Anda di halaman 1dari 17

2018

Karya Seni Rupa Modern


Indonesia

AFIFAH CAHYA IMANI ARIFIN (03)


KELAS XII IPA 1

SMA NEGERI 10 MAKASSAR |


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah “Perkembangan Seni Rupa Modern di Indonesia” ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan Makalah ini. Kami menyadari di dalam Makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritikdan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 17 Januari 2018

Penulis
Perkembangan Seni Rupa Modern Indonesia
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat
dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan

1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesia
yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil
pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern
Dengan gaya Romantisme yaitu suatu gaya lukisan yang penuh perasaan yang dilebih-lebihkan.
Raden Saleh (Raden Saleh Syarif Boestaman) adalah pelukis terkenal dari Indonesia. Beliau
seorang perintis Seni Modern Indonesia. Raden Saleh lahir pada tahun 1881 dari keluarga
Tumenggung Kyai Ngabehi Kertasaba Bustaman (1681-1759). Raden Saleh merupakan pelukis
gaya barat yang mengekspresikannya dengan individualis dan kreatifitas pada karya-karyanya,
sehingga menjadi inspirasi bagi para seniman-seniman Indonesia untuk mengekspresikan ide-
ide secara lebih bebas lukisan-lukisannya yang jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti
Raden Saleh seorang romantic.
Ciri-ciri karya Raden Saleh :
1. Bergaya natural dan romantisme
2. Kuat dalam melukis potret dan biatang
3. Pengaruh romantisme eropa terutama dari De la croix
4. Pengamatan yang sangat baik pada binatang dan alam
BERBURU Banteng. Itulah judul salah satu lukisan legendaris hasil karya Raden Saleh Syarif
Bustaman (1807 – 1880),

Raden Saleh, Banteng melawan Singa

2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moei (1920 – 1938)


Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie
Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah /
teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
Pada masa ini lukisan selalu mengambil obyek yang indah-indah penuh kesejukan dan
kedamaian seperti obyek pemandangan, model-model perempuan yang cantik jelita.
Masa Indonesia Jelita adalah periode / masa seni rupa yang berkembang setelah masa perintis.
Masa Indonesia Jelita juga sering disebut Indie Mooi. Pada masa ini banyak muncul pelukis-
pelukis yang memiliki konsep yang berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan
dan keelokan alam Indonesia. Periode ini juga bisa disebut Hindia Molek. Keadaan ini ditandai
dengan datangnya para pelukis dari luar negeri.
Masa Indonesia Jelita berlangsung sekitar tahun 1920 sampai dengan tahun 1938. Gaya lukisan
pada masa ini banyak menyajikan kemolekan atau keindahan alam Indonesia.
Ciri-ciri lukisan pada masa Indonesia Jelita
o Pengambilan objek alam yang indah
o Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
o Kemahiran teknik melukis tidak diimbangi dengan penonjolan nilai spiritual
o Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia

450 × 231 ,Lukisan Rudolf Bonet, Koleksi Presiden Soekarno

Basuki_abdullah_balinese beauty.jpg
Lukisan Karya Walter Spies

71 X 139 cm, Abdullah SS, Mountain Lanscape


3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh
Agus Jaya Suminta dan sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam,
Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar
para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan
Indonesia dengan mengacu kepada karakter masing-masing pelukis.
Tujuan berlandaskan pada misi untuk mencari sintesis dari lukisan tradisional dan modern,
serta mengembangkan gaya mereka sendiri yang bercirikan ke-Indonesiaan.
Ciri – ciri lukisan pada periode PERSAGI :
· Mementingkan nilai psikologis
· Bertema perjuangan rakyat
· Tidak terikat pada obyek alam yang nyata
· Memiliki kepribadian Indonesia
· Didasari oleh semangat dan keberanian

S. Sudjoyono, “Tjap Go Meh”, 1940


S. Sudjoyono,Didepan Kelambu Terbuka

Otto Djaya, Penggodaan


Dullah, Persiapan Gerilya,130X151

4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)


a . POETERA
POETERA atau Poesat Tenaga Rakjat adalah sebuah organisasi politik yang berdiri tahun 1942.
Tujuan utamanya adalah membuat suatu “kekuatan” hebat yang berangkat dari masyarakat
dibawah kepemimpinan Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas Mansoer
(Empat Serangkai).
Jepang selalu mengawasi kegiatan POETERA , bagi Jepang sendiri POETERA dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan perasaan anti barat dan melalui organisasi ini semua potensi masyarakat
Indonesia dapat dipusatkan untuk membantu usaha perang jepang.
POETERA memiliki beberapa departemen. Pada departemen kebudayaan dipimpin oleh
Sudjojono dan Afandi. Misi mereka mempromosikan dan mempopulerkan seni murni
masyarakat luas. Khususnya pada perkembangan seni modern Indonesia di dunia. Organisasi ini
juga berhasil memproteksi seni dari propaganda Jepang khususnya untuk menyukseskan militer
Jepang.
Pada tahun 1942 POETERA mulai memamerkan hasil lukisan dari para seniman muda yang
bertempat tinggal di Jakarta. Selain itu digelar juga pameran Solo dari pelukis Basuki Abdullah ,
Affandi , Kartono Yudokusumo dan Nyoman Ngendon. Pada tahun 1943 diselenggarakan
beberapa pameran dan masyarakat mempunyai kesempatan untuk melihatnya. Namun pada
tahun 1944, pemerintah Jepang membubarkan POETERA karena mereka sadar bahwa
perkembangan POETERA justru lebih menguntungkan bangsa Indonesia.
b . KEIMIN BUNKA SIDHOSO
Keimin Bunka Shidoso merupakan pusat kebudayaan yang didirikan secara resmi oleh
pemerintah Jepang pada 1943. Keimin Bunka Shidoso dan terdiri dari berbagai aliran seni
seperti sastra, musik, tari, drama, film, dan seni murni. Departemen Seni Murni dipimpin oleh
Agus Djaja yang dahulu menjadi salah satu pendiri PERSAGI. Untuk kegiatan lembaga ini pihak
Jepang meminta Sudjojono, Basuki Abdullah dan Subanto untuk mengajarkan seni murni
kepada para seniman baru seperti Zaini, Nashar dan Moctar Apin dari Sumatera Barat; Trubus
dan Kusnadi dari Jawa Tengah. Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Otto Djaja dan Dullah
merupakan seniman-seniman pemula yang karyanya dipamerkan pada pameran Keimin Bunka
Shidoso. Keimin Bunka Shidoso berhasil membentuk ikatan yang baik antara seniman dengan
masyarakat. Program ini menyediakan ruangan studio gambar dan fasilitas model, ruangan
untuk berpameran, dana untuk melakukan perjalanan guna menambah wawasan pelukis ,
hadiah untuk para seniman berbakat, memfasilitasi seniman Jepang untuk memberikan
workshop.
Pada tahun 1944 dibawah kepemimpinan Sudjono dan Basuki Abdullah perkembangan seni
lukis yang semula bersifat kursus lebih difokuskan menjadi lebih akademik.
Pada tahun 1945 Keimin Bunka Shidoso dibubarkan bersama dengan runtuhnya pendudukan
Jepang.

5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)

Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya:
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di
Madiun, oleh S. Sudjoyono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajanegara asmoro,
Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll.
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa
kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai
dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
1. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama
“Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan,
Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
2. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra
yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko,
Kusnadi dan sebagainya.
3. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu
Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga
pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono,
Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
4. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori
oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka
dan lain-lain.
5. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa
pada Institut Teknologi Bandung.

Affandi, Potret Diri

Affandi, Kuda Putih


6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang
namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi,
kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni
Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan
Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarang pada
tingat SLTA

Kucing Hitam Merah Karya Popo Iskandar

Lukisan Karya Barli Sasmita


Sri Hadi, Tari Bedoyo Ketawang dengan 5 penari jawa (tahun 2005) , ukuran 2 x 1.5 M, oil 0n
canvas

7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia


Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun
otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman
Nuarta, dll. Gerakan ini menciptakan karuya seni yang betul-betul berbeda daripada masa
sebelumnya baik dari segi ide, tema, media

Karya Dede Eri Supria


Dede Eri Supria Lukisan gaya Indonesia baru

Clown-Attractions,-Dede.jpg
KaryaSeni Patung Nyoman Nuarta, Garuda Whisnu Kencana

KaryaSeni Patung Nyoman Nuarta, Telapak Tangan


Daftar Pustaka
1. M. Agus Burhan, Perkembangan Seni Lukis, Mooi Indie sampai Persagi di Batavia, 1900-
1942, Galeri Nasional Indonesia.
2. Berbagai sumber di Laman Internet

Anda mungkin juga menyukai