Bab Iii 2
Bab Iii 2
III.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE
Cakupan Arti PHBS yang begitu luas memberikan isyarat akan pelaksanaan secara horizontal memuat
berbagai aspek dalam kehidupan kita sehari – hari, antara lain yakni :
1. Pola pikir yang mempengaruhi sikap dan perilaku Masyarakat
2. Akomodasi ruang/ ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan secara kelembagaan terhadap
pengelolaannya.
3. Himbauan dari Stakeholder terkait dalam rangka untuk mewujudkan, melestarikan dan meningkatkan
capaian kuantitatif dan kualitatif perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Layanan daripada aspek kesehatan secara institusional
Melihat kondisi Masyarakat di Kota Magelang terkait dengan pola hidup bersih dan sehat tersebut masih
Beragam kondisinya, hal ini terkait dengan kondisi Sosial Ekonomi masing – masing Wilayah, kondisi Geografis
Wilayah dan akses terhadap program Pemerintah Kota Magelang Bidang Sanitasi yang implementasinya bisa dalam
bentuk fisik berupa :
pembangunan saluran air, turap, gorong – gorong, WC umum, dsb oleh DPU atau Program Pembangunan
berbasis Masyarakat (PNPM, SLBM, PKP, dsb) yang pendanaanny dari APBN atau Lembaga Donor .
pengelolaan sistem persampahan, limbah rumah tangga dan drainase lingkungan oleh Pemerintah Kota
Magelang dalam rangka mendukung Masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Adapun kegiatan non fisik saat ini juga telah di koordinir serta digalakkan oleh beberapa SKPD yang
merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsinya seperti :
Kegiatan Bersih Lingkungan yang digalakkan oleh BPMPKB
Gerakan …………….(Gertak) oleh Dinas Kesehatan, dsb.
Penyuluhan KB secara rutin kepada Masyarakat
Pengecekan air bersih rumah tangga dari wabah nyamuk Malaria dan Demam berdarah oleh para
Jumantik secara berkala
Pemilahan sampah secara intensif oleh para Jumilah (juru pemilah sampah) yang dikoordinir oleh
Kantor LH
Konsistensi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat oleh puskesmas induk dan pembantu sesuai
dengan jadwal yang berlaku ( pukul 07.00 – 15.30 WIB), hal ini tentu berbeda dengan kondisi di Daerah
lain yang pada umumnya hanya berlaku jadwal setengah hari (pukul 07.00 – 12.00 WIB)
Sebagai usahanya untuk mewujudkan Kota yang Bersih dan sehat tentu ada banyak hasil yang telah
dicapai oleh Kota Magelang antara lain yakni :
1. Kota Magelang meraih penghargaan Adipura Kencana pada periode tahun ……………….
2. Kota Magelang meraih penghargaan……………………………
3. Setiap minggu seluruh warga Kota Magelang melakukan kegiatan bersih – bersih
4. Berdasarkan pantauan dari Dinas Kesehatan, hanya sedikit warga yang belum mengakses Jamban Pribadi
maupun Jamban Umum.
Namun demikian, masih juga ada permasalahan terkait dengan aspek kebersihan dan kesehatan ini yakni :
Rendahnya kesadaran pada sebagian masyarakat terhadap pola hidup bersih sehat.
Sistem pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak komprehensif sehingga meskipun secara fisik
memiliki MCK namun buangan limbahnya masuk ke sluran drainase tanpa adanya pengolahan terlebih
dahulu.
Belum adanya regulasi terkait dengan pengelolaan air limbah domestik.
Berikan penjelasan mengenai kondisi PHBS dan Promosi Higiene di tatanan rumah tangga saat
ini dengan memasukkan Executive Summary Laporan Hasil Studi EHRA.
Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara pelaksanaan Studi EHRA, silakan lihat “Buku
Pedoman
Pelaksanaan Studi
EHRA”.
Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.1.1 selesai disusun
Berikut merupakan bentuk pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kota Magelang:
1. Jumlah timbulan air limbah domestik:
No. Tahun Jumlah Estimasi Total Air Limbah Domestik
Rumah Dihasilkan (liter/hari)
Tangga (KK)
1. 2009 - - 2 50-166 - -
2. 2010 - - 7 50-166 - -
3. 2011 - - 7 50-166 - -
2. 2010 - 1400 -
3. 2011 - 1400 -
4. Jumlah rumah tangga yang tidak tersambung dengan pusat pengelolaan air limbah domestik dan jenis
pengelolaan air limbah domestiknya:
No. Tahun Jumlah Jenis Pembuangan Air Limbah Domestik
Rumah Tangga
Tidak Tersambung Septictank Sungai Lain-lain
(KK) (KK) (KK)
5. Kualitas air limbah yang dihasilkan dari pusat pengelolaan air limbah domestik:
BOD 100 - - -
TSS 100 - - -
Minyak 10 - - -
Lemak
TSS 100 - - -
Minyak 10 - - -
Lemak
Minyak 10 - - -
Lemak
3.2.1 Kelembagaan
Dari aspek kelembagaan, Air Limbah Domestik di Kota Magelang telah di kelola oleh beberapa SKPD antara
lain yakni oleh :
1. Dinas Pekerjaan Umum terkait dengan pembangunan Infrastruktur dibidang pengelolaan Air Limbah
Domestik seperti SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyrakat)
2. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota sebagai lembaga yang berwenang dalam teknis
operasional, pengelolaan, pemberian ijin kepada swasta dalam rangka pengelolaan limbah domestik.
3. Kantor Lingkungan Hidup sebagai Lembaga yang berwenang dalam pengendalian faktor pencemaran dan
sosialisasi massa.
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai Lembaga yang berwenang dalam Monitoring dan
Evaluasi terhadap program dan capaian kinerja program dari masing – masing sektor kelembagaan.
Permasalahan yang terjadi terkait dengan aspek kelembagaan ini antara lain yakni :
Belum adanya kelembagaan yang mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll).
Belum adanya kelembagaan yang menyusun dan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal
pengelolaan air limbah domestik
Belum adanya kelembagaan yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik
Berikut kami sampaikan secara lebih rinci mengenai Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan
dan Pengelolaan Air Limbah Domestik:
Tabel 3.3: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
· Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota BAPPEDA
· Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target BAPPEDA
· Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target BAPPEDA
PENGADAAN SARANA
· Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik DPU √
· Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) DPU √
· Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) DKPTK √
· Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) DPU
· Membangun sarana IPLT dan atau IPAL DPU
PENGELOLAAN
· Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja √
· Mengelola IPLT dan atau IPAL DKPTK √
· Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja DKPTK √
· Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik DKPTK
· Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) DKPTK
dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
· Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) -
· Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik -
· Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik -
MONITORING DAN EVALUASI
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota BAPPEDA
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik LH
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta LH
mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik LH
Sumber Data : Bappeda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.4: Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kota Magelang
Ketersediaan Pelaksanaan
Efektif
Peraturan Keterangan
Ada Tidak Dilaksanakan Belum Efektif Tidak Efektif
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan (Sebutkan)
- Ada Dilaksanakan Dilaksanakan
pengelolaan air limbah
domestik di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi -
Pemerintah Kab/Kota dalam
penyediaan layanan
pengelolaan air limbah
domestik
Kewajiban dan sanksi bagi -
Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
dan badan usaha dalam
pengelolaan
Kewajiban danairsanksi
limbahbagi -
domestik dan atau
masyarakat
pengembang untuk
menyediakan sarana
pengelolaan
Kewajiban danairsanksi
limbahbagi -
domestik di hunian
industry rumah tanggarumah
untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi -
kantor untuk menyediakan
sarana pengelolaan air
limbah domestik di
tempat usaha
Kewajiban penyedotan air -
limbah domestic untuk
masyarakat, industri rumah
tangga, dan kantor pemilik
tangki septik
Retribusi penyedotan air Perda Kota Magelang Nomor 17 Tahun √
limbah domestik 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum
Tatacara perizinan untuk -
kegiatan pembuangan air
limbah domestic bagi kegiatan
permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran
Sumber Data : DKPTK Kota Magelang Tahun 2012
3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Kota Magelang merupakan Kota kecil dengan luas wilayah ± 18,12 Km², dalam pengelolaan Air Limbah Domestik di
Kota menggunakan 2 sistem yakni :
Sistem setempat ini meliputi jamban pribadi maupun jamban umum yang menggunakan tangki septic tank sendiri
tanpa adanya penggabungan dengan KM/ WC lain, system ini merupakan system yang dominan digunakan oleh
tiap – tiap Rumah Tangga di Kota Magelang.
