BAB I
PENDAHULUAN
tahun terakhir telah terjadi di Indonesia dengan mulai berkembangnya bisnis ritel
bisnis ritel modern memang tak terelakkan sebagai bagian dari kemajuan dan
strategi serta taktik pemasaran yang diterapkan oleh pengusaha retail telah
memasuki era yang praktis yang menyamai negara-negara maju. Hal ini
kecamatan hingga pelosok desa yang sudah mulai disinggahi gerai retail modern
Perkembangan bisnis retail di berbagai kota besar dan kota kecil di Indonesia
tidak lepas dari tuntutan akan kebutuhan masyarakat yang serba praktis, cepat,
dan nyaman. Meskipun pada awal tahun 2017 terjadi penurunan yang drastis
pada IPR (Indeks Penjualan Real) retail modern, namun pada pertengahan tahun
(http://wartaekonomi.co.id/berita147422/penjualan-eceran-meningkat-43-pada-
manufaktur yang memasok produknya pada peritel, dan upaya pemerintah untuk
hambatan. Persaingan di sektor ritel terjadi baik antar peritel di segmen yang
sama maupun segmen yang berbeda, peritel tradisional dengan peritel modern
dan antara peritel lokal dengan peritel nasional. Banyaknya pemain dalam bisnis
Peritel modern kecil dan peritel tradisional menjadi pihak yang berada dalam
pusat perbelanjaan yang menarik menjadi suatu tuntutan. Tidak hanya itu,
pelayanan serta harga yang bersaing juga menjadi incaran pelanggan jika ingin
sudah kuat dan untuk mengubah pelanggan yang tidak peduli menjadi pelanggan
penjual dan memiliki kepercayaan terhadap kinerja masa lalu penjual karena
3
tingkat kinerja masa lalu telah memuaskan secara konsisten (Crosby, Lawrence
dengan pelanggan yang setia dari segi ekonomis lebih murah dibandingkan
dengan merekrut pelanggan baru. Sehingga pemasar harus fokus untuk menarik
Indonesia, data yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) edisi II bulan Juni 2015, Total Fertilility Rate (TFR) atau tingkat kelahiran
seorang anak dari seorang wanita di Indonesia mencapai 2,6 anak pada 2012,
artinya setiap wanita memiliki 2-3 anak selama hidupnya di mana terjadi
peningkatan dari 2011. Selain itu, jumlah anak yang berusia di bawah 10 tahun
tinggi serta peluang didirikannya bisnis perlengkapan bayi dan anak di usia
Feltility Rate (TFR) di daerah pedesaan lebih tinggi 17% dibandingkan dengan
hanya mencapai 2,4 anak. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan
semakin ketat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan 2016, jumlah bayi
lahir hidup serta balita (bawah lima tahun) di Jawa Timur (580,153 anak)
menyediakan perlengkapan bayi dan anak di Jawa Timur. Selain itu, dilansir dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Indeks Tendensi Pelanggan (ITK)
Provinsi Jawa Timur pada Triwulan II-2017 (123,21) menunjukkan angka tertinggi
dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa dan lebih tinggi dari Indeks
Tendensi Nasional (115,92). Melihat kondisi serta potensi ekonomi di Jawa Timur
yang menunjukkan angka yang positif, hal ini mampu menguatkan adanya
peluang serta pertumbuhan adanya bisnis retail di bidang perlengkapan bayi dan
Peluang usaha baby shop terbilang sangat menjanjikan karena produk ini
tidak memandang status sosial. Dikatakan seperti itu karena perlengkapan bayi
dan anak tidak hanya diperlukan oleh kalangan menengah atas saja namun juga
kalangan menengah bawah. Perlengkapan bayi dan anak akan selalu dicari
5
pelanggan mulai dari pelanggan yang baru melahirkan, atau yang memiliki balita,
ataupun kerabat atau sanak saudara yang baru melahirkan sehingga dianggap
perlu memberikan bingkisan. Selain itu, target pasar dari perlengkapan bayi dan
anak sangatlah luas. Barang yang dijual pun tidak akan mati ataupun membusuk
karena tidak laku. Yang terpenting adalah memilih desain yang sesuai dengan
serta lokasi yang terjangkau dari area perumahan merupakan kunci sukses
sebuah baby shop agar mampu bersaing dengan kompetitor. Terlebih lagi,
euforia orang tua yang memiliki anak tidak akan pernah mengalahkan
berlebihan, bahkan yang tidak penting sekali pun demi kepentingan dan
