IUFD
IUFD
PENDAHULUAN
I. DEFINISI
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist (1995)
menyatakan Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah kematian pada fetus
dengan berat lahir 500 gramatau lebih.1,2,3
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
atau fetal death dibagi menjadi1,2,3 :
Early Fetal Death : kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari20 minggu.
Intermediate Fetal Death: kematian janin yang berlangsung antara usia
kehamilan 20-27 minggu.
Late Fetal Death : kematian janin yang berlangsung pada usia lebih
dari 28minggu.
II. EPIDEMIOLOGI
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti
karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka
kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya merupakan
referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian
perinatal secara keseluruhan. Angka kematian perinatal di RSUP Fatmawati
pada tahun 2007 ialah 63,98 per 1000 kelahiran hidup.
III. ETIOLOGI1,2,3
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial, yaitu :
1. Faktor Fetal (25 – 40%)
Anomali kromosom
Defek kelahiran non-kromosom
1
Non – imun hidrops
Infeksi ( virus, bakteri, protozoa )
2
IV. PATOFISIOLOGI
a) FAKTOR FETAL
25 – 40% dari bayi dengan lahir mati ( stillbirths ) diakibatkan oleh faktor
fetal. Salahsatu faktor yang biasanya mengakibatkan kematian janin ialah
malformasi kongenital mayor. Insidensi infeksi janin intra uterin juga sering
menyebabkan kematian pada janin, infeksi Rubella, CMV
(CytoMegaloVirus, Parvovirus B-19, varicella dan listeriosis. 1,2,3
b) FAKTOR PLASENTAL
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta,
tali pusatdan membran plasenta
1. Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi
dari pembuluh darah umbilikal dengan jumlah 350 – 400 ml/menit.2,3
2. Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis
allantois dan mesoderm primer. Panjang tali pusat normal ialah 50 –
60 cm dengan diameter 12 mm.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam dua trimeter
pertama.
Tali pusat abnormal :
Tali pusat panjang : > 100 cm
Tali pusat pendek : < 30 cm
3
Insidens 24, 6 % (21 %: 1 lilitan;2,5 % ;2 lilitan, 0,2 % >3 lilitan )
Satu atau dua lilitan tali pusat pada leher bayi tidak menyebabkan
angka kesakitan dan kematian janin meningkat.
Knots in the Umbilical Cord ( Simpul )
Ada dua klasifikasi jenis simpul, yaitu: true knots dan false knots2
Insidens 0,3 – 2,1 %, disertai dengan kematian antepartum. Tidak
berkaitan dengan abnormalitas neurologik.4
Simpul nyata ( true knots ) sulit ditemukan pada saat antenatal care.
Simpul ini dapat terbentk akibat torsi / putaran pada tali pusat yang
membentuk suatu lengkungan dimana janin dapat terperangkap
didalamnya, membentuk simpul.5
Single Artery
Adanya aplasia atau atrofi dari satu pembuluh darah arteri umbilikalis.
Insidens 1 dari 500 persalinan. Primipara memiliki resiko yang sama
dengan multipara, namun kecenderungan pada ras kulit hitam lebih
besar dibandingkan dengan ras kulit putih.
c) FAKTOR MATERNAL
Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering
menyebabkan kematian janin intra uterin. 1,2,3
4
Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia
kehamilan 10-12 minggu pada pemeriksaan ultrasonic Doppler
merupakan bukti kematian janin yang kuat.
Pemeriksaan Penunjang :
USG (Ultrasonografi)
a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang
diukur selama periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan
bukti kuat adanya kematian janin.
b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-
tulang tengkorak akan tampak.
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C,
ureum, kratinin, profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus,
anticardiolipin antibody.
5
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
Pemeriksaan Autopsi :
Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat
memberi petunjuk pasti sebab kematian janin.
6
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
7
TINDAKAN :
Indikasi dilakukan tindakan :
Gangguan psikologis dari pasien
Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus
Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan
melebihi kadar kritis sebelum dilakukan tindakan.
Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.
METODE-METODE TERMINASI
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah
terjadi pematanganserviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin
dalam 500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus intravena. Dua botol
infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang
induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan
pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis
dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang
tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua
botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat
menurunkan resiko tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang
dapat diulang setelah pemberian prostaglandin per vaginam. Kemungkinan
terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang tetap
gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks
posterior sangatefektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum
8
matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat
ditambah dengan pemberian oksitosin
Operasi Sectio Caesaria (SC)
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada
kasus yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan
letak lintang
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Rawat di RS, Induksi persalinan
Gagal Gagal
Oksitosin diulang Ditambah Prostaglandin/vaginam
Ditambah dengan infus Oksitosin
Ditambah Prostaglandin/vaginam
9
VII. KOMPLIKASI2,3
1. Gangguan psikologis
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi
sangat kecil, namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama
oleh mikroorganisme pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4
minggu, dapat terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular
Coagulopathy (DIC). Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat
inkompatibilitas Rh yang tetap dipertahankan, kemungkinan kelainan ini
terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan. Kelainan ini terjadi akibat
penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan dari plasenta dan
desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan
post partum.
