Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PECTORIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT ANGINA PECTORIS

1. PENGERTIAN
 Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau perasaan
tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai
oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung
meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779)
 Angina pektoris adalah suatu sindrom kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada
yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Noer, Sjaifoellah, dkk.
IPD, 1999 : 1082)
 Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)

2. ETIOLOGI
 Ateriosklerosis
 Spasme arteri koroner
 Anemia berat
 Artritis
 Aorta Insufisiensi

3. EPIDEMIOLOGI
Di AS kurang lebih 50 % dari penderita jantung koroner ( PJK ) mempunyai
manifestasi angina pectoris, jumlah angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden
angina pectoris pertahun pada penderita di atas 3 th sebesar 213 penderita / 100.000
penduduk.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
 Dapat Diubah (dimodifikasi)
a. Diet (hiperlipidemia)
b. Rokok
c. Hipertensi
d. Stress
e. Obesitas
f. Kurang aktifitas
g. Diabetes Mellitus
h. Pemakaian kontrasepsi oral
 Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Herediter

Faktor Pencetus Serangan


Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
 Emosi atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, mengakibatkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.
 Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung
 Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (pada jantung
yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina
semakin buruk).
 Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).

5. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Berkurangnya kadar oksigen memaksa
miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi metabolisme yang
anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tidak
efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan
siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar.
Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun sehingga
mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersedia serta asidosis
menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang
terserang berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya
berkurng. Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal;
bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika.
Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan ukuran segmen yang mengalami
iskemia dan derajat respon refleks kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya
fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia miokardium.
Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa sakit masih belum jelas.
Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik yang tertimbun atau oleh suatu
zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh stres mekanik lokal akibat kontraksi
miokardium yang abnormal. Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun ke sisi medial lengan kiri. Tetapi banyak pasien
tak pernah mengalami angina yang pas; rasa sakit angina dapat menyerupai rasa sakit karena
maldigesti atau sakit gigi. Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan
miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang dalam
beberapa menit dengan istirahat atau nitrogliserin.
6. KLASIFIKASI
 Angina Pektoris Stabil
 Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard.
 Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
 Durasi nyeri 3 – 15 menit.
Angina stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Angina noctural
Nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini dapat di kurangi
dengan duduk tegak. Biasanya angina noctural disebabkan oleh gagal ventrikel
kiri.
b. Angina dekubitus
Angina yang terjadi saat berbaring.
c. Iskemia tersamar
Terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi pasien tidak
menunjukan gejala.
 Angina Pektoris Tidak Stabil
 Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
 Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
 Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
 Kurang responsif terhadap nitrat.
 Lebih sering ditemukan depresi segmen ST.
 Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.
 Angina Prinzmental (Angina Varian).
 Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
 Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
 EKG menunjukkan elevasi segmen ST.
 Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
 Dapat terjadi aritmia.
7. GEJALA KLINIS
 Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter
skapula atau lengan kiri.
 Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-
kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
 Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
 Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
 Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,
dizzines.
 Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
 Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Enzim atau isoenzim jantung,biasanya DBM : meningkat,menunjukkan kerusakan
miokard.
 EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada segmen ST
gelombang T menunjukkan iskemia.
 Foto Dada : biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada menunjukkan dekompensasi
jantung atau komplikasi paru.
 PCO2 kalium dan laktat miokard: mungkin meningkat selama serangan angina.
 Kolestrol / trigliserida serum : mungkin meningkat.
 Kateterisasi jantung dengan angiografi: diindikasikan pada pasien dengan iskemia yang
diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada pasien dengan
kolesterolemia dan penyakit jantung keluarga yang mengalami nyeri dada dan pasien
dengan EKG istirahat abnormal.

9. THERAPY
a. Terapi Farmakologi.
 Nitrogliserin
Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk menangani angina
pektoris. Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung
yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena
maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena
terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah
yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload).
Nitrat juga melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan penurunan tekanan
darah (afterload). Semuanya itu berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen
jantung, menciptakan suatu keadaan yang lebih seimbang antara suplai dan
kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi
(kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.

 Penyekat Beta-adrenergik.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.

 Nitrat dan Nitrit


Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah
satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap
nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan
periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.

 Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga
terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis
juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi
vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.

b. Terapi Non Farmakologis


Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras.
Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung.
Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi
dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

10. PROGNOSIS
Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun dengan hanya
sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi dari 2% - 8%
setahun. Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnyan kelainan pembuluh
koroner. Pasien dengan penyempitan di pangkal pembuluh koroner kiri mempunyai
mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
penyempitan hanya pada salah satu pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang
buruk akan memperburuk prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan
bertambah majunya tindakan intervensi dibidang kardiologi dan bedah pintas koroner,
harapan hidup pasien angina pektoris menjadi jauh lebih baik.

11. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secar bedah tujuan ini dicapai
melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angioplasti koroner transluminal perkutan (PCTA= percutaneus transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Angioplasti koroner transluminal perkutan adalah usaha untuk memperbaiki aliran
darah arteri koroner dengan memecahkan plak atau ateroma yang telah tertimbun dan
mengganggu aliran darah ke jantung. Kateter dengan ujung berbentuk balon dimasukkan
ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan di antara daerah
aterosklerotik. Balon kemidian dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk
memecah plak.
PCTA dilakukan pada pasien yang mempunyai lesi yang menyumbat paling tidak
70% lumen internal arteri koroner besar, sehingga banyak daerah jantung yang berisiko
mengalami iskemia. PCTA jarang dilakukan pada pasien dengan (1) oklusi arteri koroner
kiri utama yang tidak menunjukkan aliran kolateral ke arteri sirkumflexa dan desebdens
anterior, (2) yang mengalami stenosis di daerah arteria koroner kanan dan aorta, (3) yang
aretri koronernya menunjukkan aneurisma proksimal atau distal stenosis, (4) yang telah
menjalani tandur safena magma, atau (5) fungsi ventrikel kirinya sudah tidak jelas.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan
Terbangun bila nyeri dada
Tanda : Dispnea saat kerja
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : Takikardia, disritmia, Kulit/ membran mukosa lembab, dingin, adanya
vasokonstriksi
 Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan
Diet tinggi kolesterol/lemak, kafein, minuman keras
Tanda : Distensi gaster
 Integritas ego
Gejala : Stresor kerja, keluarga
Tanda : Ketakutan, mudah marah
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan
ekstremitas atas kiri.
Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-
rata 3 menit)
Tanda : Wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis, contoh takikardi, perubahan tekanan
darah.
 Pernapasan
Gejala : Dispnea saat kerja, riwayat merokok
Tanda : Meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
 Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke
Penggunaan/ kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
b) Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard
transien/memanjang)
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya
curah jantung.
d) Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status
kesehatan.
e) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. RENCANA KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK MIOKARDIUM

