Disusun Oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Antibiotik Tetrasiklin dan Makrolida dengan baik
meskipun banya kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa depan yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
PENDAHULUAN
I.III TUJUAN
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu
membunuh bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik
adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat
pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Namun seiring berjalannya waktu,
satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik. Tahun 1950-an, telah muncul
jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin. Untungnya, para
ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia masih
boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik
baru.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research
New York. Dubos menemukan antibiotik komplektyrothricin yang diproduksi oleh
bakteri tanah Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff
menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944
Selman Waksman menemukan streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik
yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes. Streptomisin
merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang penelitian
lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme
penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang
utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan
pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan
telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan
basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Strepto-myces
venezuelae dan polimiksin oleh B. Polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh
S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949,
oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.
Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan
streptomyces. Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat
ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi. Pada
tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti
mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik
untuk penggunaan non-medis. Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap
antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik
baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang
sudah ada.
II.II Pengertian
Tepat indikasi
Tepat penderita
Tepat pemilihan jenis antibiotika
Tepat dosis
Efek samping minima
Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita
memilih dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping
1. Sifat aktifitasnya
- Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat
metabolisme kuman
- Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita
kurang baik maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung
antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama
antibiotika yang bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik .
Hal ini disebabkan karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya
khasiatnya baik bila kuman tersebut membelah dengan cepat, sedangkan
antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan menyebabkan pembelahan kuman
yang menurun sehingga akan menghambat khasiat antibiotika yang bersifat
bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika
- Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman
tertentu
- Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram
negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang
menyebabkan infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis
kuman tidak dapat dipastikan maka dipakai antibiotika spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika
- Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman
Contoh : Sulfonamid, Trimetophrim
- Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman
Contoh : Penicillin, Sefalosporin
- Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman
Contoh : Polimiksin
- Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman
Contoh : Aminoglikosid, Makrolid, Tetrasiklin, Kloramfenikol
- Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman
Contoh : Rifampisin, Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman
setempat, misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap
siprofloksasin tetapi di Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena
di sana Siprofloksasin banyak di pakai untuk terapi STD.
5. Efek Samping
- reaksi alergi
- reaksi idiosikratik
- dan reaksi toksik.
III. TETRASIKLIN
Efek antimikroba
Pada umumnya spectrum golongan tetrasiklin sama ( sebab mekanisme kerjanya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing
derivate terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini.Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama
bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram
positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap
spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh
sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilin
G,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan
sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan
Str.pyogenes . Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap tetrasiklin. Tetra
siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi
batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium
tetani dan Listeria monocytogens .Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive
terhadap tetrasiklin, tetapi N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N.
Gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap
tetrasiklin.
Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti
Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas
pseudomallei, Vibrio cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan
Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida,
Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan
Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli,
Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya
resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis,
Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap
Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces
israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba
histolytica.
RESISTENSI
Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli,
Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,Bacteroides, Shigella
dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi
terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua
tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin
pada resistensi B.fragilis
1. Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di
lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat
penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat
tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan
suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin
diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
2. Distribusi dan Metabolisme
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSF) kadar golongan
tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSF ini tidak
tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan
tubuh cukup baik.
Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di
sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus
sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke
jaringan lebih baik.Distribusi tetrasiklin berlangsung ke seluruh tubuh kecuali
jaringan lemak. Afinitas yang besar terjadi pada jaringan dengan kecepatan
metabolisme dan pertumbuhan yang cepat seperti hati, tulang, gigi, dan jaringan
neoplasma.
Dalam jaringan tulang dan gigi, tetrasiklin akan disimpan dalam bentuk
kompleks kalsium. Tetrasiklin akan membentuk ikatan dengan protein plasma.
Walaupun demikian, lama kerja suatu kelompok senyawa tetrasiklin ini tidak
ditentukan oleh ikatan proteinnya, melainkan ditentukan oleh sifat-sifat kimia
masing-masing senyawa. Tetrasiklin dapat berikatan dengan protein sebesar 65%.
Distribusi dalam plasenta dapat terjadi dengan mudah karena senyawa tetrasiklin
dapat melewati plasenta. Kadar tetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air
susu.Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan
oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5 mcg/ml. Masa paruh
doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan
pada gagal ginjal.
3. Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin
diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam
empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat
ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila
terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.
Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan
tetrasiklin :
1. Infeksi Klamidia
- Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada
infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis
diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai
mengecil.
- Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala
klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1
gram per hari selama 21 hari.
- Trakoma
- Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan
doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan
yang baik.
2. Infeksi Basil
- Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk
penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan
bersama streptomisin 1gram sehari IM.
- Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi
terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
- Kolera
- Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk
penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
-
3. Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
- Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan
oleh kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit
saluran pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan
dari kuman dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni
dan sel-sel hewan yang terkena), dan panleukopenia (penyakit yang
menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi
kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif
terhadap spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa
tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh
sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu
penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk
pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh
Str.Pneumoniae dan Str.pyogenes . Banyak strain S.Aureus yang resisten
terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin
dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti B.anthracis,
Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens .
- Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit
pada hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang
mempunyai spectrum luas. Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa
digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia,
mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis,
penyakit jembrana dan antraks.
Untuk babi Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang
usus, paru, dan lain-lain. Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan
tercampur dalam pakan.
Untuk unggas Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas
seperti CRD, sinusitis, infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan
ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.
4. Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit,
biasanya sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan
untuk mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan
untuk mengatasi pink eye
Berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :
1. Conmycin
Komposisi : Tetracycline HCL
Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin
Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis 30-
40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak
<12 tahun.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia,
enterokolitis, lesi inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa,
fotosensitif.
2. Corsamycin
Komposisi : Oxytetracycline HCl
Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,
bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma
pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina
vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada
trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan
(endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis
yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid,
bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan
limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan
infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia
karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius
250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis,bruselosis total dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.
Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi
dan hipoplasia pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis
tinggi: uremia.
Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif
serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.
REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada
pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan
doksisiklin.Makin besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau
memberikan golongan tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan
dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium.
Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat bahaya.
Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada
pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikan IM
tanpa anastetik local.
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk
kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan anak
bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai anak umur tiga
tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya
penggunaan tetrasiklin.
Untuk pemberian oral,, tetrasiklin tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet. Untuk
pemberiaan parenteral tersedia bentuk larutan obat suntik (oksitetrasiklin) atau bubuk
yang harus dilarutkan lebih dulu ( tetrasiklin Hcl, tigeskilin, doksisiklin, minosiklin).
Posologi golongan tetrasiklin dapat dilihat pada tabel
Gambar sediaan dan posologi golongan tetrasiklin
IV MAKROLIDA
1. Sifat Kimia
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain strep-tomyces erythereus.
Struktur kimia eritromisin dapat dilihat pada gambar 46.1. zat ini
berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml.
Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik.
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada
suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro
paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang
disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa
hari, tetapi bila disimpan pada 5 ºC biasanya tahan sampai beberapa
minggu.
2. Mekanisme Kerja
Eritromisin dapat mengganggu ikatan kloramfenikol dengan bakteri
karena tempat kerjanya sama. Ikatan eritromisin dengan ribosom bakteri
reversible , dan hanya terjadi jika sub unit 50 S bebas dari molekul t-RNA
yang mengandung peptide asal.Eritromisin menghambat sintesis protein
kuman.
Aktivitas antimikroba
Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S, dan umumnya
bersifat bekterostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisidal
untuk kuman yang sangat peka.
Spektrum Antimikroba
In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus Gram-positif, seperti
S.pyogenes dan S.pneumoniae. S.viridans mempunyai kepekaan yang
bervariasi terhadap eritromisin. S.aureus yang resisten terhadap eritromisin
sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial). Batang gram positif
yang peka terhadap eritromisin ialah C. Perfringens, C.diphteriae dan
L.monocytogenes
Eritromisin tidak aktiv terhadap kebanyakan kuman gram negatif,
namun ada beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu
N.gonorrhoeae, campylobacter jejuni, M. Pneumoniae,
legionellapneumophila, dan C. Trachomatis, H. Influenzae mempunyai
kepekaan yang bervariasi terhadap obat ini.
RESISTENSI
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai
oleh plasmid yaitu:
1. Menurunnya permeabilitas sel kuman
2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman
3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh Enterobacteriace
Obat ini diekskresi terutama melalui hati. Dialisis peritoneal dan hemodialisis
tidak dapat mengeluarkan eritromisin dari tubuh. Pada wanita hamil pemberian
eritromisin stearat dapat meningkatkan sementara kadar SGOT/SGPT
Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang
terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia eksantem yang
cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatilk adalah reaksi kepekaan yang
terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat ( sekarang tidak dipasarkan lagi di
indonesia). Kelainan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi
dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat
tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral ( terutama dalam dosis besar) sering
menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigasterium. Suntikan
IM dapat menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 gram dengan infus IV
sering disusul oleh timbulnya trombofeblitis.
1. Eritromisin.
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai
bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein
bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah
terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar.
Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet
salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat)
.Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan
pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan : Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering
200 mg / 5 ml
- ERITROMISIN
Indikasi:
sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire , sifilis, uretritis non
gonokokus, prostatitis kronik, aknevulgaris, dan profilaksis difetri dan
pertusis.
Peringatan:
gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah
dilaporkan takikardiventrikuler); porfiria; kehamilan (tidak diketahui efek
buruknya) dan menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi:
lampiran 1 (eritromisin dan makrolida lain).Aritmia: hindari penggunaan
bersama astemizol atau terfenadin, hindari juga kombinasi dengan cisaprid.
Kontraindikasi:
penyakit hati (garam estolat)
Efek Samping:
mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian
dosis besar; ikteruskolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Dosis:
oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1
g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan
sampai 4 g/hari. ANAK sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250
mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.Akne: 250 mg dua
kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.Sifilis stadium awal,
500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi berat pada
dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi
tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
2. Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih
lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut,
tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
Sediaan : Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.
- Spiramisin
Indikasi:
Spiramisin digunakan untuk infeksi saluran nafas, seperti tonsilitas,
faringitis, bronkitis, pneumonia, sinusitis,otitis media dan
toksoplasmosis
- Kontra indikasi:
Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap spiramisin atau antibiotik
makrolida lainnya.
- Dosis:
dewasa : 500 mg, 3 x sehari selama 5 hari. Pada infeksi berat, dosis
dapat ditingkatkan sampai maksimal 3000 mg/hari
Anak-anak : 50-100 mg/ kg berat badan terbagi dalam 2-3 dosis
- Peringatan dan perhatian
Spiramisin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan hati karena dapat menyebabkan hepayoyoksik,simpramisin
tidak dianjurkan untuk ibu menyusui dan pada trimester pertama
kehamilan, hati- hati pada penderita gangguan fungsi ginjal
- Interaksi obat :
Efek hepatotoksis dipertinggi oleh tetrasiklin. Simpramisin betrsifat
antagonis dengan penisilin, streptomisin, kanamisin, neomisin dan
polimiksin.
- Efek samping:
Efek samping yang serius dari spiramisin sangat jarang mual, muntah,
diare, nyeri epigastrik, ruam kulit dan urtikaria adalah efek samping
yang biasanya muncul pada pemberian oral.
3. Roksitromisin
- ROKSITROMISIN
Indikasi:
infeksi THT, bronkopulmonal, genital (kecuali infeksi gonokokal), dan kulit
yang disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap roksitromisin.
Peringatan:
insufisiensi hati, miasteniagravis, pasien dengan kelainan perpanjangan
interval QT bawaan, pasien yang mengonsumsi antiaritmia kelas IA dan III,
kehamilan, menyusui.
Interaksi:
derivat ergot, terfenadin, digoksin, antiaritmia Kelas IA dan III, midazolam.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, terapi kombinasi dengan ergotamin dan preparat sejenis
lainnya.
Efek Samping:
mual, muntah, nyeri epigastrik (dispepsia), diare (terkadang berdarah), gejala
pankreatitis, reaksi hipersensitivitas seperti eritema multiform, urtikaria,
ruam kulit, pruritus, purpura, angioedema, jarang terjadi reaksi sistemik
seperti bronkospasme, reaksi seperti anafilaksis, pusing, sakit kepala,
paraestesia, gangguan pengecapan (termasuk ageusia), gangguan penciuman
(termasuk anosmia), telah dilaporkan: udema seluruh tubuh, asma,
udemaglottic, exoliative dermatitis, sindrom Steven-Johnson, peningkatan
sementara kadar enzim transaminase dan/atau fosfatase alkali, terutama
kolestatis atau hepatitis akut hepatoselular (terkadang bersamaan dengan
jaundice ), eosinofilia, superinfeksi, halusinani.
Dosis:
dewasa: 300 mg 1 kali sehari atau 2 x 150 mg 1 kali sehari atau 150 mg 2 kali
sehari, pada pagi dan malam hari, anak: 24-40 kg, 100 mg 2 kali sehari pada
pagi dan malam hari, dosis yang digunakan 5-8 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis
terpisah selama tidak lebih dari 10 hari, sebaiknya diberikan sebelum makan.
4. Azitromisin
Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang
disebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat
hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan
tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi
yang disebabkan oleh virus. Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah
tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya digunakan dengan atau
tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar membantu anda
ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap
harinya. Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih
atau kurang dari dosis yang ditentukan oleh dokter. Kocok sirup
dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik.
Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis
yang anda gunakan. Setelah itu bersihkan syringe dengan air. Untuk
tablet harus diminum dengan segelas air penuh.Habiskan obat yang
diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal ini
untuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak
diselesaikan.
- AZITROMISIN
- Indikasi:
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka, infeksi saluran
nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis,
pneumonia), infeksi kulit & jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (
SexuallyTransmittedDisease ), urethritis,
cervicitis yang berkaitan dengan Chlamydiatrachomatis ,
Ureaplasmaurealyticum dan Neisseriagonorrhoea.
Peringatan:
lihat di eritromisin; kehamilan atau menyusui.
Interaksi:
lihat lampiran 1 (Makrolida).
Kontraindikasi:
gangguan fungsi hati.
Efek Samping:
lihat eritromisin; juga anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi, pankreatitis,
hepatitis, syncope, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi, ansietas,
hiperaktivitas, asthenia, paraesthesia, konvulsi, neutropenia ringan,
trombositopenia, interstisial nephritis, gagal ginjal akut, arthralgia,
fotosensitivitas,jarang: gangguan pengecap, lidah berwarna pucat, dan gagal
hati.
Dosis:
500 mg sekali sehari selama 3 hari. ANAK di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb
sekali sehari selama 3 hari; berat badan 15-25kg, 200mg sekali sehari selama
3 hari; berat badan 26-35 kg, 300 mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan
36-45 kg, 400 mg sekali sehari selam 3 hari.Infeksi klamidia genital tanpa
komplikasi dan urethritisnon-gonococcal , 1 g sebagai dosis tunggal.
BAB V
PENUTUP
V.I KESIMPULAN
V.II Saran