Sistem terpusat ini meliputi jamban pribadi dan jamban umum yang hanya meliputi beberapa Wilayah saja di
Kota Magelang meliputi Kelurahan Kramat Selatan, Kelurahan Gelangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, dan
Kelurahan Cacaban yang diupayakan melalui Program Pemerintah yakni Program SLBM (Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat) dengan proses pendanaan dari DAK APBN.
Dalam rangka mendukung proses pengelolaan air limbah domestik ini maka dibangunlah Instalasi Pembuangan
Limbah Terpadu (IPLT) yang berlokasi di Kampung Dumpoh, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara
untuk pembuangan akhir lumpur tinja dari Jamban Pribadi dan Umum baik yang di angkut oleh mobil tinja Swasta
maupun Pemerintah dengan jumlah penerima manfaat Seluruh Masyarakat Kota Magelang.
Cakupan Pelayanan
Prasarana dan sarana pengelolaan limbah cair di Kota Magelang masih terbatas pada skala rumah tangga
saja, sedangkan untuk skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum maksimal digunakan. Volume limbah tinja
yang terangkut di Kota Magelang kurang lebih 2.25 m3/hari.
Sarana sanitasi berupa pengelolaan air limbah di beberapa tempat telah tersedia namun pengelolaannya
belum maksimal. Sebagian besar tempat usaha belum memiliki sarana pengolah limbah terutama pada industri kecil
dan industri rumah tangga.Ada beberapa pengaduan masyarakat terkait dengan limbah industri rumah tangga yang
mengganggu lingkungan seperti industri tahu dan tempe serta industri tekstil.
Permasalahan terhadap system cakupan pelayanan pengelolaan Air limbah domestik ini antara lain yakni :
Masih sulitnya bagi Rumah Tangga Miskin untuk mengakses sistem pengelolaan air limbah domestik ini karena
belum memiliki sarana pembuangan Air Limbah (MCK).
Sebagian dari Rumah Tangga tidak memiliki Septick Tank namun langsung dibuang ke Saluran Drainase.
Kepadatan penduduk yang cukup tinggi amat menyulitkan dalam pembangunan septic tank bagi tiap – tiap rumah
tangga karena jarak antar rumah yang berdekatan sehingga di khawatirkan akan mencemari sumber air bersih
(sumur) dan mempercepat penurunan permukaan tanah (ambles).
Berikut merupakan Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Kota Magelang :
Tabel 3.5: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik
Kamar
Black Water Mandi Septick Tank Melalui Pipa Resapan Sungai Aliran 1
(Tinja, Air Seni) WC / Kloset
Septick Tank Melalui Pipa Biodigester Sungai
0 Melalui Pipa 0 Sungai
Kamar Melalui
Grey Water Mandi Bak Kontrol Saluran 0 Sungai Aliran 2
(Air Bekas Mandi, Cuci
Baju, Wastafel Drainase
Cuci Piring dan Cuci
Tangan)
Dapur
Sumber Data : DPU Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.6: Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten/Kota
Aliran 1
Pengaliran Pemipaan
Pengaliran Pemipaan
Pengolahan Akhir
Peran serta masyarakat di Kota Magelang dalam penangangan limbah cair masih sebatas pada kesadaran
untuk hidup sehat dengan membangun jamban dan tangki septik sendiri tanpa bantuan pemerintah serta iuran warga
untuk membagun sarana MCK pada lingkungan masyarakat yang kurang mampu, namun tingkat kesadaran
masyarakat untuk menggunakan jamban rumah maupun jamban umum masih rendah yang ditunjukkan dengan
masih adanya sebagian masyarakat yang membuang limbah cair langsung dari toilet ke sungai dan masih banyak
terdapat jamban umum/MCK yang kurang terawat.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam penanganan/pengelolaan air limbah terbukti dari data lapangan
bahwa kepemilikan jamban dan sarana sanitasi lainnya masih terbatas serta banyak dijumpai fasilitas umum yang
sudah terbangun namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan terkesan tidak terawat.
Program Pemerintah berbasis Masyarakat yang terkait dengan Pengelolaan Sanitasi Lingkungan :
Ada beberapa program pemerintah berbasis masyarakat yang ada di Kota Magelang, namun yang berkaitan
langsung dengan Sanitasi diantaranya adalah program PNPM Mandiri Perkotaan dan Program SLBM (Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat), PNPM memiliki pilar Tridaya dimana pembangunan diarahkan untuk
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan (berdasarkan usulan warga sebagian wilayah dialokasikan untuk
Pembangunan Infrastruktur yang mendukung aspek sanitasi yangterkait dengan Sanitasi ini antara lain yakni
pembangunan Saluran Drainase, MCK umum, Bak Sampah, dsb) sedangkan Program SLBM terkonsentrasi pada
pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa MCK ++ yang merupakan MCK umum yang dilengkapi dengan
sarana pengolahan limbah rumah tangga yang dapat mengubah tinja menjadi biogas melalui alat yang disebut
biodigester.
Mengenai cakupan wilayahnya, Program PNPM Mandiri Perkotaan meliputi seluruh wilayah Kota Magelang
dengan skala program per masing – masing wilayah Kelurahan sedangkan Program SLBM saat ini baru Kelurahan
Kramat Selatan, Magersari, Gelangan, Rejowinangun Utara, dan Cacaban dengan skala program per masing –
masing wilayah RT/RW yang disepakati oleh Kelurahan setempat.
Secara umum warga Masyarakat dapat mengakses sarana jamban keluarga/ jamban umum dan hanya
sebagian kecil wilayah yang telah memperoleh dana bantuan untuk pembangunan MCK ++ yakni sekitar 5 dari 17
Kelurahan, melalui program SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat).