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/


teratasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan episode
angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat Nyeri dan penurunan curah jantung dpat
dengan cepat bila terjadi nyeri dada. merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar nor
epineprin, yang meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan
trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan
menyebabkan respon vasovagal,
menurunkan TD dan frekuensi jantung.
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila Membantu membedakan nyeri dada dini
ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan
nyeri. menjadi angina tidak stabil (angina stabil
biasanya berakhir 3 sampai 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama
dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, Nyeri jantung dapat menyebar contoh
bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi nyeri sering lebih ke permukaan
kiri. dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang
sama.
Letakkan pasien pada istirahat total selama Menurunka kebutuhan oksigen miokard
episode angina. untuk meminimalkan resiko cidera
jaringan atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien Memudahkan pertukaran gas untuk
napas pendek menurunkan hipoksia dan napas pendek
berulang
Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami
peningkatan disritmia yang mengancam
hidup secara akut, yang terjadi pada
respon terhadap iskemia dan atau stress
Panatau tanda vital tiap 5 menit selama TD dapat meningkat secara dini
serangan angina sehubungan dengan rangsangan simpatis,
kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi.
Pertahankan tenang , lingkungan nyaman, Stres mental atau emosi meningkatkan
batasi pengunjung bila perlu kerja miokard
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien Menurunkan kerja miokard sehubungan
istirahat selama 1 jam setelah makan dengan kerja pencernaan, manurunkan
risiko serangan angina
Kolaborasi: Nitrigliserin mempunyai standar untuk
Berikan antiangina sesuai indikasi: pengobatan dan mencegah nyeri angina
nitrogliserin: sublingual selam lebih dari 100 tahun
2. PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN INOTROPIK
(ISKEMIA MIOKARD TRANSIEN/MEMANJANG)
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah
jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau
aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, Takikardi dapat terjadi karena nyeri,
tekanan darah. cemas, hipoksemia, dan menurunnya
curah jantung. Perubahan juga terjadi
pada TD (hipertensi atau hipotensi)
karena respon jantung
Evaluasi status mental, catat terjadinya Menurunkan perfusi otak dapat
bingung, disorientasi. menghasilkan perubahan sensorium.
Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi Sirkulasi perifer menurun bila curah
jantung turun, membuat kulit pucat dan
warna abu-abu (tergantung tingkat
hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi
perifer
Mempertahankan tirah baring pada posisi Menurunkan konsumsi oksigen atau
nyaman selama episode akut kebutuhan menurunkan kerja miokard
dan risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam Penghematan energy, menurunkan kerja
atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai jantung.
indikasi
Pantau dan catat efek atau kerugian respon Efek yang diinginkan untuk menurunkan
obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama kebutuhan oksigen miokard dengan
(khususnya bila memberikan kombinasi menurunkan stress ventricular. Obat
antagonis kalsium, betabloker, dan nitras) dengan kandungan inotropik negative
dapat menurunkan perfusi terhadap
iskemik miokardium. Kombinasi nitras
dan penyekat beta dapat memberi efek
terkumpul pada curah jantung.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK Angina hanya gejalab patologis yang
disebabkan oleh iskemia
miokard.penyakit yang emepengaruhi
fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
Kolaborasi : Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya,
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran penyekat saluran kalsium berperan
kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin penting dalam mencegah dan
(procardia); verapamil(calan). menghilangkan iskemia pencetus spasme
arteri koroner dan menurunkan tahanan
vaskuler, sehingga menurunkan TD dan
kerja jantung.
Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); Obat ini menurunkan kerja jantung
nadolol (corgard); propanolol (inderal); dengan menurunkan frekuensi jantung
esmolal (brebivbloc). dan TD sistolik.
3. INTOLERANSI AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA OTOT
JANTUNG, BERKURANGNYA CURAH JANTUNG.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respons klien terhadap aktivitas, Menyebutkan parameter membantu
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per dalam mengkaji respons fisiologi
menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan terhadap stress aktivitas dan, bila ada
TD yang nyata selama/sesudah aktivitas; merupakan indikator dari kelebihan kerja
dispnea atau nyeri dada; keletihan dan yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
kelemahan yang berlebihan; diaphoresis;
pusing atau pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknik Teknik menghemat energi mengurangi
penghematan energi. penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
4. ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN
TERHADAP STATUS KESEHATAN.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai
tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai,
pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien
melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes Menurunkan cemas dan takut terhadap
stress. diagnose dan prognosis.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh Perasaan tidak ekspresikan dapat
menolak, depresi, dan marah. menimbulkan kekacauan internal dan
efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap Meyakinkan pasien bahwa peran dalam
pasien sebelumnya. keluarga dan kerja tidak berubah.
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer Mungkin diperlukan untuk membantu
sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat strategi koping adekuat.

