Anda di halaman 1dari 120

BAB III

PROFIL SANITASI WILAYAH

III.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE
Cakupan Arti PHBS yang begitu luas memberikan isyarat akan pelaksanaan secara horizontal memuat
berbagai aspek dalam kehidupan kita sehari – hari, antara lain yakni :
1. Pola pikir yang mempengaruhi sikap dan perilaku Masyarakat
2. Akomodasi ruang/ ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan secara kelembagaan terhadap
pengelolaannya.
3. Himbauan dari Stakeholder terkait dalam rangka untuk mewujudkan, melestarikan dan meningkatkan
capaian kuantitatif dan kualitatif perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Layanan daripada aspek kesehatan secara institusional
Melihat kondisi Masyarakat di Kota Magelang terkait dengan pola hidup bersih dan sehat tersebut masih
Beragam kondisinya, hal ini terkait dengan kondisi Sosial Ekonomi masing – masing Wilayah, kondisi Geografis
Wilayah dan akses terhadap program Pemerintah Kota Magelang Bidang Sanitasi yang implementasinya bisa dalam
bentuk fisik berupa :
 pembangunan saluran air, turap, gorong – gorong, WC umum, dsb oleh DPU atau Program Pembangunan
berbasis Masyarakat (PNPM, SLBM, PKP, dsb) yang pendanaanny dari APBN atau Lembaga Donor .
 pengelolaan sistem persampahan, limbah rumah tangga dan drainase lingkungan oleh Pemerintah Kota
Magelang dalam rangka mendukung Masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Adapun kegiatan non fisik saat ini juga telah di koordinir serta digalakkan oleh beberapa SKPD yang
merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsinya seperti :
 Kegiatan Bersih Lingkungan yang digalakkan oleh BPMPKB
 Gerakan …………….(Gertak) oleh Dinas Kesehatan, dsb.
 Penyuluhan KB secara rutin kepada Masyarakat
 Pengecekan air bersih rumah tangga dari wabah nyamuk Malaria dan Demam berdarah oleh para
Jumantik secara berkala
 Pemilahan sampah secara intensif oleh para Jumilah (juru pemilah sampah) yang dikoordinir oleh
Kantor LH
 Konsistensi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat oleh puskesmas induk dan pembantu sesuai
dengan jadwal yang berlaku ( pukul 07.00 – 15.30 WIB), hal ini tentu berbeda dengan kondisi di Daerah
lain yang pada umumnya hanya berlaku jadwal setengah hari (pukul 07.00 – 12.00 WIB)
Sebagai usahanya untuk mewujudkan Kota yang Bersih dan sehat tentu ada banyak hasil yang telah
dicapai oleh Kota Magelang antara lain yakni :
1. Kota Magelang meraih penghargaan Adipura Kencana pada periode tahun ……………….
2. Kota Magelang meraih penghargaan……………………………
3. Setiap minggu seluruh warga Kota Magelang melakukan kegiatan bersih – bersih
4. Berdasarkan pantauan dari Dinas Kesehatan, hanya sedikit warga yang belum mengakses Jamban Pribadi
maupun Jamban Umum.
Namun demikian, masih juga ada permasalahan terkait dengan aspek kebersihan dan kesehatan ini yakni :
 Rendahnya kesadaran pada sebagian masyarakat terhadap pola hidup bersih sehat.
 Sistem pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak komprehensif sehingga meskipun secara fisik
memiliki MCK namun buangan limbahnya masuk ke sluran drainase tanpa adanya pengolahan terlebih
dahulu.
 Belum adanya regulasi terkait dengan pengelolaan air limbah domestik.

III.1.1. Tatanan Rumah Tangga

Berikan penjelasan mengenai kondisi PHBS dan Promosi Higiene di tatanan rumah tangga saat
ini dengan memasukkan Executive Summary Laporan Hasil Studi EHRA.
Untuk mendapatkan penjelasan rinci mengenai cara pelaksanaan Studi EHRA, silakan lihat “Buku
Pedoman
Pelaksanaan Studi
EHRA”.
Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 3.1.1 selesai disusun

III.1.2. Tatanan Sekolah


Kondisi Sanitasi di Sekolah sudah tergolong cukup baik, hal ini terkait dengan Sumber Air Bersih yang pada
umumnya diperoleh dari PDAM dan Sumur Pompa Tangan, Jumlah Toilet/WC yang cukup memadai, dan
dibersihkan secara rutin oleh petugas kebersihan pada masing – masing Sekolah. namun ada beberapa
permasalahan yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan adalah :
 kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya,
 promosi hygiene pada sekolah – sekolah untuk membangun kesadaran dan prinsip – prinsip etika dalam
menjaga kebersihan, terlebih adalah membangun pola pikir dalam rangka menumbuhkan jiwa inovatif di
kalangan siswa Sekolah dibidang sanitasi lingkungan.
Secara umum telah tersedia fasilitas sanitasi di Sekolah/ Pesantren baik dari sumber air bersih, jumlah toilet,
persediaan sabun dan petugas kebersihan namun belum memiliki tempat kencing, hanya sekitar 40% dari Sekolah
yang ada tersebut yang memiliki tempat kencing.
Berikut merupakan kondisi fasilitas Sanitasi berdasarkan uji petik pada beberapa Sekolah sebagai contoh :
Tabel 3.1: Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan)
Fas. Perse
Jumlah Jumlah Jml Tempat Cuci diaan Siapa yang membersihkan
Jml Sabu
Siswa Guru Sumber Air Bersih Toilet/WC Kencing Tangan n Toilet
NO Nama Sekolah PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh
Gur Gur
L P L P S K T S K T S K T u L P u L P Y T Y T L P L P L P
1 SDN KEDUNGSARI 2 122 92 3 8 V V V 2 2 V V V V
2 MI AL IMAN 58 63 4 9 V V V 1 2 V V V V
3 SD Negeri Tidar 1 107 124 4 7 V V V 2 3 V V V V
SMP NEGERI 13 KOTA
4 MAGELANG 136 128 33 34 V V V 2 2 1 1 1 V V V
SMP TARAKANITA
5 MAGELANG 180 241 13 6 V V V 3 2 1 3 2 1 V V V V V V
6 SMP Negeri 8 Magelang 318 388 19 29 V V V 1 1 1 V V V V
SMA NEGERI 1
7 MAGELANG 236 520 28 34 V V V 4 2 2 4 2 2 V V V V V V
SMK NEGERI 3 1
8 MAGELANG 41 1077 23 73 V V V 18 7 1 V V V V
SMP KRISTEN 1
9 MAGELANG 128 322 8 12 V V V 1 1 1 V V V V
Sumber Data : Bappeda Kota MagelangTahun 2012
Keterangan:
L = laki-laki
P = perempuan
S = selalu tersedia air
K = kadang-kadang
T = tidak ada persediaan air
Y = ya
T = tidak
SPT = Sumur pompa tangan
SGL = Sumur gali
Kondisi sarana sanitasi sekolah
Dilihat dari kondisi sarana sanitasi sekolah maka dapat di ketahui bahwa pengetahuan tentang hygiene
dan sanitasi telah diberikan, dalam bentuk penyuluhan secara khusus serta saat mata pelajaran Penjaskes dikelas
sejumlah 35% Sekolah dan 65 % Sekolah diberikan pada saat penyuluhan secara khusus atau pada saat mata
pelajaran penjaskes di kelas, 35% Sekolah memiliki dana untuk air bersih dan 65% tidak memiliki, dari segi
pengelolaan sampah 35% sampah tersebut dibuat kompos 65% dipisahkan antar sampah organik dan anorganik,
dari segi tempat buangan kotoran seluruh sekolah yang ada ternyata menyatakan bahwa air limbah yang dimiliki
hanya dari toilet/ kamar mandi, semua sekolah belum pernah mengosongkan tangki septi dan 90% kondisi hygiene
Sekolah dalam keadaan baik.
Berikut merupakan penjelasan secara lebih rinci pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2: Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)

Apakah pengetahuan ttg Higiene Apakah ada


dan dana utk air
Tempat buangan
Sanitasi diberikan bersih / sanitasi Cara Kapan Tangki Kondisi
air kotor
/ pend. Higiene Pengelolaan Sampah Septik Higiene
Ya, saat Ya, saat Dikump Dipisa Dibuat dikosongkan Sekolah
Nama Sekolah
mata Ya Tidak ulkan hkan kompos Dari Dari
pertemuan pelajaran Tidak Toliet Kamar
/ PenJas di pernah Mandi
penyuluha kelas
No. n tertentu
SDN V V V V V V BAIK
1 KEDUNGSARI 2
2 MI AL IMAN V V V V V BAIK
3 SD Negeri Tidar 1 V V V V V BAIK
4 SMP NEGERI 13 V V V V V V V BELUM CUKUP
KOTA PERNAH
MAGELANG
SMP V V V V V BAIK
TARAKANITA
5 MAGELANG
SMP Negeri 8 V V V V V V V BAIK
6 Magelang
SMA NEGERI 1 V V V V V V V Maret 2012 BAIK
7 MAGELANG
8 SMA Kristen 1 V V V V V
SMK NEGERI 3 V V V V V V V BAIK
9 MAGELANG

Sumber Data : Bappeda Kota Magelang Tahun 2012


3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik
Pengertian daripada air limbah domestik adalah air limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia berupa
Black Water yang meliputi tinja, air kencing dan Grey Water yang meliputi air bekas mandi, air bekas cucian,dsb.
Sistem penanganan air limbah yang ada pada saat sekarang ini merupakan sistem setempat yang dikelola
sendiri oleh masyarakat/rumah tangga sendiri. Dalam pembuangan air limbah di Kota Magelang ada beberapa
masalah yaitu:
1) Adanya sebagian masyarakat yang masih membuang limbah dari toilet (sarana MCK) langsung dialiran ke
sungai (perairan terbuka) sehingga apabila hal ini dibiarkan akan mencemari lingkungan yang ada.
2) Jamban komunal yang ada di beberapa titik di Kota Magelang kondisinya kurang terawat dengan baik, hal ini
karena sistem pengelolaannya tidak ada. Pada kawasan tertentu hanya beberapa yang mendapat program
jamban yang terpadu yaitu SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) yang kondisinya saat ini cukup
baik karena pengelolaannya melalui KSM.
3) Pengawasan/pengendalian air limbah di Kota Magelang belum berjalan bahkan mungkin belum ada.

Berikut merupakan bentuk pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kota Magelang:
1. Jumlah timbulan air limbah domestik:
No. Tahun Jumlah Estimasi Total Air Limbah Domestik
Rumah Dihasilkan (liter/hari)
Tangga (KK)

1. 2009 38.586 10.804.080


2. 2010 39.636 11.098.080
3. 2011 39.457 11.047.959
Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang Tahun 2012

2. Ketersediaan pusat pengelolaan air limbah domestik:


No. Tahun Jenis sarana pengelolaan Air Limbah Domestik

PD PAL IPAL Komunal Lain-lain


(selain PD PAL)
Unit Kapasitas Unit Kapasitas Unit Kapasitas
(liter atau m3) (liter atau m3) (liter atau
m3)

1. 2009 - - 2 50-166 - -

2. 2010 - - 7 50-166 - -

3. 2011 - - 7 50-166 - -

Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang Tahun 2012


3. Jumlah rumah tangga yang tersambung pusat pengelolaan air limbah domestik:
No. Tahun Jumlah Rumah Tangga tersambung (KK)

PD PAL IPAL Komunal Lain-lain


(selain PD PAL)
1. 2009 - 456 -

2. 2010 - 1400 -

3. 2011 - 1400 -

Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang Tahun 2012

4. Jumlah rumah tangga yang tidak tersambung dengan pusat pengelolaan air limbah domestik dan jenis
pengelolaan air limbah domestiknya:
No. Tahun Jumlah Jenis Pembuangan Air Limbah Domestik
Rumah Tangga
Tidak Tersambung Septictank Sungai Lain-lain
(KK) (KK) (KK)

1. 2009 38.130 30.595 - -

2. 2010 39.180 31.438 - -

3. 2011 39.412 31624 - -

Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang Tahun 2012

5. Kualitas air limbah yang dihasilkan dari pusat pengelolaan air limbah domestik:

No. Nama Badan Air Kualitas Air Limbah Domestik


Perusahaan Penerima
Parameter Nilai Hasil Pemantauan (mg/l)
Standard
2009 2010 2011
(mg/l)

1. PD PAL …………. pH 6-9 - - -

BOD 100 - - -

TSS 100 - - -

Minyak 10 - - -
Lemak

2. IPAL Komunal Kali Manggis pH 6-9 - - -


Selain PD PAL BOD 100 - - -

TSS 100 - - -

Minyak 10 - - -
Lemak

3. ………… ………….. pH 6-9 - - -

(sarana selain BOD 100 - - -


PDPAL/ IPAL
Komunal) TSS 100 - - -

Minyak 10 - - -
Lemak

Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang Tahun 2012

3.2.1 Kelembagaan

Dari aspek kelembagaan, Air Limbah Domestik di Kota Magelang telah di kelola oleh beberapa SKPD antara
lain yakni oleh :

1. Dinas Pekerjaan Umum terkait dengan pembangunan Infrastruktur dibidang pengelolaan Air Limbah
Domestik seperti SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyrakat)
2. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota sebagai lembaga yang berwenang dalam teknis
operasional, pengelolaan, pemberian ijin kepada swasta dalam rangka pengelolaan limbah domestik.
3. Kantor Lingkungan Hidup sebagai Lembaga yang berwenang dalam pengendalian faktor pencemaran dan
sosialisasi massa.
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai Lembaga yang berwenang dalam Monitoring dan
Evaluasi terhadap program dan capaian kinerja program dari masing – masing sektor kelembagaan.

Permasalahan yang terjadi terkait dengan aspek kelembagaan ini antara lain yakni :
 Belum adanya kelembagaan yang mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll).
 Belum adanya kelembagaan yang menyusun dan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal
pengelolaan air limbah domestik
 Belum adanya kelembagaan yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik

Berikut kami sampaikan secara lebih rinci mengenai Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan
dan Pengelolaan Air Limbah Domestik:
Tabel 3.3: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah Swasta Masyarakat
Kabupaten/Kota
PERENCANAAN
· Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota BAPPEDA
· Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target BAPPEDA
· Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target BAPPEDA
PENGADAAN SARANA
· Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik DPU √
· Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) DPU √
· Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) DKPTK √
· Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) DPU
· Membangun sarana IPLT dan atau IPAL DPU
PENGELOLAAN
· Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja √
· Mengelola IPLT dan atau IPAL DKPTK √
· Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja DKPTK √
· Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik DKPTK
· Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) DKPTK
dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
· Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) -
· Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik -
· Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik -
MONITORING DAN EVALUASI
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota BAPPEDA
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik LH
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta LH
mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
· Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik LH
Sumber Data : Bappeda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.4: Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kota Magelang
Ketersediaan Pelaksanaan
Efektif
Peraturan Keterangan
Ada Tidak Dilaksanakan Belum Efektif Tidak Efektif
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan (Sebutkan)
- Ada Dilaksanakan Dilaksanakan
pengelolaan air limbah
domestik di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi -
Pemerintah Kab/Kota dalam
penyediaan layanan
pengelolaan air limbah
domestik
Kewajiban dan sanksi bagi -
Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
dan badan usaha dalam
pengelolaan
Kewajiban danairsanksi
limbahbagi -
domestik dan atau
masyarakat
pengembang untuk
menyediakan sarana
pengelolaan
Kewajiban danairsanksi
limbahbagi -
domestik di hunian
industry rumah tanggarumah
untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi -
kantor untuk menyediakan
sarana pengelolaan air
limbah domestik di
tempat usaha
Kewajiban penyedotan air -
limbah domestic untuk
masyarakat, industri rumah
tangga, dan kantor pemilik
tangki septik
Retribusi penyedotan air Perda Kota Magelang Nomor 17 Tahun √
limbah domestik 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum
Tatacara perizinan untuk -
kegiatan pembuangan air
limbah domestic bagi kegiatan
permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran
Sumber Data : DKPTK Kota Magelang Tahun 2012
3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan

Kota Magelang merupakan Kota kecil dengan luas wilayah ± 18,12 Km², dalam pengelolaan Air Limbah Domestik di
Kota menggunakan 2 sistem yakni :

a. Sistem Offsite (sistem penampungan, pengaliran dan pengolahan secara setempat)

Sistem setempat ini meliputi jamban pribadi maupun jamban umum yang menggunakan tangki septic tank sendiri
tanpa adanya penggabungan dengan KM/ WC lain, system ini merupakan system yang dominan digunakan oleh
tiap – tiap Rumah Tangga di Kota Magelang.

b. Sistem Onsite (sistem penampungan, pengaliran dan pengolahan secara terpusat)

Sistem terpusat ini meliputi jamban pribadi dan jamban umum yang hanya meliputi beberapa Wilayah saja di
Kota Magelang meliputi Kelurahan Kramat Selatan, Kelurahan Gelangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, dan
Kelurahan Cacaban yang diupayakan melalui Program Pemerintah yakni Program SLBM (Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat) dengan proses pendanaan dari DAK APBN.

Dalam rangka mendukung proses pengelolaan air limbah domestik ini maka dibangunlah Instalasi Pembuangan
Limbah Terpadu (IPLT) yang berlokasi di Kampung Dumpoh, Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara
untuk pembuangan akhir lumpur tinja dari Jamban Pribadi dan Umum baik yang di angkut oleh mobil tinja Swasta
maupun Pemerintah dengan jumlah penerima manfaat Seluruh Masyarakat Kota Magelang.

Cakupan Pelayanan
Prasarana dan sarana pengelolaan limbah cair di Kota Magelang masih terbatas pada skala rumah tangga
saja, sedangkan untuk skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum maksimal digunakan. Volume limbah tinja
yang terangkut di Kota Magelang kurang lebih 2.25 m3/hari.
Sarana sanitasi berupa pengelolaan air limbah di beberapa tempat telah tersedia namun pengelolaannya
belum maksimal. Sebagian besar tempat usaha belum memiliki sarana pengolah limbah terutama pada industri kecil
dan industri rumah tangga.Ada beberapa pengaduan masyarakat terkait dengan limbah industri rumah tangga yang
mengganggu lingkungan seperti industri tahu dan tempe serta industri tekstil.

Aspek Teknis dan Teknologi


Sarana pembuangan air limbah diKota Magelang dapat dibedakan menjadi pembuangan limbah manusia
dan pembuangan limbah rumah tangga. Pembuangan limbah manusia menggunakan sarana berupa jamban
keluarga, jamban jamak/MCK atau bentuk-bentuk sarana lainnya. Sedangkan pembuangan limbah rumah tangga
menggunakan sarana berbentuk SPAL yang dapat dialirkan ke sumur peresapan, saluran drainase kota, tempat
terbuka (kebun dan sawah). Secara umum sistem penanganan air limbah domestik yang digunakan di Kota
Magelang yaitu sistem setempat (on site system).
Kegiatan Pembangunan IPAL tahun 2011 di Kota Magelang, mengadakan pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah industri dan Sarana Biogas, yang berada di Kampung Tidar Dudan dan Kampung Trunan,
Kelurahan Tidar Selatan Kecamatan Magelang Selatan.Instalasi Pengolahan Air Limbah Tersebut dilakukan dengan
pertimbangan :
 Sekitar 80% masyarakat mempunyai usaha industri tahu
 Pembuangan effluent air limbah dari pengolahan dapat digunakan bagi masyarakat sekitar berupa Biogas.