keperluan buah hati mereka. Sementara untuk kebutuhan fashion anak, orang
tua akan cenderung untuk membeli terus menerus perlengkapan bayi dan anak
karena pertumbuhan anak yang cenderung cepat dan model fashion anak yang
terus-menerus muncul yang tidak dapat membendung keinginan serta hasrat ibu-
ibu untuk membeli barang-barang keperluan buah hati mereka. Para orang tua
bahkan berpikir, tidak penting untuk membeli barang pribadi mereka yang
terpenting adalah susu, diapers dan kebutuhan anak terpenuhi dahulu. Mereka
kota yang jauh dari pemukiman dan bahkan masyarakat harus rela menempuh
perjalanan beberapa kilometer dari rumah hanya untuk membeli kebutuhan bayi
pelanggan ingin membeli barang kebutuhan pokok bayi dan anak seperti diapers
dan susu namun seringkali tidak tersedia dengan lengkap ataupun lebih mahal di
6
dan membelinya di supermarket besar yang jauh dari rumah mereka ataupun
baby shop besar yang terletak di pusat kota. Sungguh sangat disayangkan biaya
produk lainnya yang tidak dibutuhkan oleh seorang keluarga jika proses
pembelanjaan seperti ini dilakukan secara rutin, belum lagi harga yang
ditawarkan pasti jauh lebih mahal dari baby shop pada umumnya. Hal ini dilihat
oleh pemilik Lala Group Baby Shop sebagai peluang yang besar untuk
mengusung konsep Baby Shop yang mudah dijangkau oleh pelanggan namun
Sehingga bukan lagi pelanggan yang menjangkau retailer, namun retailer yang
menjangkau pelanggan.
Lala Group Baby Shop merupakan salah satu bisnis retail modern kelas
dalam peringkat ke-16 besar untuk Indeks Potensi Pasar untuk Kabupaten/Kota
//databoks.katadata.co.id/datablog/2017/05/12/50-kabupaten-denganpotensi-
dan Jember dengan jumlah penduduk yang mencapai 2,12 juta jiwa pada 2015.
daerah perindustrian besar dan sedang terbesar di Jawa Timur, Sidoarjo menjadi
daerah sasaran untuk mencari pekerjaan dan perumahan. Hal ini mengakibatkan
7
1980 hingga 2010. Sebagai daerah tujuan migrasi, komposisi penduduk usia
produktif (15-64 tahun) masih tertinggi hingga mencapai 70.9% (Statistik Daerah
Lala Group Baby Shop yang terletak di wilayah Kabupaten Sidoarjo bagian
tengah yang terdiri dari Kecamatan Sidoarjo, Candi, Sukodono dan Gedangan.
Dapat dilihat dari tabel di atas, letak gerai Lala Group Baby Shop yang
Sidoarjo. Hal ini mengindikasikan bahwa peletakkan gerai Lala Group Baby Shop
yang tersebar pada beberapa kecamatan tersebut sudah sangat tepat mengingat
Taman, Krian, Buduran serta Sedati berpotensi untuk menjadi area perluasan
8
tersebut.
Porong
Jabon
Waru
Krembung
Prambon
Tarik
B.Bendo
Wonoayu
Tg.Angin
Taman
Gedangan
Tulangan
Sidoarjo
Krian
Sedati
Buduran
Candi
Sukodono
0 1 2 3 4 5 6
gerai Lala Group Baby Shop memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk tertinggi
Sukodono dan Candi, diikuti dengan Kecamatan Sidoarjo dan Gedangan. Selain
penduduknya pun juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi yang terdapat
pada lokasi gerai Lala Group Baby Shop sudah sangatlah baik, hanya perlu
adanya penerapan strategi ritel bisnis yang tepat serta keunggulan bersaing yang
tersebar di daerah padat penduduk dengan lokasi strategis bukan di pusat kota
dengan tempat yang tidak terlalu besar namun mampu memenuhi kebutuhan
meningkat. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan teknologi sehingga
pelanggan mengetahui beberapa hal baru dalam perlengkapan bayi dan anak
yang masih jarang permintaan di daerah Sidoarjo. Hal ini pun mampu
kebutuhan mereka semakin mudah terpenuhi dan dari sisi peritel bahwa barang
yang dibutuhkan pelanggan tersedia pada gerai mereka. Sehingga, dalam jangka
panjang hal ini mampu menimbulkan image yang baik bagi peritel di mata
produsen bisa jadi barang yang diminta sedikit peminat atau bisa jadi pelanggan
tersebut hanya bertanya tanpa ada kejelasan dalam melakukan pembelian. Dan
hal ini biasa terjadi pada pelanggan Lala Group Baby Shop.
bayi dan anak di Sidoarjo. Persaingan baby shop di Sidoarjo sangat ketat.