5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI,


KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien
bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan,
berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan Pasien dengan angina membutuhkan
perlyunya mencegah serangan angina. belajar mengapa hal itu terjadi dan
apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus
manajemen terapeutik supaya
menurunkan infark miokard.
Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang Dapat menurunkan insiden /beratnya
sebagai pencetus episode angina, contoh: stress episode iskemik.
emosional, kerja fisik, makan terlalu
banyak/berat, terpajan pada suhu lingkungan
yang ekstrem
Kaji pentingnya control berat badan, Pengetahuan faktor resiko penting
menghentikan merokok, perubahan diet dan memberikan pasien kesempatan untuk
olahraga. membuat perubahan kebutuhan.
Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi Membiarkan pasien untuk
sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang dapat
sederhana, hindari regangan. dimodifikasi untuk menghindari stress
jantung dan tetap dibawah ambang
angina.
Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi Menyiapkan pasien pada kejadian untuk
serangan angina, contoh menghentikan menghilangkan takut yang mungkin tidak
aktivitas, pemberian obat bila perlu, tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi
penggunaan teknik relaksasi. serangan.
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk Angina adalah kondisi rumit yang sering
mengontrol/mencegah serangan angina. memerlukan penggunaan banyak obat
untuk menurunkan kerja jantung,
memperbaiki sirkulasi koroner, dan
mengontrol terjadinya serangan.
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter Obat yang dijual bebas mempunyai
kapan menggunakan obat-obat yang dijual potensi penyimpangan.
bebas.

4. EVALUASI
1) Pasien bebas dari nyeri.
2) Peningkatan curah jantung
a. EKG dan kadar enzim jantung normal
b. Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut
3) Pasien dapat mengontrol aktivitas yang dapat memicu serangan angina
4) Menunjukan penurunan kecemasan
a. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
b. Mematuhi semua aturan medis
c. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya
berubah
d. Menghindari tinggal sendiri saat terjadi episode nyeri
5) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukan tanda-tanda bebas dari
komplikasi
a. Menjelaskan proses terjadinya angina
b. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi

ASKEP ANGINA PECTORIS

PENGERTIAN

 Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)
 Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang
bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
 Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)

ETIOLOGI

1. Ateriosklerosis
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi

FAKTOR-FAKTOR RESIKO

Faktor resiko antara lain adalah:

1. Dapat Diubah (dimodifikasi)


1. Diet (hiperlipidemia)
2. Rokok
3. Hipertensi
4. Stress
5. Obesitas
6. Kurang aktifitas
7. Diabetes Mellitus
8. Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Herediter
5. Kepribadian tipe A

PENCETUS

Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:

1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis Angina Pectoris antara lain:

1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter
skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-
kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

TIPE SERANGAN

Tipe serangan Angina Pectoris:

1. Angina Pektoris Stabil


1. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
2. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
3. Durasi nyeri 3 – 15 menit.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil

1. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris
stabil.
2. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
3. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
4. Kurang responsif terhadap nitrat.
5. ST. depresi segmen lebih sering ditemukan
6. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau
trombosit yang beragregasi.
3. Angina Prinzmental (Angina Varian)

1. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
2. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroner aterosklerotik.
3. EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.
4. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut.
5. Dapat terjadi aritmia.

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis.

Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu
beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.

Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.

Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi
sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.


2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi

FOKUS INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.


1. Intervensi :
1. Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.
2. Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam
pertama) dengan posisi semi fowler.
3. Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.
4. Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.
5. Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah
makan.
6. Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
7. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
8. Kolaborasi pengobatan.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.

1. Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.


2. Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas
perawatan diri sesuai indikasi.
3. Catat warna kulit dan kualittas nadi.
4. Tingkatkan katifitas klien secara teratur.
5. Pantau EKG dengan sering.
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.

1. Intervensi :

1. Jelaskan semua prosedur tindakan.


2. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.
3. Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti
sebelumnya.
4. Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan
serangan jantung dan meningkatkan stabilitas jantung
5. Kolaborasi.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi

1. Intervensi :

1. Tekankan perlunya mencegah serangan angina.


2. Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus
episode angina.
3. Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan
merokok, perubahan diet dan olah raga.
4. Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas,
hindari tegangan.
5. Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.
6. Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.


2. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996
3. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998
4. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta,
EGC, 1998
5. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996
6. Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996
7. Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I Jakarta, EGC, 1994
8. ……., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi
ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan Kita, 1993.
9. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 1998
10. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 1999

http://dwipuspitaeka.wordpress.com/2013/05/17/asuhan-keperawatan-pada-pasien-angina-
pectoris/

http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-angina-pectoris.html

ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PEKTORIS


( NYERI DADA )
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
a. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada
yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (prof.
Dr. H.m. sjaifoellah noer, 1996).
b. Angina (angina pectoris – latin untuk dada yang digencet/ditekan) adalah ketidaknyamanan
dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang berkurang pada area dari otot jantung.
Pada kebanyakan kasus-kasus, kekurangan suplai darah disebabkan oleh penyempitan dari
arteri-arteri koroner sebagai akibat dari arteriosclerosis.
c. Angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya aliran oksigen
terhadap miokardium. ( maryllin e. Doengoes. 2002 hal 73 ).
d. Angina pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena penyempitan arteri
yang menyalurkan darah ke otot-otot jantung. ( dr.john f.knight. 1997 ).
e. Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu
seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
 Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila
aktivitas dihentikan.
 Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang atau ke daerah perut,
yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
f. Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat serangan dada yang
khas.yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali menjalar kelengan kiri.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera
hilang bila klien menghentikan aktifitas ( syaifullah,1998 :1082)
g. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak
nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)
2. EPIDEMINOLOGI
a. Di as kurang lebih 50 % dari penderita jantung koroner ( pjk ) mempunyai manifestasi
angina pectoris, jumlah angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden angina
pectoris pertahun pada penderita di atas 3 th sebesar 213 penderita / 100.000 penduduk.
3. ETIOLOGI
Faktor penyebab angina pektoris antara lain:
a. Suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung dibandingkan
kebutuhan.
b. Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja jantung meningkat. Otot
jantung memompa lebih kuat.
c. Jika beban kerja suatu jaringan meningkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat; oksigen
ini dibutuhkan untuk menghasilkan energi kerja.
d. Apabila kebutuhan energi jantung berkurang,ketika aktivitas dihentikan, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan otot kembali ke proses wajar untuk membentuk energi. Proses
ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri
angina mereda. Dengan demikian, angina pektoris merupakan suatu keadaan yang
berlangsung singkat.
e. Ateriosklerosis atau ateroma adalah penebalan arteri koroner menjadi kaku dan keras.
f. Spasme arteri koroner
g. Anemia berat
h. Artritis
i. Aorta insufisiensi
j. Riwayat merokok (baik perokok aktif maupun perokok pasif)
k. Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Keadaan ini
paling sering dipicu oleh coronary artery disease (cad). Kadang-kadang , jenis penyakit
jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
Faktor resiko antara lain adalah:
Dapat diubah Tidak dapat Faktor pencetus yang dapat
(dimodifikasi) diubah menimbulkan serangan antara
lain:

