Hunbungan perawat klien lebih dari hubungan mutual. Hubungan tersebut merupakan
proses dimana campur tangan dalam kehidupah klien menetapkan tingkah laku yang lebih
efektif.
Hubungan klien perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi
perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk meningkatkan kesehatan dan
kemampuan beradaptasi (Potter & Perry, 2005). Varcarolis dalam Intan (2005),
antara dua atau lebih orang pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting
ini adalah teurapetik, yang meeningkatkan iklim psikologis yang membawa perubahan dan
pertumbuhan klien yang positif. Meskipun perawat banyak mendapat kepuasan dari
Bentuk hubungan
a. Hubungan social
Kebutuhan bersama dipenuhi selama hubungan social seperti berbagi ide, perasaan, dan
memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang dan membantu pekerjaan. Sering hanya
superficial.selama interaksi social peran mungkin berganti. Dalam hubungan social, terdapat
b. Hubungan intim
Terjadi diantara dua individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu dengan yang
lain. Dalam hubungan ini sering kali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan
dan kepuasan. Dalam hubungan ini pula, kebutuhan bersama dipenuhi dan keinginan
keintiman serta fantasi dibagi. Orang mungkin ingin membina hubungan intim untuk
beberapa alasan : menjadi ayah, kepuasan seksual atau emosi, kesamaan ekonomi, memiliki
hubungan ini.
c. Hubungan terapeutik
keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk
meningkatkan pertmbuhan klien. Fokus hubungan adalah pad aide klien, pengalaman dan
perasaan klien.
d. Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan ekplorasi dan evaluasi secara
periodik terhadap tingkah perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam
hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan
pemeliharaan hubungan, kebutuhan diri klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif
belajar baik bagi klien dan perawat. Dia mengidentifikasi empat tindakan yang harus diambil
3. Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan
hubungan.
Tujuan hubungan
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan pada
a. Realisasi diri, pengalaman diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri
b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi
c. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal
yang realistis
Dalam hubungan timbal balik ini perawat dan dokter tidak bisadipisahkan dalam pemberian
Model Hubungan
1. Aktivitas – Positifistis
Dokter berperan aktif, klien berperan pasif, tepat diterpkan pada klien anak-anak, bayi, pasien
tidak sadar, koma, pasien pada kedaruratan. Biasanya dokter bersifat otoriter, pasienkurang
diperhatikan.
2. Hubungan Membantu
Klien yang mengalami gangguan / masalah kesehatan akanmencari bantuan kepada dokter
3. Partisipasi Mutual
Individu memiliki hak yang sma / kesejajaran antara umatmanusia merupakan nilai yang
interaksi dari masing-masing individu yangmemiliki hak yang sama (sejajar) dalam
kepuasan kedua belah pihak.Dalam hal ini peran dokter membantu klien menolong
dirisendiri. Peran ini penting untuk mengenal diri klien dankemampuan diri klien, serta
dengan yang lain, membantukemampuan dalam menentukan dan mengatur diri sendiri.
Peran perawat dalam memberikan askep dapat dipertanggung jawabkan secara mandiri oleh
perawat.
Peran dalam melaksanakan peran pemberian obat-obatan dantanggung jawab penuh oleh
dokter.
Peran dalam melakukan pelayanan kesehatan bekerja samasebagai tim work dengan tim
kesehatan lain.
dokter perlu berkomunikasi yang jelasdan diketahui oleh kedua belah pihak.
klien dalam situasi tertentu,mempunyai tujuan tertentu, begitu juga perawat, dalam situasi
tertentu memiliki tujuan tertentu. Hubungan perawat dan klien mendasari nilai dan martabat
dan kolaborasi. Dalam hubungan in perawat bisa berperan sebagai konselor, sebagai
pengganti orang tua, saudara kandung, temansebagai pasien dalam mengungkapkan perasaan-
perasaannya. Jadi,dalam hal ini hubungan perawat dengan klien bersifat alamiah.Dalam
dimana klien mempunyai peran dan hak, begitu juga perawat mempunyai peran dan
hak sebagai perawat. Dalam setiap hubungan, perlu didahului dengan kontrak dan
kesepakatan bersama, sehingga kesepakatan ini bisa menjadi parameter dalam perawat
seseorang, memnumbuhkanrasa percaya, kepedulian terhadap satu sama lain dan sikap positif
yang bisa meningkatkan kesehatan. Bila kehadiran dan kepedulian menjiwai pelayanan
kesehatan, seluruh tantangan lingkungan akan berubah sehingga tercipta terapi yang adekuat,
Penghargaan yang datang dari klien terhadap kehadiran kepedulian akan menimbulkan
perasaan tenang dan puas atas pelayanan keperawatan yang telah di berikan kepada klien
mengurangi kecemasan, sehingga waktudisuntik klien tidak menjalani ketegangan otot dan
a. Dimensi tindakan
dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harusdi implementasikan
dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yangdibentuk oleh dimensi responsif.
