Manajemen Hiv
Manajemen Hiv
Manajemen Hiv
Disusun Oleh:
2017
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tertinggi pada usia 20-29 tahun (32,0%), 30-39 tahun (29,4%), 40-49 tahun
(11,8%), 50-59 tahun (3,9%), kemudian 15-19 tahun (3%).
Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987.
Sampai September 2015, kasus AIDS terbesar di 381 (77%) dari 498
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
2
BAB II
ISI
2.1. Definisi Voluntary Counseling Testing (VCT) atau Konseling Dan Test
Sukarela (KTS) HIV
VCT kepanjangan dari Voluntary Counseling Testing, yaitu:
1. V (Voluntary) : Klien melakukan tes HIV secara sukarela, tanpa ada
paksaan
2. (Counseling) : Konselor membantu klien siap tes/ memilih tidak tes dan
siap menerima hasil tes
3. (Testing) : Tes darah untuk mengetahui status HIV klien (positif atau
negative) HIV.
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan
HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepda
ODHA, keluarga dan lingkungannya.
Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary
Counseling and Testing). Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan
adanya antibodi HIV di dalam sampel darah. Tes HIV bersifat sukarela dan
rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan konseling untuk mengetahui
tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana nantinya harus
bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan
tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick).
Jadi, VCT adalah konseling tes HIV sebagai upaya untuk memberikan
dukungan secara psikologis dan emosional yang dapat dilakukan melalui dialog
personal antara sesorang ‘konselor’ dan seorang ‘klien’ atau antara seorang
konselor bersama klien dan pasangan (couple counceling).
VCT (Voluntary Counselling and Testing ) diartikan sebagai Konseling
dan Tes Sukarela (KTS) HIV. Konseling HIV dan AIDS merupakan komunikasi
bersifat rahasia antara klien dan konselor yang bertujuan untuk meningkatkan
3
kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan HIV dan
AIDS.
VCT terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1. Konseling sebelum testing HIV
2. Testing HIV
3. Konseling setelah testing HIV
Proses konseleing termasuk evaluasi resiko personal peneluran HIV,
fasilitas pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuain diri ketika klien
memperoleh hasil tes HIV positif.
Testing HIV adalah pengambilan darah untuk pemeriksaan HIV yang
dapat dilakukan dirumah sakit, klinik, labolatorium dan lembaga swadaya
masyarakat yang menyediakan pelayanan VCT.
4
e. Orang yang memberikan konseling tidak boleh memaksakan kehendak
atau nilai-nilai pribadi pada pasien.
f. Dalam konseling, kerahasiaan pasien harus dijunjung tinggi.
g. Jika konselor atau dokter harus mendiskusikan permaslahan pasien ke
konselor atau doker lain, sifatnya adalah pembahsan kasus dan bukan
tentang pribadi pasien.
3. Konseling dalam VCT ini dimaksudkan memberikan informasi factual dan
dukungan kepada ODHA dan keluarganya,karena itu diperlukan materi-materi
yaitu (Depkes,2003):
a. Kebutuhan primer untuk mencegah infeksi dan infeksi ulang.
b. Informasi dasar tentang infeksi HIV dan penyakit terkait dan cara
penularan.
c. Penilaian tingkat risiko infeksi HIV.
d. Mengkaji kemungkinan sumber infeksi klien.
e. Informasi khusus untuk menurunkan risiko dengan perubahan perilaku
berisiko.
4. Waktu Dilakukannya VCT
VCT perlu dilakukan bila seseorang merasa kawatir atau takut akan tertular
HIV dikerenakan:
a. Perilaku beresiko dengan berganti-ganti pasangan seks tanpa
menggunakan kondom.
b. Pernah tertular IMS atau penyakit kelamin lebih dari dua kali.
c. Menggunkan jarum suntik secra bergantian atau tidak steril.
d. Pernah menrima trnfusi darah tanpa melalui proses
pemeriksaan(screening).