 Diet (hiperlipidemia)  Usia  Emosi


 Rokok  Jenis kelamin  Stress
 Hipertensi  Ras  Kerja fisik terlalu berat
 Stress  Herediter  Hawa terlalu panas dan lembab
 Obesitas  Terlalu kenyang
 Kurang aktifitas  Banyak merokok
 Diabetes mellitus
 Pemakaian kontrasepsi
oral
4. PATOFISIOLOGI
a. Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
b. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi no (nitrat oksid0 yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan ph miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
c. Denyut jantung sangat penting, karena apabila ada rangsangan pada bagian tubuh. Dengan
demikian arus listrik sebagai pembuka jalan akan menimbulkan kontraksi yang mana akan
terjadi denyutan jantung. Hal ini berjalan terus dengan irama yang teratur tanpa berhenti,
menurut kecepatan yang disebut tadi, pada umumnya 70x/mnt.
d. Tetapi jantung selalu pompa, mempunyai 4 ruang sendiri. Yang masing-masing mempunyai
peran penting. Karena darah itu dipompakan bukan hanya kepada satu peredaran, melainkan
kepada dua peredaran yang sama sekali berbeda.
e. Yang besar adalah peredararan umum, mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh, tetapi
setelah tiba diujung perjalanannya darah itu kembali ke sumber semula, perjalanan ini lebih
pendek dan melintasi paru-paru yang melintasi komponen darah itu.
5. KLASIFIKASI
a. Angina non stabil (angina pra infark, angina kresendo)
 Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal ; dijumpai pada individu dengan
perburukan penyakit pembuluh darah koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan
beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai
oleh plak yang tumbuh dan mudah mengalami penyempitan.
 Ap tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark disebabkan aterosklerosis arteri
koronaria yang disertai trombosis akibat terkoyaknya bercak mendadak, sehingga akhirnya
dapat menyebabkan miokard.
 Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode ap yang tidak stabil lebih disebabkan
suplay aliran koroner yang cepat menurun.
 Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
 Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
 Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
 Kurang responsif terhadap nitrat.
 Lebih sering ditemukan depresi segmen st.
 Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang
beragregasi.
 Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang
bertambah progresif,dan sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama
kali.angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja.pada patologi biasanya ditemukan
daerah iskemik miokard yang mempunyai cirri tersendiri. Angina pectoris tidak stabil adalah
suatu spektrum dari sindroma iskemik infark miokard akut yang berada diantara angina
pectoris stabil dan infark miokard akut.(anwar bahri,2009)
b. Angina stabil kronis
 Disebut juga angina klasik, terjadi jika pembuluh darah koroner yang tidak dapat melebar
untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja
jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
 Pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu lebih
dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa
nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.
 Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.
 Latar belakang ap stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat, misalnya
pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan suplay coroner tidak dapat memenuhi
kebutuhan aliran darah tersebut.
 pada nekropsi biasanya didapatkan arterosklerosis koroner.pada keadaan ini,obstruksi
koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat.akan tetapi,bila
kebutuhan aliran darah melewati jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut,maka terjadi
iskemik dan timbul gejala angina.angina pectoris akan timbul pada setiap aktivitas yang dapat
meningkatkan denyut jantung,tekanan darah,dan status inotropik jantung sehingga kebutuhan
oksigen akan bertambah seperti pada aktivitas fisik dan udara dingin.
 Angina stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Angina noctural
Nyeri terjadi malam hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini dapat di kurangi dengan duduk
tegak. Biasanya angina noctural disebabkan oleh gagal ventrikel kiri.
2. Angina dekubitus
Angina yang terjadi saat berbaring.
3. Iskemia tersamar
Terdapat bukti objektif iskemia ( seperti tes pada stress ) tetapi pasien tidak menunjukan
gejala.
c. Angina prinzmetal (harian : istirahat)
 Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme (penyempitan terus-
menerus) pembuluh darah koroner yang menimbulkan kekurangan oksigen jantung di bagian
hilir.
 Serangan nyeri dada pada ap prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung
selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.
 Seringkali timbulpada harian yang hampir sama
 Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau karena
emosi berat.
 Ap prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis
arteri tersebut.
 Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
 Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
 Ekg menunjukkan elevasi segmen st.
 Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
 Dapat terjadi aritmia
 Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat,akibat penurunan supplai
oksigen darah ke miokard secara tiba-tiba.penelitian terbaru menunjukkan terjadinya
obstruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun
normal.peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadi angina saat
istirahat jelas disertai penurunan darah arteri koroner
d. Angina nocturnal
 Nyeri terjadi pada malam hari
 biasanya saat tidur
 dapat dikurangi dengan duduk tegak
 umumnya akibat gagal ventrikel kiri
e. Angina dekubitus
 Angina saat berbaring
f. Angina refrakter intrakable
 Angina yang sangat berat, sampai tak tertahankan
g. Iskemia tersamar
 Terdapat bukti objektif, tapi pasien tidak merasakan gejala.
h. Angina diklasifikasikan dalam tipe-tipe yaitu stable (stable exertional) angina. Unstable
(crescendo/pre-infarction) angina dan variant (prinzmetal’s) angina.
 Stable angina menggambarkan nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktivitas fisik
maupun stress emosional. Dengan tanda-tanda khas yaitu serangan merupakan gejala baru
dan stabil, durasi dan intensitas gejala stabil.
 Unstable angina berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena aktivitas dengan derajat
yang sulit diramalkan dengan tanda khas yaitu peningkatan frekuensi serangan dan intensitas
nyerinya.
 Variant angina digambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi selama istirahat atau
tidur daripada selama aktivitas. Variant angina terutama disebabkan oleh spasme arteri
koroner. Klien dengan variant angina mungkin tidak menunjukan tanda aterosklerotik pada
arteri koroner. (wajan j.u. 2010).
6. KOMPLIKASI
a. Unstable angina
b. Infarkmiokard
c. Aritmia
d. Sudden death
e. Disritmia / aritmia
f. Infark miocard
g. Syok cardiogenik
h. Dekompensatio cordis
i. Insufisiensi koroner
7. GEJALA KLINIS
a. Penyakit angina pektoris terutama ditandai dengan nyeri dan respon fisiologis individu
terhadap nyeri angina secara khas digambarkan sebagai nyeri subternal atau perasaan penuh/
tertekan, nyeri ini menjalar kelengan atau leher dan rahang, secara khas individu yang merasa
nyeri ini akan diam, tampak pucat berkeringat dan sesak safas.
b. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula
atau lengan kiri.
c. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang
hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
d. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
e. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
f. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,
dizzines.
g. Gambaran ekg : depresi segmen st, terlihat gelombang t terbalik.
h. Gambaran ekg seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
i. Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada) atau di bawah sternum
(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat
menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di