1) Konfrontasi
memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1998, h.41)
a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan idealdiri (cita-
cita/keinginan klien).
secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukankonfrontasi perawat
perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya denganklien, waktu yang tepat,
tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasisangat berguna untuk klien yang
2) Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajarifungsi
klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien
3) Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dansikapnya
sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukunganklien. Melalui
penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987, h.134)
untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji
darisudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang
a. Rasa Percaya
Rasa percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi
bantuan ketika membutuhkan, selalu ada jika sedang diperlukan. Hubungan yang
mempercaya ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien percaya bahwa perawat ingin
merawat demi kebaikan klien sendiri. Komunikasi perawat dengan klien yang tidak sadar
rasa percaya dapat tumbuh pada klien jika perawat dapat menunjukan semua tindakan ingin
membantu klien serta dengan komunikasi yang baik pula. Untuk meningkatkan rasa percaya
klien, perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten. Kejujuran
dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu terjadinya rasa percaya.
b. Empati
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungan membantu. Rasa
empati yaitu merasakan, memahami kondisi klien pada saat itu. Empati adalah kemampuan
untuk memahami dan memasuki kerangka referensi klien (Haber at al, 1994). Rasa empati ini
sangat membantu hubungan terapeutik perawat dengan klien. Dari point ini perawat dapat
menjadi pemotivasi terhadap klien dengan adanya rasa empati, hubungan yang terjalin akan
menjadi lebih efektif. Empati juga membantu klien untuk menjelaskan dan mengkaji perasaan
c. Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk
sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka sebagai individu. Perawat menghargai
pasien yang tidak sadar selayaknya pasien yang sadar, bahwa klien tetap mengetahui apa
yang perawat komunikasikan selayaknya ia sadar. Klien akan merasakan bahwa perawat
menunjukan perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya. Perhatian juga
meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stress
d. Autonomi
Autonomi adalah kemampuan mengontrol diri. Perawat dituntut untuk tidak menyepelekan
hal ini. Setiap manusia itu unik dan tiada yang sama. Perawat harus berusaha mengontrol diri
terhadap hal-hal yang sensitif terhadap klien. Pada pasien yang tidak sadar, perawat harus
berhati-hati untuk berbicara hal yang negatif di dekat klien, karena hal itu sangat berpengaruh
terhadap klien.
e. Mutualitas
Mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi dengan sesama. Perawat dan klien bekerja
sebagai tim yang ikut serta dalam perawatan. Perasaan untuk merasakan bahwa kita saling
Akan terjalin rasa percaya pada klien terhadap perawat yang dapat membantu penyembuhan
klien.
b. DIMENSI RESPON
1. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang
a. Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan
kesejatiannya pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang ditampilkan
kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri kita yang
sebenarnya.
c. Lingkungan.
d. Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka publik
(auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa sulit untuk
menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Wakyu yang terbatas juga akan
Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia
menanyakan nomor telepon anda, sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha
membuat kotak badan yang sering. Dia bahkan akan mengundang anda untuk makan
malam.Sebagai perawat,
Perasaan anda : Capek juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi … (terdapat
perawat ?
Contoh respons :
“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat saja nanti.
(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat)
“Semua lelaki sama saja, … anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah tuan,
begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa member anda
dank klien lain asuhan keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien dengan
sama karena saya piker tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah
perawat)
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah
memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi
a. Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain tersebut.
Aspek mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami orang tersebut secara
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi
1. Kekuratan ;
2. Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan
3. Kealamiahan
4. Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan
tersebut efektif.
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan
1. Kehangatan;
a. Kondisi muka;
Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.
Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan
ketertarikan.
b. Kondisi postur/sikap.
Mundur tiba-tiba.
Tidak tersenyum.
Terburu-buru.
Emosi berlebihan.
Shock/terkejut.
Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi mengalihkan perhatian pada
2. Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan
dan menghargai klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk
dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.
