Anda di halaman 1dari 8

Makalah Inflasi dan Pengangguran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan?
Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga
kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi
dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali
bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu,
pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang
saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat
dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman
ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada
para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).

B. Rumuskan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi,
deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep dan Pengaruh Inflasi, Deflasi dan Sagflasi
a) Inflasi
Pengertian inflasi
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian. Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga barang-barang secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga yang merupakan rata-rata
harga konsumen atau produsen. Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari sejumlah barang-
barang dan jasa. Dalam membuat indeks harga para ekonom menimbang harga individual
dengan memperhatikan arti penting setiap barnag secara ekonomis. Indeks harga yang digunakan
untuk mengukur inflasi yaitu indeks biaya hidup (consumer price index), indeks harga
perdagangan besar (wholesale price index), dan GNP deflator.

Pengertian inflasi menurut para ahli, yaitu:


 Menurut Rahardja (1997: 32) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat
secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini
disebut inflasi.
 Menurut Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam
rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun,
setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
 Menurut Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Jenis-jenis inflasi
 Berdasarkan besar laju inflasi, antara lain:
a. Inflasi ringan atau Creeping inflation (di bawah 10% setahun)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah sehingga kenaikkan harga berjalan secara lambat,
dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
b. Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)
Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini
secara nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat
yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila
dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi berat (antara 30 – 100% setahun)
Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi
yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d. Inflasi liar atau hyperinflation ( di atas 100% setahun)
Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak
dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hyperinflastion).
Berdasarkan sebabnya, antara lain:
a. Demand pull inflation adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang yang kuat.
b. Cost Push Inflation
adalah inflasi yang
timbul karena
kenaikan biaya
produksi.
Penjelasan: Gambar 5.1.a menunjukkan suatu demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-
barang (aggregate demand) bertambah (misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah
yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau karena kenaikan permintaan luar negeri akan
barang-barang ekspor, dan karena bertambahnya pengeluaran investasi swasta akibat kredit
murah), maka kurva aggregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum
naik dari H1 ke H2.
Gambar 5.1.b. kita lihat bahwa bila biaya produksi naik (misalnya, karena kenaikan harga sarana
produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau kenaikan harga bahan bakar minyak), maka
kurva penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2. Akibat dari kedua
macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan hargaoutput, tidak berbeda, tetapi dari segi volume
output (GDP riil) ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan
untuk output (GDP riil) menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya
kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply ; semakin mendekati
output maksimum semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation,
kenaikan harga-harga barang pada umumnya dibarengi dengan penurunan omzet penjualan
barang, akibat dari “kelesuan usaha”.
Perbedaan yang lain dari kedua proses inflasi ini terletak pada urutan dari kenaikan harga.
Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang
input dan harga-harga faktor produksi (upah dan sebagainya). Sebaliknya, dalam cost inflation kita
melihat kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga
barang-barang akhir (output). Kedua macam inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam praktek atau dalam
bentuknya yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua macam inflasi
tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

 Berdasarkan asal terjadinya inflasi, antara lain:


a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) adalah inflasi yang timbul karena terjadi defisit
anggaran belanja yang dibiayai oleh pemerintah dengan pencetakan uang baru, karena panenan gagal
dan akibat-akibat lain sebagainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-
harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. Kenaikan harga
barang-barang yang kita impor mengakibatkan: (1) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena
sebagian dari barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor, (2) secara tidak langsung
menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi (dan kemudian, harga jual) dari berbagai
barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin impor (cost inflation), (3) secara tidak
langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena kemungkinan (tetapi ini tidak demikian)
kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang
berusaha megimbangi kenaikan harga impor tersebut (demand inflation).