tempat lain seperti di daerah ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.
j. Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di peras atau
terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak
dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
k. Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya sedang
berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang
berat, aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi,
sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada
waktu tidur malam.
l. Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan tidak enak di
dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit,
mungkin pasien mendapat serangan jantung dan bukan angina pektoris biasa.
m. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-
kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
n. Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya.
o. Nyeri berawal sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang
menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu
dan leher kiri, bahkan dapat sampai ke kelingking kiri.
p. Perasaan ini dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan rahang gigi dan
ada juga yang sampaikan ke lengan kanan.
q. Rasa tidak enak dapat juga dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di daerah
apeks kordis.
r. Rasa nyeri dapat disertai beberapan atau salah satu gejala berikut ini : berkeringat
dingin, mual dan muntah, rasa lemas, berdebar dan rasa akan pingsan (fainting)..
s. Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Pada
waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah
meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras.pada auskultasi, suara
jantung terdengar jauh, bising sistolik terdengar pada
pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.
t. Biasanya didapatkan faktor risiko: hipertensi, obesitas atau diabetes melitus.
Subyektif Obyektif
a. Perasaan tidak enak pada daerah dada
a. Tachicardi
substernal selama 1-4 menit berkurang dengan
b. Hypotensi / hypertensi
istirahat atau pemberian obat nitrat c. Tachipnoe
- nyeri dada seperti tertekan, terbakar, berat d. Keringat dingin
- dapat menjalar kebahu, punggung,
- lengan,danleher sampai epigastrium
- umumnya akibat faktor pencetus sbb : latihan
fisik, kerja berat, emosi, makan , suhu yang
dingin, dan merokok
b. Dyspneu / sesak nafas
c. Mual / muntah
d. Cemas
e. Lemas
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi pemeriksaan fisik
yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi tambahan yang berguna.
Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split s2 atau ronkhi basah basal yang kemudian
menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa pjk. Hal-hal lain yangn bisa
didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan
darah tinggi.
b. Data subyektif yang berhubungan dengan nyeri :
 Lokasi dan durasi kedaerah lain –sering didaerah substernal
 Kwalitas nyeri : nyeri dapat mencekik atau rasa berat dalam dada
 Datang dan menetapnya rasa nyeri singkat
 Faktor-faktor pencetus sering karena :
- gerakan
- kepanasan
- kedinginan
- stress atau emosi
- makan banyak
 Gejala-gejala yang menyertai : gelisah, mual, diaphoresis
 Faktor-faktor yang meringankan : berkurang karena istirahat dan pemberian obat
(nitrogliserin)
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Ekg (elektrokardiogram)
Ekg ini dapat merekam impuls elektrik jantung. Sehingga dapat diketahui apakah otot jantung
telah menerima supplay oksigen yang cukup atau kekurangan oksigen (iskemia). Selain itu,
ekg ini juga dapat digunakan untuk menentukan atau mengetahui ritme jantung. Gambaran
ekg saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih normal. 30 % normal, 70
% abnormal pada episode nyeri dada atau aktifitas, berupa depresi segmen st, atai gel.t
inverted.
b. Arteriografi koroner
Merupakan satu- satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat penyempitan pada
koroner. Suatu kateter dimasukkan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan diteruskan ke
aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radio grafik kemudian
disuntikkan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kontur arteri serta daerah
penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk ke ventrikel kiri
dan disuntikkan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi
ventrikel kiri. Bila ada stenosis aorta, maka derajat keparahannya akan dapat dinilai,
demikian juga kita dapat mengetahui penyakit arteri koroner lain.
c. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal; pada pasien hipertensi
dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya pengapuran pembuluh
darah aorta
d. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris.
 Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis serangan jantung akut sering dilakukan
pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada serangan jantung
akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
 Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, hdl, ldl, trigliserida dan pemeriksaan gula
darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti kolesterol dan/atau diabetes
mellitus.
e. Uji latihan jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran ekg seringkalimasih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat ekg pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan ekg di monitor
demikian pula setelah selesai ekg terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen st sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih
bila disamping depresi segmen st juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan,
maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di tempat yang tidak
memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu latihan
dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan ekg sebelum dan sesudah melakukan
latihan tersebut.
f. Thallium exercise myocardial imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah
sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak
latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan
dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan
tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi
normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.
10. PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah utnuk menurungkan kebutuhan oksigen jantung
dan untuk meningkatka suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi
famakoligi dan control terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui
revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti
koroner transluminal perkuatan (ptca = percutaneous transluminal coronary angio plasty),
(diskusikan dibawah). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
b. Seperti yang akan didiskusikan kemudian, terdapat beberapa pendekatan yang akhir-akhir ini
sering digunakan untuk revaskularisasi jantung. Tiga teknik utama yang menawarkan
penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat
intrakoroner utnk meningkatkan alira darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan
endarterektomi koroner perkuatn untuk mengangkat obsruksi. Penelitian yang bertujuan
untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu tau seluruh teknik di atas,
melalui bedah pntas koronr dari ptca sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus
dikembangkan untuk mengurangi ejala dan kemunduran proses angina yang dederita pasien.
c. Pada waktu mendapat serangan angina obat yang paling baik adalah preparat nitrogliserin
atau derivatnya yang diberikan secara sublingual. Dosis nitrogliserin bervariasi daro 0,5 – 1.
Tablet yang dapat diulang sampai beberapa kali pemberian. Untuk mencegah timbulnya
serangan angina dapat dipakai beberapa preparat yaitu : 1 gr actiry nitrase, seperti
issosorbiddinitrat atau nitrogliserin dalam bentuk salep atau refard/sustained.
d. Pencegahan
Aspirin dengan dosis yang rendah, misalnya Angettes 75 yang dapat mengurangi
kecenderungan dari sel darah merah dan membantu pencegahan pembentukan maupun
pengaturan trombosit.
e. Terapi