5
2.2. Tujuan VCT
VCT mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan HIV/AIDS;
2. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan
mereka tentang faktor-faktor risiko penyebab seseorang terinfeksi HIV;
3. Upaya pengembangan perubahan prilaku, sehingga secara dini mengarahkan
mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi
antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
6
3. Karena dengan VCT dapat mengurangi stigma & diskriminasi di
masyarakat;
4. Karena VCT mencangkup pendekatan menyeluruh baik kesehatan fisik
maupun mental;
5. Karena dengan VCT dapat pemberdayaan ODHA melalui training, KDS
(meningkatkan kwalitas hidup ODHA).
7
Dalam akselerasi upaya CST, pemerintah, praktisi kesehatan, LSM, serta
elemen lainnya harus bekerjasama dalam peningkatan akses pendanaan,
perencanaan yang mapan dan penataan manajement program untuk mempercepat
langkah global penanggulangan HIV/AIDS jangka panjang.
8
2.6. CST melalui Highly Active ART (HAART)
HAART adalah singkatan dari Highly Activ ART, yaitu terapi anti
retroviral sangat aktiv yang direkomendasikan pada semua pasien stadium IV
tanpa memperdulikan jumlah CD4 mereka,dan direkomendasikan pada pasien
stadium I,II,III, dengan jumlah CD4 dibawah 200 sel/mm3.
1. Jenis-jenis obat ART
Ada tiga golongan obat yang sudah dipakai secara luas yaitu
a. Golongan NRT(Nucleoside Reverse Transcriptase), berfungsi untuk
menghambat replikasi DNA virus.Jenis obat yang termasuk dalam golongan
ini , diantaranya :
1) AZT(Axidiothymidine)/ZDV(Zidovudine).
2) 3TC(Lamivudin).
3) D4T(Stavudine).
4) Tenofir.
b. Transcriptase),mempunyai fungsi yang smaa dengan NRTI tetapi dengan
cara yang berbeda.Jenis obat yang termasuk dalam golongan ini,
diantaranya:
1) EFV(Efavirenz)
2) NVP(Nevirapine)
3) DRV(Delavirdine)
c. Golongan PI (Protease Inhibitor),berfungsi memotong virus baru dengan
potongan khusus sehingga tidak dapat dirakit menjadi virus yang siap
bekerja.Jenis obat yang termasuk dalam golongan ini,diantayanya:
1) NFV(Nevinavir).
2) IDV(Indinavir).
3) RTV(Ritonavir).
4) APV(Amprenavir).
5) TAZ(Atazanavir).
6) LPV(Lopinavir).
9
2. Efek samping obat ART
Sebagian besar orng yang memakai obat anti HIV akan mengalami efek
samping.Banyaknya efek samping yang akan dialami,bergantung dari jumlah
obat dan berat tubuh penderita.Semakin banyak jenis obat yang di minum dan
semakin kecil berat tubuh penderita,maka semakin besar efek smping yang
akan didapat.Jenis efek samping yang lazim terjadi diantaranya:
a. Kelelahan
b. Anemia
c. Masalah pencernaan
d. Masalah kulit
e. Masalah tulang
f. Neuropati(kerusakan syaraf)
g. Lipodistrofi
h. Toksisitas mitocondria(kerusakan sel)
3. Resistensi
Resistensi obat adalah suatu kondisi obat dimana virus HIV dapat terus
menggandakan diri sementara memakai suatu obat,maka virus HIV akan
resistan terhadap obat tersebut.Resistensi silang(Cross resistant) yaitu HIV
yang bermutasi dan menjadi resisten terhadap lebih dari satu jenis
obat.Terdapat tiga jenis resistensi:
a. Resistensi klinis, HIV tetap menggandakan diri dalam tubuh walaupun
sedang menggunkan ARV
b. Resistensi fenotipe, HIV tetap menggandakan diri dalam tabung setelah
ARV diberikan
c. Resistensi genotipe, kode genetik HIV mempunyai mutasi yang terkait
dengan resistensi terhadap obat
10
4. Kepatuhan ART
Kepatuhan dalam ART berhubangan erat dengan disiplin pribadi yang tinggi
untuk menghindari resistensi obat. Dalam ART terdapat lima kepatuhan, yaitu:
a. Patuh dengan jenis obat yang tepat
b. Patuh dengan cara minum yang tepat
c. Patuh dengan waktu minum yang tepat
d. Patuh dengan dosis yang tepat
e. Patuh dengan masa kerapian tepat
11
Perawatan ODHA di rumah dapat dilakukan, bila :
1. Tidak membutuhkan peralatan canggih.
2. Tersedia air dan kamar mandi.
3. Rumah mudah untuk dibersihkan dan tetap bersih.
Perawatan ODHA di rumah dapat dimulai dengan :
1. Melibatkan si ODHA.
2. Membentuk tim perawatan, termasuk mengatur tim perawatan dan pembuatan
catatan perawatan.
