JURNAL SKRIPSI
Oleh
Sri Dewi Utami
NIM 11104241066
Oleh: Sri Dewi Utami, Bimbingan dan Konseling/ Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, dewi7434@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan stres
akademikpada siswa kelas XI di MAN 3 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik korelasional. Keseluruhan subjek berjumlah 136 orang.Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan proporsionalrandom sampling.Alat pengumpulan
data berupa skala efikasi diri dan skala stres akademik. Analisis data menggunakan teknik regresi
sederhana dengan program SPSS 17.00 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan negatif dan signifikan antara efikasi diri dengan stres akademikpada siswa kelas XI di
MAN 3 Yogyakarta. Hal iniditunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,495 dan p = 0.000 (p
<0.05). Sumbangan efektif dari efikasi diriterhadap stres akademiksebesar 24,5%, dengan
demikian sumbangan sebesar 75,5% berasal dari faktor lain.
Abstract
This research aimed to examine the correlation between self-efficacy and academic stress of the
grade XI students at MAN 3 Yogyakarta. This research used quantitative approach with
correlational technique. The subjects were 136 students in number. Proportional random
sampling was used as the sampling technique. Self-efficacy scale and academic stress scale were
used to collect the data. The data were analyzed using simple regression technique of SPSS
17.00 for Windows. The result showed that there was a negative and significant correlation
between self-efficacy and academic stress on the students of grade XI at MAN 3 Yogyakarta. This
correlation was indicated by the coefficient (r) -0,495 with p = 0.000 (p<0.05). Besides, the
research also found out that the effective contribution of self-efficacy to academic stress was
24,5%, while the rest 75,5%, came from other factors.
PENDAHULUAN
ini memberikan gambaran bahwa keberhasilan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil
dari pendidikan tidak hanya berpusat pada dan meledak-ledak.Meningginya emosi remaja
kemampuan kognitif, akan tetapi disebabkan salah satunya oleh masalah-
pengembangan sisi afektif, mental dan emosi masalah sekolah seperti masalah penyesuaian
peserta didik. Menurut UU No 20 tahun 2003 diri, emosi, sosial dan pertentangan dengan
fungsi pendidikan nasional yaitu untuk aturan sekolah. Menurut Hurlock (dalam Rita
mengembangkan kemampuan dan membentuk Eka Izzaty dkk, 2008: 135) terdapat lima
watak serta peradaban bangsa yang perubahan pada setiap remaja yaitu
bermartabat dalam rangka mencerdaskan meningginya emosi, perubahan tubuh, minat
kehidupan bangsa. Dengan demikian dan peran, perubahan pola perilaku, perubahan
pendidikan merupakan upaya untuk nilai-nilai serta sikap ambivalen terhadap setiap
mengembangkan sumber daya manusia yang perubahan yang ditandai adanya tuntutan akan
berkualitas, sehingga pendidikan dilakukan kebebasan tetapi takut untuk bertanggung
dalam seting formal sebagai wujud nyata untuk jawab. Dengan demikian, seiring dengan
menghasilkan kualitas sumber daya manusia perubahan yang terjadi, remaja sangat rentan
yang berkualitas baik. dengan permasalahan dan stres.
Pendidikan formal memiliki jenjang Remaja mengalami masa
pendidikan diantaranya Sekolah Dasar atau perkembangan yang dipengaruhi oleh berbagai
Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah perkembangan individu yaitu faktor eksternal
Menengah Atas atau Sekolah Menengah yang berupa lingkungan, lingkungan tersebut
Kejuruan atau Madrasah Aliyah Negeri. Pada khususnya pendidikan (Rita Eka Izzaty, 2008:
penelitian ini akan berfokus kepada jenjang 14). Pendidikan dapat diperoleh salah satunya
pendidikan Madrasah Aliyah Negeri atau biasa melalui lingkungan sekolah.
disebut MAN. Sekolah mempunyai arti yang sangat
Secara kronologis, peserta didik pada penting bagi kehidupan dan perkembangan
jenjang MAN berada pada rentang usia 15-18 individu atau peserta didik. Menurut Desmita
tahun atau berada dalam tahap perkembangan (2009: 288) sekolah dipandang dapat
remaja. Pada masa remaja disebut masa badai memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik
& topan (storm and stress) yaitu masa yang dan menentukan kualitas kehidupan di masa
menggambarkan ketegangan emosi, keadaan depan. Namun, di sisi lain sekolah ternyata
Hubungan antara Efikasi...(Sri Dewi Utami)3
sehingga sekolah ini memerlukan waktu jam oleh guru bimbingan konseling saat awal tahun
pelajaran yang banyak.Oleh karena itu siswa pembelajaran, ditemukan adanya
MAN 3 berpotensi mengalami stres akademik, kecenderungan beberapa siswa MAN 3
karena terdapat pemadatan jumlah waktu Yogyakarta mengalami stres akademik. Hasil
pembelajaran dan memiliki jumlah mata DCM pada bidang belajar yang disebar di kelas
pelajaran yang banyak.Selain itu di sekolah XI IPS 1 memperoleh hasil sebanyak 52%
tersebut terdapat tuntutan agama yang merasa pelajaran sekolah terlalu berat, 57%
berkaitan dengan ilmu kerokhanian tentang sedih ketika mendapatkan tugas yang berat,
perasaan dosa dan tidak dosa, yang pada 58% lelah dengan waktu belajar yang lama,
kenyataannya ilmu tersebut tidak terpakai saat 68% cepat bosan dengan pelajaran di sekolah,
seleksi memasuki perguruan tinggi dan 68% malas belajar, 74% resah tentang ujian,
mencari pekerjaan. Oleh karena itu akan 56% takut nilai pelajaran turun. Berikutnya
menimbulkan suatu kesenjangan antara ilmu hasil DCM pada bidang belajar yang disebar di
yang didapatkan dengan kenyataan dalam kelas XI IPA 4 memperoleh hasil sebanyak
kehidupannya, sehingga akan mudah 58% merasa pelajaran sekolah terlalu berat,
mengalami stres akademik. 72% resah tentang ujian, 58% cepat bosan
Siswa MAN 3 Yogyakarta berasal dari dengan pelajaran di sekolah, 60% lelah dengan
berbagai daerah baik dari Yogyakarta maupun waktu belajar yang lama, 52% sedih ketika
luar daerah Yogyakarta, sehingga setiap siswa mendapatkan tugas yang berat, 72% takut nilai
memiliki perbedaan seperti latar belakang turun, 65% malas belajar.
sosial, budaya dan ekonomi serta latar Berdasarkan wawancara dengan guru
belakang pendidikan orangtua. Selain itu bimbingan konseling kelas XI di MAN 3
berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan Yogyakarta, terdapat siswa yang mengalami
perempuan memiliki kemampuan yang berbeda stres akademik yang ditunjukkan dengan stres
dalam menghadapi tuntutan dan tekanan ketika akan menghadapi ujian, khawatir
akademik.Oleh karena itu setiap siswa prestasinya akan turun dan tidak sebagus ketika
memiliki kemampuan yang berbeda-beda berada di SMP, merasa lelah dengan waktu
dalam menghadapi stres akademik. belajar di sekolah, merasa terbebani dengan
Berdasarkan hasil observasi prasurvei jumlah mata pelajaran yang banyak, terdapat
di MAN 3 Yogyakarta, yang menggunakan orangtua yang menuntut anaknya harus
Daftar Cek Masalah (DCM) yang telah disebar berprestasi serta mereka merasa harus bersaing
Hubungan antara Efikasi...(Sri Dewi Utami)5
dengan siswa yang lainnya agar mampu sampai selesai. Maka dari itu efikasi diri
mempertahankan prestasinya. dianggap sebagai salah satu kemampuan untuk
Menurut penelitian Veronica (2013: 8) mengurangi stres (Durand & David, 2006:345).
bahwa faktor penyebab stres akademik pada Dengan demikian peneliti akan melakukan
siswa kelas VIII di SMPN 8 Yogyakarta faktor penelitian untuk mengetahui hubungan antara
terbesar sekitar 84% dipengaruhi oleh efikasi diri dengan stres akademik pada siswa
keyakinan diri. Namun pada penelitian ini kelas XI di MAN 3 Yogyakarta.