Persaingan terjadi pada gerai di pusat kota hingga di kecamatan hingga toko
toserba yang menjual perlengkapan bayi utamanya susu dan diapers hingga
gerai khusus yang menjual perlengkapan bayi dan anak. Dilihat dari
perkembangan baby shop di Sidoarjo, ada dua baby shop yang menjadi
kompetitor Lala Group Baby Shop, di antaranya Joshua Baby Shop dan
10
Cinderella Baby Shop. Keduanya terletak di pusat kota dengan kelebihan dan
kelemahan tersendiri. Joshua Baby Shop memiliki gerai yang sangat luas dan
memiliki dua lantai dan menjual perlengkapan bayi dari kebutuhan primer hingga
mobil. Sedangkan untuk Cinderella Baby Shop terletak pada area ruko yang ada
di Mall sehingga pelanggan yang ingin berbelanja ke sana harus memasuki area
mall dahulu. Berikut tabel persaingan Lala Group Baby Shop di Sidoarjo:
pada desain produk, display, kenyamanan, lokasi serta lahan parkir daripada dua
kompetitor lainnya. Dalam hal desain produk, Lala Baby Shop memiliki
keunggulan pada produk fashion yang lebih variatif dengan model yang tidak
pasaran dan bahan yang halus dengan harga yang sangat kompetitif
dibandingkan keduanya. Dari display produk yang tersedia, Lala memiliki display
yang sangat baik dan sangat tertata rapi sehingga pelanggan dengan mudah
meskipun gerai Lala Group tidak terlalu besar, namun sudah dilengkapi full AC
dan musik di dalam gerai. Hal ini diharapkan agar para pengunjung akan merasa
11
nyaman serta akan menghabiskan waktunya lebih dalam dalam toko untuk
berbelanja. Selain itu. lokasi yang sangat strategis serta tempat parkir yang luas
berbelanja berjam-jam di dalam toko tanpa takut terjadi sesuatu pada kendaraan
mereka. Dari kelima poin tersebut terlihat bahwa Lala Baby Shop memiliki
Baby Shop mampu bersaing dan menghadapi persaingan retail modern terutama
pada usaha perlengkapan bayi dan anak yang sudah lama berdiri ataupun yang
bisnis di dekat gerai Lala Group. Hal ini membuat persaingan akan semakin
meningkat karena pelanggan Lala Group pasti lambat laun akan mengetahui
daya yang dimiliki, bisnis dan pelanggan saat ini sama-sama berada dalam
atau celaan dari pelanggannya. Produk yang baik, pelayanan yang prima hingga
promosi yang masif bisa hancur dalam sekejap bila ada omongan negatif dari
pelanggan. Worth of mouth yang buruk dari pelanggan yang tidak puas akan
berdampak pada masa depan bisnis. Bisa jadi pelanggan berkata buruk tentang
akan menjadi sia-sia. Lebih berbahaya lagi bila pelanggan yang tidak merasa
puas dan memilih untuk diam justru yang paling berbahaya bagi perusahaan.
Karena bisa jadi mereka tidak akan membeli produk perusahaan kembali dan
gembira atau hoax dengan mudah. Terkadang netizen pun secara mudah untuk
Perusahaan sebagai pemilik brand tentu bahagia jika yang tersebar adalah berita
yang positif tentang brand, namun lain halnya jika yang tersebar adalah berita
positif kepada kerabat mereka. Sebab, mereka tak sebatas menyarankan dan
sukarela membela produk bila brand mendapat isu negatif. Berdasarkan fakta
bahwa lebih murah untuk mempertahankan pelanggan yang puas terlebih lagi
Advokasi berarti tindakan untuk meminta orang lain dalam hal ini pelanggan
sudah mengetahui brand Lala ataupun belum, yang akan berdampak pada
pada suatu titik kepercayaan bahwa dia tidak bisa hidup tanpa produk tersebut.
Akan tetapi, bisa jadi hal itu belum membuat orang tersebut menjadi advokat. Itu
masalah yaitu:
advokasi pelanggan yang bisa diterapkan pada pelanggan Lala Group Baby
Shop.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
14
konsumen perusahaan.
b. Bagi Pembaca
c. Bagi Peneliti
perusahaan retail.