 Glyseril trinitrat
GTN yang diletakkan di bawah lidah atau obat semprot dapat mengendurkan arteri pada
jantung dan dapat mengurangi serangan Angina.

 Nitrat
Gerakan nitrat dapat digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan angina. Dapat berupa
tablet atau potongan obat, dan itu sangat efektif. Efek samping dari penggunaan nitrat ini
adalah sakit kepala. Tetapi setelah pemakaian dalam beberapa minggu, sakit kepala ini akan
jarang terjadi. Nitrat ada 4 macam, yaitu:
1. Nitrogliserin
Merupakan obat yang paling utama. Nitrat efektif pada angina dengan cara menurunkan
konsumsi oksigen miokardium lewat penurunan tekanan darah dan tekanan intrakardiak.
Nitrogliserin ini diserap dari mukosa pipi dan dapat meredakan angina dalam 2- 4 menit.
2. Isosorbid dinitrat (sorbitrat)
Diberikan dengan jumlah dosis 10- 20 mg tiap 2- 4 jam. Merupakan suatu sediaan nitrat kerja
lama yang dapat membantu mencegah angina, meski mempunyai efek yang berbeda- beda.
Obat ini lebih jarang menimbulkan nyeri kepala dibandingkan dengan nitrogliserin
3. Nitrat transdermal
Diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang dioleskan pada dinding dada.
4. Perheksilin maleat
Dengan besar dosis 100 mg per oral tiap 12 jam, lalu ditingkatkan hingga 200mg tiap 12 jam.
Sehingga dapat mengurangi denyut jantung saat beraktivitas. Merupakan obat yang sangat
toksik, dan sering menimbulkan efek samping (pusing, tremor, ataksia dan gangguan usus).
Pada pemakaian kronik dapat mengakibatkan efek samping berupa neurologik, metabolic dan
hepatic.

 Penghambat Beta
Memberikan efek pada hormon sehingga nadi akan berdenyut secara pelan dan tekanan darah
menjadi rendah. Hal itu akan dapat membuat jantung untuk mengurangi jumlah oksigen yang
diperlukan dan memperbaiki supplai darah ke otot jantung. Selain itu, penghambat beta ini
juga penting untuk melindungi jantung saat terkena serangan.

 Antagonis Kalsium
Fungsinya secara umum adalah untuk mengurangi tekanan pada otot arteri koronari.