hanya akan membahas faktor penyebab stres METODE PENELITIAN
akademik khususnya pada aspek keyakinan Pendekatan Penelitian
diri. Keyakinan diri yang dimaksud yaitu Pendekatan yang digunakan dalam
keyakinan terhadap dirinya sendiri atas penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
kemampuan yang dimiliki untuk bisa jenis korelasional.
menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah Lokasi dan Waktu Penelitian
(Veronica Kurnia Nesti Noviari, 2013: 9). Lokasi penelitian ini adalah MAN 3
Keyakinan diri yang dimaksud dapat juga Yogyakarta di Jalan Magelang KM 4,
disebut dengan efikasi diri yang dibatasi Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Proses
sebagai keyakinan individu terhadap penelitian untuk pengumpulan data dilakukan
kemampuannya sendiri dalam menghadapi pada tanggal 19-20 Maret 2015.
masalah dan arah berpikir individu dalam Subjek Penelitian
memandang masalah, secara optimis atau Subjek penelitian adalah siswa kelas XI
pesimis, karena nantinya menentukan cara MAN 3 Yogyakarta yang terdiri dari 136
menghadapi hambatan akademik yang akan siswa.Teknik pengambilan sampel
dihadapi. Menurut Bandura (dalam Feist dan menggunakan teknik proportional random
Feist, 2010: 213) efikasi diri yang rendah sampling.
mengindikasikan mudah menyerah saat Teknik Pengumpulan Data
menghadapi kesulitan-kesulitan akademik dan Teknik pengumpulan data yang
mudah stres jika menemukan kesulitan- digunakan adalah kuesioner bentuk skala
kesulitan dalam hidupnya, sedangkan efikasi dengan menyediakan empat pilihan jawaban.
diri yang tinggi akan mampu percaya
mengerjakan tugas sesuai dengan tuntutan,
bekerja keras, bertahan mengerjakan tugas
6. Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
Berdasarkan data pada tabel 2 dan Stres 39 Skor Min 39,00 47,00
Akademik
gambar 1, maka dapat diartikan bahwa batasan Skor Max 156,00 143,00
skor kategorisasi efikasi diri tinggi berada pada
Mean 97,5 105,41
kisaran skor ≥135, batasan skor kategorisasi
berada pada kisaran 90 sampai 135, dan SD 19,50 14,89
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategorisasi dengan persentase 11% memiliki tingkat stres
Stres Akademik akademik kategori rendah. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa stres akademik
No Kriteria Frekuensi Persentase Kategori siswa kelas XI di MAN 3 Yogyakarta
1 < 78 15 orang 11 % Rendah termasuk ke dalam kategori sedang dengan
200
akademik dengan hasil korelasi (r) sebesar -
118
100 0,495 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
15 Jumlah
3 (p<0,05). Hal ini berarti semakin tinggi efikasi
0
Rendah Sedang Tinggi diri siswa maka semakin rendah stres
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi akademik, dan sebaliknya semakin rendah
Kategori Stres Akademik efikasi diri siswa maka semakin tinggi stres
akademik siswa. Hal tersebut sesuai dengan
Berdasarkan data pada tabel 4 dan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
gambar 2, maka dapat diartikan bahwa batasan
VeronicaKurnia Nesti Noviari (2013) tentang
skor kategorisasi stres akademik tinggi berada
faktor penyebab stres akademik pada siswa
pada kisaran skor ≥117, batasan skor
kelas VIII di SMPN 8 Yogyakarta
kategorisasi berada pada kisaran 78 sampai
menyebutkan bahwa hasil analisis data
117, dan kategorisasi rendah berada pada
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif
kisaran < 78. Berdasarkan pada tabel 13 dapat
diperoleh faktor stres akademik yang dominan
dilihat bahwa dari 136 siswa kelas XI di MAN
pada siswa yaitu sekitar 84% dipengaruhi oleh
3 Yogyakarta terdapat 3 siswa dengan
keyakinan diri. Keyakinan diri yang dimaksud
persentase 2,2% memiliki tingkat stres
yaitu keyakinan terhadap dirinya sendiri atas
akademik kategori tinggi, 118 siswa dengan
kemampuan yang dimiliki untuk bisa
persentase 86,80% memiliki tingkat stres
menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah.
akademik kategori sedang, dan 15 siswa
Hubungan antara Efikasi...(Sri Dewi Utami)9
Keyakinan diri tersebut dapat juga disebut siswa, namun di sisi lain tidak jarang tuntutan
dengan efikasi diri yang dibatasi sebagai tugas menimbulkan perasaan tertekan dan
keyakinan individu terhadap kemampuannya kecemasan. Menurut Desmita (2009: 292-296)
sendiri dalam menghadapi masalah dan arah adanya fenomena stres yang dirasakan oleh
berpikir individu dalam memandang masalah, siswa remaja akibat tuntutan tugas, akan
secara optimis atau pesimis, karena nantinya menimbulkan beberapa reaksi seperti perasaan
menentukan cara menghadapi hambatan cemas dan stres dikalangan remaja. Remaja
akademik yang akan dihadapi. Siswa yang umumnya lebih tertarik melakukan aktivitas
mengalami stres akademik akan memunculkan lain daripada mengerjakan PR. Selain itu,
emosi yang negatif seperti cemas, takut, sedih, remaja yang menghabiskan banyak waktunya
marah dan bingung dalam menghadapi tuntutan untuk mengerjakan PR, mengalami perasaan-
akademik diantaranya banyaknya pekerjaan perasaan negatif, seperti merasa sedih, marah,
rumah, batas penyelesaian tugas dan ujian, jam dan bosan. Namun efikasi diri memiliki peran
belajar yang lebih lama, dan tingginya standar yang penting dalam mengurangi stres , hal itu
batas ketuntasan minimal pada setiap mata juga diperkuat oleh Durand & David
pelajaran. Oleh karena itu efikasi diri sangat (2006:345) bahwa efikasi diri dianggap sebagai
berperan penting bagi siswa dalam mengurangi salah satu kemampuan yang dapat mengurangi
tingkat stres akademik. Hal itu diperkuat oleh stres. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
teori Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: ditarik kesimpulan bahwa efikasi diri memiliki
213) yang menyatakan efikasi diri yang rendah hubungan terhadap stres akademik, semakin
mengindikasikan mudah menyerah saat rendah efikasi diri maka semakin tinggi tingkat
menghadapi kesulitan-kesulitan akademik dan stres akademik, dan sebaliknya semakin tinggi
mudah stres jika menemukan kesulitan- efikasi diri maka semakin tinggi tingkat stres
kesulitan dalam hidupnya, sedangkan efikasi akademik.
diri yang tinggi akan menimbulkan percaya diri
Selain itu berdasarkan hasil penelitian
untuk mampu mengerjakan tugas sesuai
yang telah dilakukan di peroleh bahwa
dengan tuntutan, bekerja keras, bertahan
sebagian besar siswa kelas XI di MAN 3
mengerjakan tugas sampai selesai.
Yogyakarta memiliki tingkat efikasi diri dalam
Adanya tuntutan sekolah, di satu sisi kategori sedang dengan persentase 50,7%.
merupakan aktivitas sekolah yang sangat Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010:
bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan 212) Keyakinan individu mengenai
10. Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015
kemampuan yang dimilikinya memengaruhi kegagalan yang dialami. Rendahnya efikasi diri
bentuk tindakan yang akan dipilih untuk dapat ditingkatkan dengan berbagai faktor yang
dilakukan, seberapa banyak usaha yang akan memengaruhi efikasi diri berdasarkan teori
dilakukan, selama apa individu akan bertahan Bandura (dalam Alwisol, 2011 : 288-289) yang
dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, diantaranya pengalaman performansi (prestasi
serta ketangguhan individu untuk bangkit yang pernah dicapai pada masa lalu),
dalam kegagalan. Pernyataan tersebut sesuai pengalaman vikarius (model sosial), persuasi
dengan apa yang dialami oleh siswa kelas XI sosial, dan keadaan emosi.
MAN 3 Yogyakarta yang didukung dengan
Hasil penelitian pada variabel kedua
banyaknya siswa yang memilih pernyataan
yaitu stres akademik. Pada penelitian ini
nomer 21 yaitu “Saya yakin dengan
hasilnya menunjukkan bahwa stres akademik
kemampuan sendiri dapat mencapai tujuan’’.
berada pada ketegori sedang dengan persentase
Hal itu berarti siswa yang memiliki efikasi diri
86,80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
yang tinggi selain memiliki keyakinan diri
sebagian besar siswa kelas XI di MAN 3
terhadap kemampuannya, juga akan berusaha
Yogyakarta mengalami tingkat stres akademik
melakukan tindakan dalam menghadapi
dalam kategori sedang. Meskipun memiliki
hambatan dan tantangan dalam mencapai
hasil yang sedang, tetapi siswa memiliki
tujuan. Namun ada juga siswa kelas XI di
kecenderungan mengalami stres akademik
MAN 3 Yogyakarta yang memiliki tingkat
seperti menunjukkan gejala merasa sedih,
efikasi diri dalam kategori rendah dengan
marah dan bosan bila dihadapkan dengan
persentase 2,2%. Hal itu berarti siswa yang
banyaknya tugas pelajaran dan lamanya waktu
memiliki efikasi diri rendah cenderung tidak
belajar, mudah lelah dan mengantuk ketika
yakin pada kemampuannya sendiri, sedikit
belajar, melakukan aktivitas lain seperti
melakukan usaha atau tindakan dalam
bermain game daripada belajar, serta
mencapai tujuan dan mudah menyerah. Hal itu
melakukan tindakan pelanggaran sekolah
diperkuat oleh Bandura (dalam Feist dan Feist,
sebagai wujud dari reaksi tuntutan akademik.
2010: 213) bahwa orang yang memiliki efikasi
Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang
diri rendah akan merasa ragu-ragu terhadap
dialami oleh siswa kelas XI MAN 3
kemampuannya, apatis, pasrah, merasa tidak
Yogyakarta yang didukung dengan banyaknya
mampu, dan cenderung mengurangi usaha
siswa yang memilih pernyataan nomer 7 yaitu
karena lambat memperbaiki keadaan dari
“merasa sedih ketika mendapatkan beban tugas
Hubungan antara Efikasi...(Sri Dewi Utami)11
pelajaran yang banyak” . Selain itu pada hasil 1. Tingkat efikasi diri pada siswa kelas XI
penelitian ini terdapat juga siswa kelas XI MAN 3 Yogyakarta berada dalam kategori
MAN 3 Yogyakarta yang memiliki stres sedang.
akademik dalam kategori tinggi dengan 2. Tingkat stres akademik pada siswa kelas XI
persentase 2,2%. MAN 3 Yogyakarta berada dalam kategori
sedang.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan
3. Ada hubungan negatif dan signifikan antara
pula sumbangan efikasi diri terhadap stres
efikasi diri dengan stres akademik pada
akademik yaitu sebesar 24,5%, artinya masih
siswa kelas XI MAN 3 Yogyakarta dengan
ada sekitar 75,5% faktor lain yang ikut
koefisien korelasi (r) sebesar -0,495; yang
memengaruhi stres akademik seperti
berarti semakin rendah efikasi diri maka
kepribadian, pikiran, peristiwa hidup yang
semakin tinggi stres akademik, dan
berkesan, lingkungan, hubungan dengan
sebaliknya semakin tinggi efikasi diri maka
lingkungan sosial dan sebagainya yang belum
semakin rendah stres akademiknya.
diiukutsertakan dalam penelitian ini. Adanya
Berdasarkan data yang telah diperoleh
kontribusi efikasi diri terhadap stres akademik,
terdapat temuan tambahan yaitu sumbangan
maka stres akademik dapat dikurangi dengan
efektif variabel efikasi diri terhadap stres
memberikan pelatihan peningkatan efikasi diri
akademik sebesar 24,5%.
yang dilakukan oleh guru bimbingan &
Saran
konseling melalui bimbingan kelompok dengan
Berdasarkan hasil penelitian,
tema meningkatkan keyakinan terhadap
pembahasan dan kesimpulan yang telah
kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi
dijelaskan, maka peneliti memberikan beberapa
tuntutan akademik dan tugas-tugas akademik.
saran antara lain yaitu:
SIMPULAN DAN SARAN 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling
Simpulan
dapat memberikan upaya preventif dengan
Berdasarkan penelitian yang telah memberikan pelatihan peningkatan efikasi
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan diri untuk mengurangi terjadinya stres
bahwa: akademik yang dialami siswa yaitu melalui
teknik bimbingan kelompok dengan tema
meningkatkan keyakinan terhadap
12. Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-4 2015