3. Peranan pembuatan mengenai penanganan pakaian, makanan, pembuangan
limbah dan pemeliharaan hewan peliharaan jika ada.
4. Keterlibatan perawatan/dokter.
5. Pembekalan yang dibutuhkan, termasuk pelatihan dasar mengenai HIV/AIDS
untuk keluarga, dan penyediaan sarana perlindungan dari tertularnya HIV.
12
2. Bagaimana Cara Tes Deteksi HIV :
Untuk bisa melakukan Tes Deteksi HIV/AIDS, kita perlu ke rumah sakit
atau lembaga memberikan yang memberikan layanan tes HIV.
Paket Tes yang umumnya di berikan adalah :
a. Deteksi infeksi menular seksual (IMS)
b. Konseling sebelum tes HIV
c. Tes HIV
d. dan, Konseling setelah tes HIV.
13
menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.
Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus
dikonfirmasi kembali dengan ELISA. Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang
dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah Western blot.
c. Tes antigen HIV.
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang memicu
respon antibodi.Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah tinggi
dan dapat ditemukan dalam serum darah.Tes antibodi dan tes antigen digunakan
secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan
lebih awal.Tes ini jarang digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah
dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk.
Jika hasil tes Anda negatif, Anda dapat terus melakukan tindakan pencegahan
seperti menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi alat
pribadi seperti jarum suntik.Jika hasil tes Anda positif, Anda dapat segera
berkonsultasi untuk mendapatkan terapi yang tepat. Makin cepat HIV terdeteksi,
maka makin panjang usia harapan hidup yang dapat diupayakan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
VCT (Voluntary Counselling and Testing ) diartikan sebagai Konselling
dan Tes Sukarela (KTS) HIV. Konseling HIV dan AIDS merupakan komunikasi
bersifat rahasia antara klien dan konselor yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan HIV dan
AIDS.
VCT bertujuan untuk membantu setiap orang agar mendapatkan akses
kesemua layanan informasi, edukasi, terapi atau dukungan psiko sosial, sehingga
kebutuhan akan informasi akurat dan tepat dan dicapai.
Adapun fungsi VCT adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan HIV.
2. Pintu masuk menuju terapi dan perawatan
3. VCT dilakukan sebagai penghormatan atas hak asasi manusia dari sisi kesehtan
masyarakat,kerena infeksi HIV mempunyai dampak serius bagi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
CST (Care, Support, and Treatment) yaitu perawatan, dukungan dan
pengobatan bagi ODHA yang merupakan program lanjutan dari VCT. CST
bertujuan agar ODHA dapat hidup lebih lama secara positif, berkualitas dan
memiliki aktifitas social dan ekonomi yang normal seperti anggota masyarakat
lainnya.
ART (Anti Retroviral Therapy) yaitu terapi yang diberikan kepada ODHA
dengan menggunakan obat anti HIV (ARV=AntiRetroviral) yang berfungsi
mengubah HIV dari penyakit yang mematikan menjadi ‘’Penyakit Kronis’’.
HAART adalah singkatan dari Highly Activ ART, yaitu terapi anti
retroviral sangat aktiv yang direkomendasikan pada semua pasien stadium IV
tanpa memperdulikan jumlah CD4 mereka,dan direkomendasikan pada pasien
stadium I,II,III, dengan jumlah CD4 dibawah 200 sel/mm3.
15
Perawatan paliatif adalah perawatan penunjang yang berpusat pada
kenyamanan pasien, meringankan penderitaan serta meningkatkan mutu
hidupnya.
3.2. Saran
Peran kita sebagai masyarakat khususnya tenaga kesehatan untuk
senantiasa aktif dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di lingkungan kita.
Agar kedepannya jumlah penderita HIV/AIDS dapat berkurang bahkan hilang,
demi mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera.
16
DAFTAR PUSTAKA
17