Involvment PDF
Involvment PDF
Abstrak: Dinamika perekonomian bisnis ritel di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, sehingga akan
memicu perkembangan gaya hidup dan pola belanja masyarakat (konsumen) yang memiliki ekspektasi makin tinggi,
meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih baik dan konsisten. Permasalahan yang dihadapi, komsumen high
income menunjukkan pola pengeluaran belanja yang fluktuatif, sering kali melesat dari perencanaan keuangan yang telah
dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh shopping life style dan fashion involvement terhadap perilaku
impulse buying pada masyarakat high income Surabaya. Penelitian ini menggunakan sampel yang tinggal di Surabaya,
memiliki pendapatan sendiri, memiliki pengeluaran ≥ Rp 1,250,000.00, pernah berbelanja di Galaxy Mall , Lendmarc dan
Grand City. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier berganda, yang akan mempermudah untuk melihat
peranan Shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying yang akan diuji. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying
pada Masyarakat High Income Surabaya.
Abstract: Dynamics of the retailing business economy in Indonesia develop rapidly, so that it triggers the customers’
shopping lifestyle and their fashion involvement as well. They have higher expectation, demand more and desire better
quality product consistently. But in the other side there are some problems. For instance the prosperity consumers spend
their money fluctuatively and oftenly out their financial plan. The purpose of this research is proving, whether shopping
lifestyle and fashion involvement will influence the impulse buying behavior of Surabaya’s high income community. As
sampling, this study used the population of Surabaya that usually spend their money more or equal to Rp.1.250.000 per
month, and ever go shopping at Galaxy mall, Lendmarc and Grand City. The technical analysis to examining the role of
shopping lifestyle and fashion involvement toward the impulse buying behavior is Multi linear Regression. The examination
result showed that Hedonic Shopping Value and Fashion Involvement influenced the Impulse Buying Behavior of
Surabaya’s High Income Society.
32
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement 33
yang diinginkan. Pernyataan tersebut di dasari oleh dapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai
persentase masyarakat Surabaya yang datang ber- produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu
kunjung di mall untuk berbelanja sebesar 51% di- dalam pembedaan kategori serupa (Zablocki dan
bandingkan aktivitas lainnya (“29 Proyek Manantang Kanter, 1976, p. 269-297).
Krisis Global”, Maret 2009). Cathy J. Cobb dan Wayne D. Hoyer (1986)
Bagi masyarakat high income berbelanja hal mengungkapkan bahwa konsumen diminta untuk
yang sudah menjadi lifestyle mereka adalah mereka menunjukkan sejauh mana mereka sepakat atau tidak
akan rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan setuju dengan pernyataan yang berkaitan dengan
produk yang mereka senangi. Hal tersebut didukung shopping lifestyle (misalnya, sikap terhadap merk
dengan survey yang dilakukan penulis dengan di- nasional, dirasakan pengaruh iklan, harga kesadaran).
temukannya 94% masyarakat Surabaya yang high Betty Jackson (2004) mengatakan shopping
income lebih sering berbelanja di mall high class lifestyle merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam
dibandingkan dengan mall lainnya. Hal ini didukung berbelanja yang mencerminkan perbedaan status
dengan pernyataan Leon Tan yang mengatakan sosial.
bahwa “bayang-bayang resesi global, baik secara Cobb dan Hoyer (1986) mengemukakan bahwa
langsung atau tidak langsung, ikut mempengaruhi untuk mengetahui hubungan shopping lifestyle
pola berpikir dan lifestyle kita, termasuk dalam cara terhadap impulse buying behavior adalah dengan
berbelanja. Bagaimanapun, krisis tak berarti harus menggunakan indikator:
menghentikan aktivitas shopping lifestyle kita”. (Tan, Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan
2009, p. iii) mengenai produk fashion
Masyarakat high income akan membeli pakaian Membeli pakaian model terbaru ketika melihatnya
yang sedang dicari dengan harga, kualitas, serta mode di Galaxy Mall
yang diinginkan. Pernyataan tersebut didukung oleh Berbelanja merk yang paling terkenal
hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis Yakin bahwa merk (produk kategori) terkenal
dengan menemukan bahwa masyarakat high income yang di beli terbaik dalam hal kualitas
yang berkunjung cenderung berbelanja pakaian Sering membeli berbagai merk (produk kategori)
(94%), sepatu (71%), tas (55%), elektronik (33%), daripada merk yang biasa di beli
acceccoris (10%). Kecenderungan perilaku seperti ini Yakin ada dari merk lain (kategori produk) yang
merupakan peluang yang ditangkap para pemilik sama seperti yang di beli
tenant untuk menjual pakaian yang di senangi oleh
para pengunjung yang berasal dari masyarakat high Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat
income yang lebih mementingkan kualitas, model, disimpulkan bahwa shopping lifestyle adalah cara
merk daripada harga yang tercantum adalah fashion seseorang untuk mengalokasikan waktu dan uang
involvement yang terjadi untuk berbagai produk, layanan, teknologi, fashion,
Ketika masyarakat dari kelas high income me- hiburan dan pendidikan. Shopping lifestyle ini juga
lihat produk yang sulit dicari ditemukan maka ia akan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sikap
membeli produk tersebut meskipun ia tidak meren- terhadap merek, pengaruh iklan dan kepribadian.
canakan pembelian tersebut yang menyebabkan
terjadinya impulse buying, Fashion Involvement
Dari latar belakang tersebut rumusan masalah
yang diambil adalah: Apakah shopping lifestyle dan Menurut O’Cass, involvement adalah minat atau
fashion involvement berpengaruh terhadap impulse bagian motivasional yang ditimbulkan oleh stimulus
buying behaviour pada masyarakat high income di atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri pe-
Surabaya? nampilan (O’Cass, 2004 dalam Park 2005). Sedang-
kan menurut Zaichkowsky, involvement didefinisikan
TINJAUAN PUSTAKA sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek
berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan
Shopping Lifestyle (Zaichkowsky, 1985, pp. 341-352).
Involvement dapat dipandang sebagai motivasi
Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi untuk memproses informasi (Mitchell, 1979, pp. 191-
yang mencerminkan pilihan seseorang tentang bagai- 196). Selama involvement meningkatkan produk,
mana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti konsumen akan memperhatikan iklan yang ber-
ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang hubungan dengan produk tersebut, memberikan lebih
dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pen- banyak upaya untuk memahami iklan tersebut dan
34 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-41
Tipe-tipe Impulse Buying dan pengetahuan tentang fashion, yang pada giliran-
nya dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelum- membuat keputusan pembelian. Selain itu, hubungan
nya, pembelian yang tidak terencana (impulse buying) yang positif antara tingkat keterlibatan dan mode
dapat diklasifasikan dalam empat tipe: planned pembelian pakaian adalah konsumen dengan high
impulse buying, reminded impulse buying, suggestion fahion involvement lebih menyukai kepada pembelian
impulse buying, dan pure impulse buying (Miller, pakaian.Oleh karena itu, diasumsikan bahwa konsu-
2002; Stern, 1962; yang dikutip dalam Hodge, 2004). men dengan higher fashion involvement lebih me-
a. Pure Impulse Buying merupakan pembelian se- nyukai menggunakan fashion oriented impulse
cara impulse yang dilakukan karena adanya buying.
luapan emosi dari konsumen sehinga melakukan
pembelian terhadap produk di luar kebiasaan Model Pemikiran
pembeliannya.
b. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian
Shopping Lifestyle
yang terjadi karen konsumen tiba-tiba teringat
untuk melakukan pembelian produk tersebut.
Dengan demikian konsumen telah pernah melaku- Impulse Buying
Behavior
kan pembelian sebelumnya atau telah pernah
melihat produk tersebut dalam iklan.
