Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
remaja di Indonesia tercatat sudah mencapai lebih dari 70 juta jiwa (BKKBN 2012).
Dengan jumlah yang besar ini, remaja dapat menjadi potensi sekaligus menjadi tantangan
bagi negara, Kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
Dalam kurun waktu terakhir ini, kenakalan remaja semakin menunjukkan trend
narkoba, seks bebas, balapan liar, vandalisme, tawuran, premanisme, kriminalitas, dan
sebagainya.
Hal ini tentu sangat meresahkan masyarakat, karena baik secara langsung atau pun
tidak, perilaku tersebut akan berdampak negatif pada masyarakat. Pemerintah sebenarnya
tidak diam dalam menanggapi hal tersebut. Berbagai upaya telah dilaksanakan,
diantaranya secara koersif berupa razia dan secara preventif berupa sosialisasi anti
kenakalan remaja. Namun, cara tersebut terbukti belum efektif dalam mengurangi angka
kenakalan remaja.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode pencegahan yang efektif dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini, penulis membuat program guna
sosialisasi di sekolah menengah negeri 1 labuhan maringgai. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan pencegahan kenakalan remaja. Sasaran dalam program ini adalah remaja.
Lampung Timur.
Masa-masa SMA merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa dengan
berbagai perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek termasuk pergaulan. Oleh
sebab itu, perlu adanya tindakan pencegahan hal tersebut. Tindakan dalam pencegahan
pada luaran ini lebih difokuskan menekankan pada aksi nyata dalam kehidupan remaja
saat ini.
2. Perumusan Masalah
c. Belum adanya solusi tepat yang dapat mencegah kenakalan remaja dengan
3. Tujuan
Tujuan program ini antara lain mencegah perilaku remaja yang mengindikasikan
sosialisasi.
Remaja SMAN 1 Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur yang berkarakter dan
tidak menyimpang dari norma yang berlaku serta tidak mudah tertular oleh perilaku
negatif.
dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa pengaruh negatif,
seperti adanya budaya hedonisme, pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi,
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari, kecuali kita
dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan pihak yang lain. Ketika
seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau menggunakan alat lainnya,
terlebih lagi dengan menggunakan internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model
pergaulan global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama
di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi dan informasi sebagai
hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi
liar yang berarti saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan
bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang, saling
1) Sebagai Alat
komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila
dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal
2) Sebagai Ideologi
netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan
sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju. Disinilah
a) Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita
dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat
menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala
macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala
macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat dengan
mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron-sinetron kita
(terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-nilai
negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula
diskusi, dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan kekerasan
agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama
yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras,
menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima,
Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam merespons
globalisasi.
1. Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua pengaruh barat.
Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat sebagai musuh.
2. Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model” untuk masa
3. Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima atau menolak
kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat selama tidak harus
mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan
menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai berikut :
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang
budaya dan waktu. Di era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-
nilai sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib
kita terima, seperti kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap karya atau
enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh
dari negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi ini merupakan peluang baik
untuk dapat menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat bersaing
murah.
3) Di bidang mental
santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa,
bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara
4) Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free Trade
Agreement) atau perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun
2003 dan APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia
Pasifik yang berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita
menghadapi era liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk berhubungan
dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai ideologi bangsa lain,
seperti separatisme. Oleh sebab itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan
pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan.
bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme)
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan
membawa kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa
rasa aman, damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan
sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita harus
waspada, kita harus dapat mengatasi setiap hambatan, ancaman, gangguan, dan
tantangan.
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak memiliki lagi batas-
batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu
yang sama dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau
(iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai budaya tidak
mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi,
ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita berperan
aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat
prosesnya yang lama dan apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan
identitas bangsa.
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang
kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan
norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, seperti
pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan) secara sehat,
artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam kualitas,
harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi
pengelompokan perusahaan, yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik
akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin
lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi, karena
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang makin
meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama
perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan,
tetapi lebih menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Menurut para ahli
pendidikan, remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup
yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba,
Usia remaja merupakan fase yang rawan secara mental dan psikologis, karena dia
menganggap dirinya sudah dewasa tetapi disisi lain dia masih dianggap sebagai anak-
anak, terutama berkaitan dengan tanggung jawab.Seorang remaja akan mengalami situasi
No Laki-Laki Perempuan
No Laki-Laki Perempuan
1. Pola pandangan keluar, terarah pada Pola dasar pandangan ke dalam terarah
dunia/objek pada manusia/subjek
2. Suka menjelajah dan menyelidiki alam Lebih gemar tinggal di rumah,
sekitar memelihara dan merawati
3. Suka membongkar dan membangun Suka menyanyi dan memelihara,
laki-laki membangun rumah sebagai perempuan pandai membangun rumah
tempat tinggal (building a house) menjadi tempat yang membuat orang
kerasan tinggal (building a home)
4. Suka mencoba hal-hal baru, mencari Butuh perhatian, senang dilihat-lihat dan
dan melihat-lihat dicari-cari
5. Aktif, mengambil inisiatif, suka Reaktif, menanggapi, lebih tabah dan
mengkritik dan memprotes mudah menerima
6. Rasio di anggap lebih utama, dapat Emosi dan perasaan lebih menonjol dan
mengendalikan perasaan dengan hal itu mempengaruhi pikiranya
akalnya
7. Lebih melihat kenyataan secara Perhatian sampai detail (hal-hal kecil),
objektif, terarah pada garis-garis besar, cenderung intuitif, mudah mengubah
lebih teguh dalam keputusan keputusanya.
