PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Terjadinya kejang dapat
disebabkan oleh malformasi otak kongenital, faktor genetik atau adanya penyakit seperti
meningitis dan ensefalitis serta demam yang tinggi atau dapat dikenal dengan istilah
kejang demam, gangguan metabolisme, trauma dan lain sebagainya. Apabila kejang
bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsy yang terjadi secara berulang-ulang
demam pada anak disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang tinggi sebanyak 70% dari
100% anak yang mengalami awalnya demam biasa karena kurangnya perhatian orang tua
pernafasan dan diare. Tapi yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai dari
praktek dokter sampai bidan meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan adalah panas tinggi
1
Dalam keluarga orang tua sangatlah dibanggakan oleh anak, begitu juga sebaliknya
anak merupakan buah hati yang berharga, harus dijaga dan dilindungi, sehingga anak
sakit sangatlah dikhawatirkan. Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu dan anak
bukan hanya karena sosial ekonomi yang rendah, tapi sering disebabkan orang tua tidak
(Notoatmodjo, 2007).
Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi local
dan sistemik. Paling sering kejang demam disebabkan oleh penyakit infeksi 50%
(Sodarmo, 2010).
Demam biasa pun dianggapnya jika terus meningkat bisa menyebabkan terjadinya
kejang demam atau bahasa awamnya disebut step pada anak, oleh karena itu saat anak
kita demam perlu melakukan pengukuran suhu tubuh agar orang tua tau batas akan
mencapai kejang demam pada suhu tubuh anaknya dan segera melakukan penanganan
(Kosim, 2011).
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan
anak, karena nilai kesehatan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi
dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan
pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial anak, dan
pendidikan ibu. Dan salah satu penyakit tersering yang di derita oleh anak adalah
Sebagian terbesar serangan kejang demam berlansung singkat yaitu kurang dari 15 menit,
serta bersifat sementris, bilateral atau umum. Prichard dan MC gral mengemukakan
bahwa bila pireksia ( suhu badan tinggi ) merupakan penyebab utama dari kejang demam,
2
dan bentuk kejang simetris. Namun, didapatkan bahwa kenyataan lain bahwa otak tidak
selalu bereaksi secara simetris terhadap stimulus atau rangsangan yang umum, tetapi
kasus yang demikian jarang. Walaupun prognosis kejang demam baik, bangkitan kejang
demam cukup menghawatirkan bagi orang tuanya dan sebagian besar orang tua belum
mengetahui tentang penyakit kejang demam. Sebagian besar menganggap anaknya sakit
berat dan akan berakhir dengan kematian, atas dasar pertimbangan bahwa demam
dan cacat saraf, kekhawatiran dan kebingungan orang tua terhadap anaknya mengalami
terhadap bangkitan kejang demam dan faktor risiko yang menyebakan kejang demam
( Maryatongo, 2007 ).
B. Rumusan Masalah
berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Kejang Demam Pada
Anak?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kejang demam pada
anak.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang kejang demam pada anak.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Desa
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan masukan bagi petugas
penyuluhan dan memberikan pendidikan kepada ibu tentaang Kejang Demam pada
Anak.
2. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi ibu, khususnya ibu
yang mempunyai anak kecil agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya
pengetahuan tentang kejang demam pada anak. Dengan demikian diharapkan kasus-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan informasi
bagi Mahasiswa agar dapat mengetahui tentang kejang demam pada anak.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi ahli madya kebidanan dan untuk memberi pengalaman yang
4
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi untuk penelitian
selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam dan saya harapkan
mahasiswa mampu melanjutkan penelitian ini agar dapat meningkatkan calon profesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Secara umum anak adalah yang berusia antara 18 bulan hingga 13 tahun. Ketika
seorang masih berusia dibawah 18 bulan, pada umumnya kita akan mengidentifikasikan
peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antar usia 6 bulan-4
tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam
setelah timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, berputar-
putar dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat (Hidayat, 2011).
Kejang demam sering terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sampai awal
kelompok usia 2 sampai 5 tahun, karena pada usia ini otak anak sangat rentan terhadap
satu kali kejang. Pada usia anak 5 tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi
6
Kejang demam komplek menunjukkan ada kelainan di sistem saraf, keadaan ini
lebih lanjut.
4. Mencegah Terjadinya Kejang
Karena pemicu kejang demam adalah demam tinggi yang timbul mendadak, maka
demam.
6. Penatalaksanaan
Dalam mengatasi kejang demam pada anak, penolong harus tenang usahakan
supaya tidak panik, perlu menjaga pikiran tetap jernih. Waktu kejang progresif biasanya
sangat singkat, jangan mencoba mengekang gerakan anak, tetapi singkirkan benda tajam
kejang yang terburuk berlalu, putar anak dengan hati-hati agar berbaring pada sisi
tubuhnya, hal ini bertujuan untuk mencegah sumbatan saluran pernafasan (Hidayat,
2011).
Segera setelah kejang berhenti, rawatlah anak dengan penuh kasih sayang, dan
buatlah ia nyaman, karena walaupun ia tidak menyadari apa yang terjadi padanya selama
beberapa menit yang lalu, ia akan segera bingung dan takut. Segera setelah anak tenang
longgarkan pakaiannya, buka jendela, dan berikan ia minuman dingin (Hidayat, 2011).
