Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3

“ ANTIBIOTIK TETRASIKLIN DAN MAKROLIDA “

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Muaadzatul Izzah Sudarman ( G 701 15 024 )


Richa Hellen Marande ( G 701 15 009 )
Tatat Rahmita Utami ( G 701 15 126 )
Jesicha Natania Talipuddin ( G 701 15 086 )
Syarifah Aini ( G 701 15 044 )
Sinta ( G 701 15 104 )
Moh.Riski Aditya ( G 701 15 156 )
Sri devi ( G 701 15 221 )
Riri Anriyani ( G 701 15 259 )
Riski maulina T ( G 701 14 234 )

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Antibiotik Tetrasiklin dan Makrolida dengan baik
meskipun banya kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa depan yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan
utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya
penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi
baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Contohnya saja saat ini
banyak macam antibiotik tersedia di pasaran , begitu banyak macamnya
sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin
menggunakannya. Apalagi dengan adanya ” tekanan promosi ” yang
sangat gencar, tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang
menjurus ke arah ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada
sebagian kecil kasus penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis
pemakaian antibiotik yang rasional kita harus tetap berfikir secara
mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit infeksi dengan
berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira kuman apa
yang menyebabkannya gram positif atau gram negatif, ataukah
anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman tersebut diperkirakan
masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal
mujarab dari antibiotika yang sudah lama digunakan merupakan anggapan
yang salah . Justru banyak antibiotika yang baru menpunyai spesifikasi
tertentu sehingga bila tidak dipergunakan sesuai dengan spesifikasinya
maka khasiatnya tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu pada makalah
ini kita akan membahas tentang bagaimana cara penggunaan antibiotik
yang dan baik dan untuk setiap penyakit pasti berbeda antibiotik yang
diberikan sesuai dengan fungsi masing-masing.
I.II RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah Antibiotik
2. Pengertian Antibiotik
3. Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional
4. Pembuatan antibiotika
5. Antibiotik tetrasiklin
6. Antiiotik makrolida

I.III TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana awal mula penemuan antibiotik


2. Untuk mengetahui apa sebenarnya itu antibiotik dan bagaimana fungsinya
untuk tubuh kita
3. Untuk memperjelas bahwa antibiotik itu terbagi dalam beberapa golongan
dan masing-masing golongan itu memiliki indikasinya masing-masing
4. Untuk mengetahui bagaimana tahapan atau proses dalam pembuatan
antibiotik
5. Untuk mengetahui apa saja obat yang termasuk dalam golongan tetrasiklin
dan bagaimana indikasinya
6. Untuk mengetahui apa saja obat yang termasuk dalam golongan makrolida
dan bagaimana indikasinya
BAB II
PEMBAHASAN
II.I SEJARAH ANTIBIOTIK

Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander


Fleming, seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai
diresepkan untuk mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik
ditemukan, banyak infeksi yang tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian.
Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan penderita infeksi di seluruh dunia, bisa
diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 –
1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun.

Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu
membunuh bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik
adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat
pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Namun seiring berjalannya waktu,
satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik. Tahun 1950-an, telah muncul
jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin. Untungnya, para
ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia masih
boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik
baru.

Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum


mengkhawatirkan, karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya.
Namun sejak akhir 1960-an, tidak ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan.
Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil mengembangkan antibiotik baru. Itu pun
harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteri-bakteri super yang kebal
antibiotik.

Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan


membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman
untuk hidup.Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun
seperti strychnine , antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit
tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus,
jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya
dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri gram
negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga
bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik
intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik
kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.3 Istilah
antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman
Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme,
dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan
membinasakan mikroba lain.

Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan


jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan
diketahui dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil
terutamabio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin
kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan kawan-kawan melakukan
percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan penisilin Fleming untuk
terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian penisilin,
mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada
temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000
kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang
mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan
besar dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan
tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.

Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research
New York. Dubos menemukan antibiotik komplektyrothricin yang diproduksi oleh
bakteri tanah Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff
menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944
Selman Waksman menemukan streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik
yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes. Streptomisin
merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan ini merangsang penelitian
lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme
penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang
utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan
pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan
telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan
basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Strepto-myces
venezuelae dan polimiksin oleh B. Polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh
S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949,
oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces.
Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan
streptomyces. Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat
ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi. Pada
tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan
dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti
mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik
untuk penggunaan non-medis. Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap
antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik
baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang
sudah ada.

II.II Pengertian

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan
dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika
juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja
seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja
targetnya adalah bakteri.

II.III Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional

 Tepat indikasi
 Tepat penderita
 Tepat pemilihan jenis antibiotika
 Tepat dosis
 Efek samping minima
 Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
 Ekonomik
Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita
memilih dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping

Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.

1. Sifat aktifitasnya
- Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat
metabolisme kuman
- Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel

Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita
kurang baik maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung
antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama
antibiotika yang bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik .
Hal ini disebabkan karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya
khasiatnya baik bila kuman tersebut membelah dengan cepat, sedangkan
antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan menyebabkan pembelahan kuman
yang menurun sehingga akan menghambat khasiat antibiotika yang bersifat
bakteriosidik.

2. Spektrum antibiotika
- Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman
tertentu
- Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram
negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang
menyebabkan infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis
kuman tidak dapat dipastikan maka dipakai antibiotika spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika
- Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman
Contoh : Sulfonamid, Trimetophrim
- Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman
Contoh : Penicillin, Sefalosporin
- Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman
Contoh : Polimiksin
- Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman
Contoh : Aminoglikosid, Makrolid, Tetrasiklin, Kloramfenikol
- Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman
Contoh : Rifampisin, Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman
setempat, misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap
siprofloksasin tetapi di Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena
di sana Siprofloksasin banyak di pakai untuk terapi STD.

5. Efek Samping

Ada 3 macam efek samping yaitu:

- reaksi alergi
- reaksi idiosikratik
- dan reaksi toksik.

Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang


terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)
Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

II.IV PEMBUATAN ANTIBIOTIKA

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro


organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan
jalan pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik
golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens . Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces
rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga
dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain. P protection for its fermentation and
production was also first issued in 1950.Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert
Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga
tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali
diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration with
Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .Alasan
mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 (“tetra-“) hidrokarbon cincin (“-cycl-“)
derivasi (“-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.

III. TETRASIKLIN

III.I ASAL DAN KIMIA

1. Struktur Molekul Tetrasiklin


Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka
dasar karbon dari naftasen C- yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu
disebut juga kerangka hidronaftasen.Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang
diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau
denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi
bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering,
bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan,
kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Gamabar struktur kimia golongan tetrasiklin

Gambar struktur kimia golongan tetrasiklin

2. Biosintesis dan reaksi-reaksi pokok Tetrasiklin


Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida.
Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit
malonil-koenzim A, seperti ditunjukkan oleh gambar. Malonamoil-koenzim A
bertindak sebagai inisiator untuk polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim
A menghasilkan suatu poliketida-amida yang linier. Poliketida-amida ini
selanjutnya direka menghasilkan tetrasiklin, melalui serentetan reaksi sederhana
dan berlangsung secara bertahap. Melalui rangkaian reaksi ini, dihasilkan
senyawa-senyawa antara yang utama, seperti pret etramid dan 6-metilpretetramid,
yang mengandung semua atom karbon yang diperlukan pada hasil-hasil akhir.
Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-
deametiltetrasiklin, diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-
klorotetrasiklin, dan deret 5-hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.
Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-
KoA dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi
dengan 2-oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat
merupakan hasil dari transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagin
transaminase. Malonamoil-KoA kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-
hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6-metilpretetramida. Senyawa inilah yang
akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-okso-anhidrotetrasiklin, yang
merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan tetrasiklin.

III.II SIFAT FUNGSI DAN MEKANISME KERJA TETRASIKLIN

1. Sifat kimiawi tetrasiklin


Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa
dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin
adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga dapat membentuk garam
baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh adanya
radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan
sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Tetrasiklin apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka
akan membentuk kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum
bersama dengan susu dan obat-obat antasida. Obat ini dalam bentuk kering
bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada dalam larutan air.
Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan
tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut
propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C.
Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun
2. Mekanisme kerja
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein.
Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-
RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya
amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion
Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada
umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang menerimanya.

III.III FARMAKODINAMIK TETRASIKLIN

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada


ribosomnya.Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom
bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik,ke dua
ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic berikatan dengan ribosom 30S
dan menghalangi masuknya komplek tRNA – asam amino pada lokasi asam amino.

 Efek antimikroba
Pada umumnya spectrum golongan tetrasiklin sama ( sebab mekanisme kerjanya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing
derivate terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini.Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama
bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.
 SPEKTRUM ANTIMIKROBA
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram
positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap
spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh
sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilin
G,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan
sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan
Str.pyogenes . Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap tetrasiklin. Tetra
siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi
batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium
tetani dan Listeria monocytogens .Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive
terhadap tetrasiklin, tetapi N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N.
Gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap
tetrasiklin.
Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti
Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas
pseudomallei, Vibrio cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan
Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida,
Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan
Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli,
Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya
resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis,
Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap
Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces
israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba
histolytica.
 RESISTENSI
Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli,
Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,Bacteroides, Shigella
dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi
terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua
tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin
pada resistensi B.fragilis

III.IV FARMAKOKINETIKA TETRASIKLIN

1. Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di
lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat
penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat
tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan
suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin
diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
2. Distribusi dan Metabolisme
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSF) kadar golongan
tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSF ini tidak
tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan
tubuh cukup baik.
Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di
sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus
sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke
jaringan lebih baik.Distribusi tetrasiklin berlangsung ke seluruh tubuh kecuali
jaringan lemak. Afinitas yang besar terjadi pada jaringan dengan kecepatan
metabolisme dan pertumbuhan yang cepat seperti hati, tulang, gigi, dan jaringan
neoplasma.
Dalam jaringan tulang dan gigi, tetrasiklin akan disimpan dalam bentuk
kompleks kalsium. Tetrasiklin akan membentuk ikatan dengan protein plasma.
Walaupun demikian, lama kerja suatu kelompok senyawa tetrasiklin ini tidak
ditentukan oleh ikatan proteinnya, melainkan ditentukan oleh sifat-sifat kimia
masing-masing senyawa. Tetrasiklin dapat berikatan dengan protein sebesar 65%.
Distribusi dalam plasenta dapat terjadi dengan mudah karena senyawa tetrasiklin
dapat melewati plasenta. Kadar tetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air
susu.Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan
oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5 mcg/ml. Masa paruh
doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan
pada gagal ginjal.
3. Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin
diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam
empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat
ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila
terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.

Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat


farmakokinetiknya :

- Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin ini


tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.

- Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16


jam sehingga cukup diberikan 150 mg peroral tiap 6 jam,
- Doksisklin dan minosiklin.Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20
jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100mg sehari.

III.IV PENGGUNAAN KLINIK

 Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan
tetrasiklin :
1. Infeksi Klamidia
- Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada
infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis
diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai
mengecil.
- Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala
klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1
gram per hari selama 21 hari.
- Trakoma
- Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan
doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan
yang baik.
2. Infeksi Basil
- Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk
penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan
bersama streptomisin 1gram sehari IM.
- Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi
terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
- Kolera
- Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk
penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
-
3. Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
- Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan
oleh kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit
saluran pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan
dari kuman dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni
dan sel-sel hewan yang terkena), dan panleukopenia (penyakit yang
menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi
kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif
terhadap spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa
tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh
sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu
penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk
pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh
Str.Pneumoniae dan Str.pyogenes . Banyak strain S.Aureus yang resisten
terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin
dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti B.anthracis,
Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens .
- Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit
pada hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang
mempunyai spectrum luas. Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa
digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia,
mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis,
penyakit jembrana dan antraks.
Untuk babi Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang
usus, paru, dan lain-lain. Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan
tercampur dalam pakan.
Untuk unggas Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas
seperti CRD, sinusitis, infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan
ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.
4. Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit,
biasanya sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan
untuk mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan
untuk mengatasi pink eye
 Berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :
1. Conmycin
Komposisi : Tetracycline HCL
Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin
Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis 30-
40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak
<12 tahun.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia,
enterokolitis, lesi inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa,
fotosensitif.
2. Corsamycin
Komposisi : Oxytetracycline HCl
Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,
bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma
pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina
vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada
trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan
(endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis
yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid,
bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan
limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan
infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia
karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius
250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis,bruselosis total dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.
Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi
dan hipoplasia pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis
tinggi: uremia.

III.V EFEK SAMPING TETRASIKLIN

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif
serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.

REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian


golongan tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis
ekfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi
anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi
berlangsung.Sensitisasi silang antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.

REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada
pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan
doksisiklin.Makin besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau
memberikan golongan tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan
dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium.
Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat bahaya.
Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada
pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikan IM
tanpa anastetik local.

REAKSI BIOLOGIK .Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan


kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada
granulosit dan trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan
tetrasiklin,tetapi paling sering timbul pada pemberian demetilklortetrasiklin.
Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan
eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya,
juga dapat terjadi.

Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi


(lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral.
Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah
dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil dengan pielonafritis
paling sering menderita kerusakan hepar akibat pemberian golongan tetrasiklin.
Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami kumulasi dalam tubuh,
karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling sering
timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan.
Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasidarah dan memperkuat efek
antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan
kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat
fisikokimia lipoprotein plasma.

Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk
kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan anak
bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai anak umur tiga
tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya
penggunaan tetrasiklin.

Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan


disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya
karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua.Karena
itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan sampai anak
umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.

III.VI HUBUNGAN TETRASIKLIN DENGAN GIGI

1. Efek samping tetrasiklin terhadap gigi


Secara umum pemberian tetrasiklin dapat menimbulkan efek samping, seperti
mual, muntah, diare, sakit kepala ringan, glositis, alergi, kadang-kadang juga
dapat memberi dampak yang lebih parah, seperti eritema dan edema. Selama
tetrasiklin digunakan untuk penyembuhan, ditakutkan terjadi superinfeksi
seperti kandidiasis, ini dikarenakan oleh sifat tetrasiklin sebagai antibiotik
spektrum luas yang tidak hanya bakteri patogen saja, tetapi juga membunuh
flora normal pada gastrointestinal sehingga menimbulkan iritasi.
Pada rongga mulut, selain kandidiasis, efek samping yang paling sering
adalah perubahan warna pada gigi anak-anak terutama jika diberikan dalam
jangka waktu yang panjang sehingga warna gigi menjadi coklat kehitam-
hitaman. Penggunaan antibiotik sebagai spektrum luas dapat membunuh
segala jenis bakteri dalam rongga mulut. Ini memberikan kesempatan bagi
kandida atau jamur untuk berkembangbiak, karena banyaknya substrat yang
dapat mempercepat proses pertumbuhannya sehingga mengakibatkan
terjadinya kandidiasis oral.
Resiko yang paling tinggi terjadi jika tetrasiklin diberikan pada usia
pembentukan gigi sulung dan gigi anterior permanen. Jika diberikan usia 2
bulan-5 tahun, maka seluruh gigi sulung dan kemungkinan gigi anterior
permanen akan mengalami perubahan warna yang akan menimbulkan
permasalahan estetis di kemudian hari. Perubahan warna gigi pada usia dini
umumnya bersifat permanen karena tetrasiklin masuk dan berikatan dengan
unsur-unsur gigi pada saat terjadinya pembentukan dentin.
Pengobatan ibu hamil dengan tetrasiklin juga menyebabkan perubahan
warna gigi sulung pada bayi yang dilahirkan. Ini dikarenakan tetrasiklin
dapat menembus plasenta sehingga si bayi yang berada dalam kandungan
dapat terpapar tetrasiklin. Bahaya perubahan warna gigi terjadi akibak
pemakaian tetrasiklin pada kehamilan trimester kedua hingga trimester
ketiga.
2. Mekanisme perubahan warna pada gigi akibat tetrasiklin
Penggunaan secara sistemik dari tetrasiklin selama pembentukan dan
perkembangan gigi dikaitkan dengan deposisi tetrasiklin pada jaringan gigi.
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan
membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur
pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara irreversible,
kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun
enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan
dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan
terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada
gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan
sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika
melalui plasenta.
Jordan dkk membagi keparahan perubahan warna ke dalam 3 bagian
yaitu : ringan, sedang, berat. Perubahan warna ringan digambarkan berwarna
kuning terang yang merata hampir di seluruh permukaan gigi. Perubahan
warna sedang digambarkan berwarna kuning gelap atau hampir keabu-abuan.
Sedangkan perubahan warna berat digambarkan dengan keadaan gigi yang
berwarna abu-abu gelap, ungu atau biru dengan adanya bentuk cincin pada
bagian servikal gigi.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna
pada gigi. Faktor-faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa
tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa
pembentukan gigi.
Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat
tetrasiklin adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi
sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi
yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh
tetrasiklin secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi
apatit dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan
menetap pada dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna
pada gigi.
3. Mekanisme mudah rapuh dan mudah berlubangnya gigi akibat tetrasi
Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak
terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi
menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi
mudah berlubang

III.VII SEDIAAN DAN POSOLOGI

Untuk pemberian oral,, tetrasiklin tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet. Untuk
pemberiaan parenteral tersedia bentuk larutan obat suntik (oksitetrasiklin) atau bubuk
yang harus dilarutkan lebih dulu ( tetrasiklin Hcl, tigeskilin, doksisiklin, minosiklin).
Posologi golongan tetrasiklin dapat dilihat pada tabel
Gambar sediaan dan posologi golongan tetrasiklin

IV MAKROLIDA

Antibiotik golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu


terdapatnya cincin lakton yang besar dan rumus molekulnya. Eritromisin
yang dianggap paling penting dari golongan inni akan dibicarakan sebagai
contoh utama dalam kelompok ini.

IV.I ASAL DAN KIMIA

1. Sifat Kimia
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain strep-tomyces erythereus.
Struktur kimia eritromisin dapat dilihat pada gambar 46.1. zat ini
berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml.
Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik.
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada
suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro
paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang
disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa
hari, tetapi bila disimpan pada 5 ºC biasanya tahan sampai beberapa
minggu.

GAMBAR 46-1 ERITROMISIN

Eritromisin turunan bakteri seperti jamur,streptomices erythaeus


pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Eritromisin
menghambat system protein.dalam dosis rendah sampai dengan
eritromisin gluseptat,ang.Obat ini mempunyai efek bakteriostatik dan
dengan dosis tinggi efeknya bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya
bakterisidal.Eritromisin dapat diberikan melalui oral atau intra vena,karena
asam lambung merusak obat,berbagai garam eritromisin (contoh
etilsuksinat,sterat dan estolat)dipakai untuk mengulangi disolusi (pecah
menjadi partikel partikel kecil)didalam lambung bdan memungkinkan
absorpsi terjadi pada usus halus.Untuk pemakaian
intravena,senyawa,eritromisin laktobionat dan eritromisin
gluseptat,dipakai untuk meningkatkan absorpsi obat.

Eritromisin aktif melawan hamper semua bakteri garam positif,kecuali


stamhyloccusaureus dan cukup aktif melawan beberapa garam
negative.Obat ini sering diresepkan sebagai pengganti penesilin.Obat ini
merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikroplasma dan
penyakit legionnaire.

2. Mekanisme Kerja
Eritromisin dapat mengganggu ikatan kloramfenikol dengan bakteri
karena tempat kerjanya sama. Ikatan eritromisin dengan ribosom bakteri
reversible , dan hanya terjadi jika sub unit 50 S bebas dari molekul t-RNA
yang mengandung peptide asal.Eritromisin menghambat sintesis protein
kuman.

II. II FARMAKODINAMIK OBAT

 Aktivitas antimikroba
Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S, dan umumnya
bersifat bekterostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisidal
untuk kuman yang sangat peka.
 Spektrum Antimikroba
In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus Gram-positif, seperti
S.pyogenes dan S.pneumoniae. S.viridans mempunyai kepekaan yang
bervariasi terhadap eritromisin. S.aureus yang resisten terhadap eritromisin
sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial). Batang gram positif
yang peka terhadap eritromisin ialah C. Perfringens, C.diphteriae dan
L.monocytogenes
Eritromisin tidak aktiv terhadap kebanyakan kuman gram negatif,
namun ada beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu
N.gonorrhoeae, campylobacter jejuni, M. Pneumoniae,
legionellapneumophila, dan C. Trachomatis, H. Influenzae mempunyai
kepekaan yang bervariasi terhadap obat ini.

 RESISTENSI
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai
oleh plasmid yaitu:
1. Menurunnya permeabilitas sel kuman
2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman
3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh Enterobacteriace

II.III FARMAKOKINETIK MIKROLIDA


Eritromisin basa diabsorpsi baik di usus halus bagian atas. Adanya makanan akan
memperlambat absorpsi.Aktivitasnya hilang oleh getah lambung sehingga dibuat dalam
bentuk sediaan tablet salut enteric atau dibuat dalam bentuk ester stearat atau ester
suksinat. Absorpsi terbaik : eritromisinestolat Konsentrasi puncak dalam plasma setelah 4
jam. Eritromisin mengalami pemekatan di jaringan hati .Kadar obat aktif dalam empedu
dapat melebihi 100 x dari pada dalam darah.Waktu paruh : 1,6 jam Keadaan insufisiensi
ginjal tidak perlu modifikasi dosis. Aktivitasnya luas kecuali ke cairan serebrospinal dan
otak. Berpenetrasi dalam cairan prostat, dan melewati barier plasenta. Kadar obat dalam
fetus 5-20% dari kadar di sirkulasi ibu.Eritromisin diekskresi melalui hati dan
empedu.—Hanya 2-5% yang diekskresi melalui urin dari pemberian oral, 12-15% dari
pemberian i.v.

Obat ini diekskresi terutama melalui hati. Dialisis peritoneal dan hemodialisis
tidak dapat mengeluarkan eritromisin dari tubuh. Pada wanita hamil pemberian
eritromisin stearat dapat meningkatkan sementara kadar SGOT/SGPT

III.IV Efek samping dan toksisitas:

Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang
terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia eksantem yang
cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatilk adalah reaksi kepekaan yang
terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat ( sekarang tidak dipasarkan lagi di
indonesia). Kelainan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi
dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat
tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral ( terutama dalam dosis besar) sering
menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigasterium. Suntikan
IM dapat menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 gram dengan infus IV
sering disusul oleh timbulnya trombofeblitis.

Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid,


siklosporin digoksin, warfarin, terfenadrin, astemizol dan teofilin karena menghambat
sitokrom p- 450. Kombinasi dengan terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia
jantung yang berbahaya ( tosades the pointes).

