175120400111020
Universitas Brawijaya
Kelas B IHI 1
2017
Kata Pengantar
Penulis mengharapkan adanya masukkan dari pihak yang telah membaca dan
penulis menerima kritik ataupun saran yang membangun agar resume ini bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak
berkenan. Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis,
Selain Hubungan Internasional, ada juga cabang atau bagian darinya yaitu
kajian mengenai ‘hubungan internasional’. Adapun definisi dari hubungan
internasional adalah strategi diplomasi yang terfokus pada peperangan dan
perdamaian, konflik dan kooperasi. Namun, hubungan internasional juga memiliki
kajian studi terhadap politik, kajian lintas batas negara, ekonomi, sosial, dan
negosiasi perdagangan internasional. Hubungan internasional juga membahas
mengenai amnesti internasional dan permasalahan perdamaian konvensional
seperti diplomasi di PBB. Hubungan internasional yang mengulas ilmu politik juga
tidak dapat dikatakan “begitu politik” dikarenakan ilmu politik hanya membahas
mengenai otoritas dan juga pemerintahan, namun tidak memuat otoritas
internasional dalam kajian tradisional ilmu politik. Atas dasar itulah hubungan
internasional merupakan ilmu dan kajian yang sangat luas untuk dipelajari.
Namun, yang salah dari konsep “negara yang berdaulat” – yang aktor kunci
dari sistem ini adalah diplomat dan tentara – adalah ketika negara-negara yang tidak
begitu peduli mengenai isu keamanan secara berkelanjutan dan merasa aman, tiba-
tiba mereka jatuh ke dalam konflik akibat alasan yang tidak dapat diprediksi. HI
merupakan studi tentang sifat dan konsekuensi dari hubungan tersebut. Oleh karena
negara memiliki latar belakang politik, budaya, dan wilayah komunitas yang
berbeda-beda. Dan sekarang terdapat sekitar 200 negara merdeka di muka bumi ini
yang setiap manusia – dengan pengecualian tertentu – hidup secara damai. Namun,
meskipun begitu, bukan berarti mereka terpisah dan tidak saling memengaruhi.
Biasanya negara itu berhubungan melalui organisasi internasional seperti PBB
ataupun dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu HI diperllukan untuk
mengkaji mengenai permasalahan tersebut beserta konsekuensinya.
D. Simpulan
A. Perang 30 Tahun
Dalam berbagai kajian sejarah yang ada, diakui bahwa Perang 30 Tahun
adalah perang yang paling berpengaruh dalam perkembangan disiplin ilmu
Hubungan Internasional. Perang ini terjadi diakibatkan oleh motif agama (Schiller,
1861) antara Protestan dan Katolik yang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan
dan menunjukkan kekuatan masing-masing. Peristiwa perang yang berlangsung
selama tahun 1618 hingga tahun 1648 telah memberikan sumbangsih yang besar
bagi perkembangan seni diplomasi yang nantinya akan menjadi bagian dari kajian
studi hubungan internasional dan bahkan menjadi sumbangsih utama disiplin ilmu
Hubungan Internasional itu sendiri.
Sejak tahun 1939-1942 kemengan berada di pihak negara fasis yaitu Jerman,
Italia, Jepang. Tahun 1942 merupakan titik balik ketika blok fasis mengalami
kekalahan. Jerman pertama kali kalah dari Rusia dalam pertempuran Stalingrad
(November 1942). Jepang kalah dari sekutu di Pulau Karang (Mei 1992). Antara
tahun 1942-1945 kemenangan berada di pihak sekutu.
4. Pakta Molotov-Ribbentrop
Era Perang Dingin antara 2 kekuatan besar dunia pada masa itu
ternyata memiliki beberapa bidang sebagai berikut:
1. Bidang Politik
Ada beberapa bentuk persaingan politik saat berlangsungnya
perang dingin. Beberapa contohnya adalah:
2. Bidang Ekonomi
4. Perang di Afghanistan
1. Perjanjian antara RRC dan Uni Soviet tahun 1950 mengenai kerja sama
dianatara kedua negara guna menghadapi kemungkinan agresi Jepang,
2. Terjadinya kesepakatan antara AS dan US dengan ditandatanganinya
persetujuan:
a. SALT I; merupakan perundingan pembatasan persenjataan
strategis yang berlangsung di Helsinki, Finlandia tanggal 17
November 1969. Hasil perundingan ini ditandatangani oleh
Richard Nixon (Presiden Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev
(Uni Soviet),
b. SALT II; merupakan perundingan pembatasan persenjataan
strategis yang berlangsung di Jenewa, Swiss pada November
1972 tetapi hasilnya baru ditandatangani 18 Juni 1979 di Wina,
Austria oleh Jimmy Carter (Amerika Serikat) dan Leonid
Brezhnev (Uni Soviet),
3. Persetujuan Pembatasan Nuklir Balistik (1987). Presiden Ronald Reagen
meningkatkan kemampuan persenjataan balistiknya yang mempengaruhi
sikap Mikhail Gorbachev untuk melakukan persetujuan pembatasan nuklir
balistik tahun 1987. Dampak dari perjanjian ini antara lain Uni Soviet
mengurangi kekuatan angkatan perangnya di Eropa Timur dan mulai
memusatkan pembenahan ekonomi serta kehidupan politik dalam negeri
yang lebih demokratis,
4. Konfrensi dikapal Maxim Gorky (1989) kedua belah pihak akah
mengurangi jumlah pasukan dan persenjataan di eropa,
A. Level Analisis
Realisme berasal dari cara pandang individu yang takut, egois, dan suka
mencari kekuasaan. Dalam hal ini negara saling tidak merasa aman akan negara lain
sehingga menyebabkan banyaknya saling tuding dan diperlukan balancing of
power. Dalam realis terdapat banyak pandangan dan asumsi seperti yang
dikemukakan oleh Thucydides yaitu:
a. Participal actor; dalam hal melakukan berbagai hal, adanya para aktor
yang memiliki peran kunci dalam mementukan suatu keputusan yang
mempengaruhi hakikat orang banyak.
b. Unitary actor; percaya bahwa setiap individu yang telah menentukan
suatu keputusan untuk berperang maka negara hars berbicara sebagai
suatu kesatuan bukan hanya segelintir orang saja.
c. Rational actor; dalam mengambil keputusan diperlukan suatu
perhitungan kebaikan maputun kerugian pada setiap keputusan yang
diambl agar dapat mencapai tujuan yang sudah ada.
d. Security issue, keperluan yang menyatakan bahwa suatu Negara harus
meningkatkan kapasitas domestik, infrastruktur, dan ekonomi dengan
negara lain yang memiliki kesamaan tujuan.
Dalam hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang egois dan tidak mau
kalah. Maka para filsuf mengeluarkan pendapat yang dapat membuat negara lebih
baik lagi, seperti :
Dalam realis ada paham realis bertahan dan realis menyerang. Realis bertahan
dalam halnya perpolitikan dunia semua permasalahan harus dibahas dengan
berdiplomasi maupun ekonomi, sedangkan pada realis menyerang adanya
keinginan terpendam untuk memiliki niat dan keinginan untuk meningkatkan
reputasi di mata dunia.
D. Radikalisme
E. Konstruktivisme
A. Peran Individu
Apabila ditelaah melalui level individu, seorang elit pembuat kebijakan jelas
memiliki pengaruh dan dapat membuat perbedaan. Kapanpun ada perubahan
kepemimpinan dalam kekuatan besar, spekulasi selalu muncul tentang
kemungkinan perubahan dalam kebijakan luar negeri negara tersebut.
Kaum konstruktivis mengaitkan kebijakan bergeser tidak hanya di sekitar ranah Uni
Soviet dan Gorbachev, tetapi juga ke jaringan spesialis reformis dan internasional
yang mempromosikan gagasan baru.
Tentu saja, bagi realis perspektif individu tidak penting. Negara tidak
dibedakan oleh jenis pemerintahan atau kepribadian pemimpin mereka, namun oleh
kekuatan relatif yang mereka pegang dalam sistem internasional.
1. Kondisi Eksternal
2. Faktor Kepribadian
Sebuah negara agar dapat disebut sebagai negara harus memiliki beberapa hal
sebagai sebuah syarat mendasar, walaupun syarat tersebut tidak sepenuhnya
mutlak.
Konsep lain tentang negara meliputi; negara adalah tatanan normativ, simbol
bagi masyarakat tertentu dan kepercayaan yang mengikat orang-orang yang tinggal
didalamnya. Negara adalah unit fungsional yang mengambil tanggung jawab
penting, memusatkan dan mempersatukan mereka. Terdapat beberapa teori
perspektif tentang negara.
a. Realis
Menurut Realis, negara adalah state-centric. Realis percaya bahwa
negara adalah aktor otonom yang dibatasi hanya dengan anarki struktural
sistem internasional. Sebagai entitas kedaulatan, negara memiliki tujuan yang
konsisten yang didefinisikan dalam kekuasaan. Kekuasaan dapat
diterjemahkan dalam kekuasaan militer. Walaupun kekuasaan adalah hal
yang penting bagi realis, namun, ideologi juga merupakan hal yang penting.
Ideologi dapat mengatur sifat sebuah negara, seperti contohnya negara Korea
Utara dibawah komunis. Tetapi dalam hubungan internasional, begitu negara
bertindak maka ia bertindak sebagai kesatuan otonom.
b. Liberalis
c. Radikalis
d. Konstruktivis
Adapun konsep ketiga mengenai anarki pada kaum liberal adalah adanya
liberal institusional. Pandangan ini mengamini beberapa pandangan kaum realis
yang menyatakan bahwa negara dalam sistem internasional bertindak sesuai dengan
sel-interest-nya masing-masing namun mereka tidak setuju bahwa institusi
internasional hanyalah ‘secarik kertas’. Liberal institusional percaya bahwa
institusi internasional adalah kepentingan yang bersifat independen.
Bukan hanya negara dan individu yang menjadi aktor dalam politik
internasional. Dalam politik internasional, organisasi antarpemerintah dan
organisasi nonpemerintah juga berperan dalam proses politik internasional. Hukum
internasional juga nantinya akan menentukan dalam mengatur bagaimana politik
dunia berlangsung.
Ditinjau dari level analisis, IGO memiliki beberapa peran. Dari ranah sistem
internasional, IGO berperan memperbesar kemungkinan pembuatan kebijakan luar
negeri dan menambah batasan di mana negara beroperasi dan terutama menerapkan
kebijakan luar negeri. Negara-negara bergabung dengan IGO menggunakan
kebijakan dari IGO sebagai instrumen kebijakan luar negeri. IGO juga membatasi
negara. Mereka menetapkan agenda dan memaksa pemerintah membuat keputusan;
mendorong negara untuk mengembangkan proses untuk memfasilitasi partisipasi
IGO, dan menciptakan norma perilaku dimana negara harus menyesuaikan
kebijakan mereka jika mereka ingin mendapatkan keuntungan dari keanggotaan
mereka. Dari level individu, IGO mempengaruhi individu dengan memberikan
kesempatan untuk kepemimpinan. Karena individu bekerja dengan atau di IGO,
mereka, seperti negara bagian, dapat disosialisasikan untuk bekerja sama secara
internasional.
Organisasi internasional yang saat ini memiliki peran yang besar dalam
menjaga perdamaian dan keamanan internasional adalah PBB. Perserikatan
Bangsa-Bangsa didirikan dengan 3 nilai fundamental antara lain adalah sebagai
berikut:
PBB telah menangani berbagai isu. Dalam hal isu politik, PBB telah
menyelesaikan beberapa permasalahan seperti memainkan peran kunci dalam
dekolonisasi Afrika dan Asia. Piagam PBB mendukung prinsip penentuan nasib
sendiri bagi masyarakat kolonial.
Dalam keadaan perang, security dillema memiliki dampak yang sangat hebat
karena negara-negara banyak yang merasa terancam oleh musuh yang datang dari
luar sehingga membuat negara tersebut selalu mengembangkan kekuatanyang
mereka miliki yang secara langsung pula berdampak pada negara lain karena
mereka merasa terancam pula. Pada hubungan internasional, perdamaian
merupakan tujuan yang fundamental stelah ekonomi, politik, human right dan
lingkungan.
Banyak orang yang ebranggapan bahwa perang dapat terjadi kapan saja.
Beberapa pandangan yang menjelaskan perang dapat terjadi adalah:
1. Realis
2. Liberalis
3. Radikal
4. Konstruktivisme
• Individu
• Sistem Internasional
1. Inter-state war, merupakan perang antara dua negara atau lebih yang
terlibat dan dampaknya terlihat jelas.
2. Intra-State War, merupakan perang yang terjad inatara grup yang ada
dalam suatu negara tanpa adanya keterlibatan aktor internasional.
3. Total War, perang yang diikuti oleh negara-negara adidaya yang
membuat kerusakan sangat signifikan terhadap dunia.
4. Limited War, dengan tujuan tidak ingin melepaskan wilayah
teritorialnya kepada musuh, perang ini lebih menekankan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Contohnya perang di Korea dan
Perang Gulf.
C. Cara Berperang
Ada dua prinsip dalam perang yaitu Just Ad Bellum, keadilan bagi mereka
yang memasuki perang. Just In Bello, keadilan bagaimana perang itu dilaksanakan.
Pada perang ada suatu kebijakan yaitu perang yang bersifat kekerasan harus
dipisahkan dengan perang lewat jalur diplomasi. Kekerasan yang digunakan harus
sesuai dengan kemampuan yang lawan sanggupi. Negara sebagai pengkoordinir
masyarakat dapat memastikan bahwa semua rakyatnya menerima keamanan, jika
mereka tidak menerima itu maka itu menjadi kewajiban negara lainnya untuk
melindungi hak-hak manusia.
Menurut kaum liberalis, walaupun perang sulit untuk dihindari namun dapat
dicegah dengan menekan kekuatan yang dimilik oleh semua negara. Namun, ini
akan menyulitkan negara untuk mendeteksi mana lawan dan mana kawan.
Sedangkan menurut kaum realis, balace of power sangat diperlukan untuk membuat
negara-negara lain merasa aman dari ancaman yang mungkin terjadi oleh musuh
yang ada. BOP memiliki kendala, yaitu jika negara-negara yang sangat kuat saling
bersatu meninggalkan negara negara yang kecil akan membuat perbedaan power.
Isu Transnasional
Wabah dan penyakit merupakan ancaman bagi manusia yang sudah aja sejak
lama, yang bisa terjadi karena faktor alam maupun buatan. Dikarenakan penyebaran
wabah dan penyakit yang sangat luas menyebabkannya menjadi suatu isu yang
dipermasalahkan dalam tingkat internasional. Banyak wabah yang menyebabkan
kepanikan skala internasional seperti ebola, severe acute respiratory syndrome
(SARS), flu burung, HIV/AIDS. Melihat bahwa ini merupakan ancaman yang besar
bagi negara, NGO melakukan program untuk mengurangi peyebaran penyakit
dengan cara vaksin hingga membunuh virusnya.
Kekayaan alam merupakan aset yang dimiliki oleh setiap negara dalam
bentuk yang berupa tergantung letak geografis suatu daerah, karena sumber daya
ini terbatas,maka banyak orang ingin mengambil sumber daya itu selagi masih
tersedia. Melihat bahwa kegiatan eksploitasi membuat kerusakan bagi lingkungan
sekitar maka dibuatlah hukum yang berisikan :
Selain sumber daya lingkungan hidup yang dapat tercemar dari melihat
populasi yang menempati suatu wilayah, tahun 1798, Thomas Malthus beranggapan
bahwa semakin banyak manusia yang hidup membuat sumber daya makanan
semakin menipis yang dikemukakan sebagai Malthus Dillema. Ada tiga alasan
mengapa jumlah manusia terus bertambah:
C. Kejahatan Transnasional
Sejak berakhirnya perang dunia, maka kecemasan dunia bukan lagi perang
namun oknum yang melkaukan kejahatan skala internasiona yang merugikan
negaranegara lain. Dari pandangan perspektif :