TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan syarat dari kondisi tanaman yang dikehendaki adalah jarak tanam
antar baris harus lurus dan sama. Apabila diinginkan dalam dua arah membujur
dan melintang, tanaman padi harus ditanam dalam dua arah lurus, biasanya petani
menggunakan caplak untuk membentuk alur sebelum di tanam. Jarak tanam padi
sawah 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 30 x 30 cm. Jarak tanam antar alur juga
disesuaikan dengan arah pergerakan sinar matahari. Sehingga sinar matahari dapat
menembus masuk sampai perakaran tanaman dan tidak terhalang oleh tanaman
lain.
6
terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan
tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi (Sundaru et
al. 1976 dalam Anonim, 2009).
Penyiangan
Penyiangan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dari proses
budidaya padi. Hal ini karena kehadiran gulma akan menjadi pesaing bagi
tanaman padi dalam mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan dan pada
gilirannya akan menurunkan produksi. Selain untuk mengendalikan gulma,
penyiangan juga ditujukan untuk mengaduk tanah di sekitar daerah perakaran
sehingga meningkatkan aerasi udara di dalamnya.
Di dalam usaha pengendalian/penyiangan gulma sebaiknya dilakukan
sebelum pemupukan agar penggunaan pupuk untuk tanaman padi tidak sia-sia.
8
Biasanya pengendalian gulma di lahan irigasi atau lahan sawah lebih mudah
dibandingkan di lahan kering, karena pada lahan kering kelembaban tanahnya
sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan gulma, terutama pada
periode awal pertumbuhan tanaman padi. Sedangkan pada lahan irigasi (digenangi
air) persoalan gulma tidak terlalu berat karena penggenangan merupakan cara
yang sangat efektif untuk menekan perkembangan gulma.
Namun penyiangan yang dilakukan secara terus menerus akan memunculkan
gulma yang dominan terhadap penyiangan (Sukma dan Yakup, 2002). Sehingga
penyiangan yang baik dilakukan dua kali yaitu pada saat padi berumur 3 dan 6
minggu guna menjaga dan mencegah agar ketersedian air dan makanan yang
seharusnya diserap oleh padi diambil oleh gulma yang dapat menyebabkan
kurusnya padi karena kekurangan air dan usur-unsur lainnya. Selain untuk
mengendalikan gulma, penyiangan juga ditujukan untuk mengaduk tanah di
sekitar daerah perakaran sehingga meningkatkan aerasi udara di dalamnya
(Haryanto et al. 2002).
Proses penyiangan cukup sulit karena pencabutan rumput yang berada
diselah-selah padi perlu keterampilan tertentu agar tidak merusak tanaman. Untuk
itu diperlukan suatu alat penyiang semi mekanis ataupun mekanis. Selain itu
pengguna alat penyiang juga akan meningkatkan nilai kapasitas kerja. Menurut
Haryono (2007), pengendalian gulma tanaman padi sawah secara manual dengan
menggunakan tangan membutuhkan waktu 172 jam/ha dan penyiangan secara
semi mekanis dengan menggunakan landak membujur melintang 132 jam/ha
sedangkan penyiangan secara mekanis dengan menggunakan power weeder
membutuhkan waktu 15 – 27 jam/ha.
Efektivitas Penyiangan
Efektivitas merupakan pencapaian tujuan secara tepat untuk meperoleh
hasil yang optimal. Dapat diartikan bahwa efektivitas menunjukkan tingkat
keberhasilan dari suatu pekerjaan. Didalam kegiatan penyiangan yang dapat
menentukan tingkat keberhasilan yaitu banyaknya gulma yang tersiangi karena
penyiangan diperlukan guna mengurangi persaingan antara gulma dengan
9
Pertanian Organik
Dalam beberapa tahun dekade terakhir, pemerintah dan masyarakat mulai
memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan
dengan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air dan udara. Kini mereka
menerapkan sistem pertanian tanpa bahan kimia sintetik atau yang dikenal dengan
pertanian organik. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-
produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Sistem ini diyakini tidak
menurunkan kemampuan dan kualitas produksi.
11
Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa weeder ini dapat bekerja pada
kedalaman di atas 3 cm dengan efisiensi lapang 0.048 ha/jam dan efisiensi
penyiangan tertinggi mencapai 92.5 %. Waktu istirahat operator setelah bekerja
dan untuk memperoleh kondisi normal kembali selama 14 menit. Nilai heart rate
tertinggi diperoleh 142 sampai 150 beats per menit (Rajvir Yadav at al. 2007).
