Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Anak Hiperaktif

1. Definisi Anak Hiperaktif

Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan

disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.

Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan

Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH) atau juga disebut denganAttention

Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai

gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain

dysfunction syndrome.

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-

hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif

menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.

Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi

dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap

tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif

(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak

pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-

anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu

fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu

yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.


2. Klasifikasi Anak Hiperaktif

a. Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian

Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak

hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe

ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan

dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.

b. Tipe Anak yang Hiperaktif dan Impulsif

Anak-anak dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan

impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan

pada anak- anak kecil.

c. Tipe gabungan.

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.

Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini.

3. Etiologi Anak Hiperaktif

Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–


gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih berbeda–
beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan
bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan–
gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah
gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang
diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga
disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahaya–bahaya
yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa,
anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai kemungkinan
merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut,
sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan
kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak yang bersangkutan.
Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak
dapat diperlihatkan. Namun untuk sementara banyak pendapat yang
mengungkapkan bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain:
a. Faktor Genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga

dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan

saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini

juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y

yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding

kembar dua telur.

b. Faktor Neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir

dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,

distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum

atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di

samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan

rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga

meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang

neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi

pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin

merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.


Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah

tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-

prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.

c. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet

memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di

samping itu, kadar timah dalam serum darah anak yang meningkat, ibu

yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil

juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

d. Faktor Kultural dan Psikososial

1) Pemanjaan

Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu

manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya.

Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar

terpenuhi kebutuhannya.

2) Kurang Disiplin dan Pengawasan

Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka

hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu

saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut

akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan

orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik

di sekolah maupun di masyarakat.

3) Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan

umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis

dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

4. Patofisiologi Anak Hiperaktif

Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan

konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Belum ada bukti yang

meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan

biokimiawi dari kasus anak hiperaktif ini. Anak pria yang hiperaktif, yang

berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah

memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan

stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of

arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut

dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan

elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik

serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk

kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian

mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta

perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal

serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan

tingkah laku yang lebih baik.

Dari penelitian anak kembar dengan ADHD memang didapatkan 75% dari

kasus. Kasus ADHD disebabkan karena faktor genetik. Meskipun faktor


genetik memegang peranan penting tetapi tak ada gen khusus yang

menyokong timbulnya gejala ADHD Mayoritas kasus-kasus ADHD timbul

dari kombinasi macam-macam gen yang akan mempengaruhi dopamine

transporter. Macam-macam gene ini termasuk:

a. Dopamine transporter

b. Dopamine receptor D2/D3

c. Dopamine beta hydroxylase monoamine oxidase A

d. Catechol methyltransferase

e. SLC6A4

f. 5HT2A

g. 5HT1B

h. OBH Taq I

i. 10 repeat allele DAT1 gen

j. 7 repeat allele DRD4 gen

Dari penelitian anak kembar dengan ADHD didapatkan 9-20% dari ADHD

timbulnya disebabkan karena faktor lingkungan fisik (nongenetik). Faktor

lingkungan ini berupa:

a. Ibu selama hamil mengkonsumsi alkohol dan rokok. Saat ibu hamil

mengisap rokok akan terjadi hypoxia pada fetus.

b. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan, termasuk lahir prematur.

c. Trauma kapitis saat masa bayi/anak kecil.

d. Infeksi selama kehamilan, persalinan dan masa kecil. Termasuk infeksi

macam-macam virus (campak, varicella, rubella, enterovirus) dan

infeksi bakteri streptococcus.