10
CARA-CARA PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN :
1. Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia
kehamilan
Diukur dengan keadaan pasien terlentang, pada keadaan uterus tidak
berkontraksi, daritepi atas simfisis sampai fundus, dengan idealnya vesica
urinaria dan rectum yang kosong. Jika tinggi fundus lebih daripada kalibrasi
usia kehamilan, pikirkan kemungkinankehamilanmultiple, tumor,
hidrosefalus, bayi besar, hidramnion. Sebaliknya jika tinggi fundus
kurang dari kalibrasi usia kehamilan, pikirkan oligohidramnion, pertumbuhan
janin terhambat, ketuban pecah, dsb. Dapat pula digunakan taksiran berat
janin dengan rumus Johnson Tossec.
2. Auskultasi denyut jantung janin
Dengan alat Laennec, Dopller atau CTG. Ideal perhitungan I menit
penuh. Jika denganCTG direkan untuk 10 menit. Normal frekuensi denyut
120-160 kali per menit, meningkat pada saat kontraksi.
3. Pemantauan aktifitas atau gerakan janin.
Dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu) atau objektif (dengan
cara palpasi atauUSG). Terdapat dua metode penghitungan gerakan janin :
11
Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya
dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks redistribusi). Jika janin tidak
bergerak pikirkan kemungkinan diagnosis banding tidur atau hipoksia.
7. Ultrasonografi (USG)
Dapat digunakan untuk menilai :
o Kantong gestasi : jumlah, ukuran, lokasi, bentuk, keadaan.
12
o Janin : hidup/mati, presentasi, pertumbuhan, kelainan bawaan,
perkiraan usia gestasi melaui biometri janin (CRL-Crown Rump
length, BPD-Biparietal Diameter,AC-Abdominal Circumference, FL-
Femur Length).
o Tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan dopller dapat
menilai FDJP (Fungsi Dinamik Janin Plasenta), SDAU (sirkulasi
Darah Arteri Umbilikalis)
o Membran dan cairan amnion : keadaan dan jumlah.
o Plasenta : lokasi, jumlah, ukuran, maturasi dan insersi.
o Keadaan patologis : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor,
inkompetensia.
o Dapat juga digunakan untuk membantu tindakan khusus :
amniocentesis, fetoskopi, tranfusi intrauterin, biopsi vili korialis
Skor 2 0
13
8. Cardiotokografi (CTG)
Menggunakan dua elektroda yang dipasang pada fundus ( untuk
menilai aktivitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung
janin pada perut ibu. Dapat pula digunakan untuk menilai hubungan antara
denyut jantung dan tekanan intrauterin. CTG bisa digunakan untuk menilai
fungsi kompensasi jantung janin terhadap stress fisologik, dengan cara Non
Stress Test (NST) dan Oxytocyn Challenge Test (OCT).
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Biromaru, 8 Juni 1998
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Dahlia, Biromaru
Tgl. Masuk RS : 1 Maret 2017
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. H
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jl.Dahlia, Biromaru
15
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Gerakan janin sudah tidak terasa sejak 7 hari SMRS
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 13 thn, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari,
teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang
hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir, 21 oktober 2016. Haid terakhir
selama 5-7 hari banyaknya 2-3 pembalut, tidak nyeri.
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali.
16
7. Riwayat KB
Belum pernah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 120/80 mmHg, lengan kanan, berbaring
- Frekuensi nadi: 80x/menit, reguler, kuat, volume cukup, ekual kiri dan kanan
- Pernapasan : 20 x/menit, reguler
- Suhu : 36,8 0C, aksiler, afebris
17
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid
(-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-), mukosa
hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah, oral
higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal, fremitus
kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
18
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm
sebelah medial mid klavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : tampak cembung, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+),
striae alba (+), teraba supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -
/-, bising usus (+) 3 kali/menit.