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi pengelolaan Jamban dan MCK oleh Masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh masyarakat
Jumlah Pemakai Jumlah Jumlah Fas. Persedia Ada Biaya Tempat Kapan Tangki
Lokasi
Toilet/ Kamar Cuci an Pemakaia Buangan Septik
MCK MCK PDAM SPT SGL
No WC Mandi Tangan Sabun n MCK Air Kotor Dibangun
Tangki
RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T Cubluk
Septik
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a. Kelurahan Jurangombo Utara
1 7 V √ √ √ √ √
2 5 II √ √ √ √ √
c Kelurahan Magersari
1 3 15 25 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2002
2 5 60 100 MA 2 3 1 1 √ √ √ √ 2010
3 6 20 50 MA 1 2 1 1 √ √ √ √ 2002
4 7 30 60 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2009
5 10 30 50 2 2 1 1 √ √ √ √ 2011
6 12 20 50 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2004
7 13 60 30 MA 3 2 1 1 √ √ √ 2010
e Kelurahan Cacaban
1 3 I 200 220 82 2 40 44 40 44 7 84 84
1 18
2 8 II 309 356 162 6 85 96 85 96 12 181
3 1
1 11
3 6 III 258 257 100 5 55 60 55 60 9 115
0 5
1 1 10
4 5 IV 181 186 78 45 56 45 56 9 101
0 3 1
5 6 V 264 265 103 2 1 70 74 70 74 10 14 144
5 8 4
6 1 14
6 8 VI 599 655 191 65 81 65 81 10 146
0 5 6
10
7 6 VII 201 207 107 2 50 59 50 59 8 109
9
10 10 19
8 8 VIII 337 357 187 8 95 95 15 195
0 0 5
2 13 15 13 15 28
9 8 IX 546 579 267 2 15 289
0 5 4 5 4 9
2 14 14 14 14 28
10 8 X 534 580 267 2 15 289
0 0 9 0 9 9
12
11 4 XI 270 276 122 4 55 71 55 71 10 126
6
10
12 4 XII 120 121 109 45 64 45 64 15 109
9
g Kelurahan Panjang
1 59 8 30 50 1 1 2 30 50
2 10 20 1 1 2 10 20
3 15 20 1 1 2 15 20
4 45 50 1 1 2 45 50
5 25 30 1 1 2 25 30
6 30 40 1 1 2 30 40
7 15 15 1 1 2 15 15
8 30 30 1 1 2 30 30
9 20 20 1 1 2 20 20
10 10 15 1 1 2 10 15
11 10 10 1 1 2 10 10
i Kelurahan Kedungsari
Keterangan:
L = laki-laki S = selalu tersedia air Y= SPT = Sumur pompa
P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali
K = kadang-kadang ya tangan
Dalam rangka pengelolaan Air Limbah Domestik, baru sekitar 30% Kelurahan yang telah
memperoleh dana bantuan Program SLBM untuk pembangunan MCK ++, sedangkan Program PNPM meliputi
seluruh Kelurahan di Kota Magelang yang terkait dengan pembangunan infrastruktur pengelolaan Air Limbah
Domestik seperti MCK Komunal, pengelolaan Drainase seperti Selokan, dsb.
Sekilas mengenai Program Pemerintah Kota Magelang yang berkaitan dengan Sanitasi Lingkungan :
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)
Program PNPM Mandiri Perkotaan merupakan Program Pemerintah berbasis Masyarakat yang
menitikberatkan pada aspek pemberdayaan Masyarakat dengan 3 pilar yakni Ekonomi, Sosial budaya dan
Lingkungan (Tridaya).
Program PNPM ini melakukan Ekspansi Program sampai pada tingkat basis (RT/ RW) dengan
pembangunan kelembagaan masyarakat yang disebut dengan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
yang merupakan basis yang mengatur, menampung dan mengabdikan diri kepada aspirasi Masyarakat (dari,
oleh dan untuk Masyarakat) dengan anggota dari Masyarakat pada Kelurahan tersebut.
Melalui Program PNPM ini Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di
Wilayahnya guna memperoleh informasi yang jelas dan obyektif guna merumuskan rencana program yang
bersifat Bottom Up.
Melalui LKM ini Masyarakat menyusun PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan) yang akan menjadi database komponen kegiatan ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan pada Kelurahan yang diharapkan akan dapat terintegrasi dengan Program Pemerintah baik yang
menjadi kewenangan Kelurahan, Kecamatan dan Kota Magelang.
Dalam pelaksanaan program kegiatannya, LKM berwenang untuk membentuk UPL (Unit Pengelola
Lingkungan), UPK dan UPS yang kemudian akan dibantu oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
bergerak pada tataran Teknis dilapangan.
Melalui PJM Pronangkis ini Pemerintah dapat memperoleh informasi yang sedetail – detailnya
mengenai permasalahan dan rencana program yang diusulkan Masyarakat sampai pada tingkat basis (RT/
RW).
1. Berupa unit tangki septic komunal yang masing-masing unit tangki septic dimanfaatkan oleh 4 atau 5
rumah. Modul ini dibangun untuk rumah yang berkelompok dan hanya tersedia lahan yang terbatas.
2. Berupa 1 unit MCK Plus++ yang dapat dimanfaatkan 100 KK terdiri dari kamar mandi, sarana cuci dan unit
pengolahan air limbahnya.
3. Berupa system jaringan perpipaan air limbah skala komunal (100 KK), menggunakan system pemipaan
PVC dan unit pengolahan air limbah. Pipa biasanya diletakkan di halaman depan, gang atau halaman
belakang. Membutuhkan bak control pada tiap 20 meter dan titik-titik pertemuan saluran.
Untuk kegiatan pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, di
Tahun 2010 Kota Magelang melaksanakan di 5 tempat dan di Tahun 2011 dilaksanakan di 3 tempat. Adapun
kegiatan yg dilakukan bernama “Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat” (SLBM). Di Kota Magelang
kegiatan ini dilaksanakan dengan system MIX (Gabungan), antara Unit MCK Plus++ dan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Sistem Komunal dengan Jaringan Perpipaan.
Tahun 2010 - 5 (lima) tempat dimaksud adalah :
4. Kp. Malanggaten RT. 03 dan RT. 04 / RW. XIV, Kel. Rejowinangun Utara
Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “MALANGGATEN SEHAT”
Jamban Komunal
1 KSM Pengayom AS - 5 2010
RT 6 RW V √ √ √ √
Jamban Komunal
2 KSM Pengayom AS - 6 2010
RT 6 RW V (6 unit) √ √ √ √
b Kelurahan Jurangombo Selatan
e Kelurahan Cacaban
Air Limbah Domestik
Onsite Komunal
1 MCK Komunal RW IX DPU 2011 √
2 MCK RW IV Kelurahan 2012 √ √
3 MCK RW V Kelurahan 2012 √ √
f Kelurahan Rejowinangun Utara
Air Limbah Domestik
Onsite Komunal
Drainase Lingkungan
i Kelurahan Kedungsari
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi
terhadap publik terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai
saat ini Bagian Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait
dengan aspek anggaran.
untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.10: Kegiatan komunikasi yang ada di Kota Magelang
No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak sasaran Pesan Kunci Pembelajaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan kesadaran
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan akan kebersihan
lebih cepat dan mengena lingkungan
2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik akan kebersihan
lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik akan kebersihan
bagi masyarakat lingkungan
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan kesadaran
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam akan kebersihan
massa website sehingga masyarakat lingkungan
luas dapat mengakses
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan kesadaran
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL akan kebersihan
pemerintahan daerah lingkungan
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Tabel 3.11: Media komunikasi yang ada di Kota Magelang
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
infrastruktur Sanitasi
2 Media Cetak (menyesuaikan Liputan Pembangunan infrastruktur Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
media cetak yang meliput) wartawan penunjang pengelolaan sanitasi infrastruktur sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan pengelolaan air Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
- Spot Iklan limbah infrastruktur sanitasi
Radio
4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan tentang Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
- Baliho pengelolaan sanitasi infrastruktur Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan infrastruktur Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
penunjang pengelolaan sanitasi infrastruktur sanitasi
Pembangunan
2 Pembanguan IPAL Infrastruktur PT. DEWATS LPTP in - kind
Komunal dan Promosi Sanitasi Yogyakarta
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.15: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domesti
Subsektor
No /SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata - rata (%)
1 Air Limbah 4.000.000
Retribusi Air Pembangunan Pembangunan Akhir Tahun
2 Limbah/ Tinja 12.325.000 12.550.000 IPLT IPLT Operasional
Sumber Data : Bappeda Kota Magelang
a. Belum meratanya sarana dan prasarana air limbah pada setiap bagian wilayah Kota Magelang. Hal ini
dapat diketahui berdasarkan hasil observasi di lapangan antara lain ditemukannya beberapa saluran
pembuangan air limbah yang memiliki kondisi yang sangat sederhana (pasangan tanah), tidak terpelihara
dengan baik sehingga menimbulkan kesan kotor, kumuh, tergenang dan berbau karena air limbah tidak
dapat mengalir dengan lancar, sehingga dapat menimbulkan berbagi macam penyakit.