4. Konkret
Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan,
pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt mempertahankan
respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan akurat tentang masalah dan
Contoh :
o Klien : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak menggangguku.
o Mereka : “membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan
halus.”
o Klien : “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar merupakan berkah.
o Perawat : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku
marah di rumah?”
Hubungan adalah sesuatu yang bersifat resiprokal; perawat dan klien saling berhubungan
Proses keperawatan adalah suatu seri tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah
kesehatan klien. Hubungan membantu adalah suatu ikatan yang membuat perawat menjadi
lebih efektif dalam menjalankan proses keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk
mengarahkan klien melalui hubungan yang membantu untuk meyakinkan bahwa seluruh
kebutuhan klien terpenuhi. Tatangan bagi perawat adalah untuk menetapkan hubungan yang
membantu dalam waktu yang menimal dengan waktu denag memasukkan komunikasi efektif
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika
merasakan ketidakpastian maka anda perlu membaca kembali, diskusi dengan teman
sekelompok atau diskusi dengan tutor. Jika saudara telah siap, maka anda perlu membuat
1) Evaluasi diri
c) Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak, marah atau inkoheren?
d) pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/ tidak menyenangkan? Jika ada,
lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien.
e) Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan , lakukan interaksi. Jika cemas
terminasi?
3) Rencana interaksi
a) Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan
b) Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan, kaitkan dengan tujuan anda melakukan
hubungan dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan.
Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien.
d) Setelah anda belajar membuat rencana interaksi berarti anda sudah siap bertemu dan
b. Fase perkenalan/Orientasi
a. Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang anda lakukan saat pertama kali bertemu dengan klien.
a) Memberi salam;
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-
Contoh kominikasi :
e) Menghadapi kontrak;
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat
Contoh komunikasi :
“Saya perawat yang bekerja di…., saya yang akan merawat Yanti selama 3 hari.”(Contoh jika
panggilan sayangnyan Yanti) “Dimulai saat ini s.d …, saya dating jam 07.00 dan pulang jam
14.00”.
Pada awalnya focus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah
sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama. Jika
“Saya tidak dapat membantu jika Yanti tidak mau menceritakan hal yang Yanti hadapi.
Tampaknya Yanti belum mau cerita, kita duduk saj bersama.” (10 menit).
Setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah atau kebutuhan
klien.
Contoh komunikasi :
“Tampaknya Yanti tidak nafsu makankarena merasa nyeri pada ulu hati” (untuk masalah
h) Mengakhiri perkenalan;
c. Fase Orientasi
Fase orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan
fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan
a) Member salam;
“Adakah hal yang terjadi selam kita tidak bertemu? Coba ceritakan!”
c) Mengingat kontrak;
Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak yang pertemuan sebelumnya.
“Yanti masih ingat jam berapa kita bertemu hari ini/pagi ini/siang ini/sore ini?”
Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu jam…. (sebutkan sesuai perjanjian) ”
“Sesuai dengan janji kita yang lalu sekarang saya akan memberikansuntikan lagi.”
“Sesuai dengan penjelasan saya tadi, sekarang ibu akan saya bantu latihan batuk efektif”.
pujian (reinforcement). Fase orientasi selalu diikuti oleh fase kerja dan terminasi sementara.
“Baiklah sekarang kita akan bicarakan tentang cara mengatasi tidak nafsu makan/cara
mengelola nyeri yang ibu rasakan (dan lain-lain dengan masalah klien)”.
d. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Contoh :
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan efektif dan
psikomotor.
Contoh :
“Yanti ingin mencoba cara yang mana?” Baik saya akan beri contoh (lakukan demonstrasi).
“Coba Yanti tiru cara tadi.” ”Bagus, Yanti dapat melakukan dengan baik. Bagaimana kalau
Contoh :
“Pertama : ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau
“Mari kita coba.” (Bantu klien melakukannya, beri pujian jika dapat melakukan)
Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.”
Contoh :
“Sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat tali
Jelaskan tentang merawat tali pusat bayi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar
balik/leaflet/booklet]).
e) Melaksanakan kolaborasi.
Contoh :
“Sedikit sakit Bu (katakan pada saat akan menyuntik), tarik napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagaimana Bu?”
f) Melaksanakan observasi dan monitoring.
Contohnya
“Bu, sesuai dengan keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya akan mengukur
“Sekarang saya akan ukur suhu ibu di ketiak.” Kemudian perawat meletakkan thermometer di
“Saya ambil ya Bu, sekarang Ibu istirahat lagi,nanti dua jam lagi saya datang”.
e. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien. Terminasi dibagi dua,
1) Terminasi sementara;
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien. Pada terminasi
sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah ditentukan,
Isi percakapan
Evaluasi hasil;
Tindak lanjut;
Topik :
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau saudara selesai praktek
dirumah sakit.