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem
tungkai +/+
Pemeriksaan dalam
Vaginal Toucher: dinding vagina tidak ada kelainan, pembukaan tidak ada,
portio tebal lunak, arah posterior, ketuban (-),
Taksiran berat janin : -
19
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab
Hb : 11,1 gr/dl
Leukosit : 10.500 /UL
Trombosit : 231.000 /UL
Hematokrit : 36,6 %
GDS : 88 mg/dl
HbsAg : Non-Reaktif
Pemeriksaan USG
Kesan: IUFD
20
E. RESUME
Ny. D, 18 tahun, datang dengan keluhan gerakan janin sudah tidak terasa
sejak 7 hari SMRS. Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah
dan keluar air-air dari kemaluan. belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Riwayat
ANC tidak pernah. Riwayat menstruasi teratur, HPHT: 21 oktober 2016. Riwayat
pernikahan: Menikah pertama kali pada tahun 2016. Riwayat kehamilan dan
persalinan: G1P0A0. Kontrasepsi: tidak pernah.
Pada pemeriksaan fisik, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/m, S:36,80C
Pada pemeriksaan obstetrik: TFU: 2 Jari bawah pusat, pada palpasi
Leopold 2-4 sulit untuk dinilai. Pada vaginaltidak didapatkan pembukaan, portio
tebal, lunak dan ketuban (-), kepala belum masuk pintu atas panggul.Pada
pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan tanda-tanda proses infeksi pada ibu.
Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan IUFD.
F. DIAGNOSIS
G1P0A0 Usia 18 tahun + gravid 24 minggu + IUFD + janin tunggal presentasi
kepala + belum inpartu.
G. PENATALAKSANAAN
Observasi kemajuan persalinan dan His
Pematangan serviks pasang kateter Foley dan misoprostol 1 tablet
pervaginam/6 jam dan dilanjut dengan induksi persalinan
Rencana partus pervaginam
Terapi: - IVFD Dextrose 5% + oxytocin ½ ampul mulai dari 8 tetes per menit
sampai, naikan 4 tetes/menit tiap 30 menit sampai his adekuat (maximal
sampai 40 tetes/menit)
H. PROGNOSIS
Ibu :Dubia ad bonam Bonam
Janin : Malam
21
I. FOLLOW UP
2-3-2017
S: Nyeri Perut tembus belakang (-), pelepasan darah (-)
O: KU / Kes : Sedang / CM
TD : 90/60 mmHg N: 84 x/m RR: 22 x/m S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/-
Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: cembung, TFU : 2 jari bawah pusat
Genital: lendir dan darah (-)
Vaginal toucher : tidak dilakukan
P:
- Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan
serviks dan penurunan kepala janin)
- Rencana partus pervaginam Induksi foley catheter
- IVFD Dextrose 5% ditambah oxytocin ½ amp 40 tetes/menit (KOLF ke-2)
- Diet tinggi kalori dan protein
22
3-3-2017
S: Nyeri perut (+), Keluar darah dari jalan lahir (+) sedikit, BAK (+) biasa
O: KU / Kes : Sedang / CM
TD : 110/80 mmHg N: 84 x/m RR: 20 x/m S : 36,8oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/-
Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: Cembung, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
TFU : 2 jari di atas symphisis Pubis , ASI : -/-, Kontraksi : (+) baik, Lokia (+),
PPV (+)
P: Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Vitamin C 3 x 1 tab
B-Com C 2 x 1 tab
4-3-2017
S: Nyeri perut berkurang, Perdarahan pervaginam (+) berkurang
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 110/70 mmHg N: 84 x/m RR: 22 x/m S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/-
Thoraks : Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
23
Status obstetrikus
Abdomen: datar, TFU: dua jari di atas symphisis pubis
Mammae: ASI -/-
Genital: lokia (+), jumlah sedikit
Kontraksi : (+)
J.ANALISA KASUS
Pada kasus ini Ny. D, 18 tahun dengan diagnosa kematian janin intrauterin
atau IntraUterine Fetal Death (IUFD). Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine
Fetal Death (IUFD)ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
24
kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum ada tanda –
tanda inpartu. Tanda-tanda inpartu ialah mules-mules (his) yang teratur, bloody
show (lendir darah), serta pembukaan dan penipisan serviks.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, riwayat penyakit sistemik,
infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya
kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga
tidak memiliki binatang peliharaan. Usia kehamilan pada pasien ini sesuai dengan
kehamilan 24 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir pasien.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan
tanda- tanda kehamilan pada pasien ini sesuai dengan masa kehamilan. Ukuran
tinggi fundus uteri yang berkurang dari usia kehamilan tidak ditemukan dalam
kasus ini mengingat kematian janin baru berlangsung 7 hari sebelum ke rumah
sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan padaauskultasi dengan pemeriksaan
Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut membuktikan adanya
kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan presentasi
kepala, kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dan urine
dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan. Pada pemeriksaan USG,
didapatkan kesan janin IUFD, disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar
diagnosis IUFD, seperti tidak adanya gerakan janin dan DJJ (-), sehingga dapat
ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Namun,
pada pasien ini faktor maternal dapat kita coba singkirkan, berdasarkan anamnesis
pasien tidak ada riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus ataupun Hipertensi
yang sering menyebabkan IUFD. Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma,
infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya
kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat-obatan lama.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan
pemeriksaan autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin.