 Tindakan Invasif
1. Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dgn cara memecah plak atau ateroma dgn
cara memasukan kateter dgn ujung berbentuk balon.
2. Coronary artery bypass graft (CABG)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Keluhan utama
Keluahan yang paling dirasakan oleh pasien saat pengkajian, alasan utama masuk rumah
sakit.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan dan keluha pasien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi timbulnya
serangan, tindakan yang telah dilakukan untuk mengurangi gejala.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang berkaitan dengan penyakit
saat ini.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita yang berhubungan dengan penyakit pasien
saat ini, mengkaji hubungan penyakit secara herediter. Kaji factor risiko penyakit jantung,
seperti berikut ini.
 Riwayat penyakit klen seperti diabetes, hipertensi, penyakit vascular, animea dan lai-lain.
 Riwayat kesehatan lain :
 Peningkatan kadar kolesterol (ldl dan hdl), trigliserida, hipertriroid, kebiasaan merokok,
konsumsi minuman berakohol, asupan makanan tinggi garam, kafein, asupan cairan, dan bb.
 Obat-obatan : toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timbul serangan.
 Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis, peptic uler, dan penyakit
lain yang menimbulkan keluhan nyeri epigastrium.
 Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan pembuluh dara (arteri koroner)
dalam keluarga merupakan factor risiko bagi klien.
f. Riwayat psikososial
Mengkaji dampak penyakit pasien saat ini terhadap keadaan psikologis pasien dan kehidupan
sosialnya.
 Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan.terbangun bila nyeri dada
Tanda : dispnea saat kerja
 Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : takikardia, disritmia.kulit/ membran mukosa lembab, dingin, adanya vasokonstriksi
 Makanan/ cairan
Gejala : mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan. Diet tinggi kolesterol/lemak,kafein,
minuman keras
Tanda : distensi gaster
 Integritas ego
Gejala : stresor kerja, keluarga
Tanda : ketakutan, mudah marah
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan ekstremitas
atas kiri.
Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Tanda : wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis, contoh takikardi, perubahan tekanan
darah.
 Pernapasan
Gejala : dispnea saat kerja, riwayat merokok
Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
 Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke
Penggunaan/ kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas
g. Kesan umum
Kaji kondisi pasien secara umum. Secara tidak langsung menentukan tingkat ketergantuang
pasien.
h. Tanda-tanda vital6
 Tekanan darah
 Denyut nadi
 Pernapasan
 Suhu
 Tinggi badan
 Berat badan
i. Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher
- Wajah : mungkin didapatkan pucat, grimace yang menandakan pasien dalam
ketakutan/kecemasan
 Pemeriksaan integumen / kulit dan kuku :
- Kulit : kaji tanda adanya sianosis
- Kuku : kaji keadekuatan perfusi dengan crt
 Pemeriksaan payudara dan ketiak (bila diperlukan)
 Pemeriksaan thorax / dada :
- Inspeksi : bentuk thorax dan pernapasan
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
 Jantung :
- Inspeksi : letak iktus kordis
- Palpasi : letak iktus kordis, adakah getaran
- Perkusi : letak jantung
- Auscultasi : suara jantung, apakah normal apa tidak
 Pemeriksaan abdomen :
- Bising
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
 Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan) :
 Pemeriksaan muskuloskeletal :
 pemeriksaan neurologi :
Kesadaran, gcs
 Pemeriksaan status mental :
j. Pemeriksaan penunjang medis :
 Ekg
 Cardiac isoenzyme
Normal (ldh/lactat dehydrogenase, cpk/creatinin phospokinase, ck-mb/creatinin kinase-
myocard balance, sgot/serum glutamic oxaloacetik transaminase)
 Faal lemak
Ldl / hdl, trigliserida
 Tiroid serum
 Darah lengkap
 Thorax rongent
 Echocardiogram
 Kateterisasi jantung
 Cardio scaning
2. PRIORITAS KEPERAWATAN
a. Mengurangi keluhan nyeri
b. Membantu klien dalam mengubah gaya hidup
c. Memberikan informasi tentang penyakit, penatalaksanaan, dan tindakan pencegahan
d. Mempersiapkan klien untuk tindakan pembedahan, bila ada indikasi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard
transien/memanjang)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
d. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. RENCANA TINDAKAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
uan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi
eria hasil : pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan episode angina menurun
dalam frekuensi durasi dan beratnya.
Intervensi Rasional
Anjurkan pasien untuk memberitahu Nyeri dan penurunan curah jantung dpat
perawat dengan cepat bila terjadi nyeri merangsang sistem saraf simpatis untuk
dada. mengeluarkan sejumlah besar nor
epineprin, yang meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan
trombokxane a2.nyeri tidak bisa ditahan
menyebabkan respon vasovagal,
menurunkan td dan frekuensi jantung.
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, Membantu membedakan nyeri dada dini
bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan
lokasi nyeri. menjadi angina tidak stabil (angina stabil
biasanya berakhir 3 sampai 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama
dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
Evaluasi laporan nyeri pada rahang, Nyeri jantung dapat menyebar contoh
leher, bahu, tangan atau lengan nyeri sering lebih ke permukaan
(khusunya pada sisi kiri. dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang
sama.
Letakkan pasien pada istirahat total Menurunka kebutuhan oksigen miokard
selama episode angina. untuk meminimalkan resiko cidera
jaringan atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien Memudahkan pertukaran gas untuk
napas pendek menurunkan hipoksia dan napas pendek
berulang
Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami
peningkatan disritmia yang mengancam
hidup secara akut, yang terjadi pada
respon terhadap iskemia dan atau stress
Panatau tanda vital tiap 5 menit selama Td dapat meningkat secara dini
serangan angina sehubungan dengan rangsangan simpatis,
kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi.
Pertahankan tenang , lingkungan nyaman, Stres mental atau emosi meningkatkan
batasi pengunjung bila perlu kerja miokard
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien Menurunkan kerja miokard sehubungan
istirahat selama 1 jam setelah makan dengan kerja pencernaan, manurunkan
risiko serangan angina
Kolaborasi: Nitrigliserin mempunyai standar untuk
Berikan antiangina sesuai indikasi: pengobatan dan mencegah nyeri angina
nitrogliserin: sublingual selam lebih dari 100 tahun
b. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard
transien/memanjang)
uan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
eria hasil : pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang
menurunkan kerja jantung.
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital, contoh frekuensi Takikardi dapat terjadi karena nyeri,
jantung, tekanan darah. cemas, hipoksemia, dan menurunnya
curah jantung. Perubahan juga terjadi