b. Persepsi dari sebagian masyarakat yang menganggap sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan
yang mendesak. Sebagian masyarakat lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena
keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri. Untuk itu, bagaimana
menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar
tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air
(waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.
c. Masih kurang tersedianya fasilitas instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT), mengingat kebutuhan fasilitas
kota ini sangat penting dan mendesak. Jumlah truk pengangkut tinja yang dimiliki oleh Pemda sebanyak 1
unit, sedangkan pihak swasta sebanyak 2 unit, yang semuanya perlu perbaikan dan perawatan yang rutin,
sebab sering mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan terganggunya operasional truk pengangkut
tinja, dan IPLT yang belum sempurna penggunaanya.
d. Berbagai kendala yang masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan pengolahan air
limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu. Kendala-kendala tersebut antara lain (persepsi
tingginya) biaya yang harus ditanggung, baik biaya pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
maupun biaya operasional, ketersediaan lahan yang sempit, faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tidak mencukupi, dsb.
e. Air sumur di daerah pemukiman padat perkotaan umumnya sudah banyak tercemar oleh bakteri tinja atau
E. coli, sehingga tidak sehat lagi karena mencemari air tanah (sumur) yg sebagian besar masih digunakan
warga untuk kegiatan sehari-hari (mencuci, mandi dan memasak).
f. Jamban komunal yang ada di beberapa titik di Kota Magelang kondisinya kurang terawat dengan baik, hal
ini karena sistem pengelolaannya tidak ada. Pada kawasan tertentu hanya beberapa yang mendapat
program jamban yang terpadu yaitu Sanimas yang kondisinya saat ini cukup baik karena pengelolanya
melalui KSM.
g. Limbah rumah tangga tanpa bak kontrol dan tanpa pengelolaan terlebih dahulu sehingga banyak
sampah rumah tangga yang langsung masuk ke saluran air kemudian membusuk, menimbulkan bau,
lalat dan lingkungan semakin kumuh.
h. Banyaknya rumah tangga yang belum memiliki septic tank sehingga saluran buangan langsung ke
saluran drainase/ irigasi, hal ini akan berbahaya terutama sekali adalah penularan wabah penyakit.
i. Lingkungan permukiman yang padat memerlukan alternative penyelesaian dalam pengelolaan air
limbah domestik sehingga efektif dan efisien.
j. Sebagian rumah tangga pada permukiman padat perkotaan belum memiliki KM/WC. sehingga tingkat
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) masih tinggi.
k. Rendahnya kesadaran Masyarakat terhadap pentingnya sanitasi lingkungan.
l. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap opsi teknologi baru yang ditawarkan oleh
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat (misalny: Masyarakat khawatir ketika beralih ke septic
tank komunal karena menurut Masyarakat akan dapat membahayakan).
m. Rendahnya akses Rumah Tangga Miskin terhadap sarana sanitasi yang memadai.
n. Telah terbit peraturan perundangan di tingkatan Kota Magelang namun dalam pelaksanaannya sering
terjadi pelanggaran sehingga hal ini akan membahayakan sumber daya air, misalnya adalah
keberadaan perusahaan jasa Laundry yang membuang air limbah ke saluran air secara langsung.
o. Belum adanya pemantauan dan pemeriksaan terhadap pengolahan air limbah domestic dari unit
usaha kecil.
p. Belum adanya mekanisme pengaturan air limbah domestik
Belum adanya peraturan mengenai prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll).
Belum adanya sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik
Belum adanya sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic
Sarana umum yang belum dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memadai.
q. Fenomena PKL yang menjamur pada sebagian besar Kota di Indonesia kini merupakan fakta
perekonomian di Indonesia, dengan penataan PKL yang dilengkapi dengan sarana sanitasi
merupakan dukungan dan bagian dari persuasi terhadap Masyarakat akan pentingnya sarana
sanitasi guna mendukung kesehatan pribadi dan lingkungan.
Sampah dapat berasal dari kegiatan rumah tangga, industri, kegiatan pertanian, perdagangan, kegiatan
pembangunan dan sampah jalan raya. Berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Sampah organik, terdiri atas daun, kayu, sisa makanan, buah dan semua sampah yang mengandung
senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sampah ini dapat membusuk dan
mudah didegradasi oleh mikroba.
2) Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, logam dan bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa
organik sehingga sulit diuraikan oleh mikroba.
Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume atau berat
per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan. Dari timbulan sampah tersebut, sekitar 69%
diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, 10% ditimbun, 7% diolah (kompos), 5% dibakar, 3%
dibuang ke sungai, dan 6% sisanya tidak tertangani. Dilihat dari komposisinya, sampah di Indonesia didominasi
oleh bahan organik sebesar 65%, kertas sebesar 13%, plastik sebesar 11%, dan kayu sebesar 3%. Sisanya adalah
tekstil, karet, logam, gelas, dan keramik masing-masing sebesar 1% (Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Angka, 2009).
Demikian pula di daerah-daerah dengan aktivitas penduduk yang tinggi, misalnya di daerah pembangunan,
maka jumlah sampah yang dikumpulkan juga akan meningkat. Hal yang sama terjadi pula pada daerah
dengan kegiatan perdagangan, industri, pertanian, dan lain-lain.
Adanya sampah-sampah yang dibakar atau dibuang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh kontraktor,
sehingga tidak masuk dalam pencatatan administrsi Dinas Kebersihan, akan memberikan gambaran jumlah
sampah yang lebih kecil dari jumlah produksi sampah yang sebenarnya. Makin baik sistem pengumpulan
dan pengangkutan sampah, makin banyak jumlah produksi sampahnya.
3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai dapat kembali.
Adanya bahan-bahan tertentu pada sampah yang masih mempunyai nilai ekonomis, oleh kelompok tertentu
akan diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Contohnya pecahan kaca/gelas, besi, plastik, kertas,
karton, dan lainnya yang masih mempunyai nilai ekonomi. Dengan demikian, jenis sampah tersebut yang
dikumpulakan umlahnya berkurang. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada harga pasaran. Bila harga
cukup tinggi, maka jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan akan sedikit sekali, karena banyak yang
diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Dan sebaliknya, bila haraga pasaran menurun, maka
sampah jenis ini akan bertambah jumlahnya untuk dikelola.
4. Geografi
Faktor geografi juga menpunyai pengaruh terhadap jumlah dan komposisi sampah. Misalnya, di daerah
pegunungan, sampah dari jenis kayu-kayuan merupakan yang terbanyak, sedangkan di dataran rendah,
sampah dari pertanian mungkin menonjol, demikian pula di daerah pantai, sampah yang terbanyak adalah
yang berhubungan dengan hasil-hasil laut
5. Waktu
Jumlah produksi sampah dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh faktor waktu (harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan).
Jumlah produksi sampah dalam saat hari bervariasi menurut waktu. Ini erat hubungannya dengan kegiatan
manusia sehari-hari, misalnya di dapur, kantor, dan lain-lain. Umumnya sampah dipagi hari jumlahnya
sedikit, kemudian meningkat antara pukul 08.00-14.00 dengan puncaknya sekitar pukul 11.00-13.00.
Jumlah produksi sampah akan menurun kembali hingga sekitar pukul 16.00. Selanjutnya akan meningkat
kembali setelah pukul 18.00. Hal tersebut terjadi akibat adanya aktivitas sore hari di Indonesia, seperti ke
toko, restoran dan tempat lainnya, di samping kegiatan makan malam di rumah-rumah.
Jumlah produksi sampah dalam seminggu juga bervariasi. Bila diamsusikan bahwa pengumpulan sampah
dalam seminggu juga bervariasi. Bila diasumsikan bahwa pengumpulan sampah dilakukan setiap hari,
maka jumlah sampah hari Senin lebih tinggi, dibandingkan hari Selasa hingga Kamis, dan meningkat lagi
hari jumat hingga Minggu. Hal tersebut berhubungan dengan aktivitas hari Minggu, misalnya piknik, arisan,
perayaan atau pesta, dan lainnya, terutama di daerah perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan mungkin
variasi tersebut tidak begitu menyolok.
6. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi jumlah produksi sampah suatu daerah, dalam hal ini termasuk
adat istiadat, taraf hidup, serta kebiasaan masyarakat. Contohnya, jumlah produksi sampah di daerah pusat
kota jelas akan berbeda dengan daerah pinggiran kota. Di daerah yang telah maju seperti Singapura, akan
berbeda jumlah sampahnya dibandingkan dengan di Jakarta. Kebiasaan masyarakat juga memproduksi
sampah, tercermin dalam cara masyarakat tersebut mengelola sampahnya. Sampah yang tertumpuk begitu
saja mencerminkan kebiasaan dan martabat masyarakat yang bersangkutan.
7. Musim atau iklim
Faktor musim atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah, contohnya di Indonesia, pada
musim hujan, jumlah produksi sampah terlihat meningkat karena adanya sampah yang terbawa oleh air,
sampah yang terkumpulkan dan tersangkut jauh berkurang karena adanya kesulitan dalam mengumpulkan
sampah padahal produksi sampah pada kenyataannya tetap. Jadi ada sebagian sampah yang tidak
terangkut.
Pada musim buah-buahan jelas akan meningkatkan jumlah produksi sampah suatu daerah, dan juga musim
panen, musim liburan sekolah, hari raya, dan lain-lain.
8. Kebiasaan masyarakat
Kebiasaan masyarakat dalam hal ini misalnya kegemaran suatu kelompok masyarakat pada jenis makanan
tertentu, sehingga produksi sampah yang berasal dari makanan tersebut dominant. Contoh, suku Bali
dengan adatnya yang serba sesajen akan menyebabkan produksi sampah yang lebih banyak dari suku lain.
9. Teknologi
Peningkatan sampah sejalan dengan peningkatan teknologi. Dengan adanya kemajuan teknologi,
makaterdapat jenis-jenis sampah yang pada saat ini menjadi masalah. Misalnya sampah plastik, kardus,
tong, peti kemas yang besar, perabotan rumah tangga seperti kulkas, televise, dan lain-lain. Akan tetapi
akibat kemajuan teknologi pula, sistem pengangkutan dan pengumpulan sampah menjadi lebih efisien
sehingga dengan tenaga yang minimal dalam waktu singkat sudah dapat mengumpulkan sampah salam
jumlah besar.
Jumlah dan komposisi sampah bergantung pula pada sumber dari mana sampah tersebut berasal. Sampah
rumah tangga akan berbeda jumlah dan komposisinya dengan sampah pasar, dan sampah dari kedua
sumber tersebut juga berbeda dengan sampah industri.
(liter) (kg)
1 2 3 4 5
Sumber : Laporan Akhir Studi Pengelolan Sampah Terpadu Kota Magelang Tahun 2007
b. Klasifikasi Kota
Tabel Besar timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota
Volume Berat
No Klasifikasi Kota
(L/orang/hari) (Kg/orang/hari)
Sumber : Laporan Akhir Studi Pengelolan Sampah Terpadu Kota Magelang Tahun 2006
Satuan Untuk Timbulan Sampah
Satuan untuk menyatakan timbulan sampah bereda-beda, tergantung dari sumber sampah. Dalam pengeloaan
sampah ukuran yang sering dipakai adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Berat
Ukuran berat yang sering digunakan adalah: a) dalam ton/hari untuk jumlah timbulan sampah dari suatu
daerah. b) dalam kg/orang/hari atau gram/orang/hari untuk produksi sampah per orang atau perkapita.
Ukuran berat baik digunakan karena hasil perhitungan produksi sampah dengan ukuran berat dapat
dibandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu kota/negara dengan kota/negara lain.
Sedangkan kekurangannya adalah dengan menggunakan ukuran berat maka diperlukan alat timbangan
sehingga dibutuhkan modal yang cukup besar. Untuk kota/negara yang sedang berkembang, kebutuhan
alat tersebut terkadang menjadi hambatan dalam pengelolaan sampah.
Memandingkan produksi sampah satu daerah dengan daerah lainnya dengan menggunakan ukuran ini
relatif sulit, karena dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah masing-masing daerah tersebut. Bila akan
melakukan perbandingan dengan menggunakan ukuran ini maka faktor-faktor yang berpengaruh tersebut
harus dikontrol atau disamakan terlebih dahulu.
3. Ukuran Volume
Ukuran volume sering digunakan terutama di negara berkembang, yang masih terdapat kesulitan biaya
untuk pengadaan alat timbang. Satuan ukur yang dipakai adalah m³/orang/hari atau liter/orang/hari. Dalam
pelaksanaan sehari-hari sering alat ukur volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul dan
pengangkut sampah, misalnya bak penampung sampah dengan volume 60 liter atau volume truk 12 m³.
Dengan mengetahui volume sampah per alat angkut dan jumlah rit angkutan, maka volume produksi
sampah keseluruhan dapat diketahui. Akan tetapi, perandingan produksi sampah antar daerah sulit
dilakukan karena faktor-faktor:
a) Jenis dan komposisi sampah yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
b) Cara pengisian alat ukur/alat penampung dan alat pengngkut sampah yang berbeda, apakah
dipadatkan atau tidak.
Jadi dalam membandingkan produksi sampah antar daerah dengan menggunakan ukuran ini harus
memperhatikan satuan yang dipakai dan cara pengukuran yang dilakukan.
Sampah Jumlah
Lain-lain
Sampah Pasar Jumlah Sampah yg
No Jumlah (5%
Kecamatan Rumah (20% Produksi terangkut
. Penduduk sampah
Tangga sampah Sampah (60% jml
RT)
RT) sampah)
(jiwa) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr)
1 Magelang Utara 42.884
2 Magelang Tengah 49.995
3 Magelang Selatan 37.809
Total 130.688
Sumber : Laporan Periodik Volume Sampah, 2011
3.3.1 Kelembagaan
Permasalahan penanganan persampahan di perkotaan berdampak sangat besar terhadap penurunan
kondisi kebersihan dan kesehatan secara signifikan. Hal yang paling menonjol adalah karena menurunnya
kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten maupun penerimaan retribusi dari masyarakat. Semenjak
Otonomi Daerah dimana pengelolaan anggaran diserahkan langsung kepada kota/kabupaten, banyak
kota/kabupaten menghadapi keterbatasan anggaran untuk melaksanakan pengelolaan persampahan, baik
anggaran untuk pengadaan/penggantian prasarana dan sarana, anggaran operasional maupun anggaran
pemeliharaan.
Keterbatasan anggaran tersebut lebih jauh menyebabkan rendahnya kapasitas pelayanan sehingga
masih banyak dijumpai sampah yang dikelola secara tidak benar dan tidak terangkut serta dibuang secara
liar, tidak dapat dilaksanakannya pelayanan yang diharapkan, misalnya adalah sampah di TPS yang terpaksa
menginap, pengelolaan TPA secara open dumping dan sebagainya yang dapat berakibat merusak tatanan
sosial dan lingkungan.
Sistem pengolahan sampah yang ada di Kota Magelang saat ini ada 2 (dua) macam, yaitu:
1) Sistem skala individual yaitu sistem pengelolaan individu yang dilakukan satu sumber atas sampah yang
dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut, di mana masyarakat mengolah sendiri dengan cara dibakar
dan sebagian dengan cara membuang secara sembarangan,
2) Sistem pengelolaan sampah dengan cara pengumpulan hingga ke tahap pengangkutan dan
pembuangan ke TPA yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Selanjutnya pada tahun 2008, terjadi perubahan struktur organisasi di Pemerintah Kota Magelang
dimana Dinas Pengendalian Lingkungan Hidup berubah menjadi Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata
Kota. Selain itu dibentuk pula Kantor Lingkungan Hidup yang mengurusi bidang lingkungan hidup.
1. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 , Struktur Organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Tata Kota Kota Magelang terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, meliputi :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Program
3. Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Kebersihan, meliputi :
1. Seksi Pengelolaan Kebersihan
2. Seksi Transportasi dan Peralatan
d. Bidang Pertamanan, Penerangan Jalan dan Pemakaman, meliputi :
1. Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan
2. Seksi Pengelolaan Pemakaman.
e. Bidang Tata Kota, meliputi:
1. Seksi Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Kota
2. Seksi Registrasi Tata Bangunan
f. UPTD Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA)
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN
UMUM DAN
PROGRAM KEUANGAN
KEPEGAWAIAN
Kelompok
Jabatan Fungsional
BIDANG
BIDANG PERTAMANAN, BIDANG
KEBERSIHAN PENERANGAN JALAN TATA KOTA
DAN PEMAKAMAN
SEKSI SEKSI
SEKSI PERENCANAAN,
PERTAMANAN DAN
PENGELOLAAN PENERANGAN PEMANFAATAN DAN
KEBERSIHAN PENGENDALIAN
JALAN TATA KOTA
UPTD
TEMPAT
PEMBUANGAN WALIKOTA MAGELANG
SAMPAH AKHIR
FAHRIYANTO
Tabel 3.16: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, pemerintah
Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target pemerintah
Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target pemerintah
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah masyarakat
Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS masyarakat
Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) pemerintah
Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pemerintah
Membangun sarana TPA pemerintah
Menyediakan sarana komposting pemerintah masyarakat
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS masyarakat
Mengelola sampah di TPS masyarakat
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA pemerintah
Mengelola TPA pemerintah
Melakukan pemilahan sampah* pemerintah masyarakat
Melakukan penarikan retribusi sampah pemerintah
Memberikan izin usaha pengelolaan sampah pemerintah
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) pemerintah
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah pemerintah
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah pemerintah
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah pemerintah
skala Kota Magelang
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pemerintah
pengelolaan persampahan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau pemerintah
menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.17: Peta Peraturan Persampahan Kota Magelang
Keterse Pelaksanaan
Peraturan diaan Tidak Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif Keterangan
Ada (Sebutkan) Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
PERSAMPAHAN
Target capaian pelayanan pengelolaan Efektif
Ada
persampahan di Kota Magelang
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah UU no 18 tahun 2008 tentang
Kab/Kota dalam menyediakan layanan Pengelolaan persampahan Belum efektif
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam memberdayakan UU no 18 tahun 2008 tentang
Belum efektif
masyarakat dan badan usaha dalam Pengelolaan persampahan
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
untuk mengurangi sampah, menyediakan Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
Belum efektif
tempat sampah di hunian rumah, dan Pengelolaan Kebersihan
membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit
usaha di kawasan komersial / fasilitas Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
social / fasilitas umum untuk mengurangi Belum efektif
Pengelolaan Kebersihan
sampah, menyediakan tempat sampah,
dan membuang ke TPS
Pembagian kerja pengumpulan sampah
dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kebersihan Efektif
pengelolaan di TPA, dan pengaturan
waktu pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA pemerintah kab/kota dengan
Kerjasama Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan Belum efektif
Pengelolaan Kebersihan
sampah
Retribusi sampah atau kebersihan Ada Belum efektif
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Peraturan yang menjadi pedoman dan acuan dalam pengelolaan kebersihan adalah Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan ( Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2006
Nomor 30 ) sedangkan yang dipakai dasar penarikan retribusi adalah Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17
tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
Wilayah Perkotaan/Administrasi
Sampah 3 liter/org/hari
1 Pemukiman 200
2 Pasar 45
3 Komersial 22
4 Perkantoran 8
5 Fasilitas umum 23
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang
Metode pengelolaan TPA yang digunakan adalah controll landfill menuju sanitary landfill.
3. Kegiatan 3 R (Reuse, Reduce dan Recycling) apa yang telah tersedia dan dilaksanakan di Kota Magelang
serta jumlah dengan kapasitasnya, sebagai berikut:
A. Teknologi pengomposan :
a. Sampah yang masuk TPA mula-mula dipilahkan menurut jenisnya, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Jenis sampah organik selanjutnya diproses menjadi kompos dengan
menggunakan alat pengomposan yang sudah tersedia di TPA;
b. Sampah organik dimasukkan dalam mesin pencacah. Sampah yang sudah dicacah diberi
campuran bahan-bahan antara lain katul, disiram dengan air yang telah dicampur dengan tets dan
EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Kemudian sampah yang telah dicampur bahan
tadi ditutup dengan plastik untuk mempercepat proses fermentasi. Agar fermentasi dapat baik
sampah tadi dibolak-balik, apabila diraba terasa panas (± 2 hari sekali). Setelah kurang lebih 2
bulan kompos sudah siap dipakai. Saat ini sampah yang dibuat kompos kurang lebih M3/ bulan.
II. Pengomposan (Komposting Rumah Tangga) di Perumahan Warga yaitu di lokasi sebagai berikut :
RT 1 RW 3 Kelurahan Potrobangsan
RW 4 Kelurahan Jurangombo Selatan
RW 7 Kelurahan Wates
RT 2 RW 2 Kelurahan Gelangan
RW 9 Kelurahan Gelangan
RW 2 Kelurahan Tidar Utara
RW 4 Kelurahan Tidar Utara
RW 9 Kelurahan Rejowinangun utara
RW 2 Kelurahan Magelang
Kelurahan Kramat Selatan RW 10 Perum Korpri
Kelurahan Jurangombo Utara RW 8 KSM Gayatri
Pengolahan kompos
Gambar :
IV. Teknologi Pembuatan kertas daur ulang dan plastik :
Masyarakat/warga yang mengolah sampah kertas bekas menjadi produk tersebut berlokasi di Kelurahan
Tidar Utara dan Rejowinangun Utara
Teknologi logam :
Tidak ada
Tidak ada
Teknologi pembakaran :
Pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator dilaksanakan di RSU Tidar Kota magelang.
Karakteristik sampah yang dibakar adalah sampah medis.
1. Produk yang dihasilkan oleh masyarakat berupa kompos padat maupun cair menghadapi kendala pemasaran.
2. Hasil karya berupa kerajinan dari bahan anorganik juga mengalami kendala pemasaran .
3. Sebagian besar wilayah kelurahan belum melaksanakan pemilahan sampah dari sumbernya.
4. Kurangnya dukungan dan keseriusan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah baik sarana prasarana
maupun alokasi anggaran yang memadai di sektor pengelolaan sampah.
B. Sistem Pengangkutan
DEPO/TPS TPA
Penyapuan jalan
DKPTK
protokol
Terminal Dinas
Perhubungan
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang
1. Truk sampah
2. Mobil sampah ( pick up )
3. Motor sampah
4. Dapat Gerobak
Komposisi sampah organik dan anorganik belum dapat terkelola dengan baik karena sistem
pemilahan belum dapat berjalan baik , mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat skala kota . Di beberapa
tempat, telah tersedia tempat sampah dengan berbagai warna dengan masing – masing wadah/kotak
bertuliskan jenis sampah yang sesuai dengan wadah yang ada. tiap kotak sampah tertulis sampah organik ,
sampah anorganik . Tempat sampah yang sering kita jumpai selama ini masih sekedar simbolis saja ,
karena untuk melaksanakan pemilahan dari sumber membutuhkan kerja keras dari semua pihak baik mulai
tingkat kesadaran masyarakat maupun harus didukung sarana dan prasarana yang memadai termasuk
sarana angkut yang dilengkapi dengan bak atau sarana pemisah baik berupa gerobak maupun mobil
sampah . Sehingga setelah sampai di TPA tinggal dilakukan pengolahan menjadi kompos .