Dampak dari inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka
pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat
menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui
beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut.
Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan
guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan
dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki
banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
Dampak positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien
mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

Cara mencegah inflasi


a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral dapat
mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu : (1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open
Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual
atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual
surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-
surat berharga ; (2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga
yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum; (3) Penetapan
Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi cadangan minimum yang harus
dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan
minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk
gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga
dinaikkan.
b) Deflasi
Pengertian deflasi
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang
yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan
jumlah uang yang berada di masyarakat. Kamus ekonomi deflasi adalah penurunan tingkat
pendapatan nasional (national income) dan output yang biasanya dibarengi dengan penurunan
tingkat harga-harga umum (disinflasi/disinflation). Deflasi seering dilakukan dengan sengaja
oleh pemerintah untuk menurunkan inflasi dan memperbaiki neraca pembayaran dengan
menurunkan permintaan impor.
Penyebab deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
1. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena
sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya di
bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat memberikan
keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang yang ada di
masyarakat semakin berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
2. Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang
meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti
itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan
produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang maka akan
dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut
semakin menurun karena jumlahnya banyak.
3. Menurunnya Permintaan Akan Barang
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan
maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
Pengaruh dan Akibat Deflasi
a. Penurunan persediaan uang
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan
depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi akan
mengalami kekacauan.
b. Memperlambat aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk
menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh.
Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi
(deflationary spiral).
c. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya
mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan
demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di
masyarakat semakin berkurang.
d. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di
lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi
aktivitas bisnis yang berjalan.
e. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti
juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif
untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang
semakin kecil.

Dampak deflasi
a. Dampak positif, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar
dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan
ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.
b. Dampak negative, deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka mendepositokan
uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena harga terus
turun maka produsen cenderung kurang berminat memproduksi barang. Kesempatan kerja
berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehinga pendapata
negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara keseluruhan mengalami kemunduran.
Cara Mengatasi Deflasi
Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.
Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila seseorang
pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan
mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka waktu
lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu
lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan
mengalami kelumpuhanselamanya. Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk
mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski
memakan waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang
melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah
dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang
sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter
yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat
menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen
bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi
nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak
menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi
spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan
likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar.
Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk
menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan
peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya
dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun
seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi
hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga
bergerak naik dengan sendirinya.
c) Stagflasi
Stagflasi adalah situasi dari tingkat output yang rill yang sangat rendah yang dibarengi oleh
peningkatan dalam harga (inflasi). Staglasi disebabkan oleh kekuatan ganda yaitu:
a. Adanya kekurangan dalam permintaan agregat (aggregate demand) secara relatef terhadap
produk nasional bruto potensial (potential gross national product)
b. Meningkatnya biaya masukan faktor (faktor input)
Selain itu stagflasi juga berarti kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh
perubahan inflasi yang diharapkan. Dan terjadi apabila inflasi naik sedangkan output turun atau
sekurang-kurangnya tidak naik.

2. Hubungan Antara Tingkat Harga dan Pengangguran

Teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat
pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Penemunannya ini diperolehnya dari
hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk periode 1861-1957. Kurva yang
menggambarkan hubungan di antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dinamakan kurva
Phillips. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal
dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam
bentuk asli. Di samping itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi baru yang biasa disebut
dengan kurva phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi. Argumentasi untuk menjelaskan kurva phillips di atas dirumuskan dengan formulasi
sebagai berikut :
Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah – Tingkat kenaikan produktivitas

Sifat keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran :


Berdasarkan, kurva Philips menggambarkan hubungan negative antara inflasi dan
penggangguran. Yaitu jika semakin tinggi angka penggangguran maka semakin rendah inflasi
yang terjadi karena, jika tingginya angka penggangguran itu berarti masyarakat banyak yang
tidak memiliki pekerjaan sehingga daya belinya pun kurang dan mengakibatkan harga – harga
barang pun menurun karena rendahnya permintaan dari konsumen. Begitu juga sebaliknya, jika
semakin rendah angka penggangguran maka semakin tinggi inflasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada
umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2) Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3) Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini merupakan
akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh perubahan inflasi yang
diharapkan.
4) Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

B. Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di
Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja

DAFTAR PUSTAKA
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.
Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit
Erlangga : 1997.
Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000.
Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta:
2011.
Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 1993.

Anda mungkin juga menyukai