Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah
dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang
awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam
kemajuan pendidikan di Indonesia.
Penilaian pembelajaran merupakan satu tahap penting dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di semua jenjang pendidikan. Proses ini juga merupakan
langkah strategis dalam upaya meningkatkan kualitas output pembelajaran yang lebih
terukur dan kompetitif. Kedudukan penilaian sangat penting bagi penunaian tugas
keberhasilan melaksanakan utamanya, yakni melaksanakan pembelajaran. Pada akhir
suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan pada umumnya diadakan
penilaian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan,
pengajaran ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum.
Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai model-model
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat, motivasi, aktivitas, dan hasil
belajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui meningkat atau rendah setelah dilaksanakan
sebuah evaluasi. Proses evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran
bersifat kuantitatif sedangkan penilaian bersifat kualitatif. Proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan. Keputusan dan pendapat akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dari yang
membuat keputusan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Jelaskan konsep dasar penilaian ?
b. Jelaskan pengertian penilaian ?
c. Jelaskan pengertian tes ?
d. Jelaskan pengertian pengukuran ?
e. Jelaskan pengertian evaluasi ?
f. Apa hubungan antara tes , penilaian , pengukuran dan evaluasi ?
g. Jelaskan kriteria tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi ?
1.2 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian tes
b. Mengetahui pengertian penilaian
c. Mengetahui pengertian pengukuran
d. Mengetahui pengertian evaluasi
e. Mengetahui hubungan antara tes , penilaian , pengukuran dan evaluasi
f. Mengetahui kriteria tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENILAIAN

Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode
yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk
kerja individu peserta didik atau kelompok. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi
peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik
apa hasil atau prestasi belajar peserta didik.

Beberapa para ahli mengemukakan pengertian penilaian :

a. Menurut Arikunto (2009), penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap


sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifatkualitatif. Untuk dapat
melakukan penilaian perlu melakukan pengukuranterlebih dahulu, sedangkan
pengukuran tidak akan mempunyai maknayang berarti tanpa dilakukan penilaian.

b. Menurut Sudijono (2006), penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu
mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri
atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh das
sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif.

c. Menurut Rasyid dan Mansur (2007) penilaian adalah proses pengumpulan informasi
atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran.
Pembelajaran yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum, program, dan kebijakan.
Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar
peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melaui tes saja, tetapi juga bisa
dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri.

d. Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007) penilaian adalah suatu usaha
yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-
buruk → bersifat kualitatif.
e. Menurut Depag yang dikutip Sridadi (2007) penilaian adalah suatu usaha untuk
mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan

3
belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan
langkah selanjutnya.
f. Menurut Rusli Lutan (2000:9) assessment termasuk pelaksanaan tes dan evaluasi.
Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan digunakan
untuk keperluan informasi.
g. Groundlund (1971:6) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan deskripsi
kualitatif dari tingkah laku siswa baik yang didasarkan pada hasil pengukuran (tes)
maupun bukan hasil pengukuran (nontes: catatan anekdot, observasi, wawancara dll).
Menurut Buana (www.fajar.co.id/news.php). assessment adalah alih-bahasa dari
istilah penilaian.

Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari


Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil
belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan
eksternal.

 Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan


oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.
 Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh
pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya
dilakukan oleh suatu institusi / lembaga baik didalam maupun diluar
negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut dimaksudkan
sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik.

Metode dan teknik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal (internal
assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik terhadap
penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk
mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh peserta didik. Penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses,
kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang
dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat
menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.

Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan
sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik
yaitu :
4
 Pengukuran
 Pengujian
 Penilaian
 Evaluasi.

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan
proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian (assessment)
merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk
mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta
didik atau kelompok.

B. PENGERTIAN TES
Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah
sebagai alat ukur.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian tes yaitu :
 Menurut Ebel dan Frisbie 1996; Sax 1980; Lehmann 1973; Zainul 1995
Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas/seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap.
 Menurut Allen Philips (1979: 1-2) A test is commonly difined as a tool or
instrument of measurement that is used to obtain data about a specific trait
or characteristic of an individual or group. Test biasanya diartikan sebagai
alat atau instrumen dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh
data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau
kelompok.)

 Tes dapat diklasifikasi berdasarkan :

a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)

b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif)

5
c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan)

d. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk kerja atau
tes kertas dan pensil)

e. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)

f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru atau tes baku)

ETIKA TES

 Tes senantiasa akan mencampuri rahasia pribadi peserta tes. Setiap tes berusaha
mengetahui pengetahuan dan kemampuan peserta tes, yang dapat berarti membuka
kelemahan dan kekuatan pribadi seseorang. Didalam masyarakat yang sangat
melindungi akan hak dan rahasia pribadi,masalah ini seslalu akan menjadi gugatan
atau keluhan.
 Tes selalu menimbulkan rasa cemas peserta tes.memang sampai bats tertentu rasa
cemas itu dibutuhkan untuk dapat mencapai prestasi terbaik, tetapi tes acapkali
menimbulkan rasa cemas yang tidak perlu, yang justru dapat menghambat
seseorang mampu mendemonstrasikan kemampuan terbaiknya.
 Tes acapkali justru menghukum peserta didik yang kreatif.karena tes itu selalu
menuntut jawaban yang sudah ditentukan pola dan isinya, maka tentu saja hal itu
tidak memberi ruang gerak yang cukup bagi anak yang kreatif.
 Tes selalu terikat pad kebudayaan tertentu. Tidak ada tes hasil belajar yang bebas
budaya. Karena itu kemampuan peserta tes untuk memberi jawaban terbaik turut
ditentukan oleh kebudayaan penyusun tes.
 Tes hanya mengukur hasil belajar yang sederhana dan yang remeh. Hampir tidak
pernah ada tes hasil belajar yang mampu mengungkapkan tingkah laku peserta
didik secara menyeluruh, yang justru menjadi tujuan utama pendidikan formal
apapun.

Karena banyak kritik yang tajam dari masyarakat terhadap tes hasil
pendidikan, maka para pendidik harus dapat melakukan tes dengan penuh tanggung
jawab. Untuk itu perlu ditegakan beberapa etika tes, yang membedakan tes yang etik
dan tindakan yang tidak etik dalam pelaksanaan tes secara professional. Praktek tes
hasil belajar yang etik terutama mencangkup empat hal utama :

a. Kerahasiaan Hasil Tes

6
b. Keamanan tes

c. Interpretasi Hasil Tes

d. Penggunaan tes

JENIS-JENIS TES

Tes dapat dibedakan dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan:

a. Bentuk Pelaksanaan
b. Bentuk Soal Dan Kemungkinan Jawaban
c. Fungsi Bagi Sekolah
d. Pengukuran Terhadap Aspek-Aspek Individu
e. Ranah Yang Diukur

1. JENIS TES BERDASARKAN BENTUK PELAKSANAAN

Bila didasarkan pada bentuk pelaksanaannya maka tes dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:

a. tes tulis atau dikenal juga dengan istilah paper and pencil test

Tes tulis (paper and pencil test) adalah tes yang dalam pelaksanaannya
menggunakan kertas dan pensil/pulpen sebagai media utama. Proses koreksi dapat
dilakukan secara manual maupun dengan OMR (alat scan lembar jawaban
komputer).

b. Tes lisan (oral test)

Tes lisan atau oral test pelaksanaannya dilakukan secara langsung dengan
cara berbicara atau wawancara tatap muka secara langsung antara guru (orang yang
memberikan tes) dengan siswa (orang yang sedang dites).

c. Tes perbuatan (performance test)

Performance test (tes perbuatan) merupakan tes yang pelaksanaannya


dilakukan dengan cara mengacu pada penampilan (perbuatan) siswa dalam melakukan
suatu unit kegiatan/kerja. Guru melakukan pengamatan secara seksama dengan
menggunakan instrumen (tes perbuatan) yang memuat rubrik kualitas performen siswa.

2. BERDASARKAN BENTUK SOAL DAN KEMUNGKINAN JAWABAN

7
Secara garis besar, tes berdasarkan bentuk soal dan kemungkinan jawaban dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Tes non-objektif
Tes non objektif seringkali pula disebut sebagai soal uraian. Tes uraian
banyak disukai oleh guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Dalam tes uraian (non-objektif) ini siswa seringkali diminta untuk
mengorganisasikan jawaban pertanyaannya dalam bentuk baru atau bahasanya
sendiri. Disebut-sebut sebagai tes non-objektif karena penskorannya seringkali
dipengaruhi oleh pemberi skor (ada kemungkinan pemberi skor memberikan skor
berbeda kepada dua jawaban yang notabene sama). Hal ini terjadi karena
penskoran tes uraian jauh lebih sulit dan memakan waktu lebih lama dibanding tes
objektif. Untuk mengurangi ketidakobjektifan pemberi skor (guru yang mengoreksi
hasil tes), maka perlu dibuat pedoman penskoran yang baik.
b. Tes objektif
Dari namanya kita dapat menduga bahwa tes objektif adalah tes yang
memungkinkan (memberikan kemudahan) kepada pemberi skor atau pengoreksi
(dalam hal ini guru) untuk dapat memberi skor secara objektif kepada seluruh
peserta tes. Tes objektif memiliki banyak variasi bentuk soal, misalnya:
 Soal Benar Salah
 Soal pilihan ganda biasa
 Soal pilihan ganda bervariasi
 Soal Sebab Akibat
 Isian singkat dan
 Menjodohkan (matching).
Tes objektif kadangkala memerlukan pemikiran lebih mendalam
bagi pembuatnya jika ingin digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kecenderungan di lapangan, tes objektif lebih
banyak digunakan hanya untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
rendah seperti ingatan (hapalan) siswa.

3. JENIS TES BERDASARKAN FUNGSI UNTUK SEKOLAH

Berdasarkan fungsinya untuk sekolah, tes dapat dibedakan menjadi beberapa


macam, yaitu:

a. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes yang berfungsi untuk memonitor kemajuan belajar
siswa selama/setelah proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam
8
tiap satuan unit pembelajaran. Tes formatif mempunyai manfaat penting tidak
hanya bagi sekolah tetapi juga bagi guru dan siswa itu sendiri, misalnya untuk:
 Mengetahui apakah mereka sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran
 Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa itu sendiri terhadap materi
pelajaran yang telah dibelajarkan kepada merek
 Tes formatif juga memungkinkan siswa mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dengan mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasai.
b. Tes Summatif
Tes summatif di sekolah-sekolah biasanya berbentuk ulangan tengah
semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS). Tes summatif berfungsi untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan atau pencapaian siswa dalam bidang-bidang
atau mata pelajaran tertentu.
c. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang berfungsi untuk membantu penentuaan
jurusan yang akan dimasuki siswa, atau dapat juga digunakan untuk menentukan
pada kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki seorang siswa
dalam proses belajar mengajar.
d. Tes Diagnostik
Fungsi tes diagnostik adalah untuk menemukan/mencari penyebab kesulitan
belajar yang dialami siswa, apakah karena faktor intelektual, emosi, fisik dan atau
faktor-faktor lainnya yang mengganggu kegiatan belajar, sehingga dapat diberikan
solusi untuk
memperbaiki kesulitan belajar tersebut.

4. JENIS TES BERDASARKAN PENGUKURAN TERHADAP ASPEK-ASPEK


INDIVIDU

Berdasarkan pengukuran terhadap aspek-aspek individu, tes dapat dibedakan


menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Tes Prestasi Belajar


Tes prestasi belajar (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk
memperoleh keterangan tentang hal-hal yang telah dicapai seseorang (prestasi
belajar).
b. Tes Beracuan Konten atau Tes Beracuan Kriteria
Tes beracuan konten (content-referenced test) atau tes beracuan kriteria
(criterion-referenced test) mengukur pencapaian penguasaan suatu standar
tingkah laku (pengetahuan atau keterampilan khusus dalam pelajaran tertentu).
c. Tes Beracuan Norma

9
Jenis tes beracuan norma (norm-referenced test) merupakan tes yang
berfungsi dalam hal membandingkan prestasi kelompok dalam pelajaran
tertentu, misalnya antara beberapa daerah atau kota.

d. Tes Bakat (Aptitude Test)


Jenis tes yang satu ini digunakan untuk melihat kemungkinan keberhasilan
seseorang dalam belajar sesuatu di masa-masa yang akan datang.
e. Tes Minat
Tes minat atau dikenal juga dengan istilah skala minat dapat dipergunakan
misalnya untuk mengetahui jenis pekerjaan atau subjek yang disenangi oleh
seseorang.