4
Bambang Sugiarto Cacaban, Tukangan kulon 06.00 s/d 15.00
Route Roda 3
Tranfer depo
Permasalahan yang terjadi baik di tingkat tranfer depo maupun TPS adalah tingkat disiplin warga mapun
tenaga pengangkut sampah di wilayah kelurahan yang tidak mentaati batas waktu atau jam , sehingga
adanya sampah yang menginap di Tranfer depo.
Pembagian tugas pengelolaan sampah yang telah dibagi sesuai kewenangan kadangkala tidak berjalan
dengan baik karena adanya kendala di lapangan yaitu terbatasnya sarana dan prasarana maupun personel
yang ada, sebagai contoh sampah yang berada di terminal yang menjadi tanggung jawab Dinas
Perhubungan selalu nampak terbengkalai karena Dinas Perhubungan tidak memilki arnada yang khusus
mengangkut sampah .
D. Pengangkutan sampah
1. Truk
4 Daihatsu Delta AA 981 BA 1982 10,000,000 RB
2. Dump
5 Truck Isuzu Bison H 9564 HG 1989 9,000,000 KB
Isuzu Bison 1989
3. Dump
6 Truck H 9551 DG 10,000,000 RB
Isuzu Bison 1989
4. Dump
7 Truck H 9556 DG 10,000,000 KB
Isuzu Bison 1989
5. Dump
8 Truck H 9553 DG 9,000,000 RB
Isuzu Bison 1989
6. Dump
9 Truck H 9550 DG 9,000,000 RB
Isuzu Bison
7. Truck
1 fell H 908 DS 1991 10,000,000 KB
01
8. Truck Toyota Dyna AA 9543 AA 1990 9,000,000 CB
1
9. Truck Toyota Dyna AA 9531 AA 2001 132,000,000 B
21 Truck
10. Dump Isuzu Elf AA 9532 AA 2001 197,000,000 B
31 Truck
11. Dump Toyota Dyna AA 9552 AA 2005 270,602,500 B
41 Truck
12. Dump Hino Dutro AA 9553 AA 2006 259,055,000 B
51 up
13. Pick Mitsubishi L 300 AA 9584 AA 1992 8,000,000 KB
61 up
14. Pick Daihatsu Zebra H 9582 FG 1995 10,000,000 KB
71 up
15. Pick Mitsubishi L 300 AA 9578 AA 2001 127,000,000 B
81 up
16. Pick Suzuki Carry AA 9577 KA 2006 62,252,000 B
92 up
17. Pick Mitsubishi T 120 AA 9565 EA 2009 116,447,550 B
02 tangki tinja
18. Truk SS
Mitsubishi AA 9534 AA 1996 20,000,000 B
12 Tangki Tinja
19. Colt Mitsubishi AA 9537 AA 1996 20,000,000 B
2 tangki siram
20. Truk Daihatsu H 9555 NG 1995 15,000,000 B
21. Truk23 tangki siram Mitsubishi AA 9535 AA 1997 20,000,000 B
Sumber Data : Dinas
4 Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Dengan melihat data diatas dapat dilihat tentang kondisi alat angkut sampah berupa truk maupun dump
truk sudah banyak dalam kondisi rusak , Untuk kondisi eksisting saat ini Dump truk yang operasional 5 buah dan
hanya 4 buah yang dapat berfungsi normal dan 1 ( satu ) buah jenis truk, sehingga untuk sementara dalam
operasional sehari – hari dibantu dengan mobil – mobil kecil berupa pick up.
Perencanaan pengembangan kedepan adalah perlunya dipikirkan adanya armada yang khusus menangani
sampah pada titik atau daerah yang telah terpisah jenis sampahnya teritama dari sumbernya yaitu penyediaan mobil
khusus yang dilengkapi bak pemisah antara sampah organik dan anorganik.
TPA Kota Magelang terletak di wilayah Kabupaten Magelang yaitu di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo
,kurang lebih berjarak 5 km dengan luas 6,8 hektar . Sampah yang masuk tiap hari 360 m3 /hari . Sistem yang
dipakai adalah control landfill . Sampai saat ini zona yang digunakan ada 5 (lima) sel, dengan bentuk persegi
panjang dengan panjang sel 1, 2, 3, dan 4 dibuat tahun 1993 dengan konsep sanitary landfill. Volume sampah yang
saat ini masuk ke TPA Banyuurip yaitu ± 360 m3 setiap harinya.
Kondisi TPA:
1. Belum adanya perkerasan jalan yang dapat menuju kesegala arah di dalam lokasi TPA ,jalan yang diperlukan
dengan lebar 5-6 meter dan panjang kurang lebih 800 meter. Saat ini kendaraan keluar masuk di area TPA (
antar sel ) sangat krodit karena kondisi jalan sudah banyak yang rusak dan sebagian jalan ada yang tertutup
sampah.
2. Belum dilengkapi sistem drainage yang memadai baik dilingkungan sekitar sel aktif maupun di lingkungan area
bangunan komposter dan gudang kompos, sehingga apabila hujan sebagian air lindi meluap keluar sebagian
tercecer dijalanan dan terjadiNnya genangan air hujan .
3. Kolam lindi
Kolam leachet / lindi yang ada, belum memenuhi standart yang lengkap karena belum didukung teknologi
pengolahan limbah seperti kincir untuk aerasi , peralatan pemantuan limbah, laboratorium limbah , penambahan
bahan bahan kimia untuk kegiatan treatment maupun belum adanya kolam kontrol ( indikator ) sebelum limbah
dibuang kelingkungan.
Dengan melihat kondisi yang ada, maka maka dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya adanya peremajaan
maupun penggantian alat berat yang ada.
7. SEL TPA
Sebagian besar sel – sel yang ada telah penuh terisi sampah sehingga terlihat seperti gunungan sampah dan
sel aktif yang ada saat ini diperkirakan hanya bisa dipakai sampai 2 tahun kedepan, sehingga perlu direncanakan
adanya persiapan pembuatan sel baru atau penambahan luas TPA.
8. Lapak/gubug pemulung
Terdapat gubug – gubug yang terletak di lokasi TPA , yang merupakan tempat tinggal para pemulung . kondisi
yang kumuh dan kotor memerlukan penanganan yang serius termasuk perlunya dibangun barak pemulung yang
lebih layak dan bersih.
Secara umum atau sekitar 90% di kelola oleh TPS dan berakhir pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dan hanya sampah yang bersumber dari Rumah Sakit yang dibakar dengan bantuan incinerator.
AL3
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Pasar Jumlah pasar 10 DDA
Penampungan container Jumlah container 5 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir JumlahTPS 6 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
AL4
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Pusat perdagangan Jumlah industri 1724 DDA
dan industri
Penampungan Bak sampah Jumlah bak sampah 3448 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir TPS JumlahTPS 6 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
AL5
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Jalan protokol Petugas sapu jl 50 orang DKPTK
protokol
Penampungan Bin beroda Jumlah bin 50 buah DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi terhadap publik
terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai saat ini Bagian
Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait dengan aspek
anggaran.
untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.23: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota
No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Kunci Pembelajaran
sasaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan kesadaran
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan akan kebersihan lingkungan
lebih cepat dan mengena
2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik akan kebersihan lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik akan kebersihan lingkungan
bagi masyarakat
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan kesadaran
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam akan kebersihan lingkungan
massa website sehingga masyarakat
luas dapat mengakses
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan kesadaran
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL akan kebersihan lingkungan
pemerintahan daerah
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.24: Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota
No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat
Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan
masyarakat dalam
perbaikan
infrastruktur Sanitasi
2 Media Cetak Liputan Pembangunan Keterlibatan
(menyesuaikan wartawan infrastruktur penunjang masyarakat dalam
media cetak yang pengelolaan sanitasi perbaikan
meliput) infrastruktur sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Spot Iklan pengelolaan air limbah masyarakat dalam
Radio perbaikan
infrastruktur sanitasi
4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Baliho tentang pengelolaan masyarakat dalam
sanitasi perbaikan
infrastruktur Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan Keterlibatan
infrastruktur penunjang masyarakat dalam
pengelolaan sanitasi perbaikan
infrastruktur sanitasi
6 Stiker Stiker Sosialisasi peraturan Keterlibatan
pengelolaan sanitasi masyarakat dalam
perbaikan
infrastruktur sanitasi
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.27: Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kota Magelang
Belum ada
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan
Permasalahan penanganan persampahan di perkotaan berdampak sangat besar terhadap penurunan
kondisi kebersihan dan kesehatan secara signifikan. Hal yang paling menonjol adalah karena menurunnya
kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten maupun penerimaan retribusi dari masyarakat. Semenjak
Otonomi Daerah dimana pengelolaan anggaran diserahkan langsung kepada kota/kabupaten, banyak
kota/kabupaten menghadapi keterbatasan anggaran untuk melaksanakan pengelolaan persampahan, baik
anggaran untuk pengadaan/penggantian prasarana dan sarana, anggaran operasional maupun anggaran
pemeliharaan.
Berikut merupakan informasi mengenai pendapatan dan belanja dari subsector pengelolaan persampahan :
Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan
1. Jumlah timbunan sampah perhari ± 360 m³ sementara sampah terangkut ± 252 m³ atau sekitar 70%.
2. Kesadaran masyarakat yang cukup rendah terhadap pengelolaan sampah domestik.
3. 75 % dari sampah yang terakumulasi tersebut adalah sampah organik dan dalam tempo 24 jam akan
membusuk sehingga tidak dapat terangkut semua, meninggalkan bau pada TPST dan menjadi sarang
penyakit.
4. Beberapa Kelurahan telah memiliki pengolahan sampah organik dari Rumah Tangga secara mandiri
namun dalam hal ini masih kesulitan dari segi prospek penjualan dan promosi kepada Masyarakat.
Hal ini terkait dengan tingkat pemanfaatan kompos yang minim di Kota Magelang mengingat luas
wilayah yang sempit sehingga luas lahan untuk tanaman budidaya juga sedikit.
Nilai jual rendah, karena kualitas belum terukur.
5. Hasil kerajinan dari sampah an organik masih sulit dalam pemasaran
6. Lahan perkotaan yang sempit serta kepadatan penduduk yang demikian tinggi amat menyulitkan
dalam memperoleh lahan untuk pengumpulan sampah sementara (sulit dalam penempatan TPS).
7. Kurangnya dukungan dan keseriusan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah baik sarana
prasarana maupun alokasi anggaran yang memadai di sektor pengelolaan sampah.
8. TPA yang semakin akut kondisinya.
9. Kota Magelang yang sempit dengan luas wilayah ± 18, 2 km² tidak memiliki TPA sendiri namun
berada di Kabupaten magelang, tepatnya di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota Magelang.
10. Hingga saat ini TPA beroperasi dan dalam pengamatan kemungkinan memiliki sisa umur pakai ± 4
tahun.
11. Ada beberapa permasalahan terkait dengan TPA Banyu Urip ini antara lain yakni :
a. Aspek Kelembagaan
Pengetahuan teknis petugas TPA tentang pengelolaan sampah di TPA masih kurang.
Sarana dan prasarana TPA yang ada belum lengkap dan kondisinya sebagian sudah rusak dan
perlu perbaikan.
c. Aspek Pembiayaan
Biaya pengelolaan sampah di TPA masih belum memenuhi kriteria pembiayaan pengelolaan
sampah di TPA.
Pendapatan dari kegiatan komposting dan penjualan sampah plastik di TPA belum optimal.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan drainase Kota Magelang dapat di lihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.31: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan
D3
Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)
Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
User Interface Perkampungan Jumlah Kelurahan 17 DPU
Penampungan Saluran Drainase
Awal Sekunder - - DPU
Menuju Sal.
Pengaliran Drainase Primer - - DPU
Pembuangan/ Sal. Drainase Panjang Saluran
Daur ulang Primer Drainase primer - DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012
D4
Kondisi Drainase
Jumlah Pembersihan Drainase Pengelola Oleh Masyarakat
Saat Ini Dibangun di
No. Tidak atas saluran
Rutin Pemerintah Keluraha RT/RW
RT RW Lancar Mampet Rutin Swasta
Kota n
L P L P L P Ada Tidak
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a. Kelurahan Jurangombo Utara
1 1 1 √ √
2 3 1 √ √
3 6 1 √ √
4 7 1 √ √
5 8 1 √ √
6 1 7 √ √
7 3 8 √ √
8 1 9 √ √
9 2 9 √ √
10 3 9 √ √
11 3 9 √ √
12 3 8 √ √
13 4 8 √ √
b Kelurahan Jurangombo Selatan
1 3 2 √ √ √ √ √ √
2 5 2 √ √ √ √ √ √
3 4 2 √ √ √ √ √ √
c Kelurahan Magersari
i Kelurahan Kedungsari
RW
1 6 √ √ √ √ √ √
1
RW
2 7 √ √ √ √ √ √
2
RW
3 7 √ √ √ √ √ √
3
RW
4 5 √ √ √ √ √ √
4
RW
5 7 √ √ √ √ √ √
5
RW
6 5 √ √ √ √ √ √
6
RW
7 7 √ √ √ √ √ √
7
RW
8 5 √ √ √ √ √ √
8
RW
9 5 √ √ √ √ √ √
9
RW
10 4 √ √ √ √ √ √
10
j Kelurahan Kramat Utara
1 1 √ √ √ √
1/
√ √ √ √
RSJ
1/
√ √ √ √
RSJ
2 2 √ √ √ √
3 3 √ √ √ √
4 4 √ √ √ √
5 5 √ √ √ √
6 6 √ √ √ √
7 7 √ √ √ √
8 8 √ √ √ √
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi
terhadap publik terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai
saat ini Bagian Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait
dengan aspek anggaran.
Untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.35: Kegiatan komunikasi yang ada di Kota Magelang
No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Kunci Pembelajaran
sasaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan kesadaran akan
lebih cepat dan mengena kebersihan
lingkungan
2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik kesadaran akan
kebersihan
lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik kesadaran akan
bagi masyarakat kebersihan
lingkungan
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam kesadaran akan
massa website sehingga masyarakat kebersihan
luas dapat mengakses lingkungan
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL kesadaran akan
pemerintahan daerah kebersihan
lingkungan
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.36: Media komunikasi yang ada di Kota Magelang
No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan
masyarakat dalam
perbaikan infrastruktur
Sanitasi
2 Media Cetak Liputan Pembangunan Keterlibatan
(menyesuaikan wartawan infrastruktur penunjang masyarakat dalam
media cetak yang pengelolaan sanitasi perbaikan infrastruktur
meliput) sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Spot Iklan pengelolaan air limbah masyarakat dalam
Radio perbaikan infrastruktur
sanitasi
4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Baliho tentang pengelolaan masyarakat dalam
sanitasi perbaikan infrastruktur
Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan Keterlibatan
infrastruktur penunjang masyarakat dalam
pengelolaan sanitasi perbaikan infrastruktur
sanitasi
6 Stiker Stiker Sosialisasi peraturan Keterlibatan
pengelolaan sanitasi masyarakat dalam
perbaikan infrastruktur
sanitasi
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Akan tetapi untuk Saluran Drainase Tersier, pendanaannya dapat diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
maupun oleh program Pemerintah seperti halnya dengan PNPM, BSPS, dsb.
Berikut merupakan ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase :
Tabel 3.40: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase
Subsektor
No /SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata - rata (%)
1 Drainase
Retribusi
2 Drainase
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota MagelangTahun 2012
Dst
Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota MagelangTahun 2012