Sediaan dan pososlogi

Sediaan dan posologi eritromisin dapat dilihat dalam tabel 46-1


Penggunaan klinik

Penggunaan klinis eritromisin dapat dilihat pada tabel 46-2

III. V Penggolongan dan Contoh Obat Paten makrolida

Kelompok antibiotik ini teridiri dari eritromisin dan spiramisin

1. Eritromisin.
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai
bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein
bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah
terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar.
Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet
salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat)
.Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan
pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin.
Sediaan : Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering
200 mg / 5 ml
- ERITROMISIN
Indikasi:
sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire , sifilis, uretritis non
gonokokus, prostatitis kronik, aknevulgaris, dan profilaksis difetri dan
pertusis.
Peringatan:
gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah
dilaporkan takikardiventrikuler); porfiria; kehamilan (tidak diketahui efek
buruknya) dan menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi:
lampiran 1 (eritromisin dan makrolida lain).Aritmia: hindari penggunaan
bersama astemizol atau terfenadin, hindari juga kombinasi dengan cisaprid.
Kontraindikasi:
penyakit hati (garam estolat)
Efek Samping:
mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian
dosis besar; ikteruskolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Dosis:
oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1
g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan
sampai 4 g/hari. ANAK sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250
mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.Akne: 250 mg dua
kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.Sifilis stadium awal,
500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi berat pada
dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi
tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
2. Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih
lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut,
tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin.
Sediaan : Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.
- Spiramisin
Indikasi:
Spiramisin digunakan untuk infeksi saluran nafas, seperti tonsilitas,
faringitis, bronkitis, pneumonia, sinusitis,otitis media dan
toksoplasmosis
- Kontra indikasi:
Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap spiramisin atau antibiotik
makrolida lainnya.
- Dosis:
dewasa : 500 mg, 3 x sehari selama 5 hari. Pada infeksi berat, dosis
dapat ditingkatkan sampai maksimal 3000 mg/hari
Anak-anak : 50-100 mg/ kg berat badan terbagi dalam 2-3 dosis
- Peringatan dan perhatian
Spiramisin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan hati karena dapat menyebabkan hepayoyoksik,simpramisin
tidak dianjurkan untuk ibu menyusui dan pada trimester pertama
kehamilan, hati- hati pada penderita gangguan fungsi ginjal
- Interaksi obat :
Efek hepatotoksis dipertinggi oleh tetrasiklin. Simpramisin betrsifat
antagonis dengan penisilin, streptomisin, kanamisin, neomisin dan
polimiksin.
- Efek samping:
Efek samping yang serius dari spiramisin sangat jarang mual, muntah,
diare, nyeri epigastrik, ruam kulit dan urtikaria adalah efek samping
yang biasanya muncul pada pemberian oral.

3. Roksitromisin

Roksitromisin adlah derivat Eritromisin yang diserap dengan baik


pada pemberian oral. Obat ini lebih jarang menimbulkan iritasi
lambung dibandingkan dengan Eritromisin. juga (bioavailabilitas)
kadar obat yang tersedia tidak banyak terpengaruh oleh adanya
makanan dalam lambung. Kadar obat dalam darah dan plasma lebih
tinggi dari Eritromisin. Bentuk sediaan yang beredar adalah tablet
atau kapsul 150 mg dan 300 mg. Indikasinya diperuntukkan untuk
infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawah seperti bronkitis
akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut dan
kronis, infeksi kulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan
infeksi, ulkus pada kaki.

- ROKSITROMISIN
Indikasi:
infeksi THT, bronkopulmonal, genital (kecuali infeksi gonokokal), dan kulit
yang disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap roksitromisin.
Peringatan:
insufisiensi hati, miasteniagravis, pasien dengan kelainan perpanjangan
interval QT bawaan, pasien yang mengonsumsi antiaritmia kelas IA dan III,
kehamilan, menyusui.
Interaksi:
derivat ergot, terfenadin, digoksin, antiaritmia Kelas IA dan III, midazolam.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, terapi kombinasi dengan ergotamin dan preparat sejenis
lainnya.
Efek Samping:
mual, muntah, nyeri epigastrik (dispepsia), diare (terkadang berdarah), gejala
pankreatitis, reaksi hipersensitivitas seperti eritema multiform, urtikaria,
ruam kulit, pruritus, purpura, angioedema, jarang terjadi reaksi sistemik
seperti bronkospasme, reaksi seperti anafilaksis, pusing, sakit kepala,
paraestesia, gangguan pengecapan (termasuk ageusia), gangguan penciuman
(termasuk anosmia), telah dilaporkan: udema seluruh tubuh, asma,
udemaglottic, exoliative dermatitis, sindrom Steven-Johnson, peningkatan
sementara kadar enzim transaminase dan/atau fosfatase alkali, terutama
kolestatis atau hepatitis akut hepatoselular (terkadang bersamaan dengan
jaundice ), eosinofilia, superinfeksi, halusinani.
Dosis:
dewasa: 300 mg 1 kali sehari atau 2 x 150 mg 1 kali sehari atau 150 mg 2 kali
sehari, pada pagi dan malam hari, anak: 24-40 kg, 100 mg 2 kali sehari pada
pagi dan malam hari, dosis yang digunakan 5-8 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis
terpisah selama tidak lebih dari 10 hari, sebaiknya diberikan sebelum makan.

4. Azitromisin
Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang
disebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat
hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan
tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi
yang disebabkan oleh virus. Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah
tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya digunakan dengan atau
tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar membantu anda
ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap
harinya. Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih
atau kurang dari dosis yang ditentukan oleh dokter. Kocok sirup
dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik.
Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis
yang anda gunakan. Setelah itu bersihkan syringe dengan air. Untuk
tablet harus diminum dengan segelas air penuh.Habiskan obat yang
diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal ini
untuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak
diselesaikan.

Untuk pemilihan antibiotika Makrolida dan dosis/cara pakainya


yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke
dokter.

- AZITROMISIN
- Indikasi:
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka, infeksi saluran
nafas atas (tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis,
pneumonia), infeksi kulit & jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (
SexuallyTransmittedDisease ), urethritis,
cervicitis yang berkaitan dengan Chlamydiatrachomatis ,
Ureaplasmaurealyticum dan Neisseriagonorrhoea.
Peringatan:
lihat di eritromisin; kehamilan atau menyusui.
Interaksi:
lihat lampiran 1 (Makrolida).
Kontraindikasi:
gangguan fungsi hati.
Efek Samping:
lihat eritromisin; juga anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi, pankreatitis,
hepatitis, syncope, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi, ansietas,
hiperaktivitas, asthenia, paraesthesia, konvulsi, neutropenia ringan,
trombositopenia, interstisial nephritis, gagal ginjal akut, arthralgia,
fotosensitivitas,jarang: gangguan pengecap, lidah berwarna pucat, dan gagal
hati.
Dosis:
500 mg sekali sehari selama 3 hari. ANAK di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb
sekali sehari selama 3 hari; berat badan 15-25kg, 200mg sekali sehari selama
3 hari; berat badan 26-35 kg, 300 mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan
36-45 kg, 400 mg sekali sehari selam 3 hari.Infeksi klamidia genital tanpa
komplikasi dan urethritisnon-gonococcal , 1 g sebagai dosis tunggal.
BAB V

PENUTUP

V.I KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Dengan penggunaan
obat yang rasional dapat meminimalisir efek samping yang terjadi yaitu melihat
indikasi, penderita, pemilihan jenis antibiotik dan dalam pembuatan antibiotika
lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikroorganisme dibiak
dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus
2. Antibiotik golongan tetrasiklin termasuk dalam kelompok dasar karbon dari
naftesan c yang terhidrogenasi secara parsial. Dan termasuk dalam golongan
polikeptida. Dalam golongan tetrasiklin terdapat beberapa derivat yaitu:
tetrasiklin,klortetrasiklin, demeklosiklin, doksisiklin, dan tigesiklin
3. Antibiotik golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapat
cincin lakton yang besar dan rumus molekulnya. Dalam golongan obat ini
yang paling penting yaitu eritromisin sehingga itu yang menjadi contoh
utama golongan obat ini dan termasuk juga kelompok
spiramisin,roksitromisin, klaritromisn, dan azritromisin, yang tentunya
dalam masing- masing komponen memiliki indikasinya masing-masing.

V.II Saran

penulis menyadari bahwa alam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan sehingga diharapkan bahwa para pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan makalh ini.
DAFTAR PUSTAKA

Farmakolgi dan terapi edisi 4. 1995. fakultas kedokteran UI ,Jakarta

Farmakolgi dan Terapi Edisi 5.2007. fakultas kedokteran UI: jakarta

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : ulasan bergambar Ed.2 . Jakarta :


Widya Medik

Anda mungkin juga menyukai