Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat Beragama
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang makna agama
islam beserta karakteristiknya, makna ajaran islam sebagai rahmatan lil
alamin atau rahmat Allah bagi semua makhluk-Nya beserta
1
perwujudannya, makna ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniah serta
sikap yang sesuai dengan islam tentang ukhuwah tersebut, bentuk- bentuk
tanggung jawab sosial umat islam baik sesama umat islam maupun non
islam dengan sikap amar ma’ruf dan nahi munkar serta penerapan
kebersamaan dalam multikultural.
2
BAB 2
ISI
2.1 Makna Agama Islam
Dalam Islam, kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,
penyerahan diri, taat, dan patuh. Dengan pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam telah mengajarkan untuk menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan kehidupan umat beragama, serta semua
makhluk Allah pada umumnya. Kondisi tersebut akan terwujud apabila
manusia dapat menjalankan aturan sesuai dengan perintah Allah secara
benar dan “kaafah”.
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya,
Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan
ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam
merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada
perdamaian.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang
yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah
SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap
apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai
seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan
seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman: (QS. 6 : 162)
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
3
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah
baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan
dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Oleh
karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri
kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena
insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai
dan tenang.
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada
Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada
hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita
miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan
diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik,
pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan,
kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga
berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya,
semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan
kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik
di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya
untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
5. Berasal dari ‘salam’ yang berarti selamat dan sejahtera.
4
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena
Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek
manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba
kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai
hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan
yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Definisi di atas, memuat poin-poin penting , diantaranya adalah :
1. Islam sebagai wahyu ilahi
Islam sangat sesuai dengan manusia, karena sumber Islam dan yang
menciptakan manusia adalah Allah SWT. Allah yang menciptakan
manusia pasti tahu dan mengenal siapa itu manusia, dan mengetahui apa
yang ia butuhkan, termasuk tahu apa tujuan diciptakannya manusia.
Sedangkan manusia, belum tentu mengenal secara sempurna siapa
manusia itu sendiri.
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)
Sebagaimana yang telah kita ketahui, Islam memiliki pedoman yang
menuntun kita kejalan lurus yaitu Al Qur'an dan As Sunnah. Al Qur'an
adalah wahyu Allah, sehingga ajaran Islam sepenuhnya adalah dari Allah
SWT. Sedangkan As Sunnah hukum kedua setelah Al Qur'an, dia
merupakan apa yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang
merupakan manusia pilihan Allah SWT yang menyampaikan firman-
firman Allah.
3. Sebagai pedoman hidup
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.”
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW. Yaitu Islam didalamnya terdapat elemen elemen yang
5
memiliki hukum sehingga setiap umat Islam dapat teratur dalam
beragama.
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Islam mengajarkan kunci-kunci kesuksesan jika kita sebagai umat dapat
meresapi dan menjlankan segala perintah Allah SWT. Perintah tersebut
sudah terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadits, tinggal umatnya yang
mengamalkan.
6
Allah tersebut diciptakan bukan untuk mendatangkan dan membuat
bencana atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam
sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).
Fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam tidak tergantung
pada penerimaan atau penilain manusia. Substansi rahmat terletak pada
fungsi ajarannya tersebut. Fungsi itu baru akan terwujud dan dapat
dirasakan oleh manusia sendiri atau makhluk lainnya. Jika manusia
sebagai pengembangan amanah Allah telah menaati dan menjalankan
aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaafah. Allah telah
menciptakan syariat dan Allah utus rasulnya sebagai bukti kasih
sayangNya kepada seluruh manusia. Allah berfirman “Tidaklah kami
mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS : Al
Anbiya : 107 )
Walaupun, hanya diperuntukan untuk Islam dan kaum muslimin
akan tetapi karena agama ini dibangun diatas kasih sayang seluruh
makhluk. Maka, Allah SWT tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat
baik dan berlaku adil kepada orang-orang kafir sepanjang tidak memerangi
kaum muslimin.
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah SWT pada ajran Islam sebagai
berikut
1. islam menunujukkan manusia jalan hidup yang benar
2. islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk
menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara
tanggung jawab
3. islam menghormati dan menghargai manusia sebagai
hamba Allah, baik mereka muslim maupun non muslim
4. islam mengatur pemanfaatan alam secara proposional
5. islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan
memberikan pelakuan yang spesifik pula.
7
2.3 Makna Ukhuwah Islamiyah
8
saling membutuhkan untuk berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan
ekonomi, politik, peradaban, kebudayaan, dan lain sebagainya.
2. Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar
umat beragama disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat.
9
2. Memelihara amanah (tanggung jawab) sebagai khalifah Allah dimuka bumi,
dimana manusia dibebani keharusan menegakkan kebenaran dan keadilan
(Q/38:26). Serta memelihara keseimbangan lingkungan alam (Q/112:4).
Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas maupun sempit adalah
persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman pada
saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan
faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan.