Fashion Involvement
c. Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian
yang terjadi pada saat konsumen melihat produk,
melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya,
dan memutuskan untuk melakukan pembelian.. Hipotesis Penelitian
d. Planned Impulse Buying merupakan pembelian
a. Terdapat pengaruh antara shopping lifestyle dan
yang terjadi ketika konsumen membeli produk
fashion involvement terhadap impulse buying
berdasarkan harga spesial dan produk-produk ter-
behavior.
tentu. Dengan demikian planned impulse buying
merupakan pembelian yang dilakukan tanpa
METODE PENELITIAN
direncanakan dan tidak tengah memerlukannya
dengan segera.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Hubungan Antar Konsep a. Shopping Lifestyle (X1) merupakan gaya hidup
customer pada kategori fashion (seperti pakaian)
Pakaian merupakan kulit luar yang menegaskan
yang diukur melalui indikator:
identitas kita kepada lingkungan sosial, pakaian
Setiap tawaran iklan mengenai produk fashion,
menjadi media efektif untuk menunjukan status,
saya cenderung menanggapi untuk membeli-
kedudukan, kekuasaan, lifestyle dari masa ke masa
nya
dan shopping menjadi salah satu lifestyle yang paling
Saya cenderung membeli pakaian model ter-
digemari, untuk memenuhi lifestyle ini masyarakat
rela mengorbankan sesuatu demi mencapainya dan baru ketika saya melihatnya di Surabaya
hal tersebut cenderung mengakibatkan impulse Saya cenderung berbelanja fashion merek
buying. Ketika terjadi pembelian impulsif akan terkenal
memberikan pengalaman emosional lebih dari pada Saya yakin bahwa merk produk fashion ter-
rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, kenal yang saya beli terbaik dalam hal kualitas
dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih Saya sering membeli berbagai merk fashion
dipandang sebagai keputusan rasional dibanding yang berbeda daripada merk yang biasa saya
irasional dan hubungan sembilan karakteristik produk beli
yang mungkin dapat mempengaruhi pembelian Saya yakin ada fashion merk lain yang sama
impulsif, yaitu harga rendah, kebutuhan tambahan kualitasnya seperti yang saya beli
produk atau merk, distribusi massa, self service, iklan b. Fashion Involvement (X2) merupakan ketertarikan
massa, display produk yang menonjol, umur produk perhatian pelanggan pada kategori fashion yang
yang pendek, ukuran kecil, dan mudah disimpan. diukur melalui pernyataan:
Pakaian sangat terkait dengan keterlibatan ke Saya mempunyai satu atau lebih pakaian
karakteristik pribadi (yakni perempuan dan muda) dengan model yang terbaru (trend)
36 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-41
Fashion adalah satu hal penting yang men- penelitian tersebut. Skala Likert ini biasa digunakan
dukung aktifitas saya untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sese-
Saya lebih suka apabila model pakaian yang orang atau kelompok tentang kejadian atau gejala
saya gunakan berbeda dengan yang lain social. Dengan menggunakan skala Likert, maka
Pakaian yang saya miliki menunjukkan karak- variabel yang diukur dan dijabarkan menjadi sub-
teristik saya variabel, kemudian sub-variabel dijabarkan lagi
Saya dapat mengetahui banyak tentang sese- menjadi indicator-indikator yang dapat diukur. Akhir-
orang dari pakaian yang digunakan nya indicator-indikator yang dapat terukur ini dapat
Ketika saya memakai pakaian favorit saya, dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument
orang lain melihat akan melihat ke arah saya yang berupa pertanyaan ataun pertanyaan yang perlu
Saya cenderung untuk mencoba produk dijawab oleh responden (Riduwan, 2004, p. 86).
fashion terlebih dahulu sebelum membelinya Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan Mei
Saya cenderung lebih mengetahui adanya 2011-Juli 2011.
fashion terbaru dibandingkan dengan orang
Populasi Penelitian
lain
c. Impulse Buying (Y) adalah pembelian yang tidak
Menurut Kuncoro (2003) populasi adalah ke-
direncanakan, dimana karakteristiknya adalah
lompok yang lengkap, yang biasanya dapat berupa
pengambilan keputusannya dilakukan dalam waktu orang, obyek, transaksi, ataupun kejadian dimana
yang relatif cepat; dan adanya keinginan untuk peneliti tertarik dan ingin untuk menjadikannya obyek
memiliki secara cepat. Variabel ini diukur dengan penelitian (p.103). Populasi dari penelitian ini adalah
indikator: seluruh masyarakat high income Surabaya.
Bila ada tawaran khusus, saya cenderung ber-
belanja banyak Teknik Penarikan Sampel
Saya cenderung membeli pakaian model ter-
baru walaupun mungkin tidak sesuai dengan Sebuah sampel adalah bagian dari populasi.
saya Teknik penentuan sampel adalah dengan metode non
Saat berbelanja produk fashion, saya cen- probability sampling (Nasir, 1999, p. 325) Jenis
derung berbelanja tanpa berpikir panjang dulu metode non probability sampling yang digunakan
sebelumnya adalah judgemental sampling yaitu memberikan
Setelah memasuki shopping center, saya se- batasan-batasan tentang responden yang memenuhi
gera memasuki sebuah toko fashion untuk kriteria sebagai berikut:
membeli sesuatu Responden tinggal di Surabaya
Saya cenderung terobsesi untuk membelanja- Responden memiliki pendapatan sendiri
kan uang yang saya bawa sebagian atau Responden memiliki pengeluaran ≥ Rp 1,250,000
seluruhnya untuk produk fashion Responden pernah berbelanja di Galaxy Mall,
Saya cenderung membeli produk fashion Lend mark dan Grand City
meskipun saya tidak begitu membutuhkannya
Jumlah responden didapatkan dengan meng-
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data gunakan rumus Yamane yang melakukan penentuan
ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 10%
Metode pengumpulan data ialah teknik atau dengan kepercayaan 95% terhadap populasi. Penen-
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk tuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata Yamane dipilih karena praktis dan telah terbukti
yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, keakuratannya. Rumus Yamane adalah sebagai
tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui berikut:
angket, wawancara, pengamatan, uji tes, dokumen- N
n (1)
tasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini, metode N( d ) 2 1
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Keterangan:
angket. Instrumen yang digunakan adalah question- n : jumlah sampel yang dicari
naire. N : Ukuran Populasi (Jumlah penduduk Surabaya
Kuisioner dari penelitian ini merupakan kuisio- Usia 15 tahun ke atas yang bekerja = 1,250,690)
ner yang menggunakan skala Likert, untuk meng- (Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur, Sakernas
klasifikasi variable-variabel yang akan diukur dalam dan Susenas Tahun 2004-2009).
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement 37
Pengujian hipotesis dilakukan dengan meng- Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
gunakan uji F dan uji t responden memberikan penilaian yang baik terhadap
Uji F atribut-atribut shoping lifestyle. Hal ini mencerminkan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh bahwa shopping lifestyle yang terdiri dari setiap
mana variasi variabel bebas yang digunakan tawaran iklan mengenai produk fashion, saya cen-
mampu menjelaskan variabel tergantungnya. derung menanggapi untuk membelinya, cenderung
Dapat juga diartikan apakah model regresi linier membeli pakaian model terbaru ketika saya melihat-
berganda yang digunakan sesuai atau tidak nya di shopping center Surabaya, cenderung ber-
Uji t (Pengujian Parsial) belanja fashion merk terkenal, yakin bahwa merk
Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel produk fashion terkenal yang saya beli terbaik dalam
bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap hal kualitas, sering membeli berbagai merk fashion
variabel terikat. Untuk mengetahui apakah ada yang berbeda daripada merk yang biasa saya beli dan
pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap yakin ada fashion merk lain yang sama kualitasnya
variabel terikat seperti yang saya beli dapat mempengaruhi responden
untuk melakukan impulse buying.
Uji Asumsi Klasik
b. Fashion Involvement (X2)
1. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
apakah model regresi ditemukan adanya kore- responden memberikan penilaian yang baik terhadap
lasi antar variabel bebas (independen). atribut-atribut fashion involvement. Hal ini mencermin-
38 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-41
kan bahwa fashion involvement yang terdiri dari meskipun saya tidak begitu membutuhkannya tidak
mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model semuanya disetujui oleh responden.
yang terbaru (trend), Fashion adalah satu hal penting
yang mendukung aktifitas, lebih suka apabila model Analisa Regresi Linier Berganda
pakaian yang saya gunakan berbeda dengan yang
lain, Pakaian yang saya miliki menunjukkan karak- Uji Asumsi Klasik
teristik, mengetahui banyak tentang seseorang dari
pakaian yang digunakan, memakai pakaian favorit Multikolinieritas
saya, orang lain melihat akan melihat ke arah saya,
cenderung untuk mencoba produk fashion terlebih Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas
dahulu sebelum membelinya, dan cenderung lebih Variabel Bebas VIF
mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan Shopping Lifestyle 1.163
dengan orang lain dapat mempengaruhi responden Fashion Involvement 1.163
untuk melakukan impulse buying.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
Tabel 2. Tanggapan Responden Mengenai Fashion VIF untuk variabel shopping lifestyle dan fashion
Involvement involvement semuanya kurang dari 10, hal ini meng-
Indikator BTB (%) TTB (%) indikasikan tidak terjadi multikolinieritas sehingga
Trend 7,3 92,7 asumsi non multikolinieritas terpenuhi.
Fashion hal penting 7,3 94,5
Berbeda dari yang lain 7,3 92,7 Heteroskedastisitas
Karakteristik saya 5,5 94,5
Mengetahui orang 16,4 83,6 Scatterplot
Orang melihat saya 10,0 90,0
Mencoba terlebih dulu 7,3 92,7
Tahu fashion terbaru 12,7 87,3 Dependent Variable: Impulse Buying
Sumber: Lampiran 2
0
Tabel 3. Tanggapan Responden Mengenai Impulse Buying
Value
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual untuk menjelaskan variabel terikat Y adalah sebesar
44.3% dan sisanya 55.7% dijelaskan oleh variabel
lain di luar variabel bebas yang digunakan dalam
Dependent Variable: Impulse Buying
1.0
penelitian ini.
Koefisien Korelasi
0.8
Expected Cum Prob
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Pembuktian Hipotesis
Observed Cum Prob
Uji F
Gambar 2. Grafik Normal Probability Plot
Berdasarkan nilai statistik pada Tabel 5 dapat
Analisis Model dilihat bahwa nilai F hitung = 42.612. Nilai F table
(df1=2; df2=107) adalah 3.081. Nilai F hitung > F
Berikut ini adalah hasil analisis regresi linier table, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat
berganda seperti pada Tabel 5. disimpulkan bahwa variabel bebas X1 dan X2 secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
terhadap variabel terikat (Y).
Model Koefisien t Sig. t Dari hasil uji F di atas maka disimpulkan untuk
Konstanta -1.456 menolak hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis
Shopping Lifestyle (X1) 0.636 6.243 0.000
penelitian diterima, dengan kata lain shopping lifestyle
Fashion Involvement (X2) 0.518 3.971 0.000
R = 0.666 dan fashion involvement secara simultan (bersama-
R Square = 0.443 sama) mempunyai pengaruh besar terhadap impulse
F = 42.612 buying responden.
Sig. F = 0.000
Uji t
Ringkasan hasil analisis regresi linier berganda
pada Tabel 5 diuraikan sebagai berikut: Pada Tabel 5 diketahui untuk variabel shopping
a. Koefisien regresi (βi) lifestyle nilai t hitung adalah 6.243, nilai t tabel
1. Tanda positif pada nilai koefisien regresi (df=107; α = 0.05/2) = 1.982. Nilai t hitung > nilai t
melambangkan hubungan yang searah antara tabel, maka disimpulkan bahwa shopping lifestyle
X1 dan Y, artinya apabila shopping lifestyle secara parsial (sendiri-sendiri) mempunyai pengaruh
responden semakin tinggi, maka impulse signifikan terhadap impulse buying responden. Hal ini
buying responden juga akan mengalami berarti peningkatan atau penurunan variabel shopping
peningkatan dengan variabel lainnya tetap. lifestyle yang dilakukan responden memberikan
2. Tanda positif pada nilai koefisien regresi
pengaruh besar terhadap impulse buying.
melambangkan hubungan yang searah antara
Pada Tabel 5 diketahui untuk variabel fashion
X2 dan Y, artinya apabila fashion involvement
involvement nilai t hitung adalah 3.971, nilai t tabel
responden semakin tinggi, maka impulse
buying responden juga akan mengalami (df=107; α = 0.05/2) = 1.982. Nilai t hitung > nilai t
peningkatan variabel lainnya tetap. tabel, maka disimpulkan bahwa fashion involvement
secara parsial (sendiri-sendiri) mempunyai pengaruh
Koefisien Determinasi signifikan terhadap impulse buying. Hal ini berarti
peningkatan atau penurunan variabel fashion invol-
Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.443 yang vement yang dilakukan responden memberikan
memiliki arti bahwa peran variabel bebas X1 dan X2 pengaruh besar terhadap impulse buying.
40 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 6, NO. 1, April 2011: 32-41
Variabel yang mempunyai pengaruh paling Andrew, M., 1979, Involvement: A potentially impor-
dominan terhadap impulse buying adalah yang nilai tant mediator of consumer behavior. In advances
kuadrat korelasi parsialnya terbesar. Dari 2 variabel in consumer research, ed. William L. Wilkie,
bebas diketahui bahwa variabel shopping lifestyle 6 (Provo, Utah: Association for Consumer
mempunyai nilai kuadrat korelasi parsial terbesar Research), pp. 191-196.
yaitu 0.267, yang artinya bahwa variabel shopping Bayley, G. & Nancarrow, C., 1998, Impulse purchas-
lifestyle mempengaruhi impulse buying paling besar ing: a qualitative exploration of the phenol-
dibanding variabel yang lain, yaitu sebesar 26.7% menon. Qualitative market research: An Inter-
natinal Journal, 1(2), pp. 99-114.
Benjamin D.Z. & Kanter, M.R., 1976, The differen-
KESIMPULAN DAN SARAN
tiation of life-styles. Annual Reviews of Socio-
logy, pp. 269-297.
Kesimpulan
Browne, B.A. & Kaldenberg, D.O., 1997, Concep-
tualizing self-monitoring: links to meterialism
Berdasarkan pada hasil pembahasan mengenai
and product involvement, Journal of Con-
shopping lifestyle, fashion involvement terhadap
sumer Marketing, 14(1), pp. 31-44.
impulse buying behavior, dapat disimpulkan beberapa Cobb J.C. & Hoyer W.D., 1986, Planned versus
hal yaitu: impulse purchase behaviour. Journal of Retailing,
a. Shopping lifestyle berpengaruh signifikan terhadap 62(4), pp. 384-409.
impulse buying behavior pada masyarakat high Douglas, M.T. & Baron, C., Isherwood, 1979, The
income di Galaxy Mall Surabaya world of goods, (New York: Basic Books).
b. Fashion involvement berpengaruh signifikan Engel, James F., Blackwell, R.D. & Miniard, P.W.,
terhadap impulse buying behavior pada 1995, Perilaku konsumen, Jilid 1 (Edisi ke-
masyarakat high income di Galaxy Mall Surabaya enam), Jakarta: Binarupa Aksara.
c. Shopping lifestyle memiliki pengaruh yang paling Fairhurst, A.E., Good, L.K. & Gentry, J.W., 1989,
dominan diantara variabel lain yang ada terhadap Fashion involvement: an instrument validation
impulse buying behavior pada masyarakat high procedure. Clothing and Textiles Research
income di Galaxy Mall Surabaya journal, 7(3), pp. 10-14.
Flynn, L. & Goldsmith, R., 1993, A causal model of
Saran consumer involvement: replication and critique,
Journal of Social Behavior and Personality,
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka 8(6), pp. 129-42.
penulis memberikan saran-saran bagi pihak-pihak Goldsmith, R.E. & Emmert, J., 1991, Measuring
yang berkepentingan dalam penelitian ini, antara lain: product category involvement: a multitrait-
a. Hendaknya fashion involvement selalu diperhati- multimethod study, Journal of Business Research,
kan dengan memberikan masukan tentang produk 23(4), pp. 363-71.
fashion yang sesuai karakteristik pengunjung Hatane, S., 2005, Respons lingkungan berbelanja
karena dapat mempengaruhi impulse buying sebagai stimulus pembelian, Journal Mana-
behavior pada masyarakat high income di Galaxy jemen dan Kewirausahaan, 7(2), pp. 152-170.
Mall Surabaya. Hausman, A., 2000, A multi- method investigation of
b. Shopping lifestyle hendaknya terus dipertahankan consumer motivations in impulse buying
oleh pihak Galaxy Mall Surabaya dengan tetap behavior, Journal of Consumer Marketing,
menjaga kualitas terbaik dari merk produk fashion 17(15), pp. 403-419.
karena variabel tersebut merupakan variabel Kacen, J.J., & Lee, J.A., 2002, The influence of culture
dominan dalam mempengaruhi impulse buying on consumer impulsive buying behavior,
behavior pada masyarakat high income di Galaxy Journal of Consumer Psychology,12(2), pp.
Mall Surabaya. 163-76.
Japarianto: Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement 41
Kapferer, J.N. & Laurent, G., 1985, Measuring con- Prima, G.A., 2009, January 30). Anchor tenant, from
sumer involvement profile, Journal of Market- http://www.griya.asri.prima.mht.
ing. 22(1), pp. 41-53. Richard, L.C. & Jerry, C.O., September 1988, The
Kim, H., 2005, Consumer profiles of apparel product role of involvement in attention and compre-
involvement and values. Journal of Fashion hension processes, Journal of Consumer Rese-
Marketing and Management, 9(2), pp. 207- arch, 15(9), pp. 210-224.
220. Ronald, W.S., 1995, Studi kelayakan galaxy mall
Kollat, D.T. & Willett, Ronald, P., Februari 1967, ditinjau dari aspek pasar dan keuangan, (TA
Customer Impulse Purchasing Behavior, Jour- No. 419/EM/1995). Unpublished under-
nal of Marketing Research, 4(2), pp. 21-31. graduate thesis, Universitas Kristen Petra,
Kotler, Philip, & Amstrong, G., 2004, Dasar-dasar Surabaya.
Pemasaran, Bagian 1, Jakarta: Prenhallindo. Rook, D.W. and Fisher, R.J., 1995, Normative
Martin, C., 1998, Relationship marketing: a high- influence on impulse buying behavior, Journal
involvement product attribute approach. Jour- of Consumer Research, 22, pp. 305-313.
nal of Product and Brand Management, 7(1), Seo, J., Hathcote, J.M. and Sweaney, A.L., 2001,
Casualwear shopping behavior of college men
6-26.
in Georgia, USA, Journal of Fashion Market-
Mowen, J.C. & Minor, M., 2002, Consumer beha-
ing and Management, 5(3), pp. 208-222.
viour (5th Edition) Upper saddle river: Pre-
Stern, H., April 1962, The significance of impulse
tience Hall, Inc. buying today, Journal of Marketing, Vol.
O’Cass, A., 2004, Fashion clothing consumption: 26(4), pp. 59-62.
antecedents and consequences of fashion Tan, L., April 2009, The new way of lifestyle, Grand
clothing involvement, European Journal of Indonesia Magazine, 4.
Marketing, 38(7), pp. 869-82. Zaichkowsky, J.L., Desember 1985, Measuring the
Park, Joo, Kim & Forney, 2005, A structural model of Involvement Construct in Marketing. Journal
fashion oriented impulse buying behavior, of Consumer Research, 12(12), pp. 341-352.
Journal of Fashion Marketing and Mana- Zumar, D., March 2009, 82 Persen, Konsumen
gement, 10(4), 433-446. Doyan Sambangi Mal. Retrieved April 01,
Prayoga, L., 2008 March 12, Mall untuk wisata, 2009, from http://www.pewarta-kabarindone-
Kenapa Tidak?, Indonesia Tourism News, 11. sia.blogspot.com.