Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


PERCOBAAN IV PEMBUATAN TABLET

DISUSUN OLEH:
HIFI RIZKI RATNASARI (F120155042)
MAWADDAH WAROMAH (F120155043)
M.JUNAEDI (F120155044)
NATSA DISA SASKI (F120155053)

LABORATORIUM
TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2016
PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui prinsip kerja dalam pembuatan tablet paracetamol
besrta ujinya

II. DASAR TEORI


Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat.
Sifatnya praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan
tidak terjadi reaksi hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan
granulasi basah. Tujuan granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet
dan untuk memperbaiki komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau
zat cair lain apabila zat aktif tidak stabil terhadap air.

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. (Depkes RI, 1994).

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat
serta produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan
tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet
ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari
cetakan dan dibiarkan sampai kering.

Berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat dan


bentuk serta metode pembuatannya, tablet dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Tablet Oral untuk Dimakan
o Tablet Kempa (Compressed Tablets/ CT)
o Tablet Kempa Lapis Ganda (Multiple Compressed/ MCT)
o Tablet Berlapis
o Tablet Kempa yang Bersalut
o Tablet dengan Reaksi Berulang-ulang
o Tablet Salut Lapisan Tipis
o Tablet Kunyah

1
2. Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut
o Tablet Buccal
o Tablet Sublingual
o Troche atau Lozenges

3. Tablet yang Diberikan dengan Rute Lain


o Tablet Implantasi
o Tablet Vaginal

4. Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan


o Tablet Effervescent
o Tablet Hipodermik
o Tablet Triturat (tablet yang diremukkan)

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,


yaitu :

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/ diperkecil.

2
Dibandingkan bemtuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara
lain:

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat ( merupakan bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,
penyimpanan dan pengangkutan
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh ( mengandung dosis zat aktif
yang tepat/ teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/ hancurnya
tablet tidak segera terjadi
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur ( tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali)
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang
tidak enak, dan untuk terapi local ( salut enterik)
11. Dapat diproduksi besar- besaran, sederhana, cepat sehingga biaya produksinya
lebih rendah
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai


beberapa kerugian,
antara lain :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet ( dalam keadaan tidak
sadar/ pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
o Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis
o Zat aktif yang sulit terbasahi ( hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran carna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi ( harus diformulasi sedemikian
rupa)

3
o Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer dan kelembaban udara,
memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul
menjadi lebih baik daripada tablet.

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode,


yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode
pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif
yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,
kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.

Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
komprebilitasnya tidak baik.

Keuntungan metode granulasi basah :


1. Terbentuknya granul memperbaiki sifat alir dan komprebilitas, proses
kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan baru
yang lebih aktif
2. Obat- obat dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan komprebilitas jelek
maka dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan pengikat
3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih baik
dan menjamin keseragaman isi zat aktif
4. Granulasi basah mencegah segregasi komponen- komponen campuran yang
sudah homogeny
5. Memperbaiki disolusi obat yang bersifat hidrofob

Kekurangan metode granulasi basah :


1. Proses lebih panjang disbanding dengan 2 metode lainnya sehinggs secara
ekonomis lebih mahal
2. Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih banyak
pula personel yang diperlukan
3. Tidak bisa digunakan untuk obat- obat yang sensitive terhadap kelembaban
dan pemanasan
4. Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak homogeny
sehingga tablet berbintik- bintik
5. Incompabilitas antar komponen di dalam formulasi akan diperbesar, terutama
untuk obat- obat campuran ( multivitamin, dll)

4
Masalah dalam pembuatan tablet :
1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan
terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat
granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch
dan dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah udara yang terjerat
dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau overlubrikasi
dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompresi pada kelembaban tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak/ lengket.
5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelican. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

5
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan tablet
No Nama Alat Jumlah
1 Timbangan Analitik 1
2 Gelas Ukur 1
3 Water Bath 1
4 Oven 1
5 Distintegration tester 1
6 Hard tester 1
7 Friabilator tester 1
8 Ayakan mesh 20 1

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan tablet kali ini
adalah granul yang telah dibuat pada