Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENULISAN EJAAN DI BIDANG PERPAJAKAN

Oleh kelompok 81

I. Pendahuluan

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat Indonesia. Dalam bahasa indonesia dikenal kaidah bahasa yang baik dan benar.
Bahasa yang baik lebih menekankan pada pemilihan, sedangkan bahasa yang benar adalah
memilih kata yang baik serta menggunakan kaidah yang telah disempurnakan. Bahasa yang
berupa tulisan merupakan penerapan bahasa yang baik dan benar terutama untuk tulisan
ilmiah. Sering kita dengar bahwa menulis lebih sulit daripada berkata langsung. Selain
pemilihan kata yang sesuai dengan kondisi, penggunaannya harus sesuai dengan ejaan yang
telah disempurnakan. 2

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan


bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa).Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga
berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya
kata, kelompok kata atau kalimat3. Sedangkan ejaan yang telah disempurnakan adalah
menyempurnakan atau mengganti ejaan yang sudah ditetapkan dengan ejaan yang baru.
Saat ini bidang perpajakan juga menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan
juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata. Materi
yang akan kami bahas dalam karya tulis ilmiah yaitu menganalisis penulisan ejaan di bidang
perpajakan.
Topik yang dibahas dalam karya tulis ilmiah kami belum pernah dibahas oleh orang
lain,baik dalam situs website maupun beberapa buku. Materi yang dibahas oleh kelompok
kami sangat penting agar kita sebagai mahasiswa perpajakan mengerti dan memahami

1
Ahmad Fauzan , baskara dwi Danar
2
Yurika Diana Fitri, Peranan Bahasa Indonesi di Bidang Perpajakan, (Malang, UB Press, 2012), hlm. 1.

3
PENGERTIAN EJAAAN (http://www.makalahkuliah.com/2012/05/pengertian-ejaan-bahasa-indonesia-
yang.html)
sehingga tidak rancu dalam menulis karya tulis ilmiah dalam bidang bahasa Indonesia
maupun perpajakan.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara penulisan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar
khususnya d bidang perpajakan?
2. Mengapa harus menggunakan penulisan ejaan d bidang perpajakan
3. Apakah kegunaan penulisan ejaan yang baik dan benar itu
II. Pembahasan

2.1 Definisi dan sejarah ejaan


Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan
penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan van Ophuijsen. Ejaan van
Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol
adalah penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf
oe untuk menuliskan kata goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda diakritik dan trema
pada kata ma’moer dan do’a.
Setelah mengalami perkembangan kedudukan Ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh
Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947
menggantikan ejaan van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan huruf u untuk
menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k menggatikan tanda diakritik , dan
penulisan kata depan di dan awalan di yang sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang
mengikutinya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan bahasa
Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini.
Pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan meliputi 4 hal yaitu
pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Penulisan kata yang baik dan benar adalah tata cara yang digunakan dalam penulisan
terutama untuk tulisan ilmiah. Penulisan kata terdiri dari kata dasar , kata turunan, bentuk
ulang, gabungan kata, kata ganti , kata depan, kata si dan sang, singkatan dan akronim, dan
angka dan lambang bilang.
2.1.1 Pemakaian Huruf

Penggunaan huruf abjad juga termasuk kedalam huruf konsonan, dan vocal. Seperti
yang kita ketahui huruf vocal meliputi a, i, u, e, dan o sedangkan huruf konsonan adalah
huruf abjad lain selain kelima huruf vocal tersebut. Selain itu terdapat pula huruf yang
merupakan gabunag antara huruf konsonan yang nantinya akan menghasilkan 1 huruf
konsonan, seperti kh, sy, ng, dan ny. Bahasa Indonesia juga mengenal huruf diftong, yang
dilambangkan dengan ai, au dan oi.

2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


1. Huruf Kapital dan Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat, sebagai huruf pertama petikan langsung, dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang
diikuti nama orang, unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi atau
nama tempat, dll.
2. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. menuliskan kata
ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan ejaanya.
Huruf miring digunakan pada kondisi seperti berikut.