8. Gelombang perasaan mendatar dan Perasaan pasang surut terpengaruh oleh
stabil siklus bulanan
9. Gairah seksual lebih bersifat Gairah seksual (lebih bersifat rohaniah,
jasmaniah/jasmani biologis lebih mementingkan cinta dan kemesraan)
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak membuat salah satu pihak
menganggap dirinya lebih baik dari pada yang lain. Semua cirri tersebut baik, karena
satu sama lain. Dengan demikian, tidak perlu ada yang merasa dilebihkan atau
dilemahkan.
E.B.Hurlock (1986) mengemukakan bahwa kepribadian remaja yang baik dan sehat
ditandai dengan karateristik : Mampu menilai diri secara realistik, Remaja yang
kepribadianya sehat mampu menilai dirinya apa adanya, baik kelebihan maupun
kelemahanya, menyangkut fisik dan kemampuan, Mampu menilai situasi secara realistik
Remaja dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi secara realistic
dan mau menerimanya secara wajar, Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara
realistik, Remaja dapat menilai prestasinya secara realistic dan mereaksinya secara
rasional, Menerima tanggung jawab Remaja yang sehat adalah remaja yang bertanggung
jawab dan mempunyai keyakinan terhadap kemampuanya untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya.
Kemandirian (Autonomi) Remaja memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan
norma yang berlaku di lingkunganya. Dapat mengontrol emosi Remaja merasa nyaman
dengan emosinya, dapat mengatasi situasi secara positif dan konstruktif, tidak destruktif
(merusak) Berorientasi tujuan Setiap orang memiliki tujuan yang ingin dicapainya.
secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Berorientasi luar Remaja
berpikir.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang disekitarnya.
• Kartono, ilmuwan sosiologi “kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris dikenal
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.
Pada masa puber, seorang remaja sering kali mengalami situasi krisis sehingga
1. Bertemperamen keras dan agresif atau sebaliknya murung dan suka menyendiri.
4. Mudah terpengaruh oleh hal-hal tertentu, baik bersifat positif maupun negative.
Faktor Internal :
kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah : remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
akan tersesal pada perilaku “nakal”. Namun apabila tidak bisa mengembangkan
Faktor Eksternal :
1. Keluarga, perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negative pada
remaja, pendidikan yang salah di keluarga pun seperti memanjakan anak atau
remaja.
Minum-minuman keras
Minum-minuman keras merupakan perbuatan yang melanggar norma agama. Orang yang
Prostitusi
Merupakan perbuatan asusila, tidak sesuai norma-norma sosial dan agama. Dampak dari
prostitusi adalah rusaknya moral remaja dan khusunya generasi muda. Salah satu jalan
keluar untuk menghindari prostitusi adalah dengan memberikan lapangan kerja serrta
Penyimpangan Seksual
Perbuatan semacam ini disamping melanggar norma agama juga melanggar norma
kemasyarakatan.
Penggunaan Narkotika
Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang sia-sia dan tidak membawa manfaat
sama sekali. Seseorang yang menggunakan narkoba sama saja merusak tubuhnya sendiri,
bahkan sarafnya akan terganggu. Oleh karena itu, jangan pernah mencoba memakai
narkoba.
Merupakan salah satu sikap antisocial, kebanyakan para remaja tidak begitu
• Kenakalan dalam keluarga : remaja yang labil umunya rawan sekali melakukan
hal-hal yang negative, disinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan
sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk
cara. Tidak mengjormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan
dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak
dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang
sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang
relative mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negative
memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal
pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih
cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal
point pertama.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
bergaul.
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
Rencana anggaran biaya untuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat
1. Kesektretarian
3. Konsumsi (per-kunjungan)
Terbilang : Tiga Juta Lima Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah
PROPOSAL
OLEH`
FAKULTAS HUKUM
2018