Singh (1992) juga telah mengembangkan dengan memperhatikan aspek
ergonomik pada desain jari penyiang, dari hasil penelitian diperoleh kapasitas
kerja penyiangan 60 – 110 man-jam/ha pada lahan sawah black heavy soil dan 25
man-jam/ha pada lahan light soil.
Semua studi tentang ergonomik beberapa alat penyiang telah banyak
dilakukan, namun itu juga harus merupakan teknologi yang spesifik disesuaikan
dengan kondisi wilayah; jenis tanah, tanaman, areal jangkauan gulma dan
ketersediaan sumber daya lokal.
Di negara maju seperti Jepang pengembangan suatu alat sangat
memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan pengguna/operatornya. Hal ini
penting untuk peningkatan produktivitas. Seperti halnya pengembangan alat
penyiang semi mekanis buatan Jepang yang terlihat pada Gambar 5. Alat
penyiang semi mekanis ini terbuat dari plat stainless steel ringan dilengkapi
dengan 2 cakar penyiang dan pada bagian depan dibuat furrow opener yang juga
berfungsi sebagai pelampung. Diharapkan pengembangan alat penyiang ini dapat
digunakan pada kondisi lahan padi sawah dengan tingkat pelumpuran normal.
14
Cara pengoperasian alat penyiang semi mekanis buatan Jepang sama seperti
penyiangan menggunakan gasrok yaitu dengan menggasrok atau mendorong ke
depan dan belakang sehingga gulma tercabut dan terpendam dalam tanah.
Cara kerja alat ini sama dengan mesin pemotong rumput, hanya dengan
mengganti pisau pemotong menjadi piring atau mata penyiang yang terdapat
paku-paku berupa mur dan baut. Pada saat operasional mata penyiang alat
penyiang padi berputar, paku-paku penyiang yang terdapat pada piring penyiang
akan memotong, mencongkel, memutar, dan menghancurkan gulma beserta tanah
yang ada dibawahnya. Sehingga gulma yang hancur bisa menjadi pupuk bagi
tanaman padi dan diperoleh tanah yang mempunyai porositas yang baik bagi
pertumbuhan tanaman padi. Jumlah operator penyiangan padi di sawah dengan
menggunakan alat penyiang dengan tenaga mesin potong rumput tipe sandang
terdiri dari satu orang (Imran et al. 2006).
Mesin penyiang bermotor (Power Weeder) untuk padi sawah adalah suatu
mesin yang digunakan untuk menyiang atau memberantas gulma atau tanaman
pengganggu yang tumbuh di lahan sawah. Mesin ini dalam pengoperasiannya di
lahan sawah dioperasikan oleh 1 operator yang berjalan dibelakang mesin sambil
memegang stang kemudi, sehingga dinamakan walking type. Alat tersusun atas
beberapa komponen standar dan komponen buatan (fabricated) dengan kontruksi
dapat dibongkar pasang (knock down) sehingga mudah dalam transportasinya.
Kemudi stang yang ketinggiannya dapat diatur sesuai dengan tinggi badan
operator. Ciri khas mesin ini yaitu pada bagian yang aktif untuk penyiangan
menggunakan hexagonal rotor (bentuk segi enam) yang pada keenam sisinya
terpasang cakar-cakar penyiang, hexagonal ini pada saat bekerja di lahan sawah
berputar dengan kecepatan putar 120 - 125 rotasi per menit (rpm) (Pitoyo et al.
2008). Kontruksi yang spesifik lagi yaitu pada bagian transmisi yang
menggunakan pipa dan kopel aluminium sebagai rumah dan poros sekaligus
sebagai rangka utama mesin yang digunakan untuk menopang komponen yang
lainnya. Komponen lain yang tak kalah penting dan spesifik adalah motor
penggerak yang menggunakan motor yang biasa dipakai untuk mesin potong
rumput dengan dilakukan modifikasi pada poros penerus putaran dan dudukan
motor (Gambar 7).
16
Uji coba dan sosialisasi penggunaan mesin penyiang padi sawah telah
dilakukan tahun 2005 di Kec. Delanggu kabupaten Klaten Jawa Tengah selama 1
musim tanam pada padi MK. Pengembangan power weeder ini telah dicoba
diterapkan di beberapa wilayah di daerah Jawa Tengah yaitu : Tegalgondo,
Delanggu dan Sragen. Sebagian besar telah mendapat respon positif dan telah di
pabrikasikan oleh pengrajin lokal. Penggunaan alat power weeder juga dapat
bertujuan untuk meningkatkan aerasi tanah, yang diakibatkan oleh roda
penyiangan. Power weeder ini memiliki ciri khas yaitu pada bagian yang aktif
untuk penyiangan (sebagai roda) menggunakan hexagonal rotor (bentuk segi
enam) yang pada keenam sisinya terpasang cakar-cakar penyiang, hexagonal
inilah yang mengaduk tanah sampai pada perakaran gulma saat bekerja di lahan
sawah sehingga aerasi tanah meningkat serta cukup efektif untuk mengurangi
pertumbuhan gulma. Berdasarkan data teknis yang diperoleh, alat penyiang
bermotor mampu melakukan pekerjaan rata-rata 12.24 jam/ha (Pitoyo et al. 2008).
