu ulat, dan

belalang, pada konsumen II terdapat laba-laba dan burung, pada decomposer

terdapat dua hewan yakni ulat dan lalat. Dalam hal ini, burung berperan sebagai

konsumen tingkat II dan III.

Pada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung

dalam satu arah, sehingga tidak ada komponen di dalamnya yang memiliki dua

fungsi sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada

saling singgung. Ketika tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang

tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian

energi hilang berupa panas.Begitupun herbivora dimakan karnivora. Oleh karena

itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan

energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pada pengamatan untuk meneliti suatu populasi dapat tumbuh,

menggunakan empat model dengan empat asumsi setiap model serta pada model

pertama faktor yang mempengaruhi populasi yaitu faktor kelahiran, pada model

kedua yaitu adanya faktor kelahiran dan kematian, pada model ketiga yaitu faktor

kematian dan pada model ke empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

populasi adalah factor migrasi atau perpindahan. Model model inilah yang dapat

digunakan sebagai model untuk meneliti pertumbuhan suatu populasi populasi.

Penggunaan model dapat mempermudah dalam studi tentang struktur

komunitas. Model yang dibicarakan hanya suatu angan-angan. Model ini dapat

membantu keadaan yang rumit menjadi sederhana sehingga lebih mudah kita

pahami.

Suatu Komunitas terdiri dari beberapa macam jenis organisme yang saling

berhubugan sehingga membentuk rantai makanan yakni peristiwa makan dan

dimakan antara organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem.Dan juga

Jaring-jaring makanan yang dibentuk oleh beberapa rantai makanan yang saling

berhubungan. Sehingga akan terbentuk piramida ekologi yang menunjukkan

tingkatan konsumen di atasnya lebih kecil dibandingkan konsumen yang berada di

bawahnya.
V.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan percobaan di butuhkan ketelitian pada saat

mengumpulkan data agar pada saat penggambaran pada grafik hasil penelitian

tidak keliru ataupun terjadi kesalahan data.


DAFTAR PUSTAKA

Karmana Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi Untuk Kelas X SMA/MA

program IPA. Bandung : Grafindo

Kimball. J.W. 2005.Biologi Jilid 3 Edisi Kelima.Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, Erlangga

Maizer.2007. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan

Laboratorium.Jakarta : UI Press

Odum, EP. 1983. Fundamentals of Ecology third Edition. Georgia: Saunders

College Publishing

Pratiwi, D.A. 2000. Biologi Jilid 3 edisi Kelima.Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, Erlangga

Rochman. 2005. Biologi. Bandung : CV. Pustaka Mulia

Soejipta. 1992. Estimasi Populasi. Jakarta : Erlangga

Widjoyo, p. 1974. Biologi 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Winatasasmita, Djamur.1993.Biologi I.Jakarta: Balai Pustaka

Zoer´aini D.I. 2003.Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi.Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai