Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat
dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Tumor Buli-Buli”.
Penulisan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik
di bagian radiologi di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr. Ida
Widayanti, Sp.Rad yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan
padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap
penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Serang, Agustus 2017

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor traktus urogenitalia merupakan keganasan yang sering dijumpai ditempat

praktek sehari-hari, yang mungkin terlewatkan karena kukurangwaspadan dokter dalam

mengenali penyakit ini. Diantara keganasan urogenitalia, tumor buli-buli atau tumor vesika

urinaria (kandung kemih) merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan

kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih

sering menyerang pria dibanding wanita. Di daerah industri, terutama pabrik cat, kejadian

tumor ini meningkat tajam, karena pekerja-pekerja di pabrik kimia, merupakan salah satu

faktor risiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli-buli. Salah satu gejala

yang terdapat pada tumor buli-buli adalah adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri.

Sebagian besar ± 90% tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.1 Tumor ini bersifat

multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu

di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel

skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Tumor merupakan suatu lesi sebagian hasil pertumbuhan abnormal dari sel yang autonom atau
relative autonomi yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah dihilangkan. Tumor
buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Tumor buli-buli
adalah tumor yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur), noduler (infiltrat), atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltrat. Tumor ini merupakan tumor superfisial. Tumor
ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar.

2.2 ETIOLOGI

Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi
dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942). Salah satunya adalah sifat
karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa
dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan
mukosa vesika dalam waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat
karsinogenik adalah benzidine.

Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat di
sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli-
buli adalah:

1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan
4-aminobifamil).

3
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen amin
aromatik dan nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih


Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan


Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan
intravesika, fenasetin, opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka
waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.

2.3 KLASIFIKASI/STADIUM TUMOR

Bentuk tumor

Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

Jenis histopatologi

Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah
karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma (± 2%).

A. Karsinoma sel transisional


Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi. Carsinoma in situ
berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar dan nukleus tampak jelas.
Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma
urotelial datar adalah tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor
papilari.

4
B. Karsinoma non sel transisional
 Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:

1. Primer terdapat di buli-buli


Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa aksus
sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalanan lebih
lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.

2. Urakhus persisten
Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma.

3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.

 Karsinoma sel skuamosa


Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli
sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.
Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu
buli-buli, kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi
cacing schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat siklofosfamid secara
intravesika.

 Karsinoma yang tidak berdiferensiasi


Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2 % dari seluruh tipe tumor
buli). Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari
tumor lain, dan kata undifferentiated merujuk kepada sifat alamiah sel-sel
tersebut yang bersifat anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi,
sel-selnya belum matang sehingga diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti
papilari, epidermoid atau adenokarsinoma tidak terjadi.

5
 Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara bentuk
transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang tersering
adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.

C. Karsinoma epitelian dan non epitelial


Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi, tumorkarsinoid,
karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma non epitelial ditemukan bersama
dengan feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, dan tumor mesenkim

Stadium / Derajat invasi tumor

Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut
Marshall. (Gambar 1 staging tumor buli-buli)

TNM Marshall Uraian

6
Tis 0 Karsinoma in situ

Ta 0 Tumor papilari invasif

T1 A Invasi submukosa

T2 B1 Invasi otot superfisial

T3a B2 Invasi otot profunda

T3b C Invasi jaringan lemak


prevesika

T4 D1 Invasi ke organ sekitar

N1-3 D1 Metastasis ke limfonudi


regional

M1 D2 Metastasis hematogen

Tabel 1 Staging Tumor Buli-Buli

Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :

1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan
dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria,
tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe
yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-
resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari
Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat diatasi
dengan reseksi transuretral. Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke dalam
muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di sekitar kantung
kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang

7
terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu
berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang
hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh,
namun masih sensitif terhadap radio terapi.

Gambar 2 derajat diferensiasi tumor

Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :

 Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi


lamina propria

 Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belum


menembus otot dinding vesika.

 Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengah


dari otot detrusor.

 Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.


 Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atau
ke peritoneum.

 Stage D : tumor sudah bermetastasis.

8
Gambar 4 Derajat Invasif Tumor

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Urine bercampur darah yang intermitten


2. Merasa panas waktu berkemih
3. Merasa ingin berkemih
4. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya mengalami kesulitan
untuk berkemih
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis
9. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa: gejala obstruksi saluran kemih
bagian atas atau adanya edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya
penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di
daerah pelvis.

2.5 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan per-rektal atau vaginal.

Hal ini berguna untuk memeriksa keberadaan tumor dengan ukuran yang cukup besar.
Pemeriksaan palpasi bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Palpasi bimanual
dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah
reseksi tumor TUR Buli

9
2.6 DIAGNOSIS
A. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan
sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran kemih
termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek
pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum,
dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan
oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah
satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.

Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka
dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk melihat bila ada
metastasis ke paru-paru.

Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan kontras


secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial yang disesuaikan
dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi
pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu ginjal,
konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak terdeteksi oleh
teknik pemeriksaan lain.

Pemeriksaam PIV memerlukan persiapan yaitu:

a. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap

b. Minum air putih yang banyak

c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan kolon dari feses
yang menutupi daerah ginjal.

d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto

e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung dan usus.

Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni,

a. Tidak memiliki riwayat alergi

10
b. Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan mengukur kadar BUN
atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik dan dikeluarkan lewat
ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi, akan sangat berbahaya bagi pasien.

Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi dari traktus
urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi

a. Kelainan kongenital
b. Radang atau infeksi
c. Massa atau tumor
d. Trauma

Menit ke 45: Menilai buli-buli

Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling defect
(masa tumor) dan indentasi prostat. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya
sistitis kronis.

Gambar 5. Tampak adanya additional


shadow, terlihat massa radioopaq pada
vesica

11
Gambar 6. Tampak adanya additional shadow,
terlihat massa radioopaq pada vesica dan ureter

B. Sistoskopi dan Biopsi

Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih dengan pemeriksaan


visual langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu cytoscope. Identifikasi dari
sebuah tumor biasa dilakukan dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari bagian yang
lebih tergantung dari kantung kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium
vesika. Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.

Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada


penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun.
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat
dilakukan biopsi untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi
selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada
tumor superfisial (permukaan).

C. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan urin. Gejala
anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang sudah lanjut. Dapat juga ditemukan
gejala ganggunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah
yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain pemeriksaan
laboratorium rutin, diperiksa pula:

12
 Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urin.

 Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya


kelainan kromosom sel-sel urotelium.

D. CT Scan atau MRI


Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT scanning
merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan persimpangan-persimpangan dari
organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif
dari CT Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe yang membesar
di dekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.

Gambar 7 wanita 32 tahun dengan tumor buli-buli, gambar A dan B menunjukkan adanya gambaran
nodul tumor kecil sepanjang dinding posterior kiri buli-buli namun tampak gambaran fase delayed ekskresi.

13
Keterangan:

Gambar 8 (kiri) pria 58 tahun dengan evaluasi massa pada hepar, menunjukkan gambaran masssa pada buli-buli
yang menunjukkan ca sel transisional

Gambar 9 (kanan) pria 46 tahun dengan hematuria pasca biopsy ginjal, menunjukkan adanya massa pada buli-
buli, namoak adanya hematoma membesaar karena morfologi dan riwayat pasien

Gambar 10. Gambaran MRI menunjukkan adanya gambaran tumor (panah hitam). Adanya gambaran garis kimia
yg di gambarkan sebagai garis hitam tampak pada sepanjang lateral dinding bladder di satu sisi (panah putih) dan
tampak garis tipis berwarna lebih terang pada sisi kontralateral.

14
Gambar 11. Gambaran MRI menunjukkan adanya gambaran tumor buli-buli multifokal (panah hitam). Terdapat
gambaran garis kimia yang digambarkan sebagai garis hitam sepanjang dinding lateral buli-buli (otot destrussor)
(ditunjuk panah) dan terdapat garis tipis yang lebih terang pada sisi kontralateral

Gambar 12. Gambaran MRI menunjukkan adanya tumor (*). Panah menunjukkan gambaran normal intensitas
otot destrussor, gambaran panah kecil menunjukkan desakkan pada otot destrussor akibat adanya tumor yang
sudah ada pada stadium T2

15
Gambar 13. Gambaran MRI menunjukkan adanya tumor buli-buli. Panah menunjukkan adanya masa ekstravesika
disertai dengan tumor pada stadium T3b.

2.7 TATALAKSANA

Operasi
Reseksi transuretral
1) Dilakukan pada tumor yang posisinya superfisial, tumor papiler, inoperable
tumor sebagai tindakan palliatif.
2) Bladder diakses melalui cystoscope yang dimasukkan melalui urethra.
3) Diikuti oleh kemoterapi untuk mencegah tumbuhnya kembali sel kanker
yang tidak terangkat
Hematuria  keluhan yang umum timbul setelah prosedur reseksi transurethra, dikontrol
dengan kateter tiga cabang dan irigasi kandung kemih

16
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-buli
transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi
selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:

1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau
wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik.
Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi
pada pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan
tumor buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.

Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan
terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi,
toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.
Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat
menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan
membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan
sisi berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.

3. Sistektomi parsial, radikal atau total


Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi di
sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada sistektomi radikal
dilakukan pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di sekitarnya.
Pada pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan lemak sekitarnya, prostat dan
vesika seminalis. Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus,
vagina anterior atas, ovarium.

Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan


sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari
kateter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:

a. Ureterosigmoidostomi

17
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini sekarang
tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.

b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin, sedangkan
untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat
ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.

c. Diversi urin kontinen


Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat stoma yang
kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara
diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.

d. Diversi urin Orthotopic


Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian dilakukan
anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien,
karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di
abdomen.

4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain
sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi lokal sering
terjadi

5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinum-


Siklofosfamid dan Adriamisin

Stadium Tindakan

18
Superfisial TUR Buli / Fulgurasi

(Stadium 0 – A) Instilasi intravesika

Invasif TUR Buli

(Stadium B-C-D1) Sistektomi/ radiasi

Metastasis Ajuvantivus kemoterapi

(Stadium D2) Radiasi paliatif

Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase
jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh
meskipun sudah dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi.

Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan respon yang


baik pada pasien tumor buli metastase. Respon meningkat pada pemberian
kombinasi: methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.

Kontrol berkala

Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan
secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan
berkala itu pada:

1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.


2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.

2.8 PROGNOSIS

Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun.
Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali,

19
kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio terapi harus
dipertimbangkan kemudian.

Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi.
Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral.
Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi
kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-
20% neoplasma selama 5 tahun.

Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. mereka
memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses perubahan
ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis
ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi.
Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin.
Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor
yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati sebagaimana seharusnya. Jika
pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam hingga delapan bulan pada awalnya, dan
perlahan-lahan waktu interval yang dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat
dikatakan sukses.

Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat akan
bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian metastasis dan
ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh
apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung kemih.

Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna melenyapkan
tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan tingkat bertahan hidup 5
tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama
dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada
segregasi pra-operasi dari tumor yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.

Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis biasanya
tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun dari kasus-kasus
seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika tumor menembus hingga
sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih tinggi setelah kegagalan untuk
membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi transurethral dan

20
elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulan-bulan dan bahkan
bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari hemorrhage dan transplantasi
uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih jauh lagi, pemecahan dari
arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh penurunan dari masa total dari tumor.

Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada apakah tumor


tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke daerah di luar nya. Tumor yang
terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang dari setengah jalan menembus muskularis.
Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan
menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya
tumor yang teridentifikasi lewat pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. Radiologi Diagnostik.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.
2. Purnomo,BB. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta: 2003.
3. W.B, Saunders. Campbell’s Urology sixth edition. WB Saunders Company. Philadelphia :
1992.
4. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta : 2005

21
5. Raman,Sivia P, Bladder Malignancies on CT: The Underrated Role of CT in Diagnosis,
accsessed 15 Agustus 2017 http://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/AJR.13.12021
6. Lawler LP.MR Imaging of The Bladder accessed 19 Agustus 2017
http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.322115125

22

Anda mungkin juga menyukai