Permasalahan terhadap system cakupan pelayanan pengelolaan Air limbah domestik ini antara lain yakni :
 Masih sulitnya bagi Rumah Tangga Miskin untuk mengakses sistem pengelolaan air limbah domestik ini karena
belum memiliki sarana pembuangan Air Limbah (MCK).
 Sebagian dari Rumah Tangga tidak memiliki Septick Tank namun langsung dibuang ke Saluran Drainase.
 Kepadatan penduduk yang cukup tinggi amat menyulitkan dalam pembangunan septic tank bagi tiap – tiap rumah
tangga karena jarak antar rumah yang berdekatan sehingga di khawatirkan akan mencemari sumber air bersih
(sumur) dan mempercepat penurunan permukaan tanah (ambles).
Berikut merupakan Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Kota Magelang :
Tabel 3.5: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik

User Penampungan Pengolahan Pembuangan/ Kode/Nama


Input Pengaliran
Interface Awal Akhir Daur Ulang Aliran

Kamar
Black Water Mandi Septick Tank Melalui Pipa Resapan Sungai Aliran 1
(Tinja, Air Seni) WC / Kloset
Septick Tank Melalui Pipa Biodigester Sungai
0 Melalui Pipa 0 Sungai

Kamar Melalui
Grey Water Mandi Bak Kontrol Saluran 0 Sungai Aliran 2
(Air Bekas Mandi, Cuci
Baju, Wastafel Drainase
Cuci Piring dan Cuci
Tangan)
Dapur
Sumber Data : DPU Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.6: Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten/Kota
Aliran 1

Kelompok Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Sumber


Fungsi Digunakan Sekunder Nilai Data Data

User Interface Kamar Mandi Jumlah KM/ WC DPU Kota Magelang


WC / Kloset pribadi
Jumlah KM/WC Umum
Jumlah KM/WC
Komunal

Penampungan Awal Septick Tank Jumlah Septick Tank


pribadi
Jumlah Septick Tank
umum
Jumlah Septick Tank
Komunal
Jumlah Septick Tank
Komunal
Sungai

Pengaliran Pemipaan

Pengolahan Akhir Biodigester Jumlah Biodigester

Pembuangan Akhir/ Sungai/ Kanal Nama Sungai/ Kanal


Daur Ulang Resapan Jumlah Septick Tank
dengan Resapan
Sumber Data : DPU Kota Magelang Tahun 2012
Aliran 2

Kelompok Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Sumber


Fungsi Digunakan Sekunder Nilai Data Data

User Interface Kamar Mandi Jumlah Rumah DPU Kota Magelang


Wastafel
Tempat cuci
Dapur

Penampungan Awal Bak Kontrol Jumlah Rumah dengan


Saluran Drainase Bak Kontrol

Pengaliran Pemipaan

Pengolahan Akhir

Pembuangan Akhir/ Sungai/ Kanal nama sungai/ kanal


Daur Ulang

Sumber Data : DPU Kota Magelang Tahun 2012

3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Peran serta masyarakat di Kota Magelang dalam penangangan limbah cair masih sebatas pada kesadaran
untuk hidup sehat dengan membangun jamban dan tangki septik sendiri tanpa bantuan pemerintah serta iuran warga
untuk membagun sarana MCK pada lingkungan masyarakat yang kurang mampu, namun tingkat kesadaran
masyarakat untuk menggunakan jamban rumah maupun jamban umum masih rendah yang ditunjukkan dengan
masih adanya sebagian masyarakat yang membuang limbah cair langsung dari toilet ke sungai dan masih banyak
terdapat jamban umum/MCK yang kurang terawat.

Rendahnya peran serta masyarakat dalam penanganan/pengelolaan air limbah terbukti dari data lapangan
bahwa kepemilikan jamban dan sarana sanitasi lainnya masih terbatas serta banyak dijumpai fasilitas umum yang
sudah terbangun namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan terkesan tidak terawat.

Program Pemerintah berbasis Masyarakat yang terkait dengan Pengelolaan Sanitasi Lingkungan :

Ada beberapa program pemerintah berbasis masyarakat yang ada di Kota Magelang, namun yang berkaitan
langsung dengan Sanitasi diantaranya adalah program PNPM Mandiri Perkotaan dan Program SLBM (Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat), PNPM memiliki pilar Tridaya dimana pembangunan diarahkan untuk
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan (berdasarkan usulan warga sebagian wilayah dialokasikan untuk
Pembangunan Infrastruktur yang mendukung aspek sanitasi yangterkait dengan Sanitasi ini antara lain yakni
pembangunan Saluran Drainase, MCK umum, Bak Sampah, dsb) sedangkan Program SLBM terkonsentrasi pada
pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa MCK ++ yang merupakan MCK umum yang dilengkapi dengan
sarana pengolahan limbah rumah tangga yang dapat mengubah tinja menjadi biogas melalui alat yang disebut
biodigester.

Mengenai cakupan wilayahnya, Program PNPM Mandiri Perkotaan meliputi seluruh wilayah Kota Magelang
dengan skala program per masing – masing wilayah Kelurahan sedangkan Program SLBM saat ini baru Kelurahan
Kramat Selatan, Magersari, Gelangan, Rejowinangun Utara, dan Cacaban dengan skala program per masing –
masing wilayah RT/RW yang disepakati oleh Kelurahan setempat.

Secara umum warga Masyarakat dapat mengakses sarana jamban keluarga/ jamban umum dan hanya
sebagian kecil wilayah yang telah memperoleh dana bantuan untuk pembangunan MCK ++ yakni sekitar 5 dari 17
Kelurahan, melalui program SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat).

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi pengelolaan Jamban dan MCK oleh Masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh masyarakat

Jumlah Jumlah MCK Tahun Jumlah SLBM


Tahun SLBM
No. Penduduk Jamban Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola MCK Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola
RT RW Dibangun
Miskin Keluarga RT RW CBO Lainnya Dibangun RT RW CBO Lainnya
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a Kelurahan Jurangombo Utara
1 6 5 226 √ √ 2010
2 5 5 226 √ √ 2010
3 7 5 226 √ 2010
b Kelurahan Jurangombo Selatan
1 1 1 4 4
2 2 1 12 5
3 3 1 3 3
4 4 1 6 6
5 5 1 9 9
6 6 1 14 14
7 7 1 4 4
8 8 1 1 1
9 9 1 3 3
10 1 2 5 5
11 2 2 10 10
12 3 2 6 6
13 4 2 6 6
14 5 2 1 1
15 2 4 5 5
16 3 4 4 4
17 4 4 4 4
18 6 4 1 1
19 1 5 5 5
20 2 5 4 4
21 5 5 4 4
22 1 6 5 5
23 2 6 5 5
24 3 6 7 7
25 5 6 6 6
26 1 7 2 2
27 2 7 5 5
28 3 7 5 5
29 4 7 3 3
30 5 7 8 8
31 1 8 3 3
32 2 8 4 4
33 3 8 2 2
34 4 8 10 10
35 1 9 14 14
36 2 9 7 7
37 3 9 16 16
38 4 9 7 7
c Kelurahan Magersari
1 3 1 2002
2 5 1 2010
3 6 2 2002
4 7 1 2009
5 10 1 2012
6 12 1 2004
7 13 1 2010
KECAMATAN MAGELANG TENGAH
d Kelurahan Kemirirejo
I 21 282
II 11 187
III 36 200
IV 28 162
V 10 120
VI 14
VII 78 217
VIII 50 184
IX 23 106
e Kelurahan Cacaban
1 3 I 8 82
2 8 II 16 170
3 6 III 13 116
4 5 IV 11 80 1 2012
5 6 V 17 140 1 2012
6 8 VI 60 227
7 6 VII 6 108
8 8 VIII 21 173
9 8 IX 69 240 1 2011
10 8 X 82 240
11 4 XI 15 120
12 4 XII 0 109
f Kelurahan Rejowinangun Utara
1 2010 3 √ 2010
2 2011 4 √ 2011
g Kelurahan Panjang
Di Kelola Bersama
1 59 8 1.712 1.085 11
Masyarakat
KECAMATAN MAGELANG UTARA
h Kelurahan Potrobangsan
1 1 17 1 2009 √
2 1 13 3 2009 √
3 1 17 1 2011 √
i Kelurahan Kedungsari
1 58 10 1372 1218 5
j Kelurahan Kramat Utara
1 1 0
2 2 0
3 3 6
4 4 3
5 5 3
6 6 12
7 7 40 2
8 8 42
k Kelurahan Kramat Selatan
1 9 √ √ 2009
4 5 √ √ √ 2009
2 3 √ √ √ 2009
3 6 √ √ 2009
2 1 √ √ 2009
6 2 √ √ 2009
3 8 √ √ 2009
5 9 √ √ 2009
5 √ √ 2009
5 √ √ 2009
5 √ √ 2009
9 √ √ 2009
9 √ √ 2009
9 √ √ 2009
4 8 √ √ 2009
2 2 √ √ 2009
2 5 √ √ √ 2009
2 6 √ √ 2009
5 9 √ √ √ 2009
9 √ √ 2009
3 7 √ √ 2010
5 5 √ √ 2010
1 8 √ √ 2010
1 7 √ √ 2010
2 2 √ √ 2010
9 √ √ 2010
2 1 √ √ 2010
2 1 √ √ 2011
1 √ √ 2011
4 9 √ √ 2011
5 √ √ 2011
1 √ √ 2011
Sumber Data : Kantor Kelurahan Kota Magelang Tahun 2012
Secara umum Masyarakat memiliki MCK, sementara pada sebagian Masyarakat yang belum dapat
mengakses MCK pribadi dapat mengakses MCK Umum dengan air bersih dari PDAM, namun baru sekitar 25
% yang teridentifikasi membuang air kotor pada tanki septic, 7% pada Cubluk dan 68% belum diketahui
tempat buangan air kotornya. Teridentifikasi memiliki fasilitas cuci tangan sebesar 30% dan teridentifikasi
menggunakan sabun 50 % pada fasilitas cuci tangan tersebut.
Berikut merupakan tabel mengenai kondisi sarana MCK :
Tabel 3.8 Kondisi Sarana MCK

Jumlah Pemakai Jumlah Jumlah Fas. Persedia Ada Biaya Tempat Kapan Tangki
Lokasi
Toilet/ Kamar Cuci an Pemakaia Buangan Septik
MCK MCK PDAM SPT SGL
No WC Mandi Tangan Sabun n MCK Air Kotor Dibangun
Tangki
RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T Cubluk
Septik
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a. Kelurahan Jurangombo Utara
1 7 V √ √ √ √ √
2 5 II √ √ √ √ √

b. Kelurahan Jurangombo Selatan


1 3 2 10 17 √ √ √ 0 0 1 1 √ √ √
2 3 8 14 21 MA 1 1 1 1 √ √ √
3 1 9 13 13 √ √ √ 0 0 1 1 √ √ √

c Kelurahan Magersari
1 3 15 25 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2002
2 5 60 100 MA 2 3 1 1 √ √ √ √ 2010
3 6 20 50 MA 1 2 1 1 √ √ √ √ 2002
4 7 30 60 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2009
5 10 30 50 2 2 1 1 √ √ √ √ 2011
6 12 20 50 MA 1 1 1 1 √ √ √ √ 2004
7 13 60 30 MA 3 2 1 1 √ √ √ 2010

KECAMATAN MAGELANG TENGAH


d Kelurahan Kemirirejo
I 282
II 187
III 200
2 1
IV 162
1 0
V 120 2
VI
VII 217 2 1
VIII 184 1
IX 106 1

e Kelurahan Cacaban
1 3 I 200 220 82 2 40 44 40 44 7 84 84
1 18
2 8 II 309 356 162 6 85 96 85 96 12 181
3 1
1 11
3 6 III 258 257 100 5 55 60 55 60 9 115
0 5
1 1 10
4 5 IV 181 186 78 45 56 45 56 9 101
0 3 1
5 6 V 264 265 103 2 1 70 74 70 74 10 14 144
5 8 4
6 1 14
6 8 VI 599 655 191 65 81 65 81 10 146
0 5 6
10
7 6 VII 201 207 107 2 50 59 50 59 8 109
9
10 10 19
8 8 VIII 337 357 187 8 95 95 15 195
0 0 5
2 13 15 13 15 28
9 8 IX 546 579 267 2 15 289
0 5 4 5 4 9
2 14 14 14 14 28
10 8 X 534 580 267 2 15 289
0 0 9 0 9 9
12
11 4 XI 270 276 122 4 55 71 55 71 10 126
6
10
12 4 XII 120 121 109 45 64 45 64 15 109
9

f Kelurahan Rejowinangun Utara


1 3 14 √ √ MA 2 3 2 3 √ √ √ √ 2010
2 4 8 √ √ MA 2 3 2 3 √ √ √ √ 2011
3 3 20 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2010
4 3 13 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2010
5 3 2 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2009
6 2 1 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2007
7 3 8 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2008
8 3 10 √ √ MA 1 1 1 1 √ √ 2007
9 5 15 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2007
10 5 18 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2006
11 1 20 √ √ MA 1 1 1 1 √ √ 2008
12 5 20 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2005
13 6 20 √ √ MA 1 1 1 1 √ √ 2005
14 3 21 √ √ MA 1 1 1 1 √ 2005

g Kelurahan Panjang
1 59 8 30 50 1 1 2 30 50
2 10 20 1 1 2 10 20
3 15 20 1 1 2 15 20
4 45 50 1 1 2 45 50
5 25 30 1 1 2 25 30
6 30 40 1 1 2 30 40
7 15 15 1 1 2 15 15
8 30 30 1 1 2 30 30
9 20 20 1 1 2 20 20
10 10 15 1 1 2 10 15
11 10 10 1 1 2 10 10

KECAMATAN MAGELANG UTARA


h Kelurahan Potrobangsan
1 2 7 8 √ 1 √ √ √ √
2 6 3 6 √ 1 2 √ √ √ √
3 8 6 12 √ 1 2 1 1 √ √ √ √

i Kelurahan Kedungsari

j Kelurahan Kramat Utara


1 5 7 √ √ √ √ √ √ √ √

k Kelurahan Kramat Selatan

Sumber Data : Kantor Kelurahan Kota Magelang Tahun 2012

Keterangan:
L = laki-laki S = selalu tersedia air Y= SPT = Sumur pompa
P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur gali
K = kadang-kadang ya tangan
Dalam rangka pengelolaan Air Limbah Domestik, baru sekitar 30% Kelurahan yang telah
memperoleh dana bantuan Program SLBM untuk pembangunan MCK ++, sedangkan Program PNPM meliputi
seluruh Kelurahan di Kota Magelang yang terkait dengan pembangunan infrastruktur pengelolaan Air Limbah
Domestik seperti MCK Komunal, pengelolaan Drainase seperti Selokan, dsb.
Sekilas mengenai Program Pemerintah Kota Magelang yang berkaitan dengan Sanitasi Lingkungan :
PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)
Program PNPM Mandiri Perkotaan merupakan Program Pemerintah berbasis Masyarakat yang
menitikberatkan pada aspek pemberdayaan Masyarakat dengan 3 pilar yakni Ekonomi, Sosial budaya dan
Lingkungan (Tridaya).
Program PNPM ini melakukan Ekspansi Program sampai pada tingkat basis (RT/ RW) dengan
pembangunan kelembagaan masyarakat yang disebut dengan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
yang merupakan basis yang mengatur, menampung dan mengabdikan diri kepada aspirasi Masyarakat (dari,
oleh dan untuk Masyarakat) dengan anggota dari Masyarakat pada Kelurahan tersebut.
Melalui Program PNPM ini Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di
Wilayahnya guna memperoleh informasi yang jelas dan obyektif guna merumuskan rencana program yang
bersifat Bottom Up.
Melalui LKM ini Masyarakat menyusun PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan) yang akan menjadi database komponen kegiatan ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan pada Kelurahan yang diharapkan akan dapat terintegrasi dengan Program Pemerintah baik yang
menjadi kewenangan Kelurahan, Kecamatan dan Kota Magelang.
Dalam pelaksanaan program kegiatannya, LKM berwenang untuk membentuk UPL (Unit Pengelola
Lingkungan), UPK dan UPS yang kemudian akan dibantu oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
bergerak pada tataran Teknis dilapangan.
Melalui PJM Pronangkis ini Pemerintah dapat memperoleh informasi yang sedetail – detailnya
mengenai permasalahan dan rencana program yang diusulkan Masyarakat sampai pada tingkat basis (RT/
RW).

SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat)


• Memperbaiki sarana sanitasi masyarakat yang tinggal di perkampungan padat, kumuh, miskin di perkotaan
dengan pendekatan sanitasi berbasis masyarakat
• Suatu konsep penyelenggaraan sanitasi / air limbah rumah tangga (domestik)
Sistem Pengelolaan Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat :

1. Berupa unit tangki septic komunal yang masing-masing unit tangki septic dimanfaatkan oleh 4 atau 5
rumah. Modul ini dibangun untuk rumah yang berkelompok dan hanya tersedia lahan yang terbatas.
2. Berupa 1 unit MCK Plus++ yang dapat dimanfaatkan 100 KK terdiri dari kamar mandi, sarana cuci dan unit
pengolahan air limbahnya.
3. Berupa system jaringan perpipaan air limbah skala komunal (100 KK), menggunakan system pemipaan
PVC dan unit pengolahan air limbah. Pipa biasanya diletakkan di halaman depan, gang atau halaman
belakang. Membutuhkan bak control pada tiap 20 meter dan titik-titik pertemuan saluran.
Untuk kegiatan pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, di
Tahun 2010 Kota Magelang melaksanakan di 5 tempat dan di Tahun 2011 dilaksanakan di 3 tempat. Adapun
kegiatan yg dilakukan bernama “Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat” (SLBM). Di Kota Magelang
kegiatan ini dilaksanakan dengan system MIX (Gabungan), antara Unit MCK Plus++ dan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Sistem Komunal dengan Jaringan Perpipaan.
Tahun 2010 - 5 (lima) tempat dimaksud adalah :

1. Kp. Pajangan RT. 02 dan RT. 04 / RW. V, Kel. Kramat Selatan


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “BERSERI”

2. Kp. Sidosari RW. V, Kel. Magersari


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “SIDOSARI ASRI”

3. Kp. Kewayuhan RT. 05 dan RT. 06 / RW. VIII, Kel. Gelangan


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “GOTONG ROYONG”

4. Kp. Malanggaten RT. 03 dan RT. 04 / RW. XIV, Kel. Rejowinangun Utara
Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “MALANGGATEN SEHAT”

5. Kp. Tidarsari RW. XIII, Kel. Magersari


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “TIDAR SEJAHTERA”

Tahun 2011 - 3 (tiga) tempat dimaksud adalah :

1. Kp. Tegalsari RW. X, Kel. Magersari


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “RUKUN SANTOSA”

2. Kp. Jaranan RW. VIII, Kel. Rejowinangun Utara


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “PUSUNG SARI”

3. Kp. Cacaban RW. VI dan RW. IX, Kel. Cacaban


Pelaksana dan Pengelola : Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “SUKORINI SEHAT”

Berikut merupakan tabel Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat :


Tabel 3.9: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

Nama Tahun Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK


No. Sub Sektor Pelaksana/PJ
Program/Proyek/Layanan Mulai Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a Kelurahan Jurangombo Utara

Air Limbah Domestik:


Onsite Komunal

Jamban Komunal
1 KSM Pengayom AS - 5 2010
RT 6 RW V √ √ √ √
Jamban Komunal
2 KSM Pengayom AS - 6 2010
RT 6 RW V (6 unit) √ √ √ √
b Kelurahan Jurangombo Selatan

Air Limbah Domestik:


Onsite Komunal

1 RT 04 RW 01 Pembangunan Sarana MCK PNPM


2009 √ √
2 RT 04 RW 02 Pembangunan Sarana MCK PNPM
2009 √ √
3 RW 05 Pembangunan Sarana MCK PNPM
2009 √ √
Pembangunan Sarana MCK
4 RT 02 RW 07 PNPM
& penampungan air bersih
2009 √ √
5 RT 01,02,03,04 RW 09 Pembangunan MCK PNPM
2009 √ √
6 RT 04 RW 08 Pembangunan MCK PNPM 2009 √ √
c Kelurahan Magersari
1 IPAL Komunal SLBM KSM 2010 √ 71 51/ 20 71
2 IPAL Komunal SLBM KSM 2010 √ 8 2-Jun 8
KECAMATAN MAGELANG TENGAH
d Kelurahan Kemirirejo

e Kelurahan Cacaban
Air Limbah Domestik
Onsite Komunal
1 MCK Komunal RW IX DPU 2011 √
2 MCK RW IV Kelurahan 2012 √ √
3 MCK RW V Kelurahan 2012 √ √
f Kelurahan Rejowinangun Utara
Air Limbah Domestik
Onsite Komunal

1 SLBM KSM Malanggaten Sehat 2010


√ √
2 SLBM KSM Pulungsari 2011 √ √
g Kelurahan Panjang

Drainase Lingkungan

1 Pembangunan Jalan beton PNPM 2010 √ √


Pembangunan Gorong -
2 PNPM 2010
gorong √ √
3 Pembangunan Selokan PNPM 2010 √ √
Pembangunan Gorong -
4 PNPM 2011
gorong √ √
Pembangunan Jamban
5 PNPM 2011
Keluarga √ √
Pembangunan Jalan Cone
6 PNPM 2012
Block √ √
7 Pengaspalan Jalan PNPM 2012 √ √
8 Pemasangan Leuneng PNPM 2012 √ √
9 Pembangunan Selokan PNPM 2012 √ √
10 Pembangunan Talud PNPM 2012 √ √
11 Pembuatan WC Pribadi PNPM 2012 √ √
KECAMATAN MAGELANG UTARA
h Kelurahan Potrobangsan

i Kelurahan Kedungsari

j Kelurahan Kramat Utara

k Kelurahan Kramat Selatan


Air Limbah Domestik
Onsite Komunal
Program Sanitasi
MCK Komunal (MCK
1 Lingkungan Berbasis KSM Bersinar 2010
++)
Lingkungan √ √ √ √

Sumber Data : Kantor Kelurahan Kota Magelang Tahun 2012


3.2.4 “Pemetaan” Media

Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi
terhadap publik terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai
saat ini Bagian Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait
dengan aspek anggaran.

untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.10: Kegiatan komunikasi yang ada di Kota Magelang

No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak sasaran Pesan Kunci Pembelajaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan kesadaran
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan akan kebersihan
lebih cepat dan mengena lingkungan

2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik akan kebersihan
lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik akan kebersihan
bagi masyarakat lingkungan
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan kesadaran
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam akan kebersihan
massa website sehingga masyarakat lingkungan
luas dapat mengakses
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan kesadaran
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL akan kebersihan
pemerintahan daerah lingkungan
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Tabel 3.11: Media komunikasi yang ada di Kota Magelang
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012

No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
infrastruktur Sanitasi
2 Media Cetak (menyesuaikan Liputan Pembangunan infrastruktur Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
media cetak yang meliput) wartawan penunjang pengelolaan sanitasi infrastruktur sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan pengelolaan air Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
- Spot Iklan limbah infrastruktur sanitasi
Radio

4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan tentang Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
- Baliho pengelolaan sanitasi infrastruktur Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan infrastruktur Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan
penunjang pengelolaan sanitasi infrastruktur sanitasi

6 Stiker Stiker Sosialisasi peraturan pengelolaan Keterlibatan masyarakat dalam perbaikan


sanitasi infrastruktur sanitasi
Kerjasama terkait dengan Sanitasi:
Selama ini telah ada Kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Magelang dengan pihak Swasta terkait dengan
pengelolaan Drainase Lingkungan, kerjasama ini dilakukan dengan PT DEWATSLPTP dalam bentuk in-kind untuk
kegiatan pembangunan infrastruktur/ Sanitasi skala perkotaan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.12: Kerjasama terkait Sanitasi


Jenis Kegiatan Bentuk
No Nama Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Kerjasama
Pembangunan
1 Pembangunan MCK++ Infrastruktur PT. DEWATS LPTP in - kind
dan Promosi Sanitasi Yogyakarta

Pembangunan
2 Pembanguan IPAL Infrastruktur PT. DEWATS LPTP in - kind
Komunal dan Promosi Sanitasi Yogyakarta
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

Tabel 3.13: Daftar Mitra Potensial

No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama


1 PT. DEWATS LPTP Pembangunan Infrastruktur in - kind
Yogyakarta dan Promosi Sanitasi

Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha


Bahwa Dinas Kebersihan Pertamanan dan Tata Kota Magelang pada tahun 2012 ini sudah mulai
melaksanakan pelayanan penyedotan limbah tinja. Pelayanan penyedotan limbah tinja sempat terhenti 2
tahun karena IPLT yang ada dipindahkan dari Kelurahan Kramat Selatan ke Kelurahan Potrobangsan .
Adapaun jangkauan pelayanan hanya difokuskan untuk masyarakat kota Magelang sesuai Peraturan Daerah
terbaru yaitu Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum .
Instalasi pengolah limbah tinja ( IPLT ) dibangun pada tahun 2009 dan berada di Kelurahan Potrobangsan
dengan luas lahan 6000 m2 bersebelahan dengan kebun bibit milik Pemerintah Kota Magelang.Sedangkan
jasa pelayanan penyedotan limbah tinja di Kota Magelang tidak hanya dilayani oleh Pemerintah Kota saja
tetapi juga dilayani oleh beberapa usaha pelayanan dari swasta .Armada yang dimiliki oleh DKPTK dalam
pelayanan penyedotan limbah tinja terdiri dari 2 unit kendaraan yaitu Kendaraan tangki besar dan 1 unit
tangki kecil.Tangki kecil dioperasionalkan di lokasi lokasi yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan besar.
Adapun layanan penyedotan limbah tinja yang dilaksanakan oleh swasta adalah sebagai berikut :
Tabel 3.14: Penyedia layanan air limbah domestic yang ada di Kabupaten/ Kota
No. Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan
1 Jaya Mandiri 0 Penyedotan Tinja
2 Pinokio 0 Penyedotan Tinja
3 DKPT 0 Penyedotan Tinja
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata kota kota Magelang Tahun 2012

3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Pendanaan dan Pembiayaan sektor sanitasi terkait dengan penanganan air limbah domestik ini diperoleh dari
Dana APBD, APBN maupun dari lembaga donor melalui program Pemerintah dibidang sanitasi, adapun unit
operasi dan pemeliharaan ini dapat dilakukan oleh lembaga terkait seperti DPU, BPMPKB, DKPTK, dsb atau
dilakukan secara Swadaya Masyarakat melalui iuran warga dan kelompok pengelola.
Adapun lebih jelasnya mengenai unsur – unsur pendapatan dan belanja dari subsector pengelolaan air
limbah domestik adalah sebagai berikut :

Tabel 3.15: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domesti
Subsektor
No /SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata - rata (%)
1 Air Limbah 4.000.000
Retribusi Air Pembangunan Pembangunan Akhir Tahun
2 Limbah/ Tinja 12.325.000 12.550.000 IPLT IPLT Operasional
Sumber Data : Bappeda Kota Magelang

3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak


Ada beberapa Isu Strategis dan permasalahan yang cukup penting untuk segera di atasi antara lain yakni :

a. Belum meratanya sarana dan prasarana air limbah pada setiap bagian wilayah Kota Magelang. Hal ini
dapat diketahui berdasarkan hasil observasi di lapangan antara lain ditemukannya beberapa saluran
pembuangan air limbah yang memiliki kondisi yang sangat sederhana (pasangan tanah), tidak terpelihara
dengan baik sehingga menimbulkan kesan kotor, kumuh, tergenang dan berbau karena air limbah tidak
dapat mengalir dengan lancar, sehingga dapat menimbulkan berbagi macam penyakit.
b. Persepsi dari sebagian masyarakat yang menganggap sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan
yang mendesak. Sebagian masyarakat lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena
keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri. Untuk itu, bagaimana
menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar
tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air
(waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.
c. Masih kurang tersedianya fasilitas instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT), mengingat kebutuhan fasilitas
kota ini sangat penting dan mendesak. Jumlah truk pengangkut tinja yang dimiliki oleh Pemda sebanyak 1
unit, sedangkan pihak swasta sebanyak 2 unit, yang semuanya perlu perbaikan dan perawatan yang rutin,
sebab sering mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan terganggunya operasional truk pengangkut
tinja, dan IPLT yang belum sempurna penggunaanya.
d. Berbagai kendala yang masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan pengolahan air
limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu. Kendala-kendala tersebut antara lain (persepsi
tingginya) biaya yang harus ditanggung, baik biaya pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
maupun biaya operasional, ketersediaan lahan yang sempit, faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tidak mencukupi, dsb.
e. Air sumur di daerah pemukiman padat perkotaan umumnya sudah banyak tercemar oleh bakteri tinja atau
E. coli, sehingga tidak sehat lagi karena mencemari air tanah (sumur) yg sebagian besar masih digunakan
warga untuk kegiatan sehari-hari (mencuci, mandi dan memasak).
f. Jamban komunal yang ada di beberapa titik di Kota Magelang kondisinya kurang terawat dengan baik, hal
ini karena sistem pengelolaannya tidak ada. Pada kawasan tertentu hanya beberapa yang mendapat
program jamban yang terpadu yaitu Sanimas yang kondisinya saat ini cukup baik karena pengelolanya
melalui KSM.
g. Limbah rumah tangga tanpa bak kontrol dan tanpa pengelolaan terlebih dahulu sehingga banyak
sampah rumah tangga yang langsung masuk ke saluran air kemudian membusuk, menimbulkan bau,
lalat dan lingkungan semakin kumuh.
h. Banyaknya rumah tangga yang belum memiliki septic tank sehingga saluran buangan langsung ke
saluran drainase/ irigasi, hal ini akan berbahaya terutama sekali adalah penularan wabah penyakit.
i. Lingkungan permukiman yang padat memerlukan alternative penyelesaian dalam pengelolaan air
limbah domestik sehingga efektif dan efisien.
j. Sebagian rumah tangga pada permukiman padat perkotaan belum memiliki KM/WC. sehingga tingkat
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) masih tinggi.
k. Rendahnya kesadaran Masyarakat terhadap pentingnya sanitasi lingkungan.
l. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap opsi teknologi baru yang ditawarkan oleh
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat (misalny: Masyarakat khawatir ketika beralih ke septic
tank komunal karena menurut Masyarakat akan dapat membahayakan).
m. Rendahnya akses Rumah Tangga Miskin terhadap sarana sanitasi yang memadai.
n. Telah terbit peraturan perundangan di tingkatan Kota Magelang namun dalam pelaksanaannya sering
terjadi pelanggaran sehingga hal ini akan membahayakan sumber daya air, misalnya adalah
keberadaan perusahaan jasa Laundry yang membuang air limbah ke saluran air secara langsung.
o. Belum adanya pemantauan dan pemeriksaan terhadap pengolahan air limbah domestic dari unit
usaha kecil.
p. Belum adanya mekanisme pengaturan air limbah domestik
 Belum adanya peraturan mengenai prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll).
 Belum adanya sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik
 Belum adanya sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic
 Sarana umum yang belum dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memadai.
q. Fenomena PKL yang menjamur pada sebagian besar Kota di Indonesia kini merupakan fakta
perekonomian di Indonesia, dengan penataan PKL yang dilengkapi dengan sarana sanitasi
merupakan dukungan dan bagian dari persuasi terhadap Masyarakat akan pentingnya sarana
sanitasi guna mendukung kesehatan pribadi dan lingkungan.

3.3 Pengelolaan Persampahan


Pengertian sampah yang umum digunakan di Indonesia yang dikembangkan oleh Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia (1989), sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari
kegiatan manusia pada suatu lingkungan, terdiri dari bahan organik dan atau anorganik, logam dan atau non
logam, dapat dibakar dan atau tidak dapat dibakar, tetapi tidak termasuk buangan (kotoran manusia).

Sampah dapat berasal dari kegiatan rumah tangga, industri, kegiatan pertanian, perdagangan, kegiatan
pembangunan dan sampah jalan raya. Berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Sampah organik, terdiri atas daun, kayu, sisa makanan, buah dan semua sampah yang mengandung
senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sampah ini dapat membusuk dan
mudah didegradasi oleh mikroba.
2) Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, logam dan bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa
organik sehingga sulit diuraikan oleh mikroba.
Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume atau berat
per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan. Dari timbulan sampah tersebut, sekitar 69%
diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, 10% ditimbun, 7% diolah (kompos), 5% dibakar, 3%
dibuang ke sungai, dan 6% sisanya tidak tertangani. Dilihat dari komposisinya, sampah di Indonesia didominasi
oleh bahan organik sebesar 65%, kertas sebesar 13%, plastik sebesar 11%, dan kayu sebesar 3%. Sisanya adalah
tekstil, karet, logam, gelas, dan keramik masing-masing sebesar 1% (Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Angka, 2009).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Sampah/Timbulan Sampah


Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi sampah suatu daerah, yaitu :

1. Jumlah, Kepadatan, serta aktivitas penduduk yang bersangkutan


Semakin besar jumlah penduduk, semakin banyak pula jumlah sampah yang diproduksi. Bila kepadatan
penduduk suatu daerah sangat tinggi, maka kemungkinan sampah yang diserap oleh lingkungan akan
berkurang karena sempitnya atau tidak tersediannya lahan yang memungkinkan penyerapan sampah
tersebut. Dengan demikian jumlah sampah yang dikumpulkan akan semakin banyak.

Demikian pula di daerah-daerah dengan aktivitas penduduk yang tinggi, misalnya di daerah pembangunan,
maka jumlah sampah yang dikumpulkan juga akan meningkat. Hal yang sama terjadi pula pada daerah
dengan kegiatan perdagangan, industri, pertanian, dan lain-lain.

2. Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah yang dipakai


Sistem pengumpulan, pengangkutan sampah yang dipakai sangat mempengaruhi jumlah sampah yang
dikumpulkan. Pengumpulan sampah dengan gerobak dan truk biasa akan berbeda dengan pengumpulan
sampah dengan truk pemadat (compactor truk).

Adanya sampah-sampah yang dibakar atau dibuang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh kontraktor,
sehingga tidak masuk dalam pencatatan administrsi Dinas Kebersihan, akan memberikan gambaran jumlah
sampah yang lebih kecil dari jumlah produksi sampah yang sebenarnya. Makin baik sistem pengumpulan
dan pengangkutan sampah, makin banyak jumlah produksi sampahnya.

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai dapat kembali.
Adanya bahan-bahan tertentu pada sampah yang masih mempunyai nilai ekonomis, oleh kelompok tertentu
akan diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Contohnya pecahan kaca/gelas, besi, plastik, kertas,
karton, dan lainnya yang masih mempunyai nilai ekonomi. Dengan demikian, jenis sampah tersebut yang
dikumpulakan umlahnya berkurang. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada harga pasaran. Bila harga
cukup tinggi, maka jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan akan sedikit sekali, karena banyak yang
diambil kembali untuk dijual dan dimanfaatkan. Dan sebaliknya, bila haraga pasaran menurun, maka
sampah jenis ini akan bertambah jumlahnya untuk dikelola.

4. Geografi
Faktor geografi juga menpunyai pengaruh terhadap jumlah dan komposisi sampah. Misalnya, di daerah
pegunungan, sampah dari jenis kayu-kayuan merupakan yang terbanyak, sedangkan di dataran rendah,
sampah dari pertanian mungkin menonjol, demikian pula di daerah pantai, sampah yang terbanyak adalah
yang berhubungan dengan hasil-hasil laut

5. Waktu
Jumlah produksi sampah dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh faktor waktu (harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan).
Jumlah produksi sampah dalam saat hari bervariasi menurut waktu. Ini erat hubungannya dengan kegiatan
manusia sehari-hari, misalnya di dapur, kantor, dan lain-lain. Umumnya sampah dipagi hari jumlahnya
sedikit, kemudian meningkat antara pukul 08.00-14.00 dengan puncaknya sekitar pukul 11.00-13.00.
Jumlah produksi sampah akan menurun kembali hingga sekitar pukul 16.00. Selanjutnya akan meningkat
kembali setelah pukul 18.00. Hal tersebut terjadi akibat adanya aktivitas sore hari di Indonesia, seperti ke
toko, restoran dan tempat lainnya, di samping kegiatan makan malam di rumah-rumah.

Jumlah produksi sampah dalam seminggu juga bervariasi. Bila diamsusikan bahwa pengumpulan sampah
dalam seminggu juga bervariasi. Bila diasumsikan bahwa pengumpulan sampah dilakukan setiap hari,
maka jumlah sampah hari Senin lebih tinggi, dibandingkan hari Selasa hingga Kamis, dan meningkat lagi
hari jumat hingga Minggu. Hal tersebut berhubungan dengan aktivitas hari Minggu, misalnya piknik, arisan,
perayaan atau pesta, dan lainnya, terutama di daerah perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan mungkin
variasi tersebut tidak begitu menyolok.

6. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi jumlah produksi sampah suatu daerah, dalam hal ini termasuk
adat istiadat, taraf hidup, serta kebiasaan masyarakat. Contohnya, jumlah produksi sampah di daerah pusat
kota jelas akan berbeda dengan daerah pinggiran kota. Di daerah yang telah maju seperti Singapura, akan
berbeda jumlah sampahnya dibandingkan dengan di Jakarta. Kebiasaan masyarakat juga memproduksi
sampah, tercermin dalam cara masyarakat tersebut mengelola sampahnya. Sampah yang tertumpuk begitu
saja mencerminkan kebiasaan dan martabat masyarakat yang bersangkutan.
7. Musim atau iklim
Faktor musim atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah, contohnya di Indonesia, pada
musim hujan, jumlah produksi sampah terlihat meningkat karena adanya sampah yang terbawa oleh air,
sampah yang terkumpulkan dan tersangkut jauh berkurang karena adanya kesulitan dalam mengumpulkan
sampah padahal produksi sampah pada kenyataannya tetap. Jadi ada sebagian sampah yang tidak
terangkut.
Pada musim buah-buahan jelas akan meningkatkan jumlah produksi sampah suatu daerah, dan juga musim
panen, musim liburan sekolah, hari raya, dan lain-lain.

8. Kebiasaan masyarakat
Kebiasaan masyarakat dalam hal ini misalnya kegemaran suatu kelompok masyarakat pada jenis makanan
tertentu, sehingga produksi sampah yang berasal dari makanan tersebut dominant. Contoh, suku Bali
dengan adatnya yang serba sesajen akan menyebabkan produksi sampah yang lebih banyak dari suku lain.

9. Teknologi
Peningkatan sampah sejalan dengan peningkatan teknologi. Dengan adanya kemajuan teknologi,
makaterdapat jenis-jenis sampah yang pada saat ini menjadi masalah. Misalnya sampah plastik, kardus,
tong, peti kemas yang besar, perabotan rumah tangga seperti kulkas, televise, dan lain-lain. Akan tetapi
akibat kemajuan teknologi pula, sistem pengangkutan dan pengumpulan sampah menjadi lebih efisien
sehingga dengan tenaga yang minimal dalam waktu singkat sudah dapat mengumpulkan sampah salam
jumlah besar.
Jumlah dan komposisi sampah bergantung pula pada sumber dari mana sampah tersebut berasal. Sampah
rumah tangga akan berbeda jumlah dan komposisinya dengan sampah pasar, dan sampah dari kedua
sumber tersebut juga berbeda dengan sampah industri.

Besar Timbulan Sampah


Besar timbulan sampah dapat dinilai berdasarkan komponen sumber sampah dan berdasarkan klasifikasi
wilayah kota.
Besarnya timbulan sampah tersebut dapat dilihat pada dua tabel dibawah ini:
a. Komponen-komponen sumber sampah
Tabel Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Sampah

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume Berat

(liter) (kg)

1 2 3 4 5

1. Rumah Permanen per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400

2. Rumah Semi Permanen per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350

3. Rumah Non Permanen per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300

4. Kantor per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100

5. Toko/Ruko per petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350

6. Sekolah per murid/hari 1,10-0,15 1,010-0,020

7. Jalan Arteri Sekunder per meter/hari 1,10-0,15 0,020-0,100

8. Jalan Kolektor Sekunder per meter/hari 1,10-0,15 0,010-0,050

9. Jalan Lokal per meter/hari 0,05-0,10 0,005-0,025

10. Pasar per meter²/hari 0,20-0,60 0,100-0,300

Sumber : Laporan Akhir Studi Pengelolan Sampah Terpadu Kota Magelang Tahun 2007

b. Klasifikasi Kota
Tabel Besar timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota

Volume Berat
No Klasifikasi Kota
(L/orang/hari) (Kg/orang/hari)

1. Kota Sedang 2,75-3,25 0,70-0,80

2. Kota Kecil 2,50-2,75 0,625-0,70

Sumber : Laporan Akhir Studi Pengelolan Sampah Terpadu Kota Magelang Tahun 2006
Satuan Untuk Timbulan Sampah

Satuan untuk menyatakan timbulan sampah bereda-beda, tergantung dari sumber sampah. Dalam pengeloaan
sampah ukuran yang sering dipakai adalah sebagai berikut:

1. Ukuran Berat
Ukuran berat yang sering digunakan adalah: a) dalam ton/hari untuk jumlah timbulan sampah dari suatu
daerah. b) dalam kg/orang/hari atau gram/orang/hari untuk produksi sampah per orang atau perkapita.
Ukuran berat baik digunakan karena hasil perhitungan produksi sampah dengan ukuran berat dapat
dibandingkan antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu kota/negara dengan kota/negara lain.
Sedangkan kekurangannya adalah dengan menggunakan ukuran berat maka diperlukan alat timbangan
sehingga dibutuhkan modal yang cukup besar. Untuk kota/negara yang sedang berkembang, kebutuhan
alat tersebut terkadang menjadi hambatan dalam pengelolaan sampah.

2. Ukuran Berat Jenis atau Kepadatan


Ukuran berat jenis digunakan bila pemakaian ukuran berat belum dapat terpenuhi. Untuk itu dibutuhkan
suatu penelitian pendahuluan (dengan menggunakan alat timbangan) guna mengetahui berat sampah
setiap volume sampah tertentu. Dengan demikian diperoleh berat jenis atau kepadata dari sampah tersebut.
Ukuran berat jenis dipengaruhi juga oleh: a) jenis sampah dan komposisinya, b) cara pengisian alat ukur
volume sampah apakah dipadatkan atau tidak.

Memandingkan produksi sampah satu daerah dengan daerah lainnya dengan menggunakan ukuran ini
relatif sulit, karena dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah masing-masing daerah tersebut. Bila akan
melakukan perbandingan dengan menggunakan ukuran ini maka faktor-faktor yang berpengaruh tersebut
harus dikontrol atau disamakan terlebih dahulu.

3. Ukuran Volume
Ukuran volume sering digunakan terutama di negara berkembang, yang masih terdapat kesulitan biaya
untuk pengadaan alat timbang. Satuan ukur yang dipakai adalah m³/orang/hari atau liter/orang/hari. Dalam
pelaksanaan sehari-hari sering alat ukur volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul dan
pengangkut sampah, misalnya bak penampung sampah dengan volume 60 liter atau volume truk 12 m³.
Dengan mengetahui volume sampah per alat angkut dan jumlah rit angkutan, maka volume produksi
sampah keseluruhan dapat diketahui. Akan tetapi, perandingan produksi sampah antar daerah sulit
dilakukan karena faktor-faktor:

a) Jenis dan komposisi sampah yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
b) Cara pengisian alat ukur/alat penampung dan alat pengngkut sampah yang berbeda, apakah
dipadatkan atau tidak.
Jadi dalam membandingkan produksi sampah antar daerah dengan menggunakan ukuran ini harus
memperhatikan satuan yang dipakai dan cara pengukuran yang dilakukan.

Teknik Operasional Persampahan Kota Magelang

1. Timbulan sampah, merupakan awal terjadinya sampah


2. Pewadahan, merupakan langkah awal pengelolaan secara fisik dapat berupa wadah komunal atau wadah
individual. Di tepi jalan sudah disediakan tempat sampah terpisah yaitu organik dan anorganik, di sebagian
masyarakat juga sudah membunyai bin pemilah sampah terpisah.
3. Pengumpulan, merupakan tahapan mengumpulkan sampah dari wadah sampah dengan berbagai alat
seperti gerobak, kendaraan roda tiga, mini truk, maupun truk.
4. Pemindahan pada prinsipnya merupakan proses memindahkan sampah dari alat pengumpul ke alat
pengangkut dapat berupa lokasi pemindahan terpusat (Transfer Depo) atau tersebar (TPS), pemindahan
dengan memanfaatkan lokasi penampungan sementara untuk pengumpulan sampah yang bersifat tidak
langsung.
5. Pengangkutan merupakan tahapan proses mengangkut sampah dari lokasi pemindahan ke pembuangan
akhir (TPA) bisa menggunakan truk, mini truk, kendaraan roda tiga baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6. Pembuangan akhir, merupakan tahap akhir dari proses pengelolaan sampah.
Limbah padat (sampah) di Kota Magelang pada umumnya sama dengan sampah-sampah di kota-
kota di Jawa Tengah maupun daerah tropis lainnya yang sebagian besar dihasilkan dari aktivitas penduduk
khususnya di kawasan perkotaan. Sampah-sampah yang dihasilkan didominasi oleh jenis organik yang
mempunyai sifat mudah membusuk sebagai akibat proses dekomposisi. Kandungan organik dalam sampah
tersebut dapat berupa bahan kompos, kulit (telur, kerang, kelapa dan lainnya) dan biji buah. Sedangkan
kandungan lainnya yang berupa sampah anorganik meliputi plastik, logam, karet, kain/tekstil dan lain-lain
yang tidak mudah membusuk/sulit dihancurkan.
Tabel Produksi Sampah tiap Kecamatan di Kota Magelang

Sampah Jumlah
Lain-lain
Sampah Pasar Jumlah Sampah yg
No Jumlah (5%
Kecamatan Rumah (20% Produksi terangkut
. Penduduk sampah
Tangga sampah Sampah (60% jml
RT)
RT) sampah)
(jiwa) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr) (M3/hr)
1 Magelang Utara 42.884
2 Magelang Tengah 49.995
3 Magelang Selatan 37.809
Total 130.688
Sumber : Laporan Periodik Volume Sampah, 2011

3.3.1 Kelembagaan
Permasalahan penanganan persampahan di perkotaan berdampak sangat besar terhadap penurunan
kondisi kebersihan dan kesehatan secara signifikan. Hal yang paling menonjol adalah karena menurunnya
kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten maupun penerimaan retribusi dari masyarakat. Semenjak
Otonomi Daerah dimana pengelolaan anggaran diserahkan langsung kepada kota/kabupaten, banyak
kota/kabupaten menghadapi keterbatasan anggaran untuk melaksanakan pengelolaan persampahan, baik
anggaran untuk pengadaan/penggantian prasarana dan sarana, anggaran operasional maupun anggaran
pemeliharaan.
Keterbatasan anggaran tersebut lebih jauh menyebabkan rendahnya kapasitas pelayanan sehingga
masih banyak dijumpai sampah yang dikelola secara tidak benar dan tidak terangkut serta dibuang secara
liar, tidak dapat dilaksanakannya pelayanan yang diharapkan, misalnya adalah sampah di TPS yang terpaksa
menginap, pengelolaan TPA secara open dumping dan sebagainya yang dapat berakibat merusak tatanan
sosial dan lingkungan.
Sistem pengolahan sampah yang ada di Kota Magelang saat ini ada 2 (dua) macam, yaitu:
1) Sistem skala individual yaitu sistem pengelolaan individu yang dilakukan satu sumber atas sampah yang
dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut, di mana masyarakat mengolah sendiri dengan cara dibakar
dan sebagian dengan cara membuang secara sembarangan,
2) Sistem pengelolaan sampah dengan cara pengumpulan hingga ke tahap pengangkutan dan
pembuangan ke TPA yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Landasan Hukum/Legal Operasional


Manajemen pengelolaan persampahan memerlukan kekuatan dan dasar hukum seperti organisasi,
pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan lain-lainnya. Kota Magelang juga memiliki dasar hukum
dalam pengelolaan kebersihan/persampahan yang diatur dalam Peraturan Daerah.
Dasar hukum mengenai pengelolaan kebersihan/persampahan di Kota Magelang antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Pengelolaan Persampahan
3) Peraturan Daerah (Perda) Kota Magelang No. 10 tahun 2009 tentang Pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang sebagai lembaga yang memiliki
kewenangan dalam pengelolaan operasional persampahan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No.4
Tahun 2008. Sebelum adanya Perda tersebut, bidang kebersihan, taman dan penerangan jalan umum
merupakan bagian dari Dinas Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Magelang. Sedangkan bidang tata kota
merupakan bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang.

Selanjutnya pada tahun 2008, terjadi perubahan struktur organisasi di Pemerintah Kota Magelang
dimana Dinas Pengendalian Lingkungan Hidup berubah menjadi Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata
Kota. Selain itu dibentuk pula Kantor Lingkungan Hidup yang mengurusi bidang lingkungan hidup.

1. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 , Struktur Organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Tata Kota Kota Magelang terdiri dari :

a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, meliputi :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Program
3. Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Kebersihan, meliputi :
1. Seksi Pengelolaan Kebersihan
2. Seksi Transportasi dan Peralatan
d. Bidang Pertamanan, Penerangan Jalan dan Pemakaman, meliputi :
1. Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan
2. Seksi Pengelolaan Pemakaman.
e. Bidang Tata Kota, meliputi:
1. Seksi Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Kota
2. Seksi Registrasi Tata Bangunan
f. UPTD Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA)

BAGAN ORGANISASI LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG


DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN NOMOR : 4 TAHUN 2008
DAN TATA KOTA TANGGAL : 26 MEI 2008
KOTA MAGELANG KEPALA
DINAS

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN
UMUM DAN
PROGRAM KEUANGAN
KEPEGAWAIAN

Kelompok
Jabatan Fungsional
BIDANG
BIDANG PERTAMANAN, BIDANG
KEBERSIHAN PENERANGAN JALAN TATA KOTA
DAN PEMAKAMAN

SEKSI SEKSI
SEKSI PERENCANAAN,
PERTAMANAN DAN
PENGELOLAAN PENERANGAN PEMANFAATAN DAN
KEBERSIHAN PENGENDALIAN
JALAN TATA KOTA

SEKSI SEKSI SEKSI


TRANSPORTASI PENGELOLAAN REGISTRASI
DAN PERALATAN PEMAKAMAN TATA
BANGUNAN

UPTD
TEMPAT
PEMBUANGAN WALIKOTA MAGELANG
SAMPAH AKHIR

FAHRIYANTO
Tabel 3.16: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, pemerintah
Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target pemerintah
Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target pemerintah
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah masyarakat
Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS masyarakat
Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) pemerintah
Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pemerintah
Membangun sarana TPA pemerintah
Menyediakan sarana komposting pemerintah masyarakat
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS masyarakat
Mengelola sampah di TPS masyarakat
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA pemerintah
Mengelola TPA pemerintah
Melakukan pemilahan sampah* pemerintah masyarakat
Melakukan penarikan retribusi sampah pemerintah
Memberikan izin usaha pengelolaan sampah pemerintah
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) pemerintah
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah pemerintah
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah pemerintah
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah pemerintah
skala Kota Magelang
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pemerintah
pengelolaan persampahan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau pemerintah
menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.17: Peta Peraturan Persampahan Kota Magelang
Keterse Pelaksanaan
Peraturan diaan Tidak Ada Efektif Belum Efektif Tidak Efektif Keterangan
Ada (Sebutkan) Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan

PERSAMPAHAN
Target capaian pelayanan pengelolaan Efektif
Ada
persampahan di Kota Magelang
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah UU no 18 tahun 2008 tentang
Kab/Kota dalam menyediakan layanan Pengelolaan persampahan Belum efektif
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam memberdayakan UU no 18 tahun 2008 tentang
Belum efektif
masyarakat dan badan usaha dalam Pengelolaan persampahan
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
untuk mengurangi sampah, menyediakan Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
Belum efektif
tempat sampah di hunian rumah, dan Pengelolaan Kebersihan
membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit
usaha di kawasan komersial / fasilitas Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
social / fasilitas umum untuk mengurangi Belum efektif
Pengelolaan Kebersihan
sampah, menyediakan tempat sampah,
dan membuang ke TPS
Pembagian kerja pengumpulan sampah
dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kebersihan Efektif
pengelolaan di TPA, dan pengaturan
waktu pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA pemerintah kab/kota dengan
Kerjasama Perda No. 7 Tahun 2006 tentang
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan Belum efektif
Pengelolaan Kebersihan
sampah
Retribusi sampah atau kebersihan Ada Belum efektif
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Peraturan yang menjadi pedoman dan acuan dalam pengelolaan kebersihan adalah Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan ( Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2006
Nomor 30 ) sedangkan yang dipakai dasar penarikan retribusi adalah Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17
tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.

1. Jumlah limbah Padat (Sampah) Tingkat perkotaan


Dalam Laporan Periodik Sampah Kota Magelang Tahun 2011 penanganan persampahan digambarkan sebagai
berikut:

Wilayah Perkotaan/Administrasi

 Timbulan Sampah perkotaan : ± 360 m3/ hari


 Sampah Terangkut (70 %) : ± 252 m3/ hari

Sampah 3 liter/org/hari

Jml Penduduk 120.000 orang

Jml sampah 360.000 liter/hari, 1m3 = 1000 Ltr

Jumlah timbunan sampah 360 m3/hari

Tabel Karakteristik timbulan Sampah Kota Magelang

No Sumber sampah Timbulan (m3/hari )

1 Pemukiman 200

2 Pasar 45

3 Komersial 22

4 Perkantoran 8

5 Fasilitas umum 23

6 Sapuan sampah jln 48

7 Kawasan industri/rumah sakit 14


Jumlah 360

Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang

Tabel Prosentase Komposisi Sampah Rumah Tangga

Karet/ Meta/ Gelas/


Tahun Kertas Kayu Kain Plastik Organik lain-lain
kulit logam kaca

2005 0,5 3 0,5 0.5 15 - 0,5 75 5

2006 0.5 4 0,5 0.5 14 0,5 1 75 4

2007 0.5 4 0,5 0.5 14 0,5 1 75 4

2008 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4

2009 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4

2010 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4

Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang

2. Sistem Pengelolaan Sampah kota

Metode pengelolaan TPA yang digunakan adalah controll landfill menuju sanitary landfill.

3. Kegiatan 3 R (Reuse, Reduce dan Recycling) apa yang telah tersedia dan dilaksanakan di Kota Magelang
serta jumlah dengan kapasitasnya, sebagai berikut:

A. Teknologi pengomposan :

I. Pengomposan di TPA Banyuurip Kota Magelang

a. Sampah yang masuk TPA mula-mula dipilahkan menurut jenisnya, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Jenis sampah organik selanjutnya diproses menjadi kompos dengan
menggunakan alat pengomposan yang sudah tersedia di TPA;
b. Sampah organik dimasukkan dalam mesin pencacah. Sampah yang sudah dicacah diberi
campuran bahan-bahan antara lain katul, disiram dengan air yang telah dicampur dengan tets dan
EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Kemudian sampah yang telah dicampur bahan
tadi ditutup dengan plastik untuk mempercepat proses fermentasi. Agar fermentasi dapat baik
sampah tadi dibolak-balik, apabila diraba terasa panas (± 2 hari sekali). Setelah kurang lebih 2
bulan kompos sudah siap dipakai. Saat ini sampah yang dibuat kompos kurang lebih M3/ bulan.

II. Pengomposan (Komposting Rumah Tangga) di Perumahan Warga yaitu di lokasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan Laporan Pemantauan Tahun 2010

 RW XI Paten Gunung Kelurahan Rejowinangun Selatan


 RW VII Kelurahan Potrobangsan
 RW VI Kelurahan Cacaban
 Kelurahan Kemirirejo
 Kelurahan Kramat Utara
 Kelurahan Jurangombo Selatan
 Kelurahan Magelang

2. Berdasarkan Laporan Pemantauan Tahun 2011

 RT 1 RW 3 Kelurahan Potrobangsan
 RW 4 Kelurahan Jurangombo Selatan
 RW 7 Kelurahan Wates
 RT 2 RW 2 Kelurahan Gelangan
 RW 9 Kelurahan Gelangan
 RW 2 Kelurahan Tidar Utara
 RW 4 Kelurahan Tidar Utara
 RW 9 Kelurahan Rejowinangun utara
 RW 2 Kelurahan Magelang
 Kelurahan Kramat Selatan RW 10 Perum Korpri
 Kelurahan Jurangombo Utara RW 8 KSM Gayatri

3. Berdasarkan Laporan Pemantauan Tahun 2012

 Tidar Warung “ Mardi Rukun” Kelurahan Tidar


 RW 8 RT 2, Perorangan atas nama Iyas Dewi, Kelurahan Jurangombo Utara RW 8
 Legok Makmur, Kelurahan Wates

Sampah diolah dengan proses pengomposan sederhana sebagai berikut.

