Anda di halaman 1dari 32

1

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan


salah satu unit bisnis pembangkitan besar yang dimiliki oleh PT. INDONESIA
POWER. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit dengan total kapasitas terpasang
1.248 MW terdiri dari dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD, dua blok
PLTGU yang setiap bloknya terdiri dari tiga unit turbin gas dan satu unit PLTU.
Kiprah PT. INDONESIA POWER dalam pengembangan usaha penunjang
di bidang pembangkit tenaga listrik juga dilakukan dengan membentuk beberapa
anak perusahaan yaitu PT.COGINDO DAYA PERKASA dimana PT.
INDONESIA POWER menguasai 99,% saham kepemilikannya dan PT. ARTA
DAYA COALINDO dengan kepemilikan hingga 60%. PT. COGINDO DAYA
PERKASA bergerak pada bidang jasa pelayanan dan manajemen energi dengan
penerapan konsep cogeneration dan distributed generation, sementara PT. ARTA
DAYA COALINDO bergerak pada bidang usaha perdagangan batubara.
Keberadaan kedua anak perusahaan memiliki tujuan sebagai penunjang
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan di masa mendatang.
Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan
memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada PLTG
untuk memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator) sehingga
menghasilkan uap yang mampu menggerakkan turbin. Siklus yang terjadi pada
PLTGU merupakan siklus tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus
turbin uap. Dengan demikian energi dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka hal ini yang menjadi dasar penulis
mengambil judul “PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP PADA
UBP PRIOK PT. INDONESIA POWER”
2

Politeknik Negeri Sriwijaya

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pembuatan laporan ini dapat dirumuskan
masalah yaitu bagaimana proses pembangkitan tegangan dimulai dari saat turbin
dalam keadaan diam (0 rpm) hingga berputar pada kecepatan penuh (3000 rpm)
dan mengalirkan tegangan masuk ke jaringan. Proses tersebut dibatasi hanya pada
Generator 1.1 PLTGU Priok.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan dan manfaat dari kuliah kerja lapangan ini adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
a. Dapat mengetahui prinsip kerja Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU)
b. Dapat mengetahui proses pengoperasian Pembangkitan Listrik Tenaga
Gas Uap (PLTGU)
1.3.2 Manfaat Kuliah Kerja Lapangan
1.3.2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui prinsip kerja Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU)
b. Mengetahui sistem pengoperasian proses Pembangkitan Listrik
Tenaga Gas Uap (PLTGU)
1.3.2.2 Bagi Jurusan
a. Agar dapat menguji sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami dan mengetahui ilmu yang di dapat.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu kurikulum di
masa mendatang.
3

Politeknik Negeri Sriwijaya

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun kegiatan KKL ini dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 30 Januari 2017
Pukul : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : PT. Indonesia Power UPJP Tanjung Priok
Alamat : Jl. RE. Martadinata, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara,
14310

1.5 Peserta KKL


Peserta KKL Teknik Telekomunikasi 2017 adalah mahasiswa/i Program
Studi Teknik Telekomunikasi Kelas 4TA, 4TB, 4TC, 4TD.

1.6 Batasan Masalah


Pada laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini penulis hanya membatasi
masalah pada proses pembangkitan tegangan dimulai dari saat turbin dalam
keadaan diam (0 rpm) hingga berputar pada kecepatan penuh (3000 rpm) dan
mengalirkan tegangan masuk ke jaringan. Proses tersebut dibatasi hanya pada
Generator 1.1 PLTGU Priok. Materi yang diangkat lebih bersifat umum dan tidak
menjurus secara khusus pada proses tertentu selama pembangkitan berlangsung.

1.7 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan penulis dalam pembuatan
laporan kuliah kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.7.1 Metode Studi Pustaka / Referensi
Penulis mengumpulkan sumber-sumber berupa literatur yang terdapat pada
buku teori, maupun internet yang mendukung laporan ini.
1.7.2 Metode Observasi
Penulis melakukan metode observasi dengan cara melihat langsung sistem
pengoperasian proses Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap(PLTGU) di PT.
Indonesia Power
4

Politeknik Negeri Sriwijaya

1.7.3 Metode Wawancara


Penulis melakukan metode wawancara dengan cara pengumpulan informasi
dan konsultasi secara lisan kepada semua pihak-pihak yang terkait.
1.8 Sistematika Penulisan
Laporan ini ditujukan untuk memaparkan hasil kerja dari Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) pada tanggal Januari – Februari 2017. Untuk mempermudah
pemahaman harus disusun secara sistematis, sehingga laporan ini disusun dalam
lima bab yang masing-masing membahas tentang pokok penting dalam laporan
ini. Bab – bab yang terkandung dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini membahas latar belakang masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM
Pada bab ini membahas tentang sejarah singkat, lokasi dan ruang lingkup
dari Perusahaan.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas secara singkat teori dasar yang berfungsi sebagai
teori penunjang dan pendukung dari pembuatan laporan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang proses kerja dan proses pembangkitan
listrik pada PLTGU yang terdapat di UBP Priok.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini memberikan kesimpulan dan saran dari pembahasan yang
diangkat.
5

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. Indonesia Power

PT. INDONESIA POWER adalah salah satu anak perusahaan listrik milik
PT. PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 03 Oktober 1995 dengan
nama PT. PLN Pembangkitan Tenaga Lisrik Jawa Bali I (PT. PLN PJB I)
dan pada tanggal 03 Oktober 2000 PT. PLN PJB I resmi berganti nama
menjadi PT. INDONESIA POWER. PT. INDONESIA POWER merupakan
perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar di Indonesia dengan delapan
Unit Bisnis Pembangkitan utama dibeberapa lokasi strategis di Pulau Jawa
dan Pulau Bali serta satu Unit Bisnis yang bergerak dibidang jasa
pemeliharaan yang disebut Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan (UBJP).
Unit - Unit Bisnis Pembangkitan tersebut adalah : Unit Bisnis
Pembangkitan Suralaya, Priok, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak &
Grati dan Bali serta Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan. PT. INDONESIA POWER
membentuk anak perusahaan PT. COGINDO DAYA PERKASA (saham 99,9
% ) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan dan manajemen energi dengan
penerapan konsep cogeneration dan distributed generation , juga mempunyai
saham 60 % di PT. ARTA DAYA COALINDO yang bergerak dibidang
usaha perdagangan batu bara. Aktifitas kedua anak 9perusahaan ini
diharapkan dapat lebih menunjang peningkatan pendapatan Perusahaan dimasa
mendatang.
A. VISI
Menjadikan perusahaan energi terpecaya dan tumbuh berkelanjutan
B. MISI
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait
yang bersahabat dengan lingkungan
6