5. Manifestasi Klinis Anak Hiperaktif
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan
kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang
rendah terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–
orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka
cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali
berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di
antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi
secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang mereka
alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka.
Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru
dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara
kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka
dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga.
Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat
tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan
dari kecerdasan mereka yang diukur.
6. Komplikasi Anak Hiperaktif
a. Masa bayi – infant
1) Anak serba sulit
2) Menjengkelkan
3) Serakah
4) Sulit tenang
5) Sulit tidur
6) Tidak ada nafsu makan
b. Masa prasekolah
1) Terlalu aktif
2) Keras kepala
3) Tidak pernah merasa puas
4) Suka menjengkelkan
5) Tidak bisa diam
6) Sulit beradaptasi dengan lingkungan
c. Usia sekolah
1) Sulit berkonsentrasi
2) Sulit memfokuskan perhatian
3) Pencapaian akademik kurang
4) Sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
5) Impulsif
6) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata kasar dan menusuk yang diungkapkan).
d. Adolescent
1) Tidak dapat tenang
2) Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
3) Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

7. Pemeriksaan Penunjang Anak Hiperaktif


Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
Selain itu, digunakan instrumen Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif
(SPPAHI) untuk deteksi ADHD pada anak berusia 6-13 tahun, yang dapat
dipakai oleh orang tua, guru, dokter. Jika fasilitas tersedia, sebelum dan
sesudah pemberian terapi, dapat dilakukan pemeriksaan cognitive Event
Related Potential (ERP), Matching Familiar Test, dan Continuous Performance
Test untuk menilai kemampuan memusatkan perhatian dan tingkat
kewaspadaan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Pada Anak Hiperaktif
a. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram. Data yang
didapatkan apakah anak tersebut lahir prematur, berat badan lebih rendah,
anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
b. Kaji riwayat perilaku anak
1) Kaji riwayat perkembangan anak, dimana dulu seorang bayi yang
gesit, aktif dan banyak menuntut yang mempunyai tanggapan-
tanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan-
kesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan-bulan pertama
kehidupannya sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur serta
lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum
terjadi pada mereka.
2) Laporan dari guru tentang permasalahan-permasalahan akademis serta
tingkah laku dalam kelas
2. Diagnosa Anak Hiperaktif
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
c. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak
dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
d. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
e. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit
mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

3. Intervensi Pada Anak Hiperaktif


Perencanaan atau Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan
pada pasien rawat jalan dan komunitas.
a. Bantu Orang Tua Dalam Mengimplementasikan Program Perilaku
Penguatan Positif.
1) Latih kefokusan anak
Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan
hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma
dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang
kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan
diam. Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau diajak
berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut.
2) Telatenlah
Jika anak telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk
melatih koordinasimata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-
titik yang membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi
latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai
diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan
penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10.
Setelah itu baru diperkenalkankonsep angka 0 dengan benar.
3) Bangkitkan kepercayaan diri anak
Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat
positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib.
Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
4) Kenali arah minatnya
Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-
baik, kemana sebenarnyatujuan keaktifan dari anak. Yang paling
penting adalah mengenali bakat anak secara dini.

5) Minta anak bicara


Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi.
Karena itu Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-
nilai apa saja yang diterima di kelompoknya.

b. Sediakan Struktur Kegiatan Harian


Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan
teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti
serta melaksanakan kegiatan rutinnya itu untuk itu anak dihadiahi kata-
kata pujian.
c. Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan di Rumah
1) Didik dan bantu orang tua dan anggota keluarganya.
2) Berkolaborasi dengan guru dan libatkan orang tua. Dorong orang tua
untuk menjamin bahwa guru dan perawat sekolah mengetahui tentang
nama, dosis dan waktu minum obat.
3) Pastikan bahwa anak mendapatkan evalusi dan bimbingan akademik
yang diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas
pendidikan khusus sering kali diperlukan.
4) Pantau kemajuan dan respons anak terhadap pengobatan.
5) Rujuk ke spesialis perilaku dan orang tua untuk mengembangkan dan
mengimplementasikanrencana perilaku.
4. Implementasi Untuk Anak Hiperaktif
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena iturencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi Anak Hiperaktif
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria atau rencana yang telah
disusun.
b. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah
di rumuskan dalam rencana evaluasi.
c. Hasil evaluasi. Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebihmendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak Hiperaktif (Gangguan Hiperkinetik). [t.t]: [t.p]

L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3.
Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya
Medika.

Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]

Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.

Anda mungkin juga menyukai