Anda di halaman 1dari 5

Afrilya N.

Solang/15014101222

Iridosiklitis atau biasa disebut uveitis anterior

- Anatomi

Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana dinding bola mata terdiri atas
sklera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan retina. Uvea
merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Uvea merupakan
jaringan lunak, terdiri dari iris, badan siliar dan koroid.1 Bagian ini adalah lapisan vaskular
tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke retina.2

a). Iris

Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih
dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan
anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing
berisi aqueus humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan
berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan
epitel pigmen retina ke arah anterior.2 Pasokan darah ke iris adalah dari sirkulus major iris.
Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak
membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-
serat di dalam nervus siliares.2 Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.
Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas
parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh
aktivitas simpatik. 2

b). Korpus Siliaris

Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris
terdiri dari suatu zona anterior yang berombak ombak,pars plikata dan zona posterior yang datar,
pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari
kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan
berlobang-lobang sehingga membocorkan floresein yang disuntikkan secara intravena. Ada 2
lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan
neuroretina ke anterior, dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari
lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai
pembentuk aqueus humor.2

c). Khoroid

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun dari
tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak
di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah khoroid dikenal
sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan melalui empat vena vortex,
satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch
dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di antara khoroid dan sklera. Khoroid
melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan
korpus siliare. Agregat pembuluh darah khoroid memperdarahi bagian luar retina yang
mendasarinya.2

- Patofisiologi

Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh
darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi perikorneal atau pericorneal
vascular injection). Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos
humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan
biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu partikel-partikel kecil
dengan gerak Brown (efek Tyndal). Kedua gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut.3

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di
dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam BMD, dikenal dengan
hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat
melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic
precipitate,yaitu:4

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang
difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.
2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat
pada jenis non granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan terus dan
menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan
perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun
dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian
tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut
oklusio pupil.
Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel
radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mat belakang ke bilik mata depan
sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang
tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan
akhirnya terjadi glaukoma sekunder.

Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang menyebabkan lensa
menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul
endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan
abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera
dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).3,4

Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani,
dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi
ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang
mengenai badan silier.
1. Trad MJ. Anterior Uveitis. Avaible from:
URL:http://www.optometry.co.uk./journal/23564/anterior_uveitis.html
2. Moorthy RS. 2008-2009 Basic and Clinical Science Course Section 9: Intraocular Inflamation
and uveitis. American Academy of ophthalmology. 2007.
3. Paramita, Galuh P. 2010. Uveitis Anterior. Available from URL:
http://www.fkumycase.net/wiki/index.php?page=mata+%22+uveitis+anterior%22.html
4. Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. Hal. 172-4.

Anda mungkin juga menyukai