Sehingga membutuhkan 2 hari untuk melakukan penyiangan dengan luasan 1
hektar. Jika dibandingkan dengan penyiangan secara manual membutuhkan
banyak tenaga kerja dan waktu selama 5 hari bahkan lebih.
Hasil evaluasi dari 3 unit prototipe power weeder model YA-1 dari segi
efektivitas penyiangan cukup baik, efek kerusakan tanaman sangat kecil (Gambar
8). Sedangkan hasil evaluasi teknis terhadap ketahanan komponen selama 1
17
Gambar 8. Mesin penyiang padi sawah model YA-1 (Pitoyo et al. 2008)
Ergonomika
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergo yang artinya kerja dan nomos
yang artinya ilmu. Sehingga kata ergonomi berarti ilmu kerja atau ilmu yang
mempelajari manusia hubungannya dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ergonomi
bertujuan untuk mempelajari batas-batas kemampuan manusia dalam lingkungan
kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan menyesuaikan
interaksi manusia dengan produk, sistem dan lingkungan (Syuaib, 2003).
Dalam ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik.
Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi
glukosa yang terjadi di dalam tubuh.
Menurut Syuaib (2003), fisiologi kerja adalah salah satu sub disiplin dalam
ilmu ergonomika yang mengkaji tentang kondisi/reaksi fisiologi yang disebabkan
beban atau tekanan (stress) eksternal saat melakukan suatu aktivitas kerja. Kajian
fisiologi kerja sangat terkait dengan indikator-indikator metabolik, yang
diantaranya adalah :
1. Cardiovasculer (Denyut jantung)
2. Respiratory (Pernapasan)
3. Body Temperatur (Suhu tubuh)
4. Muscular Act (Aktivitas otot)
Faktor manusia merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas dan
keselamatan kerja. Suatu alat atau mesin dapat dikatakan berkualitas tinggi jika
nyaman digunakan, yang berarti memiliki kesesuaian antara alat dan manusia
yaitu mudah dioperasikan dan ramah terhadap pemakai.
Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Sanders (1992): dalam
Irawan (2008) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan
objek, prosedur kerja, dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya
adalah dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas
pendukungnya, dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang
terjadi akibat sikap atau posisi kerja yang keliru. Karakteristik manusia sangat
19
Beban Kerja
Salah satu aspek penting dalam menentukan tingkat kenyamanan kerja yang
berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi kerja adalah menentukan beban
kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia (operator) yang melakukan
pekerjaan. Dengan beban kerja yang sesuai dengan kemampuan kerja maka akan
terjadi kenyamanan kerja yang akhirnya berpengaruh pada kualitas pekerjaan dan
juga kesehatan pekerja (Akbar, 2005).
20
Syuaib, M.F. (2003), Basal Metabolic Energy (BME) atau laju metabolisme
basal adalah energi yang dibutuhkan manusia dalam satuan waktu tertentu untuk
melakukan fungsi dasar organ tubuhnya. Secara umum BME tergantung dari
ukuran atau volume tubuh serta jenis kelamin. Sedangkan ukuran/volume tubuh
diantaranya dapat didekati melalui analisis luas permukaan tubuh. Luas
permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Du Bois yaitu :
(Syuaib, 2003).
A = h 0.725 * w 0.425 ∗ 0.007246 .................................................................. (5)
di mana :
A = Luas permukaan tubuh (m2)
h = Tinggi tubuh (cm)
w = Berat tubuh (kg)
23
Tabel 1. Tabel konversi BME ekuivalen dengan VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh
1/100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
m2
1.1 136 137 138 140 141 142 143 145 146 147
1.2 148 150 151 152 153 155 156 157 158 159
1.3 161 162 162 164 166 167 168 169 171 172
1.4 173 174 176 177 178 179 181 182 183 184
1.5 186 187 188 189 190 192 193 194 195 197
1.6 198 199 200 202 203 204 205 207 208 209
1.7 210 212 213 215 215 217 218 219 220 221
1.8 223 224 225 228 228 229 230 231 233 234
1.9 235 236 238 240 240 241 243 244 245 246
(*) untuk perempuan, nilai VO2 harus dikalikan 0.95
Sumber : Syuaib M.F., 2003
Kebisingan (Noise)
Penggunaan alat mekanis akan menimbulkan kebisingan. Menurut Akbar
(2005); Faktor fisik yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah kebisingan
yang diterima oleh pekerja (operator). Kebisingan adalah bunyi-bunyi yang tidak
dikehendaki yang didengar sebagai rangsangan pada telinga atau getaran-getaran
melalui media yang elastis. Bunyi dikatakan sebagai bising jika memenuhi kriteria
mengganggu pembicaraan, membahayakan pendengaran dan mengurangi efisiensi
kerja.
Suara atau bunyi dapat diukur dengan suatu alat yang disebut Sound Level
Meter. Alat ini mengukur intensitas atau kekerasan suara yang dinyatakan dalam
satuan Herzt dan frekuensi atau gelombang suara dalam satuan desibel. Telinga
manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya berkisar
antara 20-20 000 Herzt dan dengan frekuensi sekitar 80 desibel (batas aman).
Pengaruh terhadap suara atau bunyi yang melampaui batas aman diatas dalam
26
Standar - standar dari ISO dan Masyarakat Jepang untuk Kesehatan Pekerjaan
men-spesifikasikan bahwa 90 dBA adalah sebagai tingkat toleransi untuk 8 jam
terekspose terhadap getaran-getaran di lingkungan kerja.
Analisis
Analisa Logika Fuzzy
Dalam proses pemilihan, pengambilan keputusan seringkali dihadapkan
pada kondisi ketidak-pastian dan ketidak-jelasan (fuzzy). Keadaan ini agaknya
cukup menyulitkan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif
pilihan yang terbaik terutama bila dalam persoalannya terkandung data yang
sifatnya kualitatif.
Schmoldt cit. Center dan Verma (1997) dalam Akbar (2005), menyatakan
bahwa model kualitatif memiliki sifat-sifat yang analog dengan model kuantitatif,
dimana keduanya menghasilkan nilai peubah tertentu (dependent variable)
melalui keterkaitan diantara peubah model. Hanya pada model kualitatif, peubah
model harus dideskripsikan lebih umum.
Salah satu cara untuk memecahkan persoalan sistem yang komplek adalah
menggunakan teknik pemodelan fuzzy. Metode tersebut walaupun dalam
aplikasinya cukup rumit namun mengacu kepada konsep bahwa metode
pengambilan keputusan yang baik salah satunya dimaksudkan untuk mendapatkan
keunikan dan konsistensi dalam mengambil keputusan.
Konsep fuzzy logic pertama kali dikembangkan oleh Zadeh pada tahun 1965
sebagai salah satu alternatif metode untuk menganalisis sistem pengetahuan sosial
dan biologi yang komplek. Teori fuzzy logic adalah pemetaan sebuah ruang input
ke dalam ruang output dengan menggunakan IF-THEN rules. Urutan rules bisa
sembarang. Pemetaan dilakukan dalam suatu Fuzzy Inference System (FIS). FIS
mengevaluasi semua rule secara simultan untuk menghasilkan kesimpulan. Skema
dibawah ini merupakan konsep umum fuzzy set (Gambar 10).
28
Logika fuzzy atau seringkali disebut dengan Fuzzy Logic merupakan suatu
sistem yang dapat digunakan dalam menangani konsep kebenaran parsial, yaitu
kebenaran yang ada diantara sepenuhnya benar atau sepenuhnya salah. Jika pada
logika klasik dikenal dua nilai 0 dan 1, maka pada logika fuzzy yang digunakan
adalah nilai dalam interval [0 1], jadi konsep ini merupakan perluasan dari konsep
kebenaran mutlak boolean 0 dan 1. Logika fuzzy yang merupakan bagian dari
Artificial Intelligence juga banyak memberikan kontribusi di bidang manajemen.
Adanya sistem penunjang keputusan atau lebih sering disebut dengan Decision
Support System dan sistem informasi manajemen juga menjadi bagian dari
kecerdasan buatan. Dalam hal sistem penunjang keputusan, logika fuzzy
memberikan kontribusi lewat kemampuannya melakukan analisa secara langsung
tanpa proses. Dalam operasi fuzzy logic menggunakan korespondensi AND yang
merupakan fungsi minimum, OR yang merupakan fungsi maksimum dan NOT
yang merupakan komplemen penambahan (Naba, 2009).