Isi percakapan :
Evaluasi hasil
Tindak lanjut
I. PENGERTIAN
Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang berarti
suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autistik adalah
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan
aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada
20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu
(savant).
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada
terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang mirip
dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam
perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel
otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan pencernaan
dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik ini mempunyai sistem
pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung
terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak
semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek
asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik,
peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan
dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang
mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang
II. KARAKTERISTIK
1. Komunikasi:
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya.
Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
2. Interaksi sosial:
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
3. Gangguan sensoris:
4. Pola bermain:
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-
mana.
5. Perilaku:
6. Emosi:
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.
III. IDENTIFIKASI
1. Diagnosa Autisme
Waktu adalah bagian terpenting. Jika anak memperlihatkan beberapa gejala diatas
segera hubungi psikolog klinis, dokter ahli perkembangan, anak, psikiater anak atau
neurologis khusus autistik dan gangguan perkembangan yang akan membuat suatu
assesstment/pengkajian yang diikuti dengan penegakan diagnosa. Jika terdiagnosa dini, maka
anak autistik dapat ditangani segera melalui terapi-terapi terstruktur dan terpadu. Dengan
Perlu diketahui bahwa setiap anak autis memiliki kemampuan serta hambatan yang berbeda-
beda. Ada anak autis yang mampu berbaur dengan anak-anak ’normal’ lainnya di dalam kelas
reguler dan menghabiskan hanya sedikit waktu berada dalam kelas khusus namun ada pula
anak autis yang disarankan untuk selalu berada dalam kelas khusus yang terstruktur untuk
dirinya. Anak-anak yang dapat belajar dalam kelas reguler tersebut biasanya mereka memiliki
kemampuan berkomunikasi, kognitif dan bantu diri yang memadai. Sedangkan yang masih
membutuhkan kelas khusus biasanya anak autis dimasukkan dalam kelas terpadu, yaitu kelas
perkenalan dan persiapan bagi anak autis untuk dapat masuk ke sekolah umum biasa dengan
kurikulum umum namun tetap dalam tata belajar anak autis, yaitu kelas kecil dengan jumlah
guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten.
Metode belajar yang tepat bagi anak autis disesuaikan dengan usia anak serta, kemampuan
serta hambatan yang dimiliki anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-
masing anak autis. Metode yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode.
Banyak, walaupun tidak semuanya, anak autis yang berespon sangat baik terhadap stimulus
visual sehingga metode belajar yang banyak menggunakan stimulus visual diutamakan bagi
mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu sebagai media pengajarannya menjadi
pilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster, bola, mainan balok.
2. PENGOBATAN
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan
anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama belajar melalui permainan.
Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari perilaku dan
ritualnya yang sering diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan yang lebih
beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak mengitari kamarnya, kemudian tuntun mereka
ke ruang yang lain. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk membantu mereka masuk
ke dunia luar.
Kata-kata pujian karena telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, kadang tidak
berarti apa-apa bagi anak autis. Temukan cara lain untuk mendorong perilaku yang baik dan
untuk mengangkat harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan
mainan kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis belajar
lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui gambar) dan verbal (melalui
menggabungkan kata-kata dan foto, lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara. Tetapi sebagian anak
autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak mempelajari kata-kata baru melalui
permainan. Sebaiknya orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil menggunakan
semua alat komunikasi dengan mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang,
bahasa tubuh maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas favorit,
serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem gambar dan
Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program
intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok
penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui
cara menunjuk jari, mengguanakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata.
anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik
atau kognitif.
tertentu)
Perangsangan sensorik.
Program intervensi dini akan membantu orang tua dan anak autis pindah dari
intervensi dini ke dalam sistem sekolah umum. Program ini juga akan membantu memilihkan
lingkungan yang paling tepat untuk pendidikan anak autis, apakah di sekolah biasa atau di
kelas khusus anak austik yang menawarkan pendidikan dan pelayanan pengobatan yang lebih
kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik pengelolaan perilaku positif. Strategi
yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga anak memiliki
lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda. Dukungan pendidikan seperti terapi
wicara, terapi okupasional dan terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah.
REFERENSI :
Budi Anna Keliat,Hubungan & komunikasi Terapeutik
Et.al. (1986).
An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med