pada td (hipertensi atau hipotensi) karena
respon jantung
Evaluasi status mental, catat terjadinya Menurunkan perfusi otak dapat
bingung, disorientasi. menghasilkan perubahan sensorium.
Catat warna kulit dan adanya kualitas Sirkulasi perifer menurun bila curah
nadi jantung turun, membuat kulit pucat dan
warna abu-abu (tergantung tingkat
hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi
perifer
Mempertahankan tirah baring pada posisi Menurunkan konsumsi oksigen atau
nyaman selama episode akut kebutuhan menurunkan kerja miokard
dan risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu Penghematan energy, menurunkan kerja
dalam atau melakukan aktivitas jantung.
perawatan diri, sesuai indikasi
Pantau dan catat efek atau kerugian Efek yang diinginkan untuk menurunkan
respon obat, catat td, frekuaensi jantung kebutuhan oksigen miokard dengan
dan irama (khususnya bila memberikan menurunkan stress ventricular. Obat
kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dengan kandungan inotropik negative
dan nitras) dapat menurunkan perfusi terhadap
iskemik miokardium. Kombinasi nitras
dan penyekat beta dapat memberi efek
terkumpul pada curah jantung.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala gjk Angina hanya gejalab patologis yang
disebabkan oleh iskemia
miokard.penyakit yang emepengaruhi
fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
Kolaborasi : Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya,
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat penyekat saluran kalsium berperan
saluran kalsium, contoh ditiazem penting dalam mencegah dan
(cardizem); nifedipin (procardia); menghilangkan iskemia pencetus spasme
verapamil(calan). arteri koroner dan menurunkan tahanan
vaskuler, sehingga menurunkan td dan
kerja jantung.
Penyakit beta, contoh atenolol Obat ini menurunkan kerja jantung
(tenormin); nadolol (corgard); propanolol dengan menurunkan frekuensi jantung
(inderal); esmolal (brebivbloc). dan td sistolik.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
uan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
eria hasil : pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, pasien
menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
Intervensi Rasional
Kaji respons klien terhadap aktivitas, Menyebutkan parameter membantu
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 dalam mengkaji respons fisiologi
kali per menit di atas frekuensi istirahat; terhadap stress aktivitas dan, bila ada
peningkatan td yang nyata merupakan indikator dari kelebihan kerja
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang
berlebihan; diaphoresis; pusing atau
pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknik Teknik menghemat energi mengurangi
penghematan energi. penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri bertahap jika peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan. kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
d. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
uan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat
yang dapat diatasi.
eria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai, pasien menunjukkan
strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi Rasional
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh Menurunkan cemas dan takut terhadap
tes stress. diagnose dan prognosis.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan Perasaan tidak ekspresikan dapat
takut,contoh menolak, depresi, dan menimbulkan kekacauan internal dan
marah. efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk Meyakinkan pasien bahwa peran dalam
menganggap pasien sebelumnya. keluarga dan kerja tidak berubah.
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer Mungkin diperlukan untuk membantu
sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat strategi koping adekuat.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
uan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
eria hasil : pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi
dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi Rasional
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Pasien dengan angina membutuhkan
Tekankan perlyunya mencegah serangan belajar mengapa hal itu terjadi dan
angina. apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus
manajemen terapeutik supaya
menurunkan infark miokard.
Dorong untuk menghindari faktor/situasi Dapat menurunkan insiden /beratnya
yang sebagai pencetus episode angina, episode iskemik.
contoh: stress emosional, kerja fisik,
makan terlalu banyak/berat, terpajan pada
suhu lingkungan yang ekstrem
Kaji pentingnya control berat badan, Pengetahuan faktor resiko penting
menghentikan merokok, perubahan diet memberikan pasien kesempatan untuk
dan olahraga. membuat perubahan kebutuhan.
Tunjukan/dorong pasien untuk memantau Membiarkan pasien untuk
nadi sendiri selama aktivitas, mengidentifikasi aktivitas yang dapat
jadwal/aktivitas sederhana, hindari dimodifikasi untuk menghindari stress
regangan. jantung dan tetap dibawah ambang
angina.
Diskusikan langkah yang diambil bila Menyiapkan pasien pada kejadian untuk
terjadi serangan angina, contoh menghilangkan takut yang mungkin tidak
menghentikan aktivitas, pemberian obat tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi
bila perlu, penggunaan teknik relaksasi. serangan.
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk Angina adalah kondisi rumit yang sering
mengontrol/mencegah serangan angina. memerlukan penggunaan banyak obat
untuk menurunkan kerja jantung,
memperbaiki sirkulasi koroner, dan
mengontrol terjadinya serangan.
Tekankan pentingnya mengecek dengan Obat yang dijual bebas mempunyai
dokter kapan menggunakan obat-obat potensi penyimpangan.
yang dijual bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, ek, penuntun praktis penyakit kardiovaskuler, jakarta, egc, 1996
Doenges, marylinn e, rencana asuhan keperawatan, jakarta, egc, 1998
Engram, barbara, rencana asuhan keperawatan medikal bedah volume 2, jakarta, egc, 1998
Guyton & Hall, ( 2002 ), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Edisi 9,Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito, ( 2001 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan ,Edisi 8 ,Jakarta : EGC.
Long, c, barbara, perawatan medikal bedah 2, bandung, iapk, 1996
Noer, sjaifoellah, buku ajar ilmu penyakit dalam, jakarta, fkui, 1996
Price,Sylvia A. ( 2006 ), Patofisiologi Edisi 6, Jakarta: EGC
Price, sylvia anderson, patofisiologi buku i jakarta, egc, 1994
……., dasar-dasar keperawatan kardiotorasik (kumpulan bahan kuliah edisi ketiga),jakarta : rs jantung
harapan kita, 1993.
Rahman, muin. Angina pectoris stabil. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi keempat, jilid iii. Pusat
penerbitan departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas indonesia, 2
corwin, elizabeth, buku saku patofisiologi, jakarta, egc, 2000.
Soeparman,( 1994 ),Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi 2,Jakarta: FKUI
Tucker, susan martin, standar perawatan pasien volume i, jakarta, egc, 1998
Underwood, j c e, pathologi volume 1 , jakarta, egc, 1999
I Putu Juniartha Semara Putra
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/14/asuhan-keperawatan-angina-pektoris-nyeri-
dada/

Anda mungkin juga menyukai