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.2 Makna Dari Logo PT. Indonesia Power

Logo atau lambang merupakan bagian dari identitas perusahaan. Sedangkan


yang dimaksud dengan identitas perusahaan adalah suatau cara atau hal
yang memungkinkan perusahaan dapat dikenal dan dibedakan dari perusahaan
lain.PT Indonesia Power mempunyai logo atau lambang yang dijadikan sebagai
identitas perusahaa dengan tujuan agar konsumen atau publik pada
umumnya mudah mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun logo yang
yang dimiliki PT.Indonesia Power adalah bertuliskan Indonesia dan Power.
Selanjutnya bentuk logo PT Indonesia Power dapat dilihat pada gambar.10

Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power


Lambang mempunyai arti penting karena lambang merupakan identitas
bagi setiap perusahaan. Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power
merupakan cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya secara
keseluruhan. Nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk
melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai Power Utility Company di
Indonesia.
A. Bentuk
1. Karena nama yang kuat, Indonesia dan Power ditampilkan dengan
menggunakan jenis huruf yang tegas dan kuat. FUTURA
BOOK/REGULER dan FUTURA BOLD.
2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA
LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
3. Titik/bulatan merah (Red Dot) diujung kilat petir merupakan symbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PLN PJB 1. Titik
ini merupakan simbol yang digunakan sebagian besar materi komunikasi
7

Politeknik Negeri Sriwijaya

perusahaan dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas


perusahaan dapat langsung terwakili.11

B. Warna
1. Merah
Diaplikasikan pada kata Indonesia, menunjukan identitas yang kuat dan
kokoh sebagai pemilik seluruh sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik
guna dimanfaatkan di Indonesia, dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata Power, pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan diaplikasikan pada kata
Power, maka warna ini menunjukan produk tenaga listrik yang dihasilkan
perusahaan memiliki ciri:
a. Perteknologian tinggi
b. Efisien
c. Aman
d. Ramah lingkungan

2.3 Budaya PT. INDONESIA POWER

Indonesia Power Way (IP Way) merupakan sistem nilai yang membentuk
sekaligus memengaruhi budaya perusahaan. IP Way dirumuskan pada 3 Oktober
2011 lalu sebagai bentuk review terhadap Tata Nilai IP-HaPPPI yang dicanangkan
pada tahun2004.Namun, jauh sebelum diberlakukannya IP-HaPPPI dan IP Way,
tatanilai perusahaan sebenarnya sudah ada sejak Indonesia Power berdiri.
Tata nilai ini dikenal sebagai 12 Dimensi Perilaku, yang mencakup
integritas, sikap melayani, komunikasi, kerja sama, tanggung jawab,
kepemimpinan, pengambilan risiko, pemberdayaan, peduli biaya dan kualitas,
adaptif, keselarasan tujuan, serta keseimbangan antara tugas dan hubungan sosial.
Seiring dengan perubahan organisasi di tahun 2004, tata nilai ini pun disesuaikan
menjadi IP-HaPPPI. Nilai-nilai yang terkandung dalam IP-HaPPPI adalah
8

Politeknik Negeri Sriwijaya

integritas, inovatif, profesional, pembelajar, harmoni, peduli, dan pelayanan


prima.
Kemudian, terkait dengan perubahan core business Indonesia Power untuk
mengembangkan jasa O&M, tata nilai ini pun mengalami penyesuaian. Indonesia
Power membutuhkan sebuah tata nilai yang dapat menjadi pedoman dalam
berpikir (the way we think), bertindak (The Way We Act), dan dalam
menjalankan bisnis (the way we do business). Pedoman ini akan menjadi pondasi
yang kokoh bagi Indonesia Power dalam membangun keunggulan perusahaan.
Pedoman tata nilai inilah yang disebut sebagai IP Way.
Manajemen melakukan review terhadap IP Way hingga diperoleh sebuah
tata nilai versi terbaru yang diharapkan dapat lebih mudah untuk dipahami,
diingat, dan diterapkan. The New Indonesia Power Way ini memuat empat nilai
utama, yakni :
1. Integritas
Insan IP senantiasa bertindak sesuai etika perusahaan serta memberikan
yang terbaik bagi perusahaan.
2. Profesional
Insan IP senantiasa menguasai pengetahuan, keterampilan dan kode etik
bidang pekerjaan serta melaksakannya secara akurat dan konsisten.
3. Proaktif
Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan peningkatan
kinerja untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder.
4. Sinergi
Insan IP senantiasa membangun hubungan kerja sama yang produktif
untuk menghasilkan karya unggul.
Untuk lebih memudahkan, keempat nilai tersebut disingkat menjadi IP
AKSI
9

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.2 Building Block IP Way


Agar tata nilai tersebut dapat menjadi sebuah budaya perusahaan yang
mengakar kuat, maka nilai-nilai itu harus dilakukan sosialisasi dan pembahasan
secara terus menerus. Namun, yang terpenting adalah mengimplementasikan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam ruang lingkup
pekerjaan. Maka, bertepatan dengan perayaan HUT ke-20 Indonesia Power pada 3
Oktober 2015 lalu, IP AKSI pun diluncurkan sebagai wujud keselarasan Indonesia
Power dengan segala perubahan yang terjadi untuk mencapai keunggulan
Indonesia Power.

2.4 Struktur Organisasi

UBP Priok dipimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh enam
orang Manageryang bertaggung jawab pada bidangnya masing-masing dan
seorang Supervisor Senior untuk menangani PLTD Senayan.
10

Politeknik Negeri Sriwijaya

Keenam manager tersebt adalah:


1. Manager Operasi dan Niaga
2. Manager Pemeliharaan
3. Manager Logistik
4. Manager SIS dan Keuangan
5. Manager SDM dan Humas
6. Manager Engineering dan Manajeman Aset(MEMA)
Masing –masing manager bidang dibantu oleh beberapa Supervisor Senior
yang bertanggung jawab pada unit masing-masing.