5. JENIS TES BERDASARKAN RANAH YANG DIUKUR

Berdasarkan ranah (domain) yang diukur, tes dapat dibedakan menjadi:

a. Tes Kognitif
b. Tes Psikomotor
c. Tes Afektif.

C. PENGERTIAN PENGUKURAN
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu.
 Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mengetahui informasi atau data
secara kuantitatif. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai
baik-buruknya, tidak menentukan siapa yang lulus dan tidak lulus.
 Menurut Rusli Lutan (2000:21) pengukuran ialah proses pengumpulan
informasi. Menurut Gronlund yang dikutip Sridadi (2007) pengukuran
suatu kegiatan atau proses untuk memperoleh deskripsi numerik dan
tingkatan atau derajat karakteristik khusus yang dimiliki individu.
 Menurut Allen Philips (1979: 1-2) a measure is the score that has been
assigned on the basis of a test. ( Pengukuran adalah mencetak prestasi
yang telah ditugaskan atas dasar suatu perjanjian.
 Menurut Kerlinger yang dikutip Sridadi (2007) pengukuran sebagai
pemberian angka-angka pada obyek atau kejadian-kejadian menurut suatu
aturan tertentu..
 Menurut Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek

10
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.Menurut Wolf (1984:
7) Measurement is the act of process of measuring. (Pengukuran adalah
tindakan dari proses dari mengukur.

Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan


nilai kuantitatif. Pengukuran adalah pemberian angka pada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek lain menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Karakteristik dari pengukuran adalah penggunaan
angka atau skala tertentu dan penggunaan aturan atau formula tertentu (Ebel
dan Frisbie 1996; Sax 1980; Lehmann 1973; Zainul 1995). Misalnya, untuk
mengukur berat atau tinggi badan seseorang kita akan dengan mudah
melakukannya karena alat ukur dan formulasinya telah diketahui secara
umum.

Pengukuran menjadi kompleks dan rumit bila kita dihadapkan pada


pengukuran tentang kecepatan cahaya, ketinggian puncak gunung, daya
penglihatan, kemampuan pendengaran, kecerdasan, kematangan, dan
kepribadian seseorang. Alat ukur dan formulasinya sangat khusus dan hanya
orang yang ahli di bidangnya yang bisa melakukannya. Dengan kata lain,
tidak semua orang bisa melakukan pengukuran dalam semua bidang dengan
baik. Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam dunia pendidikan, yang
pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang ahli di bidang
pendidikan. Kemampuan ini merupakan kemampuan profesional guru. Tanpa
melakukan pengukuran, seorang guru tidak akan mengetahui kemajuan proses
belajar mengajar yang dikelolanya. Berdasarkan uraian tersebut dapat
diketahui ada dua karakter pengukuran, yakni pemakaian angka atau skala
tertentu, dan pemakaian atauran atau formula tertentu.

Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah


seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan
non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban
benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk kuesioner atau inventori.
Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan sedangkan peserta didik
diminta untuk menjawab atau memberikan pendapatnya terhadap pernyataan

11
yang diajukan. Inventori merupakan instrument yang berisi tentang laporan
diri dari keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran
dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif
hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu
berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan lain
sebagainya.

D. PENGERTIAN EVALUASI

 Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The


process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging
decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai.
Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.
 Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah
proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
 Menurut Buana (www.fajar.co.id/news.php). Evaluasi adalah suatu kegiatan
atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan
seperti program pendidikan termasuk perencanaan suatu program, substansi
pendidikan seperti kurikulum, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru,
pengelolaan pendidikan, dan lain-lain.
 Menurut Sridadi (2007) evaluasi : suatu proses yang dirancang secara
sistematis dan terencana dalam rangka untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian yang telah dilakukan
sebelumnya.Allen Philips (1979: 1-2) evaluation is a complex term that often is
misused by both teachers and students. It involves making decicions or
judgements about students based on the extent to which instructional objectives
are achieved by them. (evaluasi adalah suatu istilah kompleks yang sering
disalahgunakan oleh para guru dan para siswa. Evaluasi melibatkan pembuatan
keputusan atau penghakiman tentang para siswa didasarkan pada tingkat
sasaran hasil yang dicapai oleh mereka
Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada
pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. Evaluasi
12
adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan
sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan
seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah
dirumuskan. Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.

E. HUBUNGAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI


Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes,
pengukuran, dan evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru
dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat
ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur
yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat
pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes
seperti observasi, skala rating, dan lain-lain.

Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur


berbagai kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam
menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan
menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar
pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih
jauh menjadi evaluasi. Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen
dan evaluasi, Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan
proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui
asesmen. Hubungan antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing .

13
Gambar hubungan antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing .

Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian


merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya
kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari
proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan
proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti)
pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, menyeluruh
dalam rangka pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai
pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik

F. KRITERIA TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI


1. Kriteria Tes yang Baik
 Validitas (Ketepatan); Suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur
yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur secara tepat.

14
 Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada kesepatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau pada
kondisi pengujian yang berbeda
 Objektivitas; Suatu tes dikatakan obyektif jika tes tersebut diajukan kepada
beberapa penilai, tetapi memberikan skor yang sama, untuk disiapkan kunci
jawaban (scorring key).
 Memiliki discrimination power (daya pembeda); Tes yang dikatakan baik
apabila mampu membedakan anak yang pandai dan anak yang bodoh.
 Mencakup ruang lingkup (scope) yang sangat luas dan menyeluruh; Tes
yang baik harus memiliki komphrehensi veenes, ini akan menyisihkan
siswa yang berspekulasi dalam menempuh tes.
 Praktis; mencakup :
a. Mudah dipakai/ diperiksa
b. Hemat biaya
c. Mudah diadministrasikan
d. Tidak menyulitkan guru dan sekolah.
2. Kriteria Pengukuran
 Pengukuran harus jelas parameternya.
 Memiliki sasaran yang terukur.
 Mudah dipahami cara pengkurannya.
 Dapat diukur setiap waktu dan simple.
3. Kriteria Penilaian
 Penilaian dilakuakn selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
 Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan
mengingat fakta apakah peserta didik belajar? Atau apa yang sudah
diketahui peserta didik.
 Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitudilakukan dalam
beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan
bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif.
 Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu
kesatuan utuh.
 Hasil penilain digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan
pengayaan (enrichment) standart minimal telah tercapai atau mengulang
(remedial) jika standart minimal belum tercapai.
4. Kriteria Evaluasi
 Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil ( produk ). Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang

15
menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai
pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Membahas tentang
evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan
mengenai kualitas sesuatu.
 Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan “nilai dan arti”.
 Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan ( judgement )
yang merupakan konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimbangan
inilah ditentukan nilai dan arti / makna dari sesuatu yang dievaluasi.
 Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan
kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti
yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan
sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan
pertimbangan:
a. Hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Evaluator lebih percaya diri.
c. Menghindari adanya unsur subjektivitas.
d. Memungkinkan hasil evaluasi akan sama, sekalipun dilakukan
pada waktu dan orang yang berbeda.
e. Memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan
penafsiran hasil evaluasi.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah
sebagai alat ukur.
2. Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua
metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan
cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.

3. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha


memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta
didik telah mencapai karakteristik tertentu.

16
4. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil
keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan
kepada tujuan yang telah dirumuskan. Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afwah, Ismatul. 2013. Pengertian Tes dan Penilaian (online).


http://ismatulafwah.blogspot.com/2013/06/ Pengertian Tes dan Penilaian.html.
Diakses pada 24 April 2017

Annisa, Arum. 2015. Tes Hasil Belajar, (online).


https://www.academia.edu/7335744/Analisis_Uji_Coba_Tes_Hasil_Belajar.
Diakses pada 24 April 2017.

Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and


Practice. Japan: Shizuoka University.

Restianingsih, Nurmawati.2013. Evaluasi dan Pengukuran ,(online).


https://nurmaresti.wordpress.com/2013/01/06/evaluasi-dan pengukuran /. Diakses
pada 24 April 2017

Suadin, Mat. 2011. Tes (online). https://suaidinmath.files.wordpress.com/2011/01/33-tes


0104.pdf . Diakses pada 24 April 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai