Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat
dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Tumor Buli-Buli”.
Penulisan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik
di bagian radiologi di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr. Ida
Widayanti, Sp.Rad yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan
padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap
penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengenali penyakit ini. Diantara keganasan urogenitalia, tumor buli-buli atau tumor vesika
urinaria (kandung kemih) merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan
kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
sering menyerang pria dibanding wanita. Di daerah industri, terutama pabrik cat, kejadian
tumor ini meningkat tajam, karena pekerja-pekerja di pabrik kimia, merupakan salah satu
faktor risiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli-buli. Salah satu gejala
yang terdapat pada tumor buli-buli adalah adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri.
Sebagian besar ± 90% tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.1 Tumor ini bersifat
multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu
di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tumor merupakan suatu lesi sebagian hasil pertumbuhan abnormal dari sel yang autonom atau
relative autonomi yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah dihilangkan. Tumor
buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Tumor buli-buli
adalah tumor yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur), noduler (infiltrat), atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltrat. Tumor ini merupakan tumor superfisial. Tumor
ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi
dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942). Salah satunya adalah sifat
karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa
dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan
mukosa vesika dalam waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat
karsinogenik adalah benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat di
sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli-
buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan
4-aminobifamil).
3
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen amin
aromatik dan nitrosamin.
Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Jenis histopatologi
Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah
karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma (± 2%).
4
B. Karsinoma non sel transisional
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:
2. Urakhus persisten
Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.
5
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara bentuk
transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang tersering
adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut
Marshall. (Gambar 1 staging tumor buli-buli)
6
Tis 0 Karsinoma in situ
T1 A Invasi submukosa
M1 D2 Metastasis hematogen
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan
dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria,
tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe
yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-
resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari
Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat diatasi
dengan reseksi transuretral. Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke dalam
muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di sekitar kantung
kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang
7
terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu
berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang
hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh,
namun masih sensitif terhadap radio terapi.
8
Gambar 4 Derajat Invasif Tumor
Hal ini berguna untuk memeriksa keberadaan tumor dengan ukuran yang cukup besar.
Pemeriksaan palpasi bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Palpasi bimanual
dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah
reseksi tumor TUR Buli
9
2.6 DIAGNOSIS
A. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan
sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran kemih
termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek
pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum,
dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan
oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah
satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka
dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk melihat bila ada
metastasis ke paru-paru.
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan kolon dari feses
yang menutupi daerah ginjal.
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung dan usus.
10
b. Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan mengukur kadar BUN
atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik dan dikeluarkan lewat
ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi, akan sangat berbahaya bagi pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi dari traktus
urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi
a. Kelainan kongenital
b. Radang atau infeksi
c. Massa atau tumor
d. Trauma
Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling defect
(masa tumor) dan indentasi prostat. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya
sistitis kronis.
11
Gambar 6. Tampak adanya additional shadow,
terlihat massa radioopaq pada vesica dan ureter
C. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan urin. Gejala
anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang sudah lanjut. Dapat juga ditemukan
gejala ganggunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah
yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain pemeriksaan
laboratorium rutin, diperiksa pula:
12
Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urin.
Gambar 7 wanita 32 tahun dengan tumor buli-buli, gambar A dan B menunjukkan adanya gambaran
nodul tumor kecil sepanjang dinding posterior kiri buli-buli namun tampak gambaran fase delayed ekskresi.
13
Keterangan:
Gambar 8 (kiri) pria 58 tahun dengan evaluasi massa pada hepar, menunjukkan gambaran masssa pada buli-buli
yang menunjukkan ca sel transisional
Gambar 9 (kanan) pria 46 tahun dengan hematuria pasca biopsy ginjal, menunjukkan adanya massa pada buli-
buli, namoak adanya hematoma membesaar karena morfologi dan riwayat pasien
Gambar 10. Gambaran MRI menunjukkan adanya gambaran tumor (panah hitam). Adanya gambaran garis kimia
yg di gambarkan sebagai garis hitam tampak pada sepanjang lateral dinding bladder di satu sisi (panah putih) dan
tampak garis tipis berwarna lebih terang pada sisi kontralateral.
14
Gambar 11. Gambaran MRI menunjukkan adanya gambaran tumor buli-buli multifokal (panah hitam). Terdapat
gambaran garis kimia yang digambarkan sebagai garis hitam sepanjang dinding lateral buli-buli (otot destrussor)
(ditunjuk panah) dan terdapat garis tipis yang lebih terang pada sisi kontralateral
Gambar 12. Gambaran MRI menunjukkan adanya tumor (*). Panah menunjukkan gambaran normal intensitas
otot destrussor, gambaran panah kecil menunjukkan desakkan pada otot destrussor akibat adanya tumor yang
sudah ada pada stadium T2
15
Gambar 13. Gambaran MRI menunjukkan adanya tumor buli-buli. Panah menunjukkan adanya masa ekstravesika
disertai dengan tumor pada stadium T3b.
2.7 TATALAKSANA
Operasi
Reseksi transuretral
1) Dilakukan pada tumor yang posisinya superfisial, tumor papiler, inoperable
tumor sebagai tindakan palliatif.
2) Bladder diakses melalui cystoscope yang dimasukkan melalui urethra.
3) Diikuti oleh kemoterapi untuk mencegah tumbuhnya kembali sel kanker
yang tidak terangkat
Hematuria keluhan yang umum timbul setelah prosedur reseksi transurethra, dikontrol
dengan kateter tiga cabang dan irigasi kandung kemih
16
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-buli
transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi
selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau
wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik.
Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi
pada pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan
tumor buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan
terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi,
toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.
Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat
menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan
membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan
sisi berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.
a. Ureterosigmoidostomi
17
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini sekarang
tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin, sedangkan
untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat
ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain
sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi lokal sering
terjadi
Stadium Tindakan
18
Superfisial TUR Buli / Fulgurasi
Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase
jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh
meskipun sudah dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi.
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan
secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan
berkala itu pada:
2.8 PROGNOSIS
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun.
Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali,
19
kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio terapi harus
dipertimbangkan kemudian.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi.
Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral.
Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi
kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-
20% neoplasma selama 5 tahun.
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. mereka
memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses perubahan
ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis
ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi.
Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin.
Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor
yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati sebagaimana seharusnya. Jika
pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam hingga delapan bulan pada awalnya, dan
perlahan-lahan waktu interval yang dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat
dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat akan
bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian metastasis dan
ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh
apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna melenyapkan
tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan tingkat bertahan hidup 5
tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama
dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada
segregasi pra-operasi dari tumor yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.
Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis biasanya
tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun dari kasus-kasus
seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika tumor menembus hingga
sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih tinggi setelah kegagalan untuk
membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi transurethral dan
20
elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulan-bulan dan bahkan
bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari hemorrhage dan transplantasi
uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih jauh lagi, pemecahan dari
arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh penurunan dari masa total dari tumor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. Radiologi Diagnostik.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.
2. Purnomo,BB. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta: 2003.
3. W.B, Saunders. Campbell’s Urology sixth edition. WB Saunders Company. Philadelphia :
1992.
4. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta : 2005
21
5. Raman,Sivia P, Bladder Malignancies on CT: The Underrated Role of CT in Diagnosis,
accsessed 15 Agustus 2017 http://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/AJR.13.12021
6. Lawler LP.MR Imaging of The Bladder accessed 19 Agustus 2017
http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.322115125
22