2.5 Gambaran Umum UBP Priok

Unit Bisnis Pembangkitan Priok ini menempati areal seluas 28 ha di tepi


pantai jakarta utara, mengelola sejumlah pusat listrik tenaga thermal yang
menggunakan bahan bakar gas alam, minyak residu (MFO) dan minyak solar
(HSD) dengan kapasitas terpasang sebesar 1.455,68 MW.
Mesin Daya Merek Tahun
Pembangkit Terpasang Turbin Oprasi
PLTU 3 50 MW Mitshubishi 1972
PLTU 4 50 MW Mitshubishi 1972
PLTG 1 26 MW WH 1976
PLTG 2 26 MW WH 1976
PLTG 3 48,8 MW GE 1977
PLTG 4 48,8 MW GE 1977
PLTGU GT 1-1 130 MW ABB 1993
PLTGU GT 1-2 130 MW ABB 1993
PLTGU GT 1-3 130 MW ABB 1993
PLTGU ST 1-0 200 MW ABB 1994
PLTGU GT 2-1 130 MW ABB 1994
PLTGU GT 2-2 130 MW ABB 1994
11

Politeknik Negeri Sriwijaya

PLTGU GT 2-3 130 MW ABB 1994


PLTGU ST 2-0 200 MW ABB 1994
PLTD 1 2,25 MW MAN 1961
PLTD 2 3,00 MW RUSTON 1990
PLTD 3 2,52 MW MAN 1961
PLTD 4 2,52 MW MAN 1961
PLTD 5 2,52 MW MAN 1961
PLTD 6 3,00 MW RUSTON 1990

Tabel 2.1 Mesin Pembangkit pada UBP Priok


Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis
Pembangkitan besar yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Saat ini terpasang
16 unit pembangkit terdiri dari dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD,
dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri dari 3 unit turbin gas dan 1 unit
PLTU.
Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di
Jakarta khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII
membangun PLTU konvensional 1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan
mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak
dioperasikan lagi.
Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun
1972 dibangun 2 unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini
pada kondisi Reserve Shut Down.
Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTA
Suralaya untuk unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House
dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB 6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian
selatan yang letaknya di daerah Indragiri Palembang, sebagai pengelola PT.
Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power, sedangkan unit 7 Draw Back to
GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron.
12

Politeknik Negeri Sriwijaya

Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu
PLTG 1 dan PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik
dari luar ( Black Start ), apabila terjadi pemadaman total ( Black Out ). Energi
listrik yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit
lainnya, kemampuan ini sangat menunjang dalam rangka pemulihan kembali
sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena fungsinya yang sangat vital, kedua unit ini
tidak dioperasikan setiap hari.
Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga
mengelola 6 unit PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan
Kebayoran, melalui feeder Vip hingga saat ini memasok kebutuhan energi listrik
ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.
Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan Internasional Konsorsium
ABB dan Marubeni untuk membangun 2 blok. Dengan menggunakan kabel
bawah tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol.
Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150
KV ke Kemayoran I/II, dan Plumpang I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk
dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Sampai saat ini, kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Unit
Pembangkitan Priok merupakan aset yang tak ternilai. Selain memiliki SDM
profesional yang ahli di bidangnya, pihak manajemen juga berhasil mengelola
perusahaan dengan baik. Terbukti dengan berhasilnya mendapat sertifikat ISO
9002, ISO 14001 dan SMK 3 dan ISO 9001 versi 2000.
Mesin – Mesin yang dimiliki dan dikelola oleh UBP Priok adalah:
 PLTD Senayan
Jumlah unit : 4 Unit
Kapasitas per Unit : 2,52 MW
Kapasitas Total : 10,08 MW
 PLTD Senayan
Jumlah Unit : 2 Unit
Kapasitas per Unit : 3,00 MW
Kapasitas Total : 6,00 MW
13

Politeknik Negeri Sriwijaya

 PLTG Priok
Jumlah Unit : 2 Unit
Kapasitas per Unit : 26,00 MW
Kapasitas Total : 52,00 MW
 PLTGU Priok – Gas Turbine
Jumlah Unit : 6 Unit
Kapasitas per Unit : 130 MW
Kapasitas Total : 780,00 MW
 PTGU Priok – Steam Turbine
Jumlah Unit : 2 Unit
Kapasitas per Unit : 200,00 MW
Kapasitas Total : 400,00 MW

2.6 PLTGU Combined Cycle


PLTGU combined Cycle merupakan pusat pembangkit kombinasi gas dan
uap dimana pada pembangkit ini terdiri dari rangkaian sistem PLTG dan PLTU
yang saling dikombinasikan.
Proses produksi pada unit pembangkit listrik tenaga uap dan gas
mempunyai beberapa tahap yang menghasilkan energi listrik yang berasal dari
suatu proses dimana proses tersebut memanfaatkan suatu tahapan – tahapan yang
sangat mempengaruhi kegiatan sistem produksi tersebut dan dikontrol dari ruang
pusat kontrol dengan menggunakan sebuah perangkat lunak buatan ABB (Asea
Brown Boveri).
Proses ini memanfaatkan listrik untuk dijadikan menjadi energi mekanik dan
mekanik tersebut dimanfaatkan sehingga menghasilkan energi potensial dimana
energi potensial ini diubah menjadi energi mekanik sehingga hasilnya akan berupa
suatu energi listrik.
14

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 PLTGU secara umum


Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan antara
PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk
menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yang
digunakan untuk menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk
mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi
listrik yang bermanfaat.
Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG
dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil
pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam
Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang
akan digunakan untuk memutar sudu (baling-baling). Gas yang dihasilkan dalam
ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin
dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik. Sama
halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas
(gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran
dan prosesnya.

3.2 Turbin dan Generator Gas dan Uap


Konstruksi utama dari turbin gas seperti yang terlihat pada gambar terdiri
dari kompresor dan turbin yang berada pada rotor yang sama (single shaft) yang
ditumpu oleh konstruksi baja. Pada PLTGU UBP Priok gas turbine yang
digunakan ialah gas turbin ABB type 13 E dengan daya terpasang 130 MW. Gas
turbine ini ialah gas turbine dengan single Burner dan single Combustor. Bahan
bakar utama yang digunakan ialah gas dan untuk cadangan digunakan HSD. Gas
Turbin ini menghasilkan suhu exhaust (keluaran) dengan kisaran suhu antara
15

Politeknik Negeri Sriwijaya

480°C s/d 535°C , dimana suhu ini dimanfaatkan untuk memanaskan HRSG(Heat
Recovery Steam Generator).
Sistem sudu – sudu turbin gas terdiri dari sudu pengarah yang ditempatkan
di dalam rumah turbin atau penyangga sudu penyerah dan sudu jalan.
Untuk memutar kompresor, kecepatan turbin gas dibuat lebih tinggi,
supaya diameternya bisa dibuat lebih kecil dan sudu – sudunya bisa dibuat lebih
panjang.
Daya yang dihasilkan turbin dapat diperhitungkan dengan menggunakan
persamaan:
di mana: PT = daya yang dihasilkan turbin keseluruhan (kW)
PV = daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor (kW)
PN = daya efektif yang keluar untuk memutar mesin (kW)
Biasanya daya efektif pada turbin gas sudah diketahui karena ukuran
turbin gas ditentukan oleh daya yang berguna. Daya yang dihasilkan turbin gas
harus dibagi sebagian untuk menggerakkan kompresor udara dan sebagian lagi
untuk menggerakkan generator listrik.
Spesifikasi dari Turbin Gas ABB GT 13E :
1. Turbin Gas
a. Pabrik : Asia Brown Boveri (ABB)
b. Jumlah sudu : 5 (lima) tingkat
c. Kompresor : 21 (duapuluh satu) tingkat
d. Model : GT-13E SBK
e. Kapasitas : 140.830 KW
f. Putaran : 3000 rpm
g. Suhu Uap Masuk : Beban dasar : 1070 oC
h. Beban puncak : 1115 oC
i. Suhu Gas Buang : Beban dasar : 527 oC
j. Beban puncak : 554 oC
k. Bahan Bakar : Minyak HSD : 30,426 ton/jam/unit
l. Gas Propane : 9,2 kg/sec/0,011 MMBTU/kWh
m. Temperatur : Udara masuk : 30 oC
16

Politeknik Negeri Sriwijaya

n. Gas buang : 554 oC


o. Tahun Pembuatan : 1992
2. Generator Gas
a. Pabrik : ABB GT
b. Type : WY Z1L-097LLT
c. Phasa : 3 (tiga)
d. Frekuensi : 50 Hz
e. Faktor Daya : 0,8 (lagging)
f. Tegangan : 15,750 kV
g. Putaran : 3000 rpm
h. Kapasitas : 210.999 kVA
i. Massa : 2,72 Ton
j. J : 5,72 Ton m2
k. Stator : U = 15.750 V I = 7698 Amp CLB (IEC)
l. Rotor : U = 310 V I = 1473 Amp
m. Insulation Class : F-stator
n. Tahun Pembuatan : 1992
3. Turbin Uap
a. Pabrik : ABB
b. Type : DKZ-Z-209
c. Serial : I-36021
d. Putaran : 3000 rpm
e. Kapasitas : 199.600 kW
f. Jumlah Sudu : 30 (tigapuluh) tingkat
g. Temperatur : 479 oC
h. Tekanan : 60 bar
i. Tahun Pembuatan : 1992
4. Generator Uap
a. Pabrik : ABB GT
b. Type : WY-Z1L-100LLT
c. Serial : HM 300792
d. Fasa : 3 (tiga) Y
e. Frekuensi : 50 Hz
f. Faktor Daya : 0,9
g. Tegangan : 18.000 kV
17

Politeknik Negeri Sriwijaya

h. Putaran : 3000 rpm


i. Kapasitas Daya : 236.000 kVA
j. Nominal Output : 223.000 kVA
k. Arus : 7153 Amp
l. Insulation Class : F-stator
m. Tahun Pembuatan : 1992

3.3 HRSG (Heat Recovery Steam Generator)


Heat Recovery Steam Generator (HRSG) merupakan peralatan yang
berfungsi untuk mengubah air menjadi uap pada temperatur dan tekanan tertentu
dengan memanfaatkan energi kalor dari gas buang dari Gas Turbin Generator
(GTG) yang masih tinggi dengan temperature ± 550 C. Peralatan ini terdapat pada
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) yang menggunakan siklus
kombinasi (Combined Cycle). HRSG bertujuan untuk memanfaatkan panas dari
aliran gas panas. HRSG memproduksi uap untuk menggerakkan steam turbin.
a. Aliran fluida air pada titik 1 – 4 terjadi pada fluida air yang dipompa
kedalam HRSG .
b. Aliran fluida air pada titik 1 – 2 terjadi pemanasan air menjadi fasa uap
basah didalam HRSG .
c. Aliran fluida uap pada 2 – 3’ terjadi penyerahan uap kering dari HRSG ke
STG .

HRSG memiliki dua tekanan kerja yaitu tekanan rendah LP system dan
tekanan tinggi HP system . Adapun proses pembentukan uap pada sisi tekanan
rendah (LP) maupun tekanan tinggi (HP) dibagi dalam tiga (3) proses yaitu:
1. Proses pada Economizer
Proses yang terjadi disini adalah proses menaikan temperature air make up
atau kondensat sebagai pemanasan awal .
2. Proses pada Evaporator
Proses yang terjadi disini adalah proses menaikan tekanan dan temperatur air
make up atau kondensat yang disirkulasikan secara paksa melalui Economizer
sehingga menjadi fasa uap basah. Proses pada evaporator disebut juga perubahan
fasa cair menjadi fasa uap basah .
18

Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Proses pada Superheater


Proses yang terjadi disini adalah pemanasan lanjut uap dari drum sampai
menjadi uap kering pada tekanan dan temperature tertentu untuk menggerakan
STG . Superheater merupakan proses perubahan fasa uap basah menjadi uap
kering .
3.3.1 Sistem HRSG Tekanan Rendah (LP)
a. LP Economizer
Sebelum air make up atau kondensat masuk ke dalam LP drum, air make up
atau kondensat tersebut dipanaskan terlebih dahulu didalam LP Economizer
melalui katup SGA MBV*008 . Kebutuhan air didalam LP drum diatur level
control melalui control valve SGA ACV*001 dan ACV*002.
Jika unit GTG beroperasi dengan bahan bakar HSD maka pompa kondensate
recirculation dioperasikan untuk mensirkulasikan air make up atau kondensat
untuk menjaga temperatur keluar gas buang pada cerobong HRSG tidak berada di
titik terjadinya pengembunan sulfur. Temperatur air make up atau kondensat
masuk dan keluar LP Economizer diatur oleh control valve SGA ACV*003.
b. LP Evaporator
Sebelum air make up atau kondensat masuk ke dalam LP drum, air make up
atau kondensat tersebut dipanaskan terlebih dahulu didalam LP Economizer
melalui katup SGA MBV*008 . Kebutuhan air didalam LP drum diatur level
control melalui control valve SGA ACV*001 dan ACV*002.
Jika unit GTG beroperasi dengan bahan bakar HSD maka pompa kondensate
recirculation dioperasikan untuk mensirkulasikan air make up atau kondensat
untuk menjaga temperatur keluar gas buang pada cerobong HRSG tidak berada di
titik terjadinya pengembunan sulfur. Temperatur air make up atau kondensat
masuk dan keluar LP Economizer diatur oleh control valve SGA ACV*003.
c. LP Superheater
Uap basah yang keluar dari LP drum diteruskan kedalam system LP
Superheater untuk dipanaskan lanjut yang akan diteruskan ke STG.
3.3.2 Sistem HRSG Tekanan Tinggi (HP)
a. HP Economizer
19

Politeknik Negeri Sriwijaya

Air make up atau kondensat dari LP drum dipompakan ke HP drum melalui


system HP Economizer menggunakan pompa HP Transfer Pump. Disini air make
up atau kondensat dipanaskan lagi sehingga temperaturenya naik . Aliran air make
up atau kondensat yang masuk ke HP drum diatur oleh control level melalui dua
buah control valve SGA ACV*005 dan SGA ACV*006.
b. HP Evaporator
Air make up atau kondensat yang telah dipanaskan di HP Economizer
kemudian diteruskan ke HP drum. Air make up atau kondensat dalam HP drum
kemudian disirkulasi secara paksa oleh pompa HP Circulation Pump untuk proses
fasa cair menjadi fasa uap basah.
c. HP Superheater
Uap basah dari HP drum kemudian diteruskan ke system HP Superheater 2
untuk dipanaskan lanjut . Uap keluar dari HP Superheater 2 kemudian di spray
untuk menjaga temperature uap pada batas tertentu yang diijinkan yang diatur
melalui control valve SGA ACV*007 dengan menggunakan air dari pompa HP
Transfer Pump. Kemudian dipanaskan lanjut ke HP Superheater 1 untuk
dipanaskan lanjut. Hasil uap keluar dari HP Superheater 1 kemudian diteruskan
STG .

3.4 Auxiliary Island / Balanced Of Plant (BOP)


Auxiliary island / BOP adalah komponen penunjang beroperasinya unit
PLTGU. Auxiliary island terdiri dari 6 komponen, antara lain :
a. Chlorination plant
Chlorination plant berfungsi untuk menghasilkan natrium hypochlorit (
NaOCl ). Natrium hypochlorit digunakan untuk melemahkan biota-biota laut yang
bisa menyebabkan terganggunya fungsi kerja peralatan, terutama komponen
peralatan yang kontak langsung dengan air laut. Chlorination plant juga
menghasilkan produk lain yaitu gas hidrogen. Pada chlorination plant, gas
hidrogen dibuang langsung keudara bebas.
20

Politeknik Negeri Sriwijaya

b. Desalination plant
Desalination plant adalah suatu peralatan yang berfungsi mengolah air laut
yang mempunyai conductivity diatas 50.000 mhos/cm menjadi air tawar (fresh
water) yang mempunyai conductivity berkisar antara 10 mhos/cm sampai
dengan 85 mhos/cm. Air hasil produksi desalination plant digunakan untuk
menyuplai water treatment plant, sealing pompa-pompa tertentu dan sebagai
suplai pompa pemadam kebakaran.
c. Water treatment plant / demineralization plant
Water treatment plant mempunyai fungsi merubah air tawar produksi
desalination plant yang mempunyai conductivity berkisar antara 10 mhos/cm
sampai dengan 85 mhos/cm menjadi air murni yang mempunyai conductivity
≤ 0.3 mhos/cm. Air murni tersebut berfungsi sebagai air penambah sistem boiler,
air penambah CCW ( Closed Cooling Water ), dan sebagai sealing pompa-pompa
tertentu.
d. Waste water treatment plant
Waste water treatment plant adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mengolah limbah cair hasil produksi unit PLTGU sehingga layak untuk
dikembalikan ke laut. Pengolahan tersebut meliputi penetralan pH berkisar antara
6,5 sampai dengan 8.5, penurunan suhu sampai ≤ 38 oC, dan suspended solid /
kejernihan air harus bersih.
e. Peralatan udara tekan (sistem udara instrumen dan sistem udara servis)
Peralatan udara tekan berfungsi menghasilkan udara bertekanan yang
dipergunakan untuk menyuplai sistem udara instrumen diunit pembangkit antara
lain : HRSG, steam turbin, main control building, water treatment plant,
desalination plant, chlorination plant dan untuk menyuplai udara servis diunit
pembangkit antara lain : HRSG, steam turbin, gas turbin, fuel oil forwading pump,
fire fighting, chlorination plant, desalination plant, water treatment plant. Sistem
udara instrumen dilengkapi dengan alat pengering udara / air dryer sedangkan
pada sistem udara servis tidak. Udara untuk sistem udara instrumen dan udara
21

Politeknik Negeri Sriwijaya

servis dihasilkan oleh kompresor yang ditampung didalam tanki udara instrumen
dan tanki udara servis.
Pada sistem produksi PLTGU mempunyai 3 pola operasi turbin untuk
menghasilkan daya yang diinginkan dengan pola sebagai berikut :
1. Combined cycle : operasi normal dari CCPP yaitu Turbin Gas, HRSG dan
Turbin Uap bersama-sama secara normal.
2. Single cycle + Steam By Pass Operation : operasi abnormal dari CCPP yaitu
tanpa turbin uap, sedangkan turbin gas, HRSG dan siklus uap/air dan sistem air
pendingin masih beroperasi.
3. Single cycle + Fuel Gas By Pass : hanya turbin gas saja yang beroperasi dan
gas buangnya dilewatkan ke by pass stack (Open Cycle).
Namun untuk memulai proses diatas maka dibutuhkan suatu tahapan –
tahapan yang akan membuat proses tersebut berjalan dimana proses tersebut
berawal dari suatu proses starting hingga proses pengereman.
22

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok

Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan


memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada PLTG
untuk memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator) sehingga
menghasilkan uap yang mampu menggerakkan turbin. Siklus yang terjadi pada
PLTGU merupakan siklus tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus
turbin uap. Dengan demikian energy dimanfaatkan secara optimal.Untuk
mengaktifkan 1 unit PLTGU maka generator yang terdapat pada gas turbin akan
diubah menjadi sebuah motor dengan menggunakan sistem SFC (Static Frequency
Converter) dengan menggunakan thyristor (konverter tiga fasa), dimana thiyristor
tersebut bekerja dengan menggunakan prinsip trigger dari sebuah gerbang catu
untuk bekerja dan setelah tegangan AC dirubah menjadi tegangan DC maka arus
DC tersebut dimanfaatkan sebagai pengeksitasi yang terhubung ke bagian motor
dari generator. Thyristor ini di gunakan karena dalam aplikasinya thyristor ini
bekerja hingga level daya 120 kW. Sehingga generator turbin berfungsi sebagai
alat yang menggerakkan poros. Pada tahap awal ini generator berfungsi untuk
menggerakkan kompresor sehingga kompresor mampu menghasilkan tekanan
udara. Dengan tekanan yang besar, udara disalurkan ke dalam ruang pembakaran
(Combustion Chamber) bersama-sama dengan masuknya bahan bakar (minyak
dan gas) beserta udara lingkungan yang berasal dari lingkungan luar yang sudah
difilter. Dari proses pembakaran menghasilkan panas yang besar yang kemudian
kalor ini berfungsi sebagai penggerak turbin gas. Turbin gas akan menggantikan
fungsi generator yang pertama kali menggerakkan kompresor, dan akan
menggerakkan generator tersebut sehingga generator menghasilkan listrik.
23

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.2 Sistem Bahan Bakar

Fungsi utama dari sistem bahan bakar adalah untuk mengontrol besarnya
laju aliran bahan bakar dengan mengontorol tekanan masuknya. Tujuan yang
ingin didapat yaitu turbin generator dapat berjalan dan berfungsi dengan baik,
kecepatannya maksimum dan pada kecepatan rata – rata dapat diperoleh tegangan
yang stabil, mencegah over-temperatur selama start-up dan operasi, serta
menghasilkan frekuensi tegangan AC yang baik walaupun beban yang ada
berubah – ubah.
4.2.1 Fungsi Umum
Sistem bahan bakar gas dari turbin gas bahan bakarnya disuplay ke burnner
dengan jumlah aliran bahan bakar gas sesuai dengan power output yang
dibangkitkan oleh turbine gas. Sistem bahan bakar gas telah diintegrasikan
kedalam system proteksi pembangkit secara menyeluruh dengan demikian katup
trip akan segera menghentikan aliran bahan bakar yang ke burner bila terjadi suatu
trip emergency.
4.2.2 Bahan Bakar Cair
Minyak bakar asalnya dari minyak bumi dan minyak bumi ini mengandung
campuran zat hidrokarbon. Minyak bakar berat dan sedang adalah yang pertama
kali dipergunakan pada turbin gas di industri. Minyak ini mengandung aspal dan
bitumen yang akan menyebabkan terbentuknya suatu endapan yang sukar terbakar
di ruang bakar dan pada sudu – sudu turbin. Sisa – sisa pembakaran yang didapat
dari pembakaran minyak bakar berat mempunyai bahan – bahan campuran yang
untuk meleburkannya dibutuhkan suhu yang tinggi. Berdasarkan kenyataan ini,
maka pemakaian minyak bakar berat dibatasi penggunaannya.
Bahan bakar untuk diesel cocok untuk turbin gas. Selain itu, dapat pula
digunakan minyak kasar yang diambil langsung dari ladang minyak karena
sebagian besar dari bagian – bagian tersebut mudah menguap.
4.2.3 Bahan Bakar Gas
Bahan bakar yang berbentuk gas yang umum digunakan untuk turbin gas
adalah gas bumi, karena merupakan bahan bakar ideal dan terbaik. Hal ini
24

Politeknik Negeri Sriwijaya

disebabkan rendahnya radiasi yang dihasilkan serta proses pembakaran yang lebih
mudah dan bersih.
4.2.4 Bahan Bakar High Speed Diesel (HSD)
Bahan bakar cadangan yang terbentuk dari sisa gas pada proses PLTG yang
terbuang yang dapat digunakan dalam PLTU dengan menggunakan HRSG dalam
proses combined cycle.

4.2.5 Start Up Bahan Bakar Gas


Adapun Start Up dengan menggunakan bahan bakar gas adalah:
1. Pada saat automatic start dilakuan pilihan bahan bakar gas
2. Relief Valve MBP31 AA002 masih dalam keadaan tertutup, sedangkan Main
Shut-off Valve MBP31 AA001 dalam keadaan terbuka. Aliran dari bahan
bakar gas sepanjang Trip Valve MBP31 AA003 masih dalam keadaan tertutup
sehingga aliran bahan bakar masih tertahan sampai saat di mana Gas Relief Fan
MBP31 AN01 diaktifkan.
3. Proses start up dilanjutkan setelah Operator mendapat feedback berupa
keterangan dari Main Shuf-off dan Gas Relief Fan yang telah beroperasi serta
Relief Valve telah tertutup.
4. Setelah tercapainya kecepatan nominal dari turbin untuk memulai proses
pembakaran atau ignition, maka Trip Valve akan berada pada posisi terbuka
sehingga kemudian Fuel Ignition System akan beroperasi. Pasokan gas
setelahnya berada dalam kendali Control Valve MBP31 AA007 dan Ignition
Gas/Blow-off Valve MBP32 AA001.
5. Gas propane yang dipasok oleh Ignition Fuel System MBQ30 akan menyulut
Ignition Torch MBM31 AV003. Hal ini berlangsung hingga tekanan nominal
telah tercapai oleh Control Valve yang kemudian memicu operasi otomatis dari
Blow-off Valve.
6. Ketika Trip Valve dibuka, terjadi perubahan posisi dari Blow-off yang semula
tertutup menjadi dalam keadaan terbuka. Hal ini mengakibatkan mengalirnya
gas dari Ignition Das menuju Orifice MBP BP001 untuk kemudian menuju
Burner MBM31 dan berakhir di Ruang Pembakaran (Combuster) MBM30.
25

Politeknik Negeri Sriwijaya

7. Setelah pembakaran perdana berhasil, 3 buah monitor pengawas, MBM


CN001, MBM CN002, MBM CN003 akan bekerja mengawasi proses
pembakaran tersebut. Proses penyulutan yang dilakukan dihentikan sementara
Control Valve mengatur besar bukaan katup aliran gas ke dalam ruang bakar
agar sesuai dengan kerja pembebanan yang diinginkan.