Pasien tidak memiliki binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang
menurut literatur dapat menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Anomali
25
kromosom biasanya terjadi pada ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan
analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus juga sangat kecil kemungkinannya
mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan
dengan penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih
melalui induksi persalinan pervaginam. Penanganan secara aktif pada pasien ini
juga sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Komplikasi IUFD lebih dari
6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan darah, infeksi dan berbagai
komplikasi yang membahayakan nyawa ibu. Pasien datang dengan keadaan
belum inpartu dan servik belum matang, maka dilakukan induksi pesalinan.
Pada pasien ini diteruskan proses induksi dengan misoprostol. Tindakan
induksi dengan penggunakan prostaglandin sintetis ini menurut kepustakaan
sangat efektif dalam memacu pematangan servik dan menginduksi persalinan.
ACOG sendiri merekomendasikan penggunaan misoprostol intravaginal pada
dosis 25 mikrogram atau ¼ tablet (100 mg). Aplikasi ini dapat menekan
kebutuhan oksitosin, mencapai persalinan pervaginam lebih cepat dalam waktu 24
jam setelah induksi dan menekan interval induksi – persalinan.
Selain induksi, augmentasi juga diaplikasikan pada pasien ini. Augmentasi
diberikan dengan harapan akan terbentuknya HIS yang adekuat. Diberikan drip
oxytosin ½ amp dalam satu kolf Dextrose 5% sebanyak 8 tetes / menit yang
kemudian dinaikkan 4 tetes /menit per 30 menit sampai HIS adekuat. Jika His
adekuat, tetesan dipertahankan dan jika belum dinaikkan sampai batas maksimal
40 tetes. Tujuan dari pemberian ini adalah untuk mempengaruhi aktivitas uterus
yang cukup untuk memicu perubahan servikal dan penurunan janin dan
menghindari hiperstimulasi uterus dan status gawat janin.
Setelah pembukaan lengkap dan ibu sudah menunjukkan tanda – tanda
persalinan kala
II. Diakukan pimpinan persalinan kala II, akhirnya pasien selamat melahirkan
secara pervaginam tanggal 2 Maret 2017 jam 21.30. Bayi lahir spontan LBK.
Bayi lahir dengan berat badan 600 gr, panjang badan 38 cm, anus (+), jenis
kelamin perempuan, APGAR skor 0/0, didapatkan maserasi grade II yang
26
menunjukkan bahwa waktu kematian antara 2 -7 hari, ditandai dengan adanya
bullae pada kulit bayi dan mulai mengelupas pada pemeriksaan luar. Tali pusat
besar menebal dan pendek, plasenta berat 1 kg, lahir kesan lengkap. Kontraksi
uterus baik, perdarahan dalam batas normal.Penyebab kematian pada janin dalam
kasus ini, kemungkinan besar akibat dari faktor janin, yaitu hidrops fetalis yaitu
karena terjadi pengumpulan cairan abnormal pada rongga tubuh janin.
Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
kehamilan yang lebih baik dan teratur apabila berniat untuk memiliki anak lagi.
Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat kematian
janin yang dialaminya saat ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien untuk
memberikan dukungan yang besar untuk ibu. Menjelaskan pentingnya keluarga
berencana agar kehamilan resiko tinggi dapat dihindari
27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin (
IUFD ) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur
dan efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk
mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat dihindari.
Penatalaksanaan IUFD dibagi menjadi penanganan ekspektatif dan
aktif. Penanganan aktif lebih baik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu
dan mengurangi gangguan psikologis keluarga, terutama ibu.
Dukungan moral/psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat
berperan penting pada kasus IUFD.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah adanya
abnormalitas dari janin, yaitu hidrops fetalis. Namun, penyebab pasti
hanya dapat ditegakkan bila pada bayi yang dilahirkan dilakukan
autopsi.
SARAN
Pemeriksaan Laboratorium TORCH dan Antifosfolipid yang
merupakan faktor resiko IUFD sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan.
Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante
NatalCare secara teratur di RS atau Bidan.
Pemeriksaan USG minimal 3x selama kehamilan, 1x pada setiap
trimester untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk
pemantauan kesejahteraan janin.
Penyuluhan pada para ibu dengan kehamilan untuk dapat melakukan
pemantauan kesejahteraan janinnya sendiri dengan cara yang sederhana, misalnya
menghitung gerakan janin dengan cara Cardif count, sehingga bila terjadi penurunan
kesejahteraan janin dapat di deteksi dini.
28
Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab
kematian dengan pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari
pihak keluarga.
29
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
30
31