7
Jika demamnya tidak terlalu tinggi serta ia mengalami ketidaknyamanan karena
hal ini, isi sedikit bak mandi dengan air dingin. Dirikan dia di dalam bak dan usapkan air
obat anti kejang, seperti Diazepam, bila kejang berulang-ulang dapat diberikan ulang
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg BB. Setelah itu, berikan obat atau turunkan panas dengan
pemberian obat anti piretik, seperti parasetamol kurang lebih 10 mg/kg BB dan lakukan
penanganan untuk mendukung kegagalan kejang demam seperti bebaskan jalan nafas,
berikan oksigen, serta jaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Selain itu, untuk
serta fenitol dengan induksi khusus yang dapat diberikan 2 tahun bebas kejang atau
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalaui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
1. Tingkatan Pengetahuan
8
Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak
Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus
d. Analisis (analysis)
9
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
masalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes
Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup
e. Sintesis (synthesis)
yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau
meringkas kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau
didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Misalnya seseorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga
10
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Umur
11
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
kelompok.
2) Sosial Budaya
C. Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosiopsikologis, karena
(neural setting) sebelum memberikan respons konkret. Sikap mengandung aspek penilaian
1. Komponen kognitif
12
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran manusia atau seseorang
2. Komponen afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap
3. Komponen konatif
Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu antara
lain :
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
c. Menghargai (valuing)
13
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek
sikap yang hendak diungkap.Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-
hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
mengenai obyek sikap yeng bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek
sikap. Pernyataan seperti ini disebut pernyataan yang tidak favourable. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat
D. Kerangka Teori
faktor yaitu:
14
Terwujudnya dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau
Terwujudnya dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori prilaku kesehatan yang
Bagan 2.1
15
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Nilai
(Variabel
Demografi
Tertentu
Demografi) 1
Faktor Pendukung
Ketersediaan
sumber daya 5 Perilaku
kesehatan Kesehatan
Keterampilan 5
individu
Keterjangkauan
sumber daya 2 4
kesehatan
3
Faktor Pendorong :
Keluarga
Teman
Suami
Petugas Kesehatan
BAB III
16
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar
dapat di amati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus di jabarkan ke dalam
variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur. Yang dimaksud
kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud “Kerangka Konsep Penelitian” adalah suatu hubungan atau kaitan
Berdasarkan kerangka teori pada BAB II, kerangka konsep penelitian ini
pendorong. Dari kerangka teori yang sudah dibahas peneliti tidak mengambil keseluruhan
variabel dari setiap faktor, dalam penelitian ini penulis tidak mengambil keseluruhan dari
aspek pengetahuan dan sikap, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu. Maka
dalam kerangka konsep ini yang menjadi variabel penelitiannya adalah Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Kejang Demam Pada Anak di Desa.
berikut :
17
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
18
Tabel 3.1
Definisi Operasional
.
1 Pengetahua Segala sesuatu yang diketahui Cara : Pengisian kuesioner
Alat : Kuesioner
n responden (ibu) berkaitan dengan
Skala : Ordinal
kejang demam. Hasil Ukur :
2.Baik, jika jawaban benar
76%-100%
1.Cukup, jika jawaban benar
56%-75%
0.Kurang, jika jawaban benar
< 56%
(Wawan dan Dewi, 2010).
19
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu
terjadi mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Kejang Demam Pada
1. Tempat
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi yang digunakan untuk pengambilan
2. Waktu
Waktu penelitian adalah waktu atau saat yang digunakan untuk penatalaksanaan
1. Populasi
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam populasi ini dengan menggunakan teknik
20
Kriteria inklusi :
F. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Umum
Data umum yang terdiri dari data geografi dan demografi Desa.
b. Data Khusus
Data khusus yaitu data hasil penelitian Gambaran pengetahuan dan Sikap
2. Sumber Data
a. Data Primer
pengisian kuesioner.
b. Data Sekunder
21
3. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan pengisian kuesioner.
Sikap Orang Tua Tentang Kejang Pada Anakn di Puskesmas Simpang IV Sipin.
G. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing
keseragaman data.
22
2. Coding
Pada tahap coding ini dilakukan pemberian kode pada setiap data yang
3. Scoring
pengetahuan dan sikap. Menetapkan variabel skor pada setiap variabel antara lain:
a. Pengetahuan
jawaban benar 76%-100% maka dikategorikan baik, jika jawaban benar 56%-
75% maka dikategorikan cukup, jika jawaban benar <56% maka dikategorikan
kurang.
23
b. Sikap
Pernyataan sikap terdiri dari 2 jenis yaitu pernyataan positif dan negatif.
Scoring pilihan jawaban untuk pernyataan positif diberi nilai 4 (SS), 3 (S), 2
negatif diberi nilai 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), 4 (STS). Jika jumlah jawaban ≥
4. Saving
Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan dan disimpan
5. Tabulating
Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau data yang
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara univariat, yang bertujuan untuk menjelaskan atau
analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010).
24