4.2.6 Start Up Bahan Bakar Cair


Adapun Start Up dengan menggunakan bahan bakar cair (HSD) adalah kurang
lebih seperti proses Start Up dengan bahan bakar gas, hanya saja terdapat
beberapa perbedaan langkah kerja yaitu:

1. Main Stop Valve MBM31 AA001 akan terbuka dan dengan bantuan Fuel Oil
Pump MBN32 AP001 akan mengatur tekanan aliran bahan bakar.
2. Fuel Pump MBN32 AA001 berfungsi untuk memberikan tekanan tambahan
pada bahan bakar sebelum kemudian dialirkan menuju Relief Valve MBN32
AA002.
3. Aliran bahan bakar akan kembali ke tangki utama dan menuju Minimum Flow
Valve MBN32 AA001 setelah Turboset Gas mencapai nilai yang telah
ditetapkan berdasarkan kebutuhan. Minimum Flow Valve berfungsi untuk
meningkatkan tekanan pada bahan bakar. Aliran bahan bakar ini bertujuan
untuk menghindari Fuel Oil Pump atau pompa bahan bakar minyak dari panas
berlebih.
4. Ignition Gas System akan bekerja setelah kecepatan penyulutan berada pada
nilai yang ditentukan, yang mana secara bersamaan Trip Valve akan terbuka
dan mengalirkan bahan bakar melalui Filling Valve menuju Nozzle MBM31
AV001.
5. Fuel Oil Relieve Valve akan terbuka secara sempurna. Leakage Valve pada
jalur utama menuju Fuel Oil Leakage Return System pun akan terbuka.
Sementara Fuel Oil Drain Valve akan tertutup dan Fuel Nozzle di sisi kanan
akan terbuka untuk memberikan tekanan minimum.
6. Bahan bakar kemudian mengalir melalui Nozzle menuju ruang bakar dan
mengalami pembakaran. Saat pembakaran terjadi, 3 monitor pengawas akan
26

Politeknik Negeri Sriwijaya

bertugas untuk mengawasi proses pembakaran, sementara Control Valve dan


Nozzle akan terbuka sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan bahan bakar
yang bergantung pada beban yang ditanggung.

4.2.7 Prinsip Operasi


Secara umum prinsip dari pengoperasian dari sistem bahan bakar gas
maupun dengan HSD pada turbin gas dimulai dari penyalaan awal pada ruang
bakar dengan dengan bantuan gas propane dan busi. Busi akan memberikan
percikan api awal untuk menyalakan gas propane, penyalaan ini akan belangsung
selama 10 detik untuk dapat membakar bahan bakar gas yang digunakan untuk
star up dari turbin gas. Secara spesifik pada proses start up ialah dimulai pada saat
tombol automatik start telah ditekan maka master sequencer akan berlangsung
dengan urutan sebagai berikut:
Bahan bakar gas EKG62 akan mensupply gas ke system pada tekanan yang
telah ditetapkan yaitu 22 s/d 24 bar. Gas ini akan disalurkan melalui Main shut off
valve (MBP31AA001) dan relief valve (MBP31 AA002) dimana pada masing-
masing komponen ini dilengkapi dengan sebuah motor AC dan sebuah manual
drive serta diintegrasikan pada satu blok valve.
Kemudian main shut off valve MBP31AA001 akan membuka dan relief
valve MBP31AA002 akan menutup sehingga gas akan mengalir sampai ke katup
trip valve MBP31AA003 (katup ini masih dalam keadaan menutup). Automatik
start juga akan memerintahkan gas relief fan untuk beroperasi. ketika putaran
penyalaan telah tercapai (750rpm) maka katup trip valve akan membuka dan gas
penyala (pilot flame system MBQ30) akan masuk pada kondisi beroperasi.
Gas sekarang berada pada daerah control valve MBP31AA007 dan pada
area ignitiongas/blow off valve MBP32 AA001. Ignition Torch akan menyalakan
gas propane yang disupply oleh sistem bahan bakar penyala MBQ30, setelah
tekanan operasi sebelum controlvalve MBP31 AA007 tercapai dimana hal ini
akan mengakibatkan ignition gas/blow off valve akan berpindah keposisi menutup
(ke arah blow off/pembuangan) berganti ke kondisi membuka (gas penyalaan ke
arah combustor setting).
27

Politeknik Negeri Sriwijaya

Selama saat pembakaran awal dari trip valve MBP31AA003 sampai dengan
perpindahan kondisi ke ignition gas/blow off setting akan hilang ke udara terbuka.
Ignition gas mengalir melalui blow off valve yang merupakan katup 3 jalan dan
oriface MPB32 BP001 serta burner MBM31 kedalam combustor MBM 30.
Penyalaan akan dilakukan oleh gas propane MBQ30 yang akan menyala
selama 10 detik. dengan sekali penyalaan diharapkan penyalaan awal dari bahan
bakar gas sudah berhasil. Tiga buah flame monitor MBM30CR001,
MBM30CR002, dan MBM30CR003, akan diaktifkan untuk mendeteksi penyalaan
awal pada ruang bakar. Untuk langkah berikutnya adalah Control valve
MBP31AA007 akan mulai membuka secara perlahan lahan sehingga aliran gas
akan meningkat diikuti pula dengan penambahan putaran turbin sampai dengan
nominal yang telah ditentukan (3000rpm) dan dilanjukan ke pembebanan pada
generator.
Ketika turbine gas dalam kondisi beroperasi control valve MBP31AA007
akan mengatur supply bahan bakar gas sesuai dengan power output yang
diinginkan. Menurut mode operasi turbine gas yang telah ditetapkan, maka
pengaturan turbin gas dapat dilakukan berdasarkan controller yang mendapat
input dari inlet (set point) dari temperatur dan beban/frequency. Jika turbin
inlet(set point) yang digunakan pada mode pengaturan beban /frequency akan
membatasi temperatur inlet turbin pada batas maksimum. Sedangkan jika turbin
inlet(set point) yang digunakan pada metode temperature maka akan membatasi
beban dan frekwensi pada batas maksimum. Biasanya set point yang sering
digunakan ialah ialah membatasi temperatur, hal ini dikarenakan akan membuat
frekwensi dan beban akan stabil dan peraralan-peralatan utama seperti generator
akan stabil pula.
4.3 Proses Kontrol Pada Sistem Bahan Bakar Gas Pada Turbin Gas
Pada PLTGU Priok sistem kontrol yang digunakan ialah menggunakan
kontrol DCS. Distributed Control System (DCS) ini dapat diartikan sebagai sistem
kontrol yang terdistribusi merupakan sebuah kontrol sistem yang
mendistribusikan data-data dari tiap-tiap sistem hingga pada suatu main kontrol
yang memonitor dari tiap-tiap sistem tersebut. Pada unit PLTGU digunakan suatu
28

Politeknik Negeri Sriwijaya

kontrol yang disebut sebagai PROCONTROL P buatan ABB (Asea Brown


Boveri). Dalam unit PLTGU PROCONTROL P yang digunakan ialah
PROCONTROL K (Decontic), dan P14.
Decontic
Kontrol DCS dari Sistem bahan bakar gas pada turbin Gas, didasarkan dari
rangkaian sequenser seperti gambar d bawah ini:
Dari rangkaian diatas sinyal 1 akan diberikan dengan mode pemilihan fuel
selection gas dan sinyal 0 pada fuel selection dual, kedua sinyal ini akan d
inputkan pada logikaODR (OR) dan akan menghasilkan keluran sinyal 1 pada
keluaran ODR. Selanjutnya pada main stop valve (MBP31AA001) akan diberikan
sinyal 0 yang kemudian di NOT kan sehingga akan menghasilkan sinyal 1 pada
keluarannya namun pada saat ini main stop valve masih dalam keadaan tertutup
(belum memberikan supply gas). Selanjutnya pada FG feed pressure akan
diberikan sinyal 1 dimana akan mengukur tekanan gas yang masuk melalui main
stop valve dimana tekanan dari gas yang diperlukan 22s/d24 bar. Kemudian sinyal
1 juga diberikan pada gas relief fan (MBP33AN001) dimana gas relief fan ini
digunakan sebagai pendingin dari aliran gas yang masuk ke ruang bakar. Waktu
yang dibutuhkan untuk menyalakan gas relief fan ini yaitu sekitar 3s, keluaran
dari timer pada gas relief fan ini juga akan tetap bernilai sinyal 1. Sinyal- sinyal 1
dari hasil keluaran diatas akan di inputkan padalogika UND (AND) dimana sesuai
dengan prinsipnya logika UND jika diberikan sinyal 1 pada kesemua inputnya
maka keluarannya akan menghasilkan sinyal 1 pula. Karena semua input yang
masuk pada UND semuanya bernilai 1 maka pada keluarannya akan bernilai 1
pula, sehingga supply bahan bakar gas akan diberikan dan proses start up dari
turbin gas akan berlangsung temasuk proses pembakaran serta proses perpindahan
penyalaan dari penyalaanawal dengan gas propane ke proses bahan bakar utama.
29

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.4 Peralatan Proteksi / Pengaman Gedung

Peralatan proteksi yang terdapat di PT. INDONESIA POWER dan masih


dapat digunakan adalah layak sinkron yang terdapat diturbin dan generator, dan
juga menggunakan system relay untuk peralatan listrik. Proteksi yang digunakan
yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan langsung pada
setiap gedungnya.Untuk control proteksi gedungnya sendiri masih manual yaitu
dengan perawatan dan pengecakan secarala berkala.Apabila terjadi kebakaran,
tetap tenang jangan panik terus berjalan cepat jangan berlari keluar melalui pintu
evakuasi, utamakan kesehatan dan keselamatan kerja.
4.4.1 Prinsip proteksi petir
Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mencegah
terjadinya petir.
a. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan
standar ini, tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung,
manusia atau obyek secara mutlak; namun demikian penggunaan Standar ini
akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan petir
terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.
b. Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan secara
seksama pada tahap perancangan suatu bangunan gedung baru, sehingga
bagian bangunan gedung yang secara listrik bersifat konduktif dapat
dimanfaatkan secara maksimum. Dengan demikian rancangan dan konstruksi
instalasi secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan danefektivitas
sistem proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya dan usaha yang
minimum
4.4.2 Sistem Pengaman Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari
berbagai macam gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem
penangkal petir beserta pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak,
bentuk, penggunaanya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang
penangkal petir adalah :
30

Politeknik Negeri Sriwijaya

a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat,menara, dan cerobong pabrik.


b. Bangunan-bangunan tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau
meledakseperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak.
c. Bangunan-bangunan sarana umum seperti gedung bertingkat pusat
perbelanjaan,instansi pemerintahan, sekolah dan sebagainya.
d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip
negara. Jenis penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung
yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan
yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1
meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penangkal
petir.
31

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:
1. Gas Turbin PLTGU Priok menggunakan bahan bakar utama Gas Alam
dan bahan bakar cadangan HSD tetapi juga dapat digunakan kedua-
duanya (Dual Fuel).
2. Sistem Kontrol Proteksi gedungya masih manual yaitu dengan perawatan
yang sekaligus pengecekan secara berkala.
3. Perlu diperhatikan bahwa system proteksi petir tidaklah dapat mencegah
terjadinyapetir.
4. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan
standar ini,tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung,
manusia atau obyek secara mutlak; namun demikian penggunaan Standar
ini akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan petir
terhadap bangunan gedung yang diproteksinya
5. Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir
dengan pentanahan langsung pada setiap gedungnya.
6. Dalam pengoperasiannya PLTGU Priok dapat menggunakan 2 metode,
yaitu Open Cyclemaupun Combined Cycle. Bila dioperasikan pada Open
Cycle gas buang dari Turbin Gas langsung dibuang ke atmosfer,
sementara bila dioperasikan Combined Cycle dimana panas yang
dihasilkan dari Turbin Gas dimanfaatkan untuk dipakai sebagai pemanas
air hingga menjadi uap untuk menggerakkan Turbin Uap yang prosesnya
dilakukan didalamBoiler dalam hal ini disebut HRSG (Heat Recovery
Steam Generator.
7. PLTGU UBP Priok menggunakan sistem PROCONTROL P, dan P14
dari ABB dalammengendalikan kegiatan Combined Cycle Plant.
32

Politeknik Negeri Sriwijaya

PROCONTROL P adalah sistem yangcocok bagi Combined Cycle Plant


PLTGU UBP Priok, karena semua bagian dari PLTGU juga berasal dari
ABB.

Anda mungkin juga menyukai