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-
cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
Umat Islam adalah umat yang terbaik, yang diciptakan Allah dalam kehidupan
dunia ini. Demikian firman Allah QS.Ali Imron (3) ; 110. Kebaikan umat islam
itu, bukan sekedar simbolik, kaaren telah mengikrarkan keyakinan Allah sebagai
tuhannya dan Muhammad SAW sebagai Rasulullah, tetapi karena identifikasi diri
sebagai muslim memberikan konsekuensi untuk menunjukkan komitemennya
10
dalam beribadah kepada Allah dan berlaku sosial. Dalam Al-qur’an kedua
komitmen itu disebut ”hablun minallah dan hablun minannas”. Allah
menngingatkan akan resiko kehinaan bagi manusia yang tidak mau menunjukkan
komitmen kehidupannya pada kedua aspek tersebut.
Bentuk tanggung jawab sosial umat Islam meliputi berbagai aspek kehidupan,
diantaranya adalah :
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga, baik itu yang sesama umat islam
maupun dengan yang beragama lain.
2. Memberikan infaq berupa sebagian harta yang dimiliki, baik dalam bentuk
zakat maupun sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada
masyarakat yang meninggal dunia dan dengan mengantarkan ke liang kubur
Amar ma’ruf dan Nahi munkar artinya memerintahkan orang lain berbuat
baik dan mencegah perbuatan jahat. Sikap tersebut akan efektif apabila orang
yang melakukanya juga memberi contoh. Karerna itu diperlukan kesiapan secara
sistematik dan melibatkan kelompok orang dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan secara teroganisasi. Perintah Amar ma’ruf dan Nahi munkar itu
diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS Ali-Imran (3) : 104 yang artinya,
11
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepaada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Kata Makruf dan Munkar adalah dua mafhum yang saling bertentangan.
Secara etimologis, Makruf berarti yang sudah jelas dan munkar adalah yang
belum jelas dan secara istilah Makruf adalah perbuatan baik dan Munkar adalah
perbuatan buruk menurut nalar akal dan hukum syariat. Oleh karena itu, makruf
dan munkar memiliki cakupan yang luas dan tidak hanya terbatas pada urusan
ibadah saja, akan tetapi mencakup urusan akidah, akhlak, ibadah, hak-hak
manusia, ekonomi, militer, dan urusan budaya. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa makruf dan munkar dapat digambarkan sebagai perbuatan mulia
dan tercela.
Syarat Wajib
Karena pelaksanaan amar makruf dan nahi munkar adalah sebuah kewajiban dan
mencukup semua dimensi agama maka, para pelakunya harus mengetahui
beberapa hal dibawah ini :
1. Pelaku pelaksana amar makruf dan nahi munkar harus mengetahui bahwa
melaksanakan perbuatan itu adalah sebuah kewajiban syar’I. Barang siapa yang
tidak memiliki ilmu tentang hal itu, maka amar makruf dan nahi munkar tidak
wajib baginya.
2.Hendaknya amar atau nahi yang dilakukan memiliki nilai dan pengaruh bagi
orang lain. Oleh karena itu jika sang pelaku amar makruf dan nahi munkar tidak
yakin usahanya akan mempunyai nilai dan berpengaruh, maka melaksanakan
amar makruf dan nahi munkar tidak wajib baginya.
3.Jika pelaku amar makruf dan nahi munkar mengetahui bahwa orang yang di
makrufi tersebut akan terus melakukan perbuatan dosa, atau jika ia tahu dengan
pasti bahwa orang tersebut tidak akan meninggalkan perbuatan dosanya, maka
amar makruf dan nahi munkar tidak wajib baginya.
12
4.Hendaknya pelaksaan Amar makruf dan nahi munkar tidak berbahaya bagi
dirinya, atau keluarganya atau bagi saudara seagamanya. Kecuali jika pendosa itu
berusaha untuk melenyapkan akidah, hukum islam dan ideologi islam, maka yang
seperti ini meskipun melaksakan amar ma’ruf adalah kewajiban kifai maka,
melaksanakan amar makruf dan nahi munkar dalam hal ini adalah wajib.
Meskipun itu berbahaya bagi dirinya dan keluarganya. Contoh jelasnya adalah
demi terjaganya Islam dan syiar Islam, tenjaganya keselamatan jiwa dan keluarga
muslimin. Oleh karena itu, jika syiar-syiar Islami atau jiwa sekelompok muslim
berada dalam bahaya dan terancam, maka disini harus diperhatikan mana letak
urusan yang penting dan yang lebih penting (aham dan muhim). Kewajiban amar
makruf dan nahi munkar tidak akan gugur bagi yang lainya hanya dengan melihat
adanya bahaya bagi sang pelaku amar makruf dan nahi munkar.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
14
Daftar Pustaka
Asiyah, U., Muadib A. Ar., Sunan F., Syifa’ul Q., Siti Inayah F., 2013. Islamica
Penguat Karakter Bangsa. Kelapa Pariwara : Sidoarjo.
http://www.duniaislam.org/23/03/2015/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan-
istilah-dalam-al-quran/
http://dodinur.blogspot.co.id/2009/11/islam-sebagai-wahyu-dari-allah.html
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/002/07.html
http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,51397-lang,id-c,kolom-
t,Makna+Ukhuwah+Islamiyah-.phpx
http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/05/arti-ukhuwah-
islamiyah.html#ixzz3n1GgvZLl
15