TETANUS NEONATORUM
I. Defenisi
Tetanus Neonatorum: penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang
khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebiih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka
mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 ).
II. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium Tetani yaitu obligat anaerob pembentukan
spora, gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat) alamiahnya di seluruh
dunia yaitu di tanah, debu dan saluran pencernaan berbagai binatang. Clostiridium
tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat
neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan
saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang
didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
Faktor predisposisi :
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
III. Patofisiologi
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang
disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka
tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor
luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan mngakibatkan keadaan anaerob
yang ideal untuk pertumbuhan clostridium tetani.
Mula-mula Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik
masuk ke sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifat
antigen, sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak
dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat
mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob,
Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk
spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini
manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus,
gas ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa
luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya
benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau
luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang
berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
IV. Komplikasi
Tetanus terjdi akibat penyakitnya seperti :
a. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pnemonia aspirasi.
b. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
c. Atelektasis karena obstruksi oleh secret hal ini karena seseorang dengan tetanus
akan mengalami trismus (mult terkunci) sehingga klien tidak dapat mengeluarkan
sekret yang menumpuk di tenggorokan, atau pun menelanya.
d. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga
tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.
V. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Empat pokok dasar tata laksana medik : debridement, pemberian antibiotik,
menghentikan kejang, serta imunisasi pasif dan aktif, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis dalam
perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk memasukan
obat. Jika pasien telah dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering kejang atau
apnea, diberikan larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5% dalam
perbandingan 4 : 1 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu).
b. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit,
kemudian diberikan dosis rumat 8-10 mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam
dimasukan ke dalam cairan infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih
sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara intravena perlahan-
lahan dan dalam 24 jam berikutnya boleh diberikan tembahan diazepam 5
mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhannya menjadi 15
mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan peroral dan
diurunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau
bila makin berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin turun boleh
diberikan secara intravena.
c. ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus
diberikan 20.000 U sekaligus.
d. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, intravena selama 10 hari. Bila
pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya. Bila pungsi lumbal
tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis
bakterialis.
e. Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/b Betadine 10%
f. Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital pasien. Suction jika terdapat
banyak lendir pada jalan nafas.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan intensif terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
nutrisi, menjaga saluran nafas tetap bebas, mempertahankan oksignasi yang
adekuat, dan mencegah hipotermi
3. Data Laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. Hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
VII. Penyuluhan
1. Diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan klien dari tingkat membuka
mulut dan proses mengunyah
2. Obat-obatan/terapi
Terapi dasar tetanus:
a. Antibiotik diberikan selama 10 hari, 2 minggu bila ada komplikasi
Penisillin prokain 50.000 IU/kg BB/kali i.m, tiap 12 jam, atau
Metronidazol loading dose 15 mg/kg BB/jam, selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap
6 jam. Catatan : Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan antibiotika
yang sesuai.
b. Imunisasi aktif-pasif
Anti tetanus serum (ATS) 5.000-10.000 IU, diberikan intramuskular. Untuk
neonatus bisa diberikan iv; apabila tersedia dapat diberikan Human tetanus
immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU i.m.
Dilakukan imunisasi DT/TT/DTP pada sisi yang lain, pada saat bersamaan.
c. Merawat dan membersihkan luka
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai
pulih. Dan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan merawat dan membersihkan
luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka
(eksisi jaringan nekrotik),membuang benda asing dalam luka serta kompres
dengan H202 ,dalam hal ini penatalaksanaan terhadap luka tersebut dilakukan
1 -2 jam setelah pemberian ATS dan Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
3. Pencegahan
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada
mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari
vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).