Pengolahan kompos

 Siapkan larutan aktivator dengan cara :


 Ambil 4 sendok makan penuh aktivator (Green Phoskko)
 Ambil 2 sendok makan gula pasir
 Larutkan dalam 8 liter air
 Aduk hingga merata
 Diamkan selama 2-4 jam
 Masukkan sampah organik basah kedalam mesin pengolah sampah
 Siramkan larutan aktivator kedalam sampah yang berada dalam mesin pengolah hingga semua bagian
terkena merata
 Campurkan 2,5 kg bahan penggembur / serbuk gergaji ke dalam mesin pengolah
 Tutup rapat mesin pengolah
 Hari ke 1-5 putar mesin pengolah sebanyak 3 kali sehari selama kurang lebih 15 menit pada jam yang
sama
 Pada hari ketiga tiap pagi keluarkan lindi atau cairan kompos cair dari lubang yang sudah disediakan,
tampung dalam ember, kemudian simpan dalam dirigen khusus lindi
Hasil berupa :

1. Pupuk Kompos organik

2. Pupuk Cair organik

III. Pengomposan di Sekolah yaitu di lokasi sebagai berikut :

Gambar :
IV. Teknologi Pembuatan kertas daur ulang dan plastik :

Masyarakat/warga yang mengolah sampah kertas bekas menjadi produk tersebut berlokasi di Kelurahan
Tidar Utara dan Rejowinangun Utara

 Teknologi logam :

Tidak ada

 Teknologi pembuatan gelas :

Tidak ada

 Teknologi pembakaran :

Pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator dilaksanakan di RSU Tidar Kota magelang.
Karakteristik sampah yang dibakar adalah sampah medis.

Kendala yang dihadapi :

1. Produk yang dihasilkan oleh masyarakat berupa kompos padat maupun cair menghadapi kendala pemasaran.

2. Hasil karya berupa kerajinan dari bahan anorganik juga mengalami kendala pemasaran .

3. Sebagian besar wilayah kelurahan belum melaksanakan pemilahan sampah dari sumbernya.

4. Kurangnya dukungan dan keseriusan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah baik sarana prasarana
maupun alokasi anggaran yang memadai di sektor pengelolaan sampah.
B. Sistem Pengangkutan

SUMBER SAMPAH PENGUMPUL PENGANGKUTAN

Rumah sakit Petugas Instalasi sendiri


internal

Rumah tangga RT/RW

Pasar Dinas Pasar

DEPO/TPS TPA

Penyapuan jalan
DKPTK
protokol

Terminal Dinas
Perhubungan

Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang

Alat angkut yang digunakan

1. Truk sampah
2. Mobil sampah ( pick up )
3. Motor sampah
4. Dapat Gerobak
Komposisi sampah organik dan anorganik belum dapat terkelola dengan baik karena sistem
pemilahan belum dapat berjalan baik , mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat skala kota . Di beberapa
tempat, telah tersedia tempat sampah dengan berbagai warna dengan masing – masing wadah/kotak
bertuliskan jenis sampah yang sesuai dengan wadah yang ada. tiap kotak sampah tertulis sampah organik ,
sampah anorganik . Tempat sampah yang sering kita jumpai selama ini masih sekedar simbolis saja ,
karena untuk melaksanakan pemilahan dari sumber membutuhkan kerja keras dari semua pihak baik mulai
tingkat kesadaran masyarakat maupun harus didukung sarana dan prasarana yang memadai termasuk
sarana angkut yang dilengkapi dengan bak atau sarana pemisah baik berupa gerobak maupun mobil
sampah . Sehingga setelah sampai di TPA tinggal dilakukan pengolahan menjadi kompos .

C. Frekwensi pengambilan sampah

1. Sampah skala Rumah tangga


Pengangkutan Sampah rumah tangga di tingkat pemukiman dilakukan petugas yang dtunjuk oleh RT/RW
dengan menggunakan gerobak sampah, kemudian diangkut ke TPS terdekat . Setelah dari TPS diangkut
dengan menggunakan mobil sampah milik kelurahan untuk dibawa ke TPA. Tetapi tidak semua kelurahan
memfungsikan mobil sampah karena berbagai faktor antara lain disebabkan biaya operasional untuk mobil
tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima dari masyarakat dan karena letak Transfer depo yang
mudah dijangkau oleh gerobak petugas sampah setempat.
2.Sampah skala Kota
Dalam melaksanakan pengambilan sampah di tingkat tranfer depo dilakukan dengan menggunakan dump
truk yang dikelola oleh DKPTK dengan jadwal sebagai berikut :
LOKASI/PENGAMBILAN
NAMA TPS/TRANFER DEPO KETERANG
NO JAM PENGAMBILAN
PENGEMUDI AN

Pasar gotong Royong , taman


1 Musafak kyai langgeng, pasar cacaban, 06.00 s/d 16.00
dalangann sanden , kuncen

Terminal Soekarno Hata, tidar,


2 Munir 06.00 s/d 15.00
Jurangombo

Tidar baru, MTS, jl Sunan Giri,


3 Suharto 06.00 s/d 15.00
Pasar Taruma Negara

4
Bambang Sugiarto Cacaban, Tukangan kulon 06.00 s/d 15.00

5 Tukiman Depok , Magersari 06.00 s/d 17.00 Dua shif

Kantor DPR, Skretariat, jl. Ikhlas,


Jl. Gatot Subroto, jl. Tentara
6 Suprayitno 06.00 s/d 16.00
Pelajar, Pahlawan, Piere tendean
, Raden Saleh

Pagi 06.00 – 14.00


7 Marsono Tranfer depo maluku
Sore 14.00 – 18.00

Komplek PJKA, jl. Ayani,


8 Soebagyo 06.00 -15.00
Sambung Batas Kota – jl Pemuda

Route Roda 3

Jl. Pajajaran, Daha, Pajang,


Jenggolo, Veteran, Maja pahit,
1 Mulyono 06.30 – 14.00
Beringin 1,2,3 , Medang,
Sriwijaya, Taruma Negara

Jl. Sunan Giri,Senopati, MT


Haryono, Brigjen Katmaso,
2 Mulyanto 6.30 – 14.00
Cempaka Sutoyo, Supto, Kyai
Mojo, P Diponegoro, Veteran

3 Suwandi Seputar Alun- alun, Yos Sudarso, 15.00- 20.00


Veteran , Pahlawan, Ade erma
suryani, poncol

Jl. Jendral Sudirman, Iklas, Tidar,


4 Siswan 15.00 – 20.00
Tentara Pelajar, Daha, Jenggolo
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

3. Pewadahan bin /tong sampah


Untuk di tingkat pemukiman , sampah yang dihasilkan per Rumah tangga ditampung menggunakan bak
sampah yang disediakan sendiri oleh masing – masing dan bentuknya bermacam – macam antara lain :
bak berbahan plastik, anyaman bambu (bakul ), ember bekas, tong sampah dan lain – lain.
Sedangkan ditingkat pertokoan , sampah organik maupun anorganik dimasukkan dalam tas plastik /kresek
, kemudian pada jadwal yang telah ditentukan yaitu maximal jam 7 pagi akan diangkut oleh petugas dari
DKPTK. Sebagai informasi berkaitan dengan bak sampah, bahwa apabila menggunakan bak sampah
yang terbuat dari plastik dan bentuknya menarik maupun tong , sebagian besar banyak yang hilang dicuri.
4. Sistem pengumpulan
Tenaga penyapu jalan ( DKPTK ) dilengkapi dengan alat bin beroda yang berfungsi untuk menampung
sementara hasil sapuan jalan sehingga tidak berserakan dipinggir jalan.
Untuk jalan penghubung dibantu dengan motor beroda 3 yang dilengkapi dengan bak penampung sampah.

5.Penampungan sementara, trafer depo


Transfer depo di kota Magelang
1. Maluku ( Kebonpolo )
2. Gethuk marem
3. SMP 7
4. Sukarno Hatta
5. Perum Korpri
6. Cacaban
7. Dalangan
8. Giriloyo
9. Kuncen
10. Sanden
11. Magersari
12. Jl Singosari/Depok

Tranfer depo

Tempat penampungan Sampah ( TPS )


1. Pasar Cacaban
2. Kyai Langgeng
3. Jl. Tarumanegara
4. Telaga warna
5. Pasar Gotong Royong
6. Tidar Baru

Permasalahan yang terjadi baik di tingkat tranfer depo maupun TPS adalah tingkat disiplin warga mapun
tenaga pengangkut sampah di wilayah kelurahan yang tidak mentaati batas waktu atau jam , sehingga
adanya sampah yang menginap di Tranfer depo.
Pembagian tugas pengelolaan sampah yang telah dibagi sesuai kewenangan kadangkala tidak berjalan
dengan baik karena adanya kendala di lapangan yaitu terbatasnya sarana dan prasarana maupun personel
yang ada, sebagai contoh sampah yang berada di terminal yang menjadi tanggung jawab Dinas
Perhubungan selalu nampak terbengkalai karena Dinas Perhubungan tidak memilki arnada yang khusus
mengangkut sampah .
D. Pengangkutan sampah

MERK/ TAHUN HARGA


NO JENIS KENDARAAN PEMBEL
TYPE NO.POL ( Rp.) KONDISI
IAN

1. Truk
4 Daihatsu Delta AA 981 BA 1982 10,000,000 RB
2. Dump
5 Truck Isuzu Bison H 9564 HG 1989 9,000,000 KB
Isuzu Bison 1989
3. Dump
6 Truck H 9551 DG 10,000,000 RB
Isuzu Bison 1989
4. Dump
7 Truck H 9556 DG 10,000,000 KB
Isuzu Bison 1989
5. Dump
8 Truck H 9553 DG 9,000,000 RB
Isuzu Bison 1989
6. Dump
9 Truck H 9550 DG 9,000,000 RB
Isuzu Bison
7. Truck
1 fell H 908 DS 1991 10,000,000 KB
01
8. Truck Toyota Dyna AA 9543 AA 1990 9,000,000 CB
1
9. Truck Toyota Dyna AA 9531 AA 2001 132,000,000 B
21 Truck
10. Dump Isuzu Elf AA 9532 AA 2001 197,000,000 B
31 Truck
11. Dump Toyota Dyna AA 9552 AA 2005 270,602,500 B
41 Truck
12. Dump Hino Dutro AA 9553 AA 2006 259,055,000 B
51 up
13. Pick Mitsubishi L 300 AA 9584 AA 1992 8,000,000 KB
61 up
14. Pick Daihatsu Zebra H 9582 FG 1995 10,000,000 KB
71 up
15. Pick Mitsubishi L 300 AA 9578 AA 2001 127,000,000 B
81 up
16. Pick Suzuki Carry AA 9577 KA 2006 62,252,000 B
92 up
17. Pick Mitsubishi T 120 AA 9565 EA 2009 116,447,550 B
02 tangki tinja
18. Truk SS
Mitsubishi AA 9534 AA 1996 20,000,000 B
12 Tangki Tinja
19. Colt Mitsubishi AA 9537 AA 1996 20,000,000 B
2 tangki siram
20. Truk Daihatsu H 9555 NG 1995 15,000,000 B
21. Truk23 tangki siram Mitsubishi AA 9535 AA 1997 20,000,000 B
Sumber Data : Dinas
4 Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Dengan melihat data diatas dapat dilihat tentang kondisi alat angkut sampah berupa truk maupun dump
truk sudah banyak dalam kondisi rusak , Untuk kondisi eksisting saat ini Dump truk yang operasional 5 buah dan
hanya 4 buah yang dapat berfungsi normal dan 1 ( satu ) buah jenis truk, sehingga untuk sementara dalam
operasional sehari – hari dibantu dengan mobil – mobil kecil berupa pick up.

Perencanaan pengembangan kedepan adalah perlunya dipikirkan adanya armada yang khusus menangani
sampah pada titik atau daerah yang telah terpisah jenis sampahnya teritama dari sumbernya yaitu penyediaan mobil
khusus yang dilengkapi bak pemisah antara sampah organik dan anorganik.

E.Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

TPA Kota Magelang terletak di wilayah Kabupaten Magelang yaitu di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo
,kurang lebih berjarak 5 km dengan luas 6,8 hektar . Sampah yang masuk tiap hari 360 m3 /hari . Sistem yang
dipakai adalah control landfill . Sampai saat ini zona yang digunakan ada 5 (lima) sel, dengan bentuk persegi
panjang dengan panjang sel 1, 2, 3, dan 4 dibuat tahun 1993 dengan konsep sanitary landfill. Volume sampah yang
saat ini masuk ke TPA Banyuurip yaitu ± 360 m3 setiap harinya.
Kondisi TPA:

1. Belum adanya perkerasan jalan yang dapat menuju kesegala arah di dalam lokasi TPA ,jalan yang diperlukan
dengan lebar 5-6 meter dan panjang kurang lebih 800 meter. Saat ini kendaraan keluar masuk di area TPA (
antar sel ) sangat krodit karena kondisi jalan sudah banyak yang rusak dan sebagian jalan ada yang tertutup
sampah.

2. Belum dilengkapi sistem drainage yang memadai baik dilingkungan sekitar sel aktif maupun di lingkungan area
bangunan komposter dan gudang kompos, sehingga apabila hujan sebagian air lindi meluap keluar sebagian
tercecer dijalanan dan terjadiNnya genangan air hujan .
3. Kolam lindi
Kolam leachet / lindi yang ada, belum memenuhi standart yang lengkap karena belum didukung teknologi
pengolahan limbah seperti kincir untuk aerasi , peralatan pemantuan limbah, laboratorium limbah , penambahan
bahan bahan kimia untuk kegiatan treatment maupun belum adanya kolam kontrol ( indikator ) sebelum limbah
dibuang kelingkungan.

4. Garasi alat berat


Pada tahun 2012 ini sedang dibangun garasi untuk alat berat dan sebagai tempat sementara yang digunakan
untuk tempat untuk menaruh alat berat adalah garasi truk/dump truk .

Garasi truk sampah

5. Bengkel , Tempat penimbangan dan tempat cuci mobil


Sarana dan prasarana berupa bengkel , belum ada , sehingga beberapa alat berat yang rusak dan mangkrak
ditempatkan digarasi truk sampah karena belum tersedianya bengkel dan garasi khusus untuk alat berat. Selain
itu ada permasalahan di bidang air bersih . Pada musim kemarau TPA Kota Magelang sering mengalami
kesulitan pengadaan air bersih karena belum adanya sambungan langsung saluran dari PDAM.
Prasarana lainnya yang tidak kalah penting adalah tempat cuci kendaraan . Belum adanya tempat cuci maupun
alat – alat perlengkapannya mengakibatkan mobil – mobil pengangkut sampah /truk , banyak yang cepat rusak
karena ada keterlambatan dalam menjaga kebersihan mobil . Idialnya mobil harus segera dicuci dan dibersihkan
setelah dipakai untuk operasional karena sifat sampah sangat korosif.

6. Alat berat yang dimiliki


MERK/ TAHUN HARGA
JENIS
NO NO.POL PEMBEL KONDI
KENDARAAN TYPE ( Rp.)
IAN SI

1 Buldoser Hitachi DX 75 - 1996 200,000,000 R


-
2 Buldoser Dongfeng 2006 1,394,058,000 KB
-
3 Exavator Hitachi EX 100 1996 200,000,000 CB
-
4 Exavator Grace 2005 1,288,102,500 KB
-
5 Wheelloader Barata/MWL 80 1989 5,000,000 R
6 Mobil Tangga Mitsubishi AA 9550 AA 2004 994,750,000 B
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Persampahan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
l((teleskopik

Dengan melihat kondisi yang ada, maka maka dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya adanya peremajaan
maupun penggantian alat berat yang ada.

7. SEL TPA
Sebagian besar sel – sel yang ada telah penuh terisi sampah sehingga terlihat seperti gunungan sampah dan
sel aktif yang ada saat ini diperkirakan hanya bisa dipakai sampai 2 tahun kedepan, sehingga perlu direncanakan
adanya persiapan pembuatan sel baru atau penambahan luas TPA.

8. Lapak/gubug pemulung
Terdapat gubug – gubug yang terletak di lokasi TPA , yang merupakan tempat tinggal para pemulung . kondisi
yang kumuh dan kotor memerlukan penanganan yang serius termasuk perlunya dibangun barak pemulung yang
lebih layak dan bersih.
Secara umum atau sekitar 90% di kelola oleh TPS dan berakhir pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dan hanya sampah yang bersumber dari Rumah Sakit yang dibakar dengan bantuan incinerator.

Tabel 3.18: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan

Pengolahan Pembuangan Kode/Non


Input User Penampungan Pengolahan Akhir Daur Ulang Aliran
TPA
Sampah RT Dapur RT Bak/Tong - TPS TPA AL 1
Sampah
Sampah Rumah Sakit Bak Khusus - incenerator - AL 2
Medis
Sampah Pasar Container - - TPA AL 3
Pasar
Sampah Pusat Bak/Tong - TPS TPA AL 4
Industri Perdagangan Sampah
Komersial Industri
Sampah Jalan Bin Beroda - - TPA AL 5
Sapuan Jalan Protokol
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

Tabel 3.19: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kota Magelang


AL1
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Dapur Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga 3020
Penampungan Bak/Tong Sampah Jumlah tong/bak 70 % ( jmlah RT ) 2114 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir TPS Jumlah TPS 6 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
AL2
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Rumah Sakit Jumlah Rumah sakit 7 DDA
Penampungan Bak khusus Jumlah bak 7 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir Incenerator Jumlah incenerator 2 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

AL3
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Pasar Jumlah pasar 10 DDA
Penampungan container Jumlah container 5 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir JumlahTPS 6 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

AL4
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Pusat perdagangan Jumlah industri 1724 DDA
dan industri
Penampungan Bak sampah Jumlah bak sampah 3448 DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir TPS JumlahTPS 6 DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
AL5
Teknologi yang
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Perkiraan Nilai Data Sumber Data
digunakan
User Interface Jalan protokol Petugas sapu jl 50 orang DKPTK
protokol
Penampungan Bin beroda Jumlah bin 50 buah DKPTK
Awal
Pengolahan Akhir DKPTK
Pembuangan daur TPA Jumlah TPA 1 DKPTK
ulang TPA
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK


Peran serta masyarakat sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Peran serta masyarakat
tersebut antara lain adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Membersihkan lingkungan rumah sendiri, pekarangan dan perkebunan masing-masing
2) Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah di sembarang tempat
3) Menyediakan tong sampah atau kantong-kantong sampah
Namun demikian dalam penanganan pengelolaan persampahan di Kota Magelang, peran serta
masyarakat bisa dikatakan masih kurang karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Hal ini
dikarenakan peran serta masyarakat dalam pengelolan persampahan di Kota Magelang masih sebatas
membayar retribusi dan pengelolaan sampah di permukiman.
Dalam pengelolaan sampah di masyarakat sudah ada keterlibatan baik laki – laki maupun
perempuan mulai dari pengumpulan di TPS, pengangkutan ke TPA dan pemilahan sampah di TPA. Pada
tingkatan RT/ RW sampah dikelola oleh Masyarakat sedangkan pada tingkatan Kelurahan, Kecamataan dan
Kota sampah dikelola secara formal oleh Pemerintah Kota Magelang kemudian ketika sampai di TPA ada
pemilahan sampah yang dilakukan oleh pihak swasta
Namun permasalahan yang ada saat ini adalah keterbatasan lahan di Kota Magelang sehingga
kesulitan dalam pembangunan TPS yang cukup representative, tidak adanya lahan untuk pembangunan TPA
sementara TPA yang ada saat ini diperkirakan hanya akan bertahan hingga 4 tahun mendatang dan
pemilahan sampah belum sampai pada tataran rumah tangga sehingga hanya sekitar 70 % saja sampah
yanga terangkut sampai di TPA, 30% diantaranya mengalami pembusukan dan tidak dapat diangkut, hal ini
juga terkait pula dengan keterbatasan mobil pengangkut.
Tabel 3.20: Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan
Dikelola oleh Dikelola
Dikelola oleh Masyarakat Sektor Pihak Keterangan
Jenis kegiatan Formal Swasta
RT RW
L P L P L di P L P
Pengumpulan sampah dari √ √ √ √ √ tingkat √
Pemilahan sampah di TPS √ √
rumah
Pengangkutan Sampah ke TPS Kelurahan/
√ √
Pengangkutan sampah ke TPA Kecamatan
Pemilahan sampah di TPA - - - - - -
Para Penyapu Jalan
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.21: Pengelolaan persampahan di tingkat Kota Magelang
Dikelola oleh Dikelola oleh Dikelola oleh Sektor
Jenis Kegiatan Kota Masyarakat Formal di Tingkat Dikelola Pihak Swasta
L P L P L P L P
Pengumpulan sampah dari rumah KSM Gayatri
Pemilahan sampah di TPS
Pengangkutan Sampah ke TPS √ √
Pengangkutan sampah ke TPA √
Pemilahan sampah di TPA √ √ √
Para Penyapu Jalan √ √
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
Secara umum kondisi sarana pengelolaan persampahan saat ini berfungsi dengan baik mulai dari sosialisasi kebijakan, kegiatan pelaporan, pengadaan sarana
pengelolaan persampahan, pengadaan kendaraan, pemantauan dan peningkatan operasi dan pemeliharaan.
Tabel 3.22: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK


Nama Program / Proyek / Layanan Tahun Tidak
No Pelaksana Mulai Fungsi Fungsi Rusak PM JDR MBR
/PJ
Persampahan a. Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan KLH √
b. Kegiatan Laporan Volume Sampah Harian KLH √
c. Pengadaan Sarana Pengelolaan Persampahan KLH & √
d. Pengadaan Kendaraan Pengangkut Sampah yang DKPTK √
DKPTK
dilengkapi Bak Pengangkut Organik dan An Organik
e. Pemantauan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga KLH √
f. Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan √
DKPTK
Prasarana Persampahan
g. Penanganan Sampah Kota DKPTK √
Sumber Data : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012
3.3.4 “Pemetaan” Media

Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi terhadap publik
terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai saat ini Bagian
Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait dengan aspek
anggaran.

untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.23: Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota

No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Kunci Pembelajaran
sasaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan kesadaran
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan akan kebersihan lingkungan
lebih cepat dan mengena

2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik akan kebersihan lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan kesadaran
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik akan kebersihan lingkungan
bagi masyarakat
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan kesadaran
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam akan kebersihan lingkungan
massa website sehingga masyarakat
luas dapat mengakses
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan kesadaran
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL akan kebersihan lingkungan
pemerintahan daerah
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.24: Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota

No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat
Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan
masyarakat dalam
perbaikan
infrastruktur Sanitasi
2 Media Cetak Liputan Pembangunan Keterlibatan
(menyesuaikan wartawan infrastruktur penunjang masyarakat dalam
media cetak yang pengelolaan sanitasi perbaikan
meliput) infrastruktur sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Spot Iklan pengelolaan air limbah masyarakat dalam
Radio perbaikan
infrastruktur sanitasi
4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Baliho tentang pengelolaan masyarakat dalam
sanitasi perbaikan
infrastruktur Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan Keterlibatan
infrastruktur penunjang masyarakat dalam
pengelolaan sanitasi perbaikan
infrastruktur sanitasi
6 Stiker Stiker Sosialisasi peraturan Keterlibatan
pengelolaan sanitasi masyarakat dalam
perbaikan
infrastruktur sanitasi
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012

Tabel 3.25: Kerjasama terkait Sanitasi


Belum Ada
Tabel 3.26: Daftar Mitra Potensial
Belum ada
3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha
Penyedia layanan ( service provider ) yang ada dalam pengeloaan sampah yang berasal dari dunia usaha maupun
LSM di kabupaten Kota Belum Ada.

Tabel 3.27: Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kota Magelang
Belum ada
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan
Permasalahan penanganan persampahan di perkotaan berdampak sangat besar terhadap penurunan
kondisi kebersihan dan kesehatan secara signifikan. Hal yang paling menonjol adalah karena menurunnya
kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten maupun penerimaan retribusi dari masyarakat. Semenjak
Otonomi Daerah dimana pengelolaan anggaran diserahkan langsung kepada kota/kabupaten, banyak
kota/kabupaten menghadapi keterbatasan anggaran untuk melaksanakan pengelolaan persampahan, baik
anggaran untuk pengadaan/penggantian prasarana dan sarana, anggaran operasional maupun anggaran
pemeliharaan.
Berikut merupakan informasi mengenai pendapatan dan belanja dari subsector pengelolaan persampahan :
Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan

No Subsektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011


a b c d e f g
1 Persampahan
2 Retribusl Sampah 250.580.5732 207.344.300 Kelurahan Kelurahan 1.704.412.000
Sumber Data : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Tata Kota Kota Magelang Tahun 2012

3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak


Beberapa hal yang merupakan isu strategis dan permasalahan yang terkait dengan
persampahan di Kota Magelang, antara lain yakni :

1. Jumlah timbunan sampah perhari ± 360 m³ sementara sampah terangkut ± 252 m³ atau sekitar 70%.
2. Kesadaran masyarakat yang cukup rendah terhadap pengelolaan sampah domestik.
3. 75 % dari sampah yang terakumulasi tersebut adalah sampah organik dan dalam tempo 24 jam akan
membusuk sehingga tidak dapat terangkut semua, meninggalkan bau pada TPST dan menjadi sarang
penyakit.
4. Beberapa Kelurahan telah memiliki pengolahan sampah organik dari Rumah Tangga secara mandiri
namun dalam hal ini masih kesulitan dari segi prospek penjualan dan promosi kepada Masyarakat.
 Hal ini terkait dengan tingkat pemanfaatan kompos yang minim di Kota Magelang mengingat luas
wilayah yang sempit sehingga luas lahan untuk tanaman budidaya juga sedikit.
 Nilai jual rendah, karena kualitas belum terukur.
5. Hasil kerajinan dari sampah an organik masih sulit dalam pemasaran
6. Lahan perkotaan yang sempit serta kepadatan penduduk yang demikian tinggi amat menyulitkan
dalam memperoleh lahan untuk pengumpulan sampah sementara (sulit dalam penempatan TPS).
7. Kurangnya dukungan dan keseriusan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah baik sarana
prasarana maupun alokasi anggaran yang memadai di sektor pengelolaan sampah.
8. TPA yang semakin akut kondisinya.
9. Kota Magelang yang sempit dengan luas wilayah ± 18, 2 km² tidak memiliki TPA sendiri namun
berada di Kabupaten magelang, tepatnya di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota Magelang.
10. Hingga saat ini TPA beroperasi dan dalam pengamatan kemungkinan memiliki sisa umur pakai ± 4
tahun.
11. Ada beberapa permasalahan terkait dengan TPA Banyu Urip ini antara lain yakni :

a. Aspek Kelembagaan

 Jumlah personil TPA belum memenuhi kriteria perencanaan personil TPA.

 Pengetahuan teknis petugas TPA tentang pengelolaan sampah di TPA masih kurang.

b. Aspek Teknis Operasional

 Sarana dan prasarana TPA yang ada belum lengkap dan kondisinya sebagian sudah rusak dan
perlu perbaikan.

c. Aspek Pembiayaan

 Biaya pengelolaan sampah di TPA masih belum memenuhi kriteria pembiayaan pengelolaan
sampah di TPA.

 Pendapatan dari kegiatan komposting dan penjualan sampah plastik di TPA belum optimal.

12. Isu terkait TPA Regional


13. Sebagai alternative dalam penyelesaian permasalahan TPA ini maka ada perencanaan pembangunan
TPA Regional namun saat ini baru sebatas wacana, terlebih bahwa TPA Regional ini tidak
memungkinkan untuk dibangun di Kota Magelang, namun harus bekerjasama dengan Kabupaten
yang bersebelahan dan ada persetujuan dari Kabupaten Magelang, serta mediator jika terjadi
permasalahan.
14. Komposisi sampah organik dan anorganik belum dapat terkelola dengan baik karena sistem
pemilahan belum dapat berjalan baik, hal ini terkait dengan kesadaran Masyarakat dalam membuang
sampah pada tempat sampah sesuai dengan peruntukannya (Organik dan anorganik) dan alat
pengangkut sampah yang belum dilengkapi bak pemilah sampah sehingga begitu sampai di TPA tidak
dapat langsung diolah.
15. Belum adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan
16. Belum adanya mitra potensial terkait dengan bidang persampahan
17. Belum adanya Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kota Magelang
18. Belum ada teknologi yang tepat guna dan pengembangannya dalam rangka pengelolaan sampah.
19. Keterbatasan sarana penunjang baik untuk fasilitas pengumpulan maupun pengangkutan
20. Pertumbuhan penduduk dan perubahan pola komsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya
volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam

3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan


Penanganan drainase perkotaan selama ini dihubungkan dengan saluran drainase utama yang telah
ada. Saluran drainase utama Kota Magelang masih memanfaatkan sungai yang ada dan saluran pengairan
yang saat ini telah berkembang menjadi saluran drainase Kota Magelang. Pada lokasi tertentu, kawasan
perkotaan masih ada genangan akibat luapan/limpasan yang disebabkan drainase perkotaannya kurang
optimal atau tidak sesuai lagi dengan dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan lingkungan
untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan menjadi kawasan terbangun.
Pembuangan air dari jalan ke saluran drainase pada beberapa ruas jalan kurang terpelihara dan
bahkan tidak memiliki saluran drainase tepi, sehingga pengeringan air dari muka jalan sangat sulit selain
apabila hanya dengan penguapan air pada muka jalan saja. Pada lokasi tertentu ada yang salurannya dari
dimensi besar dan kemudian mengecil (saluran tersier), sehingga pada saat hujan dengan curah hujan yang
agak tinggi akan menggenangi jalan. Kemiringan saluran yang ada di lapangan sangat bervariasi. Di
beberapa kawasan saluran miring dengan sangat curam, tetapi di beberapa kawasan saluran hampir
landai. Di beberapa tempat, saluran drainase menjadi sempit bahkan mengalami kerusakan karena
terdesak oleh akar pohon yang terdapat di sepanjang jalan.
Sistem pengelolaan drainase lingkungan di Kota Magelang pada dasarnya telah diatur sebagaimana
pola permukiman yang ada, namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk meningkat dan secara
fisik mengalami perkembangan terutama adalah target pemenuhan kualitas lingkungan hidup, penurunan
permukaan tanah, peningkatan debit air, kerusakan – kerusakan ekologi lingkungan, dsb.
Secara umum, setiap kawasan permukiman telah memiliki saluran drainase sekunder dan tersier
sampai ke tiap – tiap rumah dan terintegrasi ke dalam saluran drainase primer (Riol Kota), namun genangan
pada musim penghujan akibat dari naiknya debit air pada saluran drainase primer dan adanya penurunan sudut
elevasi pada saluran drainase sekunder sehingga air yang seharusnya mengalir dari saluran drainase tersier
menuju saluran drainase sekunder kemudian berakhir di salurn drainase berbalik arah.
3.4.1 Kelembagaan
Penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Drainase mengacu kepada
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase
sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan
keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah,
perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya
operasional dan pemeliharaan. Program dan kegiatan Sub-Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan. Pengaturan sistem
drainase di Kota Magelang di sesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang yang
diatur dalam Peraturan Daerah N0. 4Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang.
Secara umum pengelolaan Drainase Perkotaan dilakukan oleh lembaga terkait yaitu Dinas
Pekerjaan Umum atau sekitar 80% sedangkan 20% peran pengelolaan Drainase ini dilakukan oleh
Masyarakat yakni hanya berkaitan dengan Drainase Lingkungan Permukiman, akan tetapi permasalahan
yang terjadi melibatkan semua pihak/ tidak dapat diselesaikan secara parsial.
Sampai saat ini memang belum ada Perda yang mengatur mengenai pengelolaan Drainase dan
baru direncanakan untuk menyusun Masterplan Drainase pada tahun ini namun demikian selama ini
pengaturan terhadap sistem drainase ini telah dilaksanakan namun secara parsial/ belum komprehensif dan
berjalan dengan baik atau dengan kata lain peraturan yang ada tersebut berjalan dengan efektif.
Tabel 3.29: Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Pemangku Kepentingan
Fungsi
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
*Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala Kab./Kota v
*Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target v
*Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target v
PENGADAAN SARANA
*Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan v
PENGELOLAAN
*Membersihkan saluran drainase lingkungan v v
*Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak v v
*Melakukan pengecekan kelengkapan utlitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) v v
dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
* Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, v
termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun
* Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) v
dengan sistem drainase sekunder dan primer
* Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan v
* Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan v
MONITORING DAN EVALUASI
* Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target v v
pengelolaan drainase lingkungan skala kab. / kota
* Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
drainase lingkungan v v
* Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan
atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan v v
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 201
Tabel 3.30: Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kota Magelang
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Tidak Efektif Belum Efektif Tidak Efektif Keterangan
Ada (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
DRAINASE LINGKUNGAN
Target capaian pelayanan * Perbaikan/Pemeliharaan Saluran Drainase
pengelolaan drainase v
* Pembuatan Saluran Drainase Baru
v
Kewajiban dan sanksi sebagai Pemda setempat berkewajiban menyediakan
Pemerintah Kab./Kota dalam sarana drainase lingkungan, terutama
menyediakan drainase lingkungan dilingkungan yang belum memiliki sarana
tersebut. v
Kewajiban dan sanksi sebagai Bagi Pengembang yang akan membangun
masyarakat dan atau perumahan v
pengembang untuk menyediakan wajib merencanakan sarana drainase lingkungan
sarana drainase lingkungan dan dan menghubungkannya dengan sistem drainase
menghubungkannya dengan perkotaan. Jika tidak, ijin prinsip dan IMB tidak
sistem drainase bisa dikeluarkan pemda setempat v
Kewajiban dan sanksi bagi Masyarakat secara gotong royong diharapkan
masyarakat untuk memelihara bisa memelihara dan membersihkan sarana
sarana drainase lingkungan drainase lingkungan tempat mereka tinggal
sebagai saluran pematusan v
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012
3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Penanganan drainase perkotaan ditujukan pada kawasan rawan genangan air dengan
mengoptimalkan saluran drainase perkotaan yang ada. Sasaran penanganan drainase Kota Magelang
disesuaikan dengan target MDG’s Provinsi Jawa Tengah yaitu mengurangi wilyah genangan hingga 75 %
pada tahun 2015 dari total wilayah genangan yang terjadi pada saat sekarang, dan terbebasnya saluran
dari sampah.
Penanganan drainase di Kota Magelang untuk saat ini ditujukan pada daerah perkotaan, yaitu
Kota Magelang. Penanganan drainase yang dilakukan saat ini adalah mengurangi wilayah genangan dan
mengurangi sampah dari saluran drainase. Target ke depan untuk rencana pengembangan sub-bidang
drainase adalah membangun Masterplan Drainase.
Daerah yang memerlukan penanganan drainase secara cepat yaitu wilayah di sekitar pegadaian
Kota Magelang dan alun-alun Magelang dengan lama genangan antara 1 – 2 jam. Genangan ini terjadi
pada setiap kejadian hujan.
Penanganan drainase perkotaan di Kota Magelang atau penanganan untuk mengurangi
genangan pada suatu kawasan, yaitu dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengangkat dan membersihkan endapan dan sampah pada badan saluran;
2) Memperbaiki dan meningkatkan pemeliharaan saluran drainase;
3) Memperbaiki dimensi saluran drainase;
4) Meningkatkan jumlah saluran drainase;
5) Menyediakan dan memperbaiki bak kontrol;
6) Menyusun perencanaan saluran drainase yang tepat guna;
7) Memperbanyak sumur resapan;
8) Perbaikan refitalisasi resapan air di alun-alun Magelang.
Secara umum kawasan Kota Magelang sudah mempunyai sistem/jaringan drainase yang sudah
dibangun oleh Belanda sesuai dengan kondisi Kota Magelang seperti topografi, tata guna
lahan/permukiman, dan fungsi-fungsi lain dari sebuah kota, seperti pasar, stasiun kereta api, terminal,
alun-alun, dsb. Jaringan drainase di Kota Magelang di beberapa lokasi banyak tebing saluran (pasangan
batu) yang sudah rusak, tertimbun endapan lumpur (sedimentasi), di wilayah yang padat permukiman
penduduk banyak dijumpai saluran terbuka yang dijadikan tempat membuang sampah oleh masyarakat,
ada beberapa lokasi yang di atas saluran drainase didirikan warung dan rumah makan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan drainase Kota Magelang dapat di lihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.31: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan

Input User Interface Penampungan Pengaliran Pengolahan Pembuangan/ Kode/


Awal Akhir Daur ulang Nama
Aliran
Air Rumah Tangga Saluran Menuju Sal. - Sal. Drainase D1
Hujan Drainase Tersier Drainase Sekunder
Sekunder
Pasar Saluran Menuju Sal. - Sal. Drainase D2
Drainase Tersier Drainase Sekunder
Sekunder
Perkampungan Saluran Menuju Sal. - Sal. Drainase D3
Drainase Drainase Primer Primer
Sekunder
Jalan Saluran Menuju Sal. - Sal. Drainase D4
Drainase Drainase Primer Primer
Sekunder
Kota Saluran Menuju Sungai - Sungai D5
Drainase Primer
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

Tabel 3.32: Sistem Pengelolaan drainase yang ada di Kota Magelang


D1

Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)


Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
Jumlah Rumah
User Interface Rumah Tangga Tangga 1290 kk DPU
Penampungan Saluran Drainase Panjang Saluran
Awal Tersier Drainase Tersier - DPU
Menuju Sal.
Pengaliran Drainase Sekunder - - DPU
Pembuangan/ Sal. Drainase Panjang Saluran
Daur ulang Sekunder Drainase Tersier - DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012
D2

Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)


Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
User Interface Pasar Jumlah Pasar 4 DPU
Penampungan Saluran Drainase Panjang Saluran
Awal Tersier Drainase Tersier - DPU
Menuju Sal.
Pengaliran Drainase Sekunder - - DPU
Pembuangan/ Sal. Drainase Panjang Saluran
Daur ulang Sekunder Drainase Tersier - DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

D3
Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)
Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
User Interface Perkampungan Jumlah Kelurahan 17 DPU
Penampungan Saluran Drainase
Awal Sekunder - - DPU
Menuju Sal.
Pengaliran Drainase Primer - - DPU
Pembuangan/ Sal. Drainase Panjang Saluran
Daur ulang Primer Drainase primer - DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

D4

Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)


Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
User Interface Jalan Panjang Jalan 77,694 Km DPU
Penampungan Saluran Drainase
Awal Sekunder - - DPU
Menuju Sal.
Pengaliran Drainase Primer - - DPU
Pembuangan/ Sal. Drainase Panjang Saluran
Daur ulang Primer Drainase primer - DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012
D5

Kelompok Teknologi Yang (Perkiraan)


Fungsi Digunakan Jenis Data Sekunder Nilai Data Sumber Data
User Interface Kota - - DPU
Penampungan Saluran Drainase
Awal Primer - - DPU
Pengaliran Menuju Sungai - - DPU
Pembuangan/
Daur ulang Sungai Jumlah Sungai 2 DPU
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Tahun 2012

3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK


Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase berbeda – beda, hal ini tergantung dari
kondisi geografis, kelembagaan dan kesadaran individu dalam suatu kelompok. Namun demikian
secara umum kesadaran Masyarakat dalam pengelolaan drainase sudah cukup baik dengan partisipasi
aktif masyarakat baik laki – laki maupun perempuan, tua maupun muda, kaya maupun miskin. namun
pada lokasi – lokasi tertentu, semisal adalah saluran drainase yang tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan permukiman kurang mendapat perhatian dari masyarakat, meskipun bisa jadi hal ini
akan berpengaruh pada drainase lingkungan permukiman tersebut.
Karena peran serta masyarakat/pihak swasta dalam penanganan drainase juga masih terbatas,
terutama pada lingkungan perumahan pribadi. maka diharapkan semua pemilik kepentingan/pemangku
kebijakan melakukan kesepakatan/kesediaan untuk aktif dalam pembangunan organisasi
pengelola/pemeliharaan saluran drainase perkotaan ini, seperti: lembaga masyarakat (Karang taruna,
PKK dll).
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi saluran drainase di Kota Magelang dapat diamati pada
tabel berikut :
Tabel 3.33: Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan

Kondisi Drainase
Jumlah Pembersihan Drainase Pengelola Oleh Masyarakat
Saat Ini Dibangun di
No. Tidak atas saluran
Rutin Pemerintah Keluraha RT/RW
RT RW Lancar Mampet Rutin Swasta
Kota n
L P L P L P Ada Tidak
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a. Kelurahan Jurangombo Utara
1 1 1 √ √
2 3 1 √ √
3 6 1 √ √
4 7 1 √ √
5 8 1 √ √
6 1 7 √ √
7 3 8 √ √
8 1 9 √ √
9 2 9 √ √
10 3 9 √ √
11 3 9 √ √
12 3 8 √ √
13 4 8 √ √
b Kelurahan Jurangombo Selatan
1 3 2 √ √ √ √ √ √
2 5 2 √ √ √ √ √ √
3 4 2 √ √ √ √ √ √
c Kelurahan Magersari

KECAMATAN MAGELANG TENGAH


d Kelurahan Kemirirejo
1 I √ 9 43 √ 4 √
II √ 4 √
III √
IV √ 72 65 6 √
V √ 20 18 5 2 √
VI √ 10 √ √
VII √ 9 9 9 √
VIII √ √
IX √ 6 2 √ √ 2 √
e Kelurahan Cacaban
1 3 I √ √ √ √ √
2 8 II √ √ √ √ √
3 6 III √ √ √ √ √ √
4 5 IV √ √ √ √ √ √
5 6 V √ √ √ √ √
6 8 VI √ √ √ √ √ √
7 6 VII √ √ √ √ √
8 8 VIII √ √ √ √ √
9 8 IX √ √ √ √ √ √
10 8 X √ √ √ √ √
11 4 XI √ √ √ √ √ √
12 4 XII √ √ √ √ √
f Kelurahan Rejowinangun Utara
1 5 20 √ √ √
2 2 20 √ √ √
3 3 20 √ √ √
4 5 20 √ √ √
5 6 20 √ √ √
6 7 20 √ √ √
7 1 19 √ √ √
8 3 18 √ √ √
9 8 18 √ √ √
10 5 18 √ √ √
11 3 13 √ √ √
12 3 9 √ √ √
13 1 9 √ √ √
14 2 9 √ √ √
15 5 17 √ √ √
16 1 15 √ √ √
17 3 17 √ √ √
18 2 17 √ √ √
19 6 18 √ √ √
20 7 18 √ √ √
21 16 √ √ √
1,2,
22 9 √ √ √
3
23 8 √ √ √
24 2 18 √ √ √
25 2 21 √ √ √
26 4 15 √ √ √
27 2 16 √ √ √
28 4 19 √ √ √
1,2,
29 16 √ √ √
3
30 4 16 √ √ √
31 3 18 √ √ √
32 6 15 √ √ √
33 4 15 √ √ √
34 2 18 √ √ √
35 7 15 √ √ √
36 7 20 √ √ √
1,2,
37 8 √ √ √
3,4
38 3 15 √ √ √
39 5 17 √ √ √
40 3 20 √ √ √
41 16 √ √ √
g Kelurahan Panjang
3.29 3.4
1 59 8 √ 3.297 3.498
7 98
KECAMATAN MAGELANG UTARA
h Kelurahan Potrobangsan

i Kelurahan Kedungsari
RW
1 6 √ √ √ √ √ √
1
RW
2 7 √ √ √ √ √ √
2
RW
3 7 √ √ √ √ √ √
3
RW
4 5 √ √ √ √ √ √
4
RW
5 7 √ √ √ √ √ √
5
RW
6 5 √ √ √ √ √ √
6
RW
7 7 √ √ √ √ √ √
7
RW
8 5 √ √ √ √ √ √
8
RW
9 5 √ √ √ √ √ √
9
RW
10 4 √ √ √ √ √ √
10
j Kelurahan Kramat Utara
1 1 √ √ √ √
1/
√ √ √ √
RSJ
1/
√ √ √ √
RSJ
2 2 √ √ √ √
3 3 √ √ √ √
4 4 √ √ √ √
5 5 √ √ √ √
6 6 √ √ √ √
7 7 √ √ √ √
8 8 √ √ √ √

k Kelurahan Kramat Selatan


Tabel 3.34: Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK


Tahun
No. Sub Sektor Nama Program/Proyek/Layanan Pelaksana/PJ Tidak
Mulai Fungsi Rusak PM JDR MBR
Fungsi
KECAMATAN MAGELANG SELATAN
a. Kelurahan Jurangombo Utara
Pembangunan Saluran U 20
1 Drainase Lingkungan KSM AS - 2 2010 √ √ √ √
(1 x 125 m) RT 03 RW II
Pembangunan Saluran Air dan Bak
2 Drainase Lingkungan KSM AS - 2 2010 √ √ √ √
Kontrol (1 x 100 m) RT 05 RW II
Saluran Air Kotor (1 x 30 m) RT 04
3 Drainase Lingkungan KSM AS - 2 2010 √ √ √ √
RW II
4 Drainase Lingkungan Pembangunan Selokan RT 05 RW II Partelima 2010 √ √ √ √
b. Kelurahan Jurangombo Selatan
Pembangunan/ Pengecoran
1 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
Selokan (RT 01 RW 01)
Pembangunan atas selokan/ nutup
2 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
selokan (RT 03 RW 01)
Pembangunan atas selokan/ nutup
3 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
selokan (RT 06 RW 01)
Pembangunan atas selokan/ nutup
4 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
selokan (RT 07 RW 01)
Pembangunan atas selokan/ nutup
5 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
selokan (RT 08 RW 01)
Pembangunan Selokan
6 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 01 RW 07)
Pembangunan Selokan
7 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 03 RW 08)
Pembangunan Selokan
8 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 01 RW 09)
Pembangunan Selokan
9 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 02 RW 09)
Pembangunan Selokan
10 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 03 RW 09)
Normalisasi Selokan
11 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 03 RW 09)
Pendalaman Selokan
12 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
(RT 03 RW 08)
Gorong - gorong/ Pembangunan
13 Drainase Lingkungan PNPM 2009 √ √
Grill (RT 04 RW 08)
c. Kelurahan Magersari
1 Drainase Lingkungan PNPM KSM Maju Makmur 2009 √ √ √
2 Drainase Lingkungan PNPM KSM Mandiri 2009 √ √ √
3 Drainase Lingkungan PNPM KSM Sentosa Jaya 2009 √ √ √
4 Drainase Lingkungan PNPM KSM Amanah 2009 √ √ √
5 Drainase Lingkungan PNPM KSM Tidar Jaya 2009 √ √ √
6 Drainase Lingkungan PNPM KSM Karya Bersama 2009 √ √ √
7 Drainase Lingkungan PNPM KSM Sehat Lestari 2010 √ √ √
8 Drainase Lingkungan PNPM KSM Anggrek 2010 √ √ √
9 Drainase Lingkungan PNPM KSM Empuk Eyup II 2010 √ √ √
10 Drainase Lingkungan PNPM KSM Ceria 2010 √ √ √
11 Drainase Lingkungan DAK KSM Sidosari Asri 2010 √ √ √ √
12 Drainase Lingkungan DAK KSM Tidar Sejahtera 2010 √ √ √ √
13 Drainase Lingkungan PNPM KSM Adem Ayem 2011 √ √ √
14 Drainase Lingkungan BLM (APBN) KSM Empuk Eyup IV 2011 √ √ √
Pembangunan Infrastruktur CV. Adhi Karya
15 Drainase Lingkungan √ √ √ √
Perdesaan (APBD) Nugraha 2011
KECAMATAN MAGELANG TENGAH
d Kelurahan Kemirirejo
e Kelurahan Cacaban
1 Drainase Lingkungan Saluran Drainase RW VI Kelurahan 2009 √ √ √ √
Saluran dan Talud RW VIII Kelurahan 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase RW X Kelurahan 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase RW XII Kelurahan 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase dan Talud RW II Kelurahan 2011 √ √ √ √
Saluran Drainase RW VIII Kelurahan 2012 √ √ √ √
Saluran Drainase RW XI Kelurahan 2012 √ √ √ √
Saluran Drainase RW IX PNPM 2009 √ √ √ √
Saluran Drainase RW III PNPM 2009 √ √ √ √
Saluran Drainase RW VII PNPM 2009 √ √ √ √
Saluran Drainase RW IX PNPM 2009 √ √ √ √
Saluran Drainase RW VII PNPM 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase RW XI PNPM 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase RW XI PNPM 2010 √ √ √ √
Saluran Drainase RW VII PNPM 2011 √ √ √ √
2 Pemugaran Rumah Rumah Sehat RW IX Kelurahan 2009 √ √ √ √
Rumah Sehat RW I Kelurahan 2009 √ √ √ √
Rumah Sehat RW VI Kelurahan 2010 √ √ √ √
Rumah Sehat RW X Kelurahan 2010 √ √ √ √
Rumah Sehat RW VI Kelurahan 2011 √ √ √ √
Rumah Sehat RW XI Kelurahan 2011 √ √ √ √
Rumah Sehat RW IX Kelurahan 2012 √ √ √ √
Rumah Sehat RW VI Kelurahan 2012 √ √ √ √
Rumah Sehat RW VI PNPM 2009 √ √ √ √
Rumah Sehat RW IX PNPM 2009 √ √ √ √
Rumah Sehat RW X PNPM 2009 √ √ √ √
Rumah Sehat RW IX PNPM 2010 √ √ √ √
Rumah Sehat RW VI PNPM 2011 √ √ √ √
Rumah Sehat RW X PNPM 2011 √ √ √ √
Rumah Sehat RW IX PNPM 2010 √ √ √ √
f Kelurahan Rejowinangun Utara
1 Drainase Lingkungan Pembangunan Jalan dan Selokan KSM Pulungsari 2009 √ √
2 Rehab Selokan KSM Sidomukti 2009 √ √
3 Pembangunan Selokan KSM Sempurno 2009 √ √
4 Rehab Selokan KSM Manunggal A 2009 √ √
5 Rehab Selokan KSM Mekar 2009 √ √
6 Pembangunan Selokan KSM Mantep 2009 √ √
7 Pembangunan Selokan KSM Cahaya Baru 2010 √ √
8 Pembangunan Selokan KSM Wijaya Kusuma 2010 √ √
9 Pembangunan Selokan KSM Manunggal A 2010 √ √
10 Pembangunan Selokan KSM Amanah 2010 √ √
11 Pembangunan Selokan KSM Manunggal A 2010 √ √
12 Pembangunan Selokan KSM Sejati 2010 √ √
13 Pembangunan Selokan KSM Pakermas 2010 √ √
14 Pembangunan Selokan KSM Mandiri 2010 √ √
15 Pembangunan Selokan KSM lentera 2010 √ √
16 Pembangunan Selokan KSM Karya Warga 2010 √ √
17 Pembangunan Selokan KSM Kemuning 2011 √ √
18 Pembangunan Selokan KSM Marem 2011 √ √
19 Pembangunan Selokan KSM Merapi 2011 √ √
20 Pembangunan Selokan KSM Tri Bangkit 2011 √ √
21 Pembangunan Selokan KSM Kuncup 2011 √ √
22 Pembangunan Selokan KSM Sehat 2011 √ √
23 Pembangunan Selokan KSM Sejahtera II 2011 √ √
g Kelurahan Panjang
1 Drainase Lingkungan Pembangunan Jalan beton PNPM 2010 √ √
2 Pembangunan Gorong - gorong PNPM 2010 √ √
3 Pembangunan Selokan PNPM 2010 √ √
4 Pembangunan Gorong - gorong PNPM 2011 √ √
5 Pembangunan Jamban Keluarga PNPM 2011 √ √
6 Pembangunan Jalan Cone Block PNPM 2012 √ √
7 Pengaspalan Jalan PNPM 2012 √ √
8 Pemasangan Leuneng PNPM 2012 √ √
9 Pembangunan Selokan PNPM 2012 √ √
10 Pembangunan Talud PNPM 2012 √ √
11 Pembuatan WC Pribadi PNPM 2012 √ √
KECAMATAN MAGELANG UTARA
h Kelurahan Potrobangsan
1 Drainase Lingkungan Renovasi selokan PNPM 2009 √ √
Renovasi selokan PNPM 2009 √ √
Renovasi selokan PNPM 2009 √ √
Renovasi tutup selokan PNPM 2009 √ √
Renovasi tutup selokan PNPM 2009 √ √
Renovasi saluran air PNPM 2010 √ √
Renovasi saluran air PNPM 2011 √ √
2 MCK Pembangunan MCK PNPM 2009 √ √
Jamban Pribadi PNPM 2009 √ √
Pembangunan MCK PNPM 2009 √ √
Jamban Komunal PNPM 2011 √ √
i Kelurahan Kedungsari
1 Drainase Lingkungan Program PKPS BBM - IP
2 Pembuatan saluran air RT 02 RW VI 2005 √ √
Pembuatan sanitasi saluran
pembuangan air besar (RT 1,2,6,7 2005 √ √
RW VII)
Pembuatan saluran air hujan U 30
2005 √ √
cm RT 01 RW X
Pembuatan saluran air di lokasi
2005 √ √
TMMD
Bantuan Stimulan Perumahan
2005
Swadaya
Pembangunan saluran air dan tutup Kementrian
2011 √
selokan Perumahan Rakyat
BLM PNPM
LKM Dasa Bhakti
2009 √ √
Pembuatan selokan (3 Lokasi) Mandiri
Pembuatan tutup selokan (4 Lokasi) 2009 √ √
pembuatan saluran (4 Lokasi) 2009 √ √
pembuatan jamban keluarga (1 unit) 2009 √ √
Pembuatan selokan (1 Lokasi) 2010 √ √
pembuatan tutup selokan (2 lokasi) 2010 √ √
pembuatan saluran air (1 Lokasi) 2010 √ √
pembuatan saluran air (1 Lokasi) 2010 √ √
pembuatan jamban keluarga (8 unit) 2010 √ √
j Kelurahan Kramat Utara

k Kelurahan Kramat Selatan


Drainase Lingkungan Penutupan Selokan PNPM (KSM) 2009 √
Pembuangan Saluran Air Bersih PNPM (KSM) 2010 √
Penutupan Selokan (V) Swadaya 2006 √
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
3.4.4 “Pemetaan” Media

Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan untuk menunjang percepatan informasi
terhadap publik terkait dengan Program PPSP ini baik melalui media massa dan media elektronik namun sampai
saat ini Bagian Humas Setda Kota Magelang belum dapat memanfaatkannya secara maksimal karena terkait
dengan aspek anggaran.

Untuk lebih jelasnya mengenai media komunikasi ini akan perjelas melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.35: Kegiatan komunikasi yang ada di Kota Magelang

No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Kunci Pembelajaran
sasaran
1 Siaran Keliling 2012 Bagian Humas, Menyebarluaskan informasi Masyarakat Memberikan
Protokol dan Santel kepada masyarakat dengan kesadaran akan
lebih cepat dan mengena kebersihan
lingkungan
2 Publikasi kegiatan melalui 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan
media cetak dan elektronik Protokol dan Santel media cetak dan elektronik kesadaran akan
kebersihan
lingkungan
3 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Terpublikasinya PPSP melalui Masyarakat Memberikan
yang bersifat penyuluhan Protokol dan Santel media elektronik kesadaran akan
bagi masyarakat kebersihan
lingkungan
4 Publikasi kegiatan yang 2012 Bagian Humas, Termuatnya berita tentang Masyarakat Memberikan
tidak terliput oleh media Protokol dan Santel kegiatan PPSP ke dalam kesadaran akan
massa website sehingga masyarakat kebersihan
luas dapat mengakses lingkungan
informasinya dengan mudah
5 Penyebarluasan informasi 2012 Bagian Humas, Teringatnya masyarakat Masyarakat Memberikan
penyelenggaraan Protokol dan Santel tentang pesan-pesan AMPL kesadaran akan
pemerintahan daerah kebersihan
lingkungan
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012
Tabel 3.36: Media komunikasi yang ada di Kota Magelang
No Nama Media Jenis Acara Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat Media
1 Siaran Keliling Siaran Keliling Sanitasi Keterlibatan
masyarakat dalam
perbaikan infrastruktur
Sanitasi
2 Media Cetak Liputan Pembangunan Keterlibatan
(menyesuaikan wartawan infrastruktur penunjang masyarakat dalam
media cetak yang pengelolaan sanitasi perbaikan infrastruktur
meliput) sanitasi
3 Media elektronik - Videotron Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Spot Iklan pengelolaan air limbah masyarakat dalam
Radio perbaikan infrastruktur
sanitasi
4 Media Luar Ruang - Spanduk Sosialisasi peraturan Keterlibatan
- Baliho tentang pengelolaan masyarakat dalam
sanitasi perbaikan infrastruktur
Sanitasi
5 Internet Release Berita Pembangunan Keterlibatan
infrastruktur penunjang masyarakat dalam
pengelolaan sanitasi perbaikan infrastruktur
sanitasi
6 Stiker Stiker Sosialisasi peraturan Keterlibatan
pengelolaan sanitasi masyarakat dalam
perbaikan infrastruktur
sanitasi
Sumber Data : Bagian Humas Setda Kota Magelang Tahun 2012

3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha


Belum Ada

3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Saluran Drainase yang ada di Kota Magelang terdiri atas Saluran Drainase Primer, Sekunder dan Tersier.
Saluran Drainase Primer merupakan Saluran Drainase dengan skala pelayanan yang cukup luas, yang merupakan
saluran induk yang berhubungan langsung dengan pembuangan akhir, Saluran Drainase primer ini merupakan
kewenangan daripada Dinas Pekerjaan Umum, demikian pula dengan Saluran Drainase Sekunder.

Akan tetapi untuk Saluran Drainase Tersier, pendanaannya dapat diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
maupun oleh program Pemerintah seperti halnya dengan PNPM, BSPS, dsb.

Berikut merupakan ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase :

Tabel 3.40: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase
Subsektor
No /SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata - rata (%)
1 Drainase
Retribusi
2 Drainase
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota MagelangTahun 2012

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak
a. Permasalahan Drainase Lingkungan yang harus diselesaikan secara komprehensif
Pada dasarnya permasalahan Drainase Lingkungan bukanlah permasalahan yang bersifat
parsial namun merupakan permasalahan yang berskala luas yang saling berhubungan satu sama lain,
sistem Drainase Lingkungan berhubungan erat dengan sistem Drainase Kota.
Sistem pengelolaan drainase lingkungan di Kota Magelang pada dasarnya telah diatur
sebagaimana pola permukiman yang ada, namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk
meningkat dan secara fisik mengalami perkembangan terutama adalah target pemenuhan kualitas
lingkungan hidup, penurunan permukaan tanah, peningkatan debit air, kerusakan – kerusakan ekologi
lingkungan, dsb.
Secara umum, setiap kawasan permukiman telah memiliki saluran drainase sekunder dan
tersier sampai ke tiap – tiap rumah dan terintegrasi ke dalam saluran drainase primer (Riol Kota),
namun genangan pada musim penghujan akibat dari naiknya debit air pada saluran drainase primer
dan adanya penurunan sudut elevasi pada saluran drainase sekunder sehingga air yang seharusnya
mengalir dari saluran drainase tersier menuju saluran drainase sekunder kemudian berakhir di saluran
drainase primer menjadi berbalik arah. Oleh karena itu maka perlu penanganan yang komprehensif
terkait dengan permasalahan Drainase ini.
b. Tanah Longsor yang terjadi tiap tahunnya dikarenakan oleh banyak faktor yang antara lain
dikarenakan oleh kontur tanah yang cukup curam, buruknya daya serap air, luas permukaan tanah
yang didominasi oleh area terbangun, dan minimnya Penghijauan.
c. Rendahnya kesadaran Masyarakat akan arti pentingnya drainase lingkungan, sehingga banyak
diantara saluran drainase yang telah ada tersebut menjadi rusak karena tidak adanya perawatan.
d. Kontur Tanah yang tidak beraturan (naik turun) memerlukan sistem drainase yang tepat.
e. Sebagian besar saluran drainase dalam keadaan kurang memadai dan terjadi pendangkalan saluran
drainase primer oleh endapan lumpur, sedimentasi, air limbah dan sampah yang membusuk.
f. Adanya fenomena genangan air dimusim penghujan karena rendahnya daya serap air yang
diakibatkan oleh padatnya bangunan, pedestrian ways dan furniture street yang memiliki berasal dari
material kedap air dengan sistem pemasangan yang memungkinkan tidak adanya reasapan air
kedasar permukaan tanah.
g. Permukiman yang padat dan sempitnya lahan menyulitkan dalam perencanaan saluran drainase yang
tepat, efektif dan efisien.
h. Tidak adanya koordinasi antar SKPD sehingga menimbulkan permaslahan baru pasca pembangunan
i. Teknologi Sumur Resapan dan Biopori hanya menjangkau beberapa wilayah saja, dan belum
memasyarakat.
j. Banyak inlet saluran yang tidak berfungsi dengan baik karena penyumbatan saluran drainase;
k. Perencanaan saluran drainase kurang sesuai (elevasi atau bahu jalan lebih tinggi dari muka jalan)
sehingga menimbulkan genangan setiap kali hujan;
l. Terdapat beberapa kawasan/jalan yang belum memiliki saluran drainase yang memadai;

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi
3.5.1 Pengelolaan Air Bersih
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang
lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi buruk ini dapat terjadi akibat masukan dari
bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umunnya mempunyai sifat racun (toksik) yang
berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu
terjadinya pencemaran (Palat, 1994).
Pencemaran air permukaan akan dapat mempengaruhi berbagai macam aspek yang ada, baik fisik, biotik
maupun kultural. Pencemaran yang terjadi dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) akan dapat mempengaruhi
semua aspek yang hidup didalamnya. Berbagai macam organisme yang hidup di dalam DAS tersebut akan ikut
terpengaruh karena air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan.
Air merupakan substrat yang paling parah mengalami kerusakan akibat pencemaran. Hal ini karena air
merupakan kebutuhan yang sangat essensial bagi kehidupan. Ada berbagai jenis pencemar yang dapat menjadi
pencemar bagi air, baik pada air permukaan maupun air tanah. Pencemar ini berasal dari :
a. Sumber Domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sebagainya.
b. Sumber non domestik (berupa limbah dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan lain-
lain) yang banyak memasuki badan air.
Pencemar tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas ir,
baik untuk keperluan air minum, industri, pertanian, perikanan ataupun keperluan lainnya. Secara garis besar,
sumber pencemar air digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Berasal dari kegiatan alam (natural source of pollutan) meliputi : letusan gunung berapi, banjir,
susunan batuan yang terlewati air, aliran lava, belerang, gas bumi.
b. Berasal dari kegiatan manusia (man made source of pollutan), meliputi kegiatan-kegiatan :
- Industrial (kegiatan/proses produksi) seperti pabrik, home industri, industri pengolahan bahan
baku dan lain-lain.
- Residential atau permukiman
- Komersial, seperti pusat perdagangan, pertokoan, perkantoran, pusat transportasi, pusat hiburan
dan rumah sakit).
- Pertanian.
Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat (point
source) seperti : limbah industri, limbah usaha peternakan, perhotelan, rumah sakit dan limbah tersebar (non point
source) seperti : limbah pertanian, perkebunan dan domestik. Pengaturan pemantauan kualitas air pada sumber
air (instream) merupakan tugas pokok dan fungsi institusi pengelola sumber daya air di wilayah sungai. Untuk
limbah yang keluar dari sumber pencemar dan instalasi pengolahan air limbah (offstream) pemantauannya
menjadi tugas dan fungsi instansi teknis yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kegiatan yang
bersangkutan.
Pada kegiatan pemantauan Kualitas Air yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang melalui Instasi
Kantor Lingkungan Hidup Kota Magelang, dilakukan di beberapa sungai yaitu sungai Progo dan Sungai Elo.

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


Penentuan titik lokasi terbagi menjadi 6 (enam) titik yang terbagi menjadi 3(tiga) titik pemantauan yaitu hulu,
tengah, hilir dan 3 (tiga) titik pemantauan pada
Sedangkan untuk kualitas air tanah dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : faktor fisika, kimia dan biologi.
Dari faktor fisika, maka airtanah yang memenuhi standar baku mutu air minum adalah air yang tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa. Sedangkan dari aspek kimia, menurut Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451
K/10/MEN/2000 kelayakan air tanah untuk keperluan air minum didasarkan pada kandungan unsur atau senyawa
anorganik utama seperti besi (Fe), Mangaan (Mn), khlorida (Cl), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfat (SO4), derajat
keasaman, BOD, COD, Amonium dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Sedangkan dari aspek biologi, maka air
tanah dapat diminum jika tidak mengandung bakteri, khususnya bakteri Coli. Program pengawasan kualitas air
dan lingkungan di Kota Magelang bertujuan untuk meningkatkan pengamanan kualitas air dan lingkungan bagi
berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk di wilayah Kota Magelang.
Secara umum kualitas air yang dihasilkan dari proses produksi air PDAM Magelang telah memenuhi
persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan berdasarkan Kepmenkes No. 907/ MENKES
/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Kondisi kualitas air ini juga
didukung oleh laporan bulanan hasil pengecekan kualitas air secara sample oleh PDAM dan Dinas Kesehatan
Kota Magelang di instalasi produksi air dan di pelanggan PDAM. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel air yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Magelang tahun 2009 baik pemeriksaan secara kimiawi maupun
bakteorologi kualitasnya dalam kondisi baik. Jumlah sampel air PDAM yang diperiksa secara bakteriologi dengan
hasil baik adalah 100% dan pemeriksaan kimia yang memenuhi syarat adalah 100%, air non PDAM yang diperiksa
secara bakteriologi dengan hasil baik adalah 23.86% dan pemeriksaan kimia yang memenuhi syarat adalah
79.21%.

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


Peta 3.6: Peta cakupan layanan air bersih (atau peta jaringan PDAM)

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


Sistem penyediaan dan pengelolaan Air Bersih Kota Magelang
Sistem penyediaan dan pengelolaan Air Bersih di Kota Magelang cukup beragam, sumber penyediaan air bersih
diperoleh melalui PDAM, Sumur Gali dan Sumur Pompa Tangan, namun sebagian besar warga Masyarakat menggunakan
air bersih dari PDAM yakni ± 73,68 % dari seluruh penduduk di Kota Magelang, dengan total sambungan rumah 23.382
unit dan kapasitas produksi sebesar 7.415.976 Lt/detik.
Cakupan pelayanan PDAM ini tidak hanya untuk warga Kota Magelang, namun juga terhadap Warga dari
Kabupaten Magelang yang ada di sekitar Kota Magelang juga memperoleh manfaat dari PDAM ini.
Berikut merupakan tabel system penyediaan dan pengelolaan air bersih Kota Magelang
Tabel 3.41: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kota Magelang
No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan

1 Pengelola PDAM/ BPAM


2 Tingkat Pelayanan % 73,68
3 Kapasitas Produksi Lt/detik 7.415.976
4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 5.706.852
5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 23.382
6 Jumlah Kran Air Unit 105
7 Kehilangan Air (UFW) % 39
8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3
1,200
9 Jumlah pelanggan per kecamatan
- Kec. Magelang Utara Pelanggan 6.231
- Kec. Magelang Tengah Pelanggan 9.036
- Kec. Magelang Selatan Pelanggan 8.065
Sumber Data : PDAM Kota MagelangTahun 2012

3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga


Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menonjol terhadap pembangunan suatu daerah. Sektor
industri dan perdagangan mampu menyerap tenaga kerja 2 sampai dengan 3 kali lebih besar dibanding sektor
pertanian. Disamping itu mampu memberikan kepastian pendapatan dibanding sektor pertanian yang berhataung
kepada alam. Diwilayah perkoaan, sektor industri dan perdagangan menjadi unggulan. Sektor industri dan
perdagangan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya manusia, finasial dan teknologi yang
memadai disamping kebutuhan pasar yang ada. Selain itu sektor industri diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Magelang. Dalam pengembangan sektor industri ini diperlukan
upaya strategis menyangkut pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan terhadap industri dari
Pemerintah Kota Magelang.
Industri dengan skal kecil dan menengah di Kota Magelang menunjukkan trend yang terus meningkat.
Usaha Kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang dianggap mampu menciptakan lapangan kerja dan
perluasan kesempatan kerja serta proses pemerataan perekonomian sekaligus diharapkan dapat meningkatkan

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri, diharapkan mampu menekan laju perpindahan penduduk ke luar Kota Magelang.
Hal yang harus diperhatikan dan membutuhkan penanganan serius adalah, dengan meningkatnya
pertumbuhan industri akan memperbesar volume limbah industri dan bahan pencemar lainnya. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi beban pencemaran adalah dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
pembuatan cerobong asap sesuai standar serta monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap semua industri
yang ada di Kota Magelang.
Pencemaran terjadi karena kurangnya kesadaran dan kearifan manusia. Pengolahan limbah industri
dianggap sebagai beban dan membutuhkan biaya (cost) besar yang akan membebani perusahaan dan
menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Untuk mengendaliakn kerusakan lingkungan, Pemerintah Kota Magelang telah
mengeluarkjan produk hukum baik berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Walikota, Yaitu Peraturan Daerah
No. & tahun 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan, Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2006 tentang Retribusi
Kebersihan, Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, Peraturan Walikota No.
42 tahun 2008 tentang Izin Tempat Penyimpanan Sementara dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun kecuali Oli Bekas, Peraturan Walikota No. 43 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair,
Peraturan Walikota No. 51 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan UKL-UPL.

Tabel 3.42: Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kota Magelang

Jenis Industri Rumah Lokasi Jumlah industri RT Jenis Kapasitas


Tangga Pengolahan (m3/hari)

Dst
Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kota MagelangTahun 2012

3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis


Penanganan masalah kesehatan yang dilakukan dengan komitmen yang tinggi di masa lalu dan masa
sekarang dapat memperbaiki kualitas kesehatan penduduk dimasa yang akan datang, yang berarti secara tidak
langsung ikut menyelamatkan Indonesia dari masalah kesehatan yang lebih serius. Andaikan di masa lalu tidak
dilakukan penanganan masalah kesehatan dengan baik, hampir dapat dipastikan tingkat kelahiran dan kematian
masih akan tetap tinggi. Kualitas penduduk yang diukur dari sudut kesehatan akan tetap rendah, tingkat pendidikan
yang rendah dan lain sebagainya.
Upaya memperbaiki kualitas penduduk ang dilakukan secara komperehensif, terpadu, bertahap dan
serentak mestinya dilanjutkan secara lebih baik lagi. Upaya yang dilakukan selama ini sebenarnya baru merupakan
upaya dasar, yaitu peningkatan kualitas keluarga dengan memperkecil jumlahnya, memperbaiki tingkat
kesehatannya dan memberi kesempatan pendidikan dasar. Upaya peningkatan kesehatan yang merupakan upaya
dasar itu telah dilakukan dengan membuka puskesmas dan pos-pos pelayanan terpadu (Posyandu) diseluruh
wilayah Kota Magelang. Upaya menyediakan dokter-dokter muda merupakan upaya meningkatkan kesadaran hidup

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


sehat yang sangat mendasar. Dari kerja keras mereka telah membuahkan hasil yang positif, menurunkan tingkat
kematian bayi serta ibu mengandung dan melahirkan.
Dengan upaya kesehatan yang sangat intensif, Pemerintah Kota Magelang menggelar Program KB dengan
sunguh-sungguh. Melalui program ini masyarakat, tokoh masyarakat, para ulama dan mereka yang dianggap
panutan masyarakat, diajak untuk bangkit dan menggerakkan seluruh warga, meningkatkan kesadaran dan harkat
martabaynya menjadi manusia yang uth, merencanakan kehamilan dan kelahiran anak-anaknya secara rasional dan
mengambil tanggung jawab yang tingi terhadap masa depan keturunnanya. Untuk melanjutkan program dan upaya
yang telah dikerjakan dengan baik selama ini, perlu komitmen yang tinggi.
Kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan Kota Magelang.
Selain Pemerintah, peran serta masyarakat dalam menunjang sarana kesehatan juga cukup tinggi. Sarana
kesehatan di Kota Magelang sudah cukup memadai, rumah sakit baik pemerintah maupun swasta dalam menunjang
sarana nkesehatan juga cukup tinggi. Sarana kesehatan di Kota Magelang sudah cukup memadai, rumah sakit
pemerintah maupun swasta sudah cukup tersedia, apotik mengalami pertambahan meskipun tidak signifikan. Secara
makro, kondisi prasarana dan sarana serta kesehatan masyarakat semakin membaik.
Rumah saki di Kota Magelang pada tahun 2011 berjumlah 6 buah, yaitu : RSU Tidar, RS. Lestari Raharja,
RS. Harapan, RS. Islam, RST dr Soedjono dan RS. Prof. Dr. Soeroyo yang melayani pasien sakit jiwa dan pasien
umum.
Rumah Sakit Khusus di Kota Magelang pada tahun 2011 berjumlah 2 buah, yaitu : Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Soeroyo dan Rumah Sakit Paru-Paru.
Puskesmas di Kota Magelang pada tahun 2011 berjumlah 5 buah, yaitu : Puskesmas Kedungsari,
Puskesmas Tidar, Puskesmas Cacaban, Puskesmas Jurangombo dan Puskesmas Botton. Keberadaan Puskesmas
juga ditambah dengan adanya Puskesmas Pembantu untuk memudahkan akses masyarakat di bidang Kesehatan.
Puskesmas Pembantu tersebut adalah : Pustu Jurangombo, Pustu Magersari, Pustu Tidar, Pustu Rejowinangun
Utara, Pustu Kemirirejo, Pustu Panjang, Pustu Gelangan, Pustu Wates, Pustu Potrobangsan dan Pustu Kramat.
Secara umum, angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan, Pemerintah Kota Magelang memberikan kartu jaminan Kesehatan (Jamkesmas) kepada masyarakat
yang tidak mampu, Selain itu melalui Dinas Kesehatan, Pemerintah Kota Magelang mengembangkan Desa Siaga
dengan melibatkan peranaktif masyarakat. Desa Siaga adalah desa yang penduduknya meiliki kesiapan sumber
daya dan kemandirian serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan secara mandiri.
Seiring dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk, jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular
juga meningkat. Diharapkan dengan peningkatan sanitasi dan higienis masyarakat, jumlah Kejadian Luar Biasa
(KLB) ini dapat ditekan ditahun-tahun yang akan datang.
Limbah medis di Kota Magelang berupa sampah medis dari beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit
Swasta. Beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas tersebut mengadakan MoU dengan Dinas Kesehatan Kota
Magelang untuk melakukan pembakaran sampah medis menggunakan incenerator. Sedangkan RSUD Kota
Magelang sudah mempunyai IPAL untuk pengelolaan limbah medisnya.

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61


Tabel 3.43: Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan

No Nama Fasilitas Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari)


1 Puskemas Pustu Terminal Incenerator 0,15 m³
2 Rumah Sakit RSUD Tidar Incenerator 0,60 m³
IPAL 60 m³
3 Rumah Sakit RSJ Prof. dr. Soeroyo Incenerator Lama : 40 Kg, Baru : 80 Kg
IPAL 25 m³
4 Rumah Sakit RS Tk.II dr. Soedjono Incenerator
IPAL
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kota MagelangTahun 2012

Bagian B | Penjelasan Rinci Outline Buku Putih Sanitasi 61

Anda mungkin juga menyukai