Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah suatu program dari pemerintah yang menjamin dan memastikan
seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai penerima bantuan tunai
pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA.
Ekonomi: Pemberian bantuan tunai pendidikan kepada seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun) yang
menerima KIP, atau yang berasal dari keluarga miskin dan rentan (misalnya dari keluarga/rumah tangga
pemegang Kartu Keluarga Sejahtera/KKS) atau anak yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Efisien: Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah; Meningkatkan angka
keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan;
Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat, terutama antara penduduk
kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah
perkotaan dan perdesaan, dan antar daerah; Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk
memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Efektifitas: Meningkatnya serta meratanya mutu pendidikan terhadap seluruh anak usia sekolah dari
keluarga kurang mampu di Indonesia sehingga tercapai derajat pendidikan yang optimal.
Urgensi pengimplementasian konsep value for money pada organisasi sektor public
Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi dijalankan secara
ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan suatu system pengendalian yang efektif. Pola
pengendalian organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi.
Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan laba, maka alat
pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi (negotiated bargain),
meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap organisasi dan tingkatan manjemen. Sementara itu,
organisasi sector public karena sifatnya yang tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik
yang besar, makan alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi.
Informasi yang dibutuhkan lebih kompleks tidak sekedar informasi keuangan saja.
Sebagai contoh dalam sebuah usulan investasi public, informasi yang dibutuhkan untuk
pengendalian keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi
tersebut. Sementara itu, untuk tujuan pengendalian organisasi di butuhkan informasi yang lebih
luas meliputi aspek ekonomi, social dan politik dari investasi yang diajukan.
Contoh penerapan sistem penganggaran Iine Item budgeting tersebut diterapkan oleh semua pemerintah di
Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1975 tentang pengurusan pertanggungjawaban
dan pengawasan keuangan daerah.
Contoh kasus sebagai bentuk kritik dari teori inkremental adalah adanya kebijakan remunerasi
bagi pegawai saat pemerintahan SBY jilid 2. Dengan menaikkan remunerasi (gaji) pegawai negeri
sipil, kesejahteraan pegawai negeri sipil tercukupi, etos kerjanya meningkat bagus, dan tidak
melakukan tindak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Terbongkarnya kasus korupsi yang
dilakukan pegawai Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Gayus H Tambunan, ternyata melibatkan
banyak pihak di luar Kementerian Keuangan (seperti Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan lain-
lain), tentunya tidak cukup diatasi dengan kebijakan tambal sulam (inkremental), tetapi mungkin
memerlukan pemecahan yang lebih menyeluruh (komprehensif). Berbagai inovasi sosial acapkali
menuntut adanya kebijakan atau program yang baru.