Anda di halaman 1dari 7

Contoh Value for Money

Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah suatu program dari pemerintah yang menjamin dan memastikan
seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai penerima bantuan tunai
pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA.

Ekonomi: Pemberian bantuan tunai pendidikan kepada seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun) yang
menerima KIP, atau yang berasal dari keluarga miskin dan rentan (misalnya dari keluarga/rumah tangga
pemegang Kartu Keluarga Sejahtera/KKS) atau anak yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Efisien: Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah; Meningkatkan angka
keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan;
Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat, terutama antara penduduk
kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah
perkotaan dan perdesaan, dan antar daerah; Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk
memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Efektifitas: Meningkatnya serta meratanya mutu pendidikan terhadap seluruh anak usia sekolah dari
keluarga kurang mampu di Indonesia sehingga tercapai derajat pendidikan yang optimal.

Urgensi pengimplementasian konsep value for money pada organisasi sektor public

A. Pengertian Value for Money


Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan
institusi yang selalu merugi. Tuntuan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for
money dalam menjalankan aktifitasnya.
Mardiasmo (2008:4) menyatakan value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
public yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.
Selaras dengan pendapat Deddi Nordiawan dalam bukunya, yang menyatakan bahwa value for
money merupakan sebuah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for money yaitu indikator yang
memberikan informasi apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu bagi
masyarakatnya. Indikator yang dimaksud adalah ekonomi, efisien, dan efektif.

B. Konsep Value for Money


Konsep pokok value for money antara lain.
1. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources
yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atas penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana
efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat
bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan
pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social
opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan
ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya, penggunaan uang
publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara
merata.

C. Indikator Value for Money


Sebelum menjelaskan tentang konsep dasar menentukan indikator input, output, dan outcome, perlu
diketahui terlebih dahulu karakteristik indikator kinerja yang baik dan peranannya dalam organisasi
pemerintahan.
Mahmudi via Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi menyebutkan bahwa indikator kinerja
yang akan dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik, yaitu:
1. sederhana dan mudah dipahami,
2. dapat diukur,
3. dapat dikuantifikasikan,
4. dikaitkan dengan standar atau target kinerja,
5. berfokus pada pelayanan pelanggan, kualitas, dan efisiensi,
6. dikaji secara teratur.
Sedangkan dalam organisasi pemerintahan indikator kinerja memiliki peran, antara lain:
1. untuk membantu memperjelas tujuan organisasi,
2. untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan,
3. sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial,
4. memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk menentukan pilihan,
5. untuk menunjukkan standar kinerja,
6. untuk menunjukkan efektivitas,
7. untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya paling baik untuk mencapai
target sasaran,
8. untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.
Selain itu, untuk menentukan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen sebagai berikut.
1. Biaya pelayanan; indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost).
2. Tingkat penggunaan; indikatro penggunaan (utilization) pada dasarnya membandingkan antara
jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand).
3. Kualitas dan standar pelayanan; indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang
paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subjektif.
4. Cakupan pelayanan; diperlukan untuk mengetahui tingkat penyediaan pelayanan yang diberikan
dengan permintaan pelayanan yang dibutuhkan.
5. Kepuasan; indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jejak pendapat secara langsung. Bagi
pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan
untuk menetapkan indikator kepuasan.
Menurut Mardiasmo, indikator value for money meliputi:
1. Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan
aktivitas. Contoh input adalah dokter di rumah sakit, tanah untuk jalan baru, guru di sekolah, dan
sebagainya. input dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru,
dan sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji
guru, dan sebagainya.
2. Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Pada umumnya
output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan output yang tidak diingikan atau efek samping,
misalnya peningkatan polusi yang terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur
output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan atau
kesehatan. Sebagai contoh, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan peraturan atau rasa
aman masyarakat. Ukuran output tersebut adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak
sepenuhnya benar karena turunnya angka kriminalitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran
pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebagainya sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor
saja. Data statistik yang ada hanya menunjukkna kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan
kriminalitas yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu, output merupakan kenaikan nilai atau nilai
tambah.

3. Sasaran Antara (Throughput)


Analisis value for money memerlukan dta input dan output yang memadai karena value for money
mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input. Permasalahan yang sering muncul adalah
tidak tersedianya data yang lengkap terutama data output. Tidak tersedianya data output yang lengkap
tidak berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur output seringkali
terdapat esulitan, organisasi sektor public menggunakan output antara (intermediate output) atau indikator
kinerja (performance indicator) sebagai alat ukut output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan
output pada kenyataannya adalah throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang
dilakukan di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang lebih tinggi yang hendak
dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat, meningkatkan angka harapan hidup, dan
sebagainya.
4. Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. sebagai contoh, outcome
yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh dinas kebersihan kota adalah terciptanya
lingkungan kota yang bersih dan sehat. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau
target yang hendak dicapai.
Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit disbanding penetapan dan
pengukuran terhadap input maupun output. Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa outcome lebih
sulit ditetapkan dan diukur:
a. outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang memudahkan proses
monitoring (pemantauan),
b. adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome,
c. dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas.
D. Pengembangan Indikator Value for Money
Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
pembuatan keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian
program yang definitif. Pengembangan indikator value for money dibagi menjadi dua bagian yaitu
indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisien) dan indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak internal
dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi
biaya. Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk menunjukkan, memberi indikasi atau
memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan.
Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai
informasi dalam rangkaa mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan indikator
kinerja tersebut membentu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik. Indikator kinerja akan
membantu para manajer publik untuk memonitor pencapaian program dan mengidentifikasi masalah yang
penting. Selain itu, indikator kinerja juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan
keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran. Value for money merupakan inti pengukuran
kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja sebaiknya memusatkan
perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan.

E. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money


1. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengeluaran ekonomi
hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan
sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah :
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarakan oleh organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat
diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efiseiensi diukur
dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi
tingkat efisiensi suatu organisasi.
Efisiensi= Output/Input
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Unit A adalah
lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien tahun ini dibanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena
efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
b. Meningkatkan output dalam porsi yang lebih besar dari pada porsi pengikatan input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu efisiensi alokasi
(efisiensi 1) dan efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan
untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial)
terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu.
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Efektivitas
tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
biaya boleh jadi melebihi apa yang dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atai bahkan tiga kali lebih
besar daripada yang telah dianggarkan. Efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Pengukuran outcome
memiliki dua peran yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian
kinerja masa lalu, sedangakan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja dimasa yang akan
datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakanuntuk mengarahkan keputusan alokasi
sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good
management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan
mendorong untuk mengguanakan praktik terbaik. Atau dapat digunakan untuk membantu pembuat
keputusan dalam menentukan program mana yang perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang
perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

F. Manfaat Implementasi Konsep Value for Money


Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil
untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Implementasi konsep
value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor
publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain.
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam
penggunaan input.
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
Perencanaan dan pengendalian benar-benar saling berhubungan. Perencanaan adalah pandangan
ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya

Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan organisasi dijalankan secara
ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan suatu system pengendalian yang efektif. Pola
pengendalian organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi.
Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan laba, maka alat
pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi (negotiated bargain),
meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap organisasi dan tingkatan manjemen. Sementara itu,
organisasi sector public karena sifatnya yang tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik
yang besar, makan alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi.

Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah pengendalian. Informasi


akuntansi merupakan alat pengendalian yang vital bagi organisasi karena akuntansi memberikan
informasi yang bersifat kuantitatif. Informasi akuntansi umunya dinyatakan dalam bentuk ukuran
financial, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengintegrasian informasi dari tiap-tiap unit
organisasi yang pada akhirnya membentuk gambaran kinerja organisasi secara keseluruhan.
Lebih lanjut, informasi akuntansi memungkinkan bagi organisasi untuk mengitegrasikan aktifitas
organisasi.

Dalam memahami akuntansi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan penggunaan


informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan (financial control) dengan akuntansi
sebagai alat pengendalian organisasi (organizational control). Pengendalian keuangan terkait
dengan peraturan atau system aliran uang dalam organisasi, khususnya memastikan bahwa
organisasi memiliki likuiditas dan solvabilitas yang cukup baik.

Sementara itu, penegndalian organisasi adalah terkait dengan pengintegrasian aktivitas


fungsional kedalam system organisasi secara keseluruhan. Pengendalian organisasi diperlukan
untuk menjamin bahwa organisasi tidak menyimpang dari tujuan dan strategi organisasi yang
telah ditetapkan. Pengendalian organisasi memerlukan informasi yang lebih luas dibandingkan
pengendalian keuangan.

Informasi yang dibutuhkan lebih kompleks tidak sekedar informasi keuangan saja.
Sebagai contoh dalam sebuah usulan investasi public, informasi yang dibutuhkan untuk
pengendalian keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi
tersebut. Sementara itu, untuk tujuan pengendalian organisasi di butuhkan informasi yang lebih
luas meliputi aspek ekonomi, social dan politik dari investasi yang diajukan.

Contoh Line Item


Sistem penganggaran Iine Item budgeting dilihat dari format susunan dan program Anggaran tahunan
yang dipersiapkan, menitik beratkan pada sumber pendapatan (Pendapatan asli daerah yang meliputi
pendapatan pajak daerah, retribusi daerah bagian laba BUMD, dan lain-lain) dan pengeluaran (belanja
rutin yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, dan
lain-lain).

Contoh penerapan sistem penganggaran Iine Item budgeting tersebut diterapkan oleh semua pemerintah di
Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1975 tentang pengurusan pertanggungjawaban
dan pengawasan keuangan daerah.

Contoh kasus sebagai bentuk kritik dari teori inkremental adalah adanya kebijakan remunerasi
bagi pegawai saat pemerintahan SBY jilid 2. Dengan menaikkan remunerasi (gaji) pegawai negeri
sipil, kesejahteraan pegawai negeri sipil tercukupi, etos kerjanya meningkat bagus, dan tidak
melakukan tindak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Terbongkarnya kasus korupsi yang
dilakukan pegawai Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Gayus H Tambunan, ternyata melibatkan
banyak pihak di luar Kementerian Keuangan (seperti Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan lain-
lain), tentunya tidak cukup diatasi dengan kebijakan tambal sulam (inkremental), tetapi mungkin
memerlukan pemecahan yang lebih menyeluruh (komprehensif). Berbagai inovasi sosial acapkali
menuntut adanya kebijakan atau program yang baru.

Anda mungkin juga menyukai