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
suratkabar yang dikutip dalam tulisan.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
hurufbagian kata, kata, atau kelompok kata.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing,kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
2.1.3 Penulisan Kata
1. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Kantor pajak penuh sesak.

2. Kata Turunan/Jadian
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkaidengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
ituditulis serangkai.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahanpengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yangbersangkutan.
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
5. Kata Ganti –ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu,
dan –nyaditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalamgabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
7. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
8. Partikel
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
9. Singkatan dan Akronim
 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badanorganisasi,
serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidakdiikuti tanda titik.
 Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikutitanda titik.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
selurhnyadengan huruf capital.
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupungabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
10. Angka dan Lambang Bilangan
 Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazimdigunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5.000), M (1.000.000)
 Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuanwaktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
 Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamarpada alamat.
 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
 Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan utuh >>Dua belas 12
Bilangan pecahan>>Setengah ½
 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf,kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perinciandan pemaparan.
 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimatdiubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidakterdapat pada awal kalimat.
 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilanpuluh
Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).
2.1.4 Tanda Baca
1. Tanda Baca Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, ataudaftar.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkanwaktu.
d. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidakberakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
2. Tanda Koma
a. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setaraberikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anakkalimat itu mendahului indukn kalimatnya.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yangterdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
katalain yang terdapat di dalam kalimat.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempatdan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalamdaftar pustaka.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan2.
Djakarta:PT Pustaka Rakjat.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
utnukmembedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yangdinyatakan dengan angka.
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidakmembatasi.
3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenisdan setara.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkankalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

4. Tanda Dua Titik (:)


a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaianatau pemerian.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelakudalam percakapan.
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab
danayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta
(iv) diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
b. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
c. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
d. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atauungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulaidengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv)
singkatanberhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan
unsurebahasa asing.
6. Tanda Pisah
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luarbangun kalimat.
b. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’
atau‘sampai ke’.
7. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian
yangdihilangkan.
8. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b. Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yangdisangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
9. Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah y
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

10. Tanda Kurung ((…))


a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokokpembicaraan.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapatdihilangkan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

11. Kurung Siku ([…])


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atautambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakanbahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
b. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertandakurung.
12. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah
ataubahan tertulis lain.
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti
khusus.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petikyang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimatatau bagian kalimat.
13. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapanasing.
14. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan
penandaanmasa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
b. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

2.2 Pengertian Perpajakan


Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.4
Pada saat wajib pajak membuat surat pengurangan atau penghapusan sanksi, keberatan,
gugatan maupun banding harus memenuhi beberapa ayarat, salah satunya menggunakan
bahasa indonesia yang baku. Oleh karena itu dalam penulisan surat tersebut wajib
menggunakanpenulisan ejaan yang baik dan benar sesuai dengan kaidah tata bahasa
indonesia (EYD).
Kenyataan yang ada dimasyarakat sekarang penggunaan bahasa indonesia semakin hari
semakin menurun. Banyak masyarakat Indonesia memakai bahasa yang tidak sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia. Seperti bahasa yang digunakan para remaja saat ini yaitu bahasa
alay, dan masuknya istilah-istilah asing yang sering digunakan. Hal ini terjadi karena
kurangnya menjaga bahasa indonesia. Tidak hanya dalam pengucapan, tetapi dalam
penulisanpun juga penting. Banyak orang yang tidak memperhatikan penulisan bahasa
indonesia yang benar. Contohnya dalam pembuatan karya tulis, masih banyak ejaan-ajaan

4
atau penulisan yang salah. Didalam bidang perpajakan penggunaan ejaan kelak akan
bergunadalam pembuataan laporan-laporan kerja dan agar dapat membuat kebijakan-
kebijakan atau peraturan perundang-undang tentang perpajakan.

III. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Fitri,Yurika Diana. 2011. Peranan Bahasa Indonesia di Bidang PerpajakanMalang:UB
Press.

Anda mungkin juga menyukai