TINJAUAN PUSTAKA
𝑃1+𝑃2+𝑃3+ …..𝑃𝑛
P= .............................(2.1)
𝑛
4
5
Sehingga perhitunga hujan rata-rata pada suatu daerah aliran dapat di rumuskan :
𝑃1+𝑃2.𝐴2+𝑃3.𝐴3+ …..𝑃𝑛𝐴𝑛
P= .............................(2.2)
𝐴1+𝐴2+𝐴3…..+𝐴𝑛
Sebaran normal jua di sebut sebaran Gauss yang sering di pakai untuk
analisi frekuensihujan harian maksimum, dimana sebaran mempunyai fungsi
kerapatan kemungkinn (probability density function) sebagai berikut :
−1 𝑥−𝜇 2
1 ( )
P(X) = 𝜎 .𝑒2 𝜎 ..........................(2.20)
√2𝜋
Dimana :
π = 3,14156
μ = 2,71828
e = nilai X rata-rata
Dimana :
X = nilai variat
a,b,c = parameter
Γ = fungsi gamma
Apabila nilai variat X di plot pada kertas logaritma, maka bentuk persamaa
matematikanya merupakan persamaan garis harus sebagai berikut :
Xtr = 𝑥̅ + k . S ..........................(2.38)
Dimana :
𝑥̅ = nilai rata-rata X
S = standar deviasi
Adapun parameter statistik yang di perlukan pada log-person type III yaitu
harga rata-rata, standar deviasi dan koefisien skewness, yang nilai koefisien
kortusis (koefisien keruncingan) mendekati Ck = 1,50 Cs2 + 3.
Dengan batasan: X ≤ x
-∞ < X < + -∞
Dimana :
e = 2,71828
Y = a (X – X0) ...................................(2.40)
1,281
a = .......................................(2.41)
𝜎
0,557
X0 =μ- maka
𝑎
X0 = μ – 0,455 σ ..............................(2.42)
Dimana :
μ = nilai rata-rata
σ = standar deviasi
X = 𝑥̅ + k. S ...................................(2.43)
9
Dimana :
𝑌𝑇−𝑦𝑛
k = ...............................(2.44)
𝑠𝑛
dimana :
YT = reduksi variat
(𝑇𝑟−1)
YT = -1n ( -1n( ))...................(2.45)
𝑇𝑟
Tr = periode ulang
hubungan jumlah data kejadian (n) dengan reduksi rata-rata variat (yn) dan
standar deviasi variat (sn), dapat di lihat pada tabel 2.8.
10
Tabel 2.8 Hubungan Reduksi rata-rata (Yn) dan reduksi standar deviasi (Sn) dengan
jumlah data kejadian (n)
N Yn N Yn n Sn n Sn
10 0,4952 30 0,5362 10 0,9496 30 1,1124
11 0,4996 31 0,5371 11 0,9676 31 1,1159
12 0,5035 32 0,5380 12 0,9833 32 1,1193
13 0,5070 33 0,5388 13 0,9971 33 1,1226
14 0,5100 34 0,5396 14 1,0095 34 1,1255
15 0,5128 35 0,5402 15 1,0206 35 1,1285
16 0,5157 36 0,5410 16 1,0316 36 1,1313
17 0,5181 37 0,5418 17 1,0411 37 1,1339
18 0,5202 38 0,5424 18 1,0493 38 1,1363
19 0,5220 39 0,5430 19 1,0565 39 1,1388
20 0,5236 40 0,5436 20 1,0628 40 1,1413
21 0,5252 41 0,5442 21 1,0696 41 1,1436
22 0,5268 42 0,5448 22 1,0754 42 1,1458
23 0,5283 43 0,5453 23 1,0811 43 1,1480
24 0,5296 44 0,5458 24 1,0864 44 1,1499
25 0,5309 45 0,5463 25 1,0915 45 1,1519
26 0,5320 46 0,5468 26 1,0961 46 1,1538
27 0,5332 47 0,5473 27 1,1004 47 1,1557
28 0,5343 48 0,5477 28 1,1047 48 1,1574
29 0,5353 49 0,5481 29 1,1086 49 1,1590
Untuk menentukan kesesuaian (the goodness of fit) distribusi frekuensi empiris dari
sampel data terhadap fungsi distribusi frekuensi teoritis yang di perkirakan dapat
menggambarkan atau mewakili distribusi empiris, di perlukan pengujian secara
statistik. Dalam menentukan distribusi frekuensi pada perhitungan statistik
hidrologi sering di terapkan dua cara pengujian yaitu : Uji kesesuaian Smirnov-
Kolmogorov dan Uji Chi Kuadrat (Chi-Square Test).
Dimana :
Apabila nilai Dmax yang terbaca pada kertas probabilitas < ∆ kritis yang di
dapat dari tabel 2.9 maka dapat di tetapka bahwa penyimpangan yang terjadi hanya
karena kesalahan yang terjadi secara kebetulan sehingga sebaran teoritis yang di
gunakan untuk menentukan persamaan sebaran dapat di terima. Sebaliknya apabila
nilai Dmax yang terbaca pada kertas probabilitas >∆ kritis maka sebaran teoritis
yang di gunakan untuk menentukan persamaan sebaran tidak dapat di terima.
Plotting data pengamatan hujan dan garis durasi pada kertas probabilitas
tersebut di lakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Data hujan harian maksimum tiap tahun disusun dari urutan besar ke
kecil.
2. Peluang (probabilitas) di hitung dengan persamaan Weibull seperti pada
rumus 2.23.
3. Plot data hujan Xm pengamatan dan peluangnya pada kertas
probabilitas.
4. Plot persamaan analisi frekuensi hujan berdasarkan periode ulang yang
di tetapkan.
5. Membandingkan perbedaan plotting nilai peluang data
pengamatan.P(Xm) dan plot persamaan analisis frekuensi hujan
berdasarkan periode ulang yang di tetapkan sebagai nilai peluang teoritis
P’(Xm).
6. Nilai perbedan terbesar antara P(Xm) dan P’(Xm), kemudian di
bandinkan dengan nilai delta ∆ kritis untuk uji kesesuaian Smirnov-
Kolmogorov, kalau hasilnya nilai P(Xm) – P’(Xm) < Nilai delta ∆ kritis
artinya hipotesa di terima. Sebaliknya jika nilai (P(Xm) – P’(Xm)
<>Nilai delta ∆ artinya hipotesa di tolak.
α
N 0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N > 50 1,07 / √N 1,22 / √N 1,36 / √N 1,63 / √N
α = derajat kepercayaan
(𝐸𝑓−𝑜𝑓)2
𝝌2 = ∑ ...............................................(2.44)
𝐸𝑓
Dimana :
Nilai 𝝌2 hasil perhitungan nilainya harus lebih kecil dari harga 𝝌2 cr (chi
kuadrat kritis) pada tabel 2.10, untuk derajat nyata tertetu (level significance), yang
sering diambil 5%. Adapun derajat kebebasan ini secara umum dapat di hitung
dengan :
DK = K – (P + 1) .........................................(2.45)
Dimana :
DK = derajat kebebasan
K = banyaknya kelas
Dalam hal ini di sarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekwensi absolut tiap kelas juga kurang dari lima apabila terdapat kelas yang
frekwensinya kurang dari lima., maka dapat di lakukan penggabungan dengan kelas
yang lainnya.
16
Dalam pembahasan data hujan ada 5 buah unsur yang harus di tinjau, yaitu :
a. Itensitas i, adalah laju hujan = tinggi air per satuan waktu misalnya,
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit
atau jam.
c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang di nyatakan
dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian, biasanya di nyatakan dengan waktu
ulang (return periode) T, misalnya sekali dalam T (tahun).
e. Luas, adalah luas geografi curah hujan untuk menghitung itensitas hujan di
gunakan rumus Dr. Insiguro (1953).
𝑅24 24
I= 24
( 𝑡 )𝑚
Dimana :
Asumsi bahwa banjir maksimum akan terjadi jika hujan berlangsung selama
waktu konsentrasi atau melebihi waktu konsentrasi menyebabkan parameter waktu
konsentrasi menjadi penting di kaji. Waktu konsentrasi didefinisikan sebagai waktu
yang di perlukan air hujan yang jatuh di titik terjauh dari suatu daerah aliran untuk
mencapai titik tinjau (outlet). Lama waktu konsentrasi tergantung pada ciri-ciri
daerah aliran, terutama jarak yang harus di tempuh oleh air hujan yang jatuh di
tempat terjauh dari titik tinjau. Lama waktu konsentrasi bisa di dapatkan melalui
hasil pengamatan atau dengan suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus yang ada
pada umumnya mengacu dari jarak terjauh jatuhnya hujan sampai titik tinjau (L)
dan selisih ketinggian antara ketinggian antara titik terjauh tersebut dengan titik
tinjau (H), ataupun juga kemiringan lahan yang ada.
a. Kondisi hujan.
19
Tabel 2.5. – Koefisien Pengaliran berdasarkan jenis permukaan tata guna tanah
Q = Kc. C. I . A ,
dimana :
Sehingga :
20
10−3
m3 / det = kc [3600 𝑚/𝑑𝑒𝑡].106 . m2
𝑚3
( )
det
kc = [ 10−3
] = 0.27778 ≈ 0,278
( 𝑚/𝑑𝑒𝑡)(106 𝑚2
3600
Q = 0,278 . C . I . A
Dengan :
C = koefisien pengaliran
Jenis Tanah K
(cm/dt) (ft/dt)
Kerikil bersih 1,0-100 2,0-200
Pasir kasar 1,0-0,01 2,0-0,02
Pasir halus 0,01-0,001 0,02-0,002
Lanau 0,001-0,0001 0,002-0,0002
21
Ada dua dua uji standar yang di lakukan untuk menentukan harga koefisien
rembesan salah satunya adalah uji konstan. Pada tip percobaan ini, pemeberian air
dalam saluran pipa masuk (inlet) di jaga sedemikian rupa hingga perbedaan tinggi
dalam pipa masuk dan pipa keluar (outlet) selalu konstan selama percobaan. Setelah
kecepatan aliran air yang melintasi contoh tanah menjadi konstan, air di kumpulkan
dalam gelas ukur selama suatu waktu yang di ketahui. Volume total dari air yang di
kumpulkan tersebut dapat di nyatakan sebagai :
Di mana :
atau
ℎ
i=𝐿 (4.15)
ℎ
Q = A( k 𝐿 ) t
𝑄𝐿
k = 𝐴ℎ𝑡
uji tinggi konstan ini lebih cocok untuk tanah berbutir dengan koefisien rembesan
yang cukup besar.
Persamaan aliran satu dimensi ini menunjukkan kondisi aliran yang dinyatakan
oleh dua variabel tak bebas h (tinggi air) dan Q (debit) untuk setiap titik disaluran.
Variabel tak bebas ini menunjukkan kondisi aliran sepanjang saluran untuk setiap
waktu t. Untuk menguraikan gerakan aliran didalam suatu daerah aliran tertentu
diperlukan suatu persamaan-persamaan yang dapat diselesaikan dengan cara
23
𝑑𝑄 𝑑𝐴
+ =0
𝑑𝑥 𝑑𝑡
Dengan :
t = waktu (detik)
Σ Fx = 𝜌 . Q . ΔU
Dengan :
Hukum kekekalan massa pada suatu pias tertentu menyatakan bahwa “aliran
pada suatu pias akan sama dengan perubahan tmaapungan yang terjadi didalam pias
tersebut”. Hukum kekekalan massa dapat di tulis dalam persamaan sebagai berikut:
𝜕𝒬 𝜕𝐻
+𝐵 =0
𝜕𝑥 𝜕𝑡
𝜕𝒬 𝜕𝐻 𝜕(𝑎𝒬𝑣) ḡ|𝒬|𝒬
+ ḡ𝐴 𝜕𝑥 + = b𝛾w2 cos(Φ − 𝜙)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝐶 2 𝐴𝑅
𝒬=vxA
Dimana :
t = waktu
Q(x,H) = debit
g = percepatan gravitasi
𝐴
α= ∫ 𝑣(y,z)2 dydz
𝒬2
U2 U22
h1 + α1 2g1 + z1 = h2 + α2 + z 2 + h f + he
2g
dengan :
hf = L.S̅f
Q
Sf = (K)2
27
S +S
S̅f = f1 2 f2
Dengan :
𝛼2𝑉2 𝛼1𝑉2
2 1
he = C| − |
2g 2g
dengan :
Program ini akan mengasumsi, kontraksi akan terjadi jika tinggi kecepatan
di hilie lebih besar dari tinggi kecepatan dihulu dan ekspansi terjadi pada kondisi
sebaliknya. Tinggi kehilangan energi terdiri dari kehilangan energi akibat gesekan
dan kehilangan energi akibat perubahan penampang melebar dan menyempit.
Persamaan tinggi kehilangan energi sebagai berikut :
𝛼2𝑉2 𝛼1𝑉2
he = L.𝑆̅ f + C| 2
− 1
|
2𝑔 2𝑔
dimana :
𝐿𝑙𝑜𝑏 . 𝒬̅
𝑙𝑜𝑏 𝐿𝑐ℎ . 𝒬̅𝑐ℎ + 𝐿𝑟𝑜𝑏 . 𝒬̅𝑟𝑜𝑏
L= 𝒬̅𝑙𝑜𝑏 + 𝒬̅𝑐ℎ + 𝒬̅𝑟𝑜𝑏
Dimana :
𝒬̅𝑙𝑜𝑏, 𝒬̅𝑐ℎ, 𝒬̅𝑟𝑜𝑏 = rata-rata aliran antara dua penampang untk bantaran kiri,
saluran utama dan bantaran kanan
1/2
𝒬 = K.𝑆𝑓
1,49 2/3
Kj = Aj 𝑅𝑗 (dalam satuan metrik)
𝑛𝑗
1 2/3
Kj = 𝑛 Aj 𝑅𝑗 (dalam satuan metrik)
𝑗
Dengan :
K = ∑𝑛𝑗−1 𝐾𝑗
Dengan :
dapat digunakan untuk kondisialiran berubah dengan cepat seperti peralihan dari
aliran super kritis ke sub kritis (loncatan). Sehingga perlu digunakan persamaan
momentum untuk menyelesaikan persamaan ini. Aliran dari suatu penampang
melintang tidak dibagi menjadi beberapa sub bagian, kecuali terjadi perubahan
dalam area saluran utama. Dan program akan menerapkannya dalam perhitungan
penampang melintang. Jika tidak dapat di terapkan, maka program akan
menghitung satu nilai (n) kekasaran unutk bagian saluran. Untuk perhitungan n
komposit, saluran utama dibagi menjadi n bagian, dimana setiap sub bagian di
ketahui parameter basah Pi dan koefisen kekasaran ni (Anonim,2001 :2-7).
1,5
∑N
i−1(Pi ni ) 2/3
nc = | |
P
dengan :
Tabel 2.5. harga koefisien manning (n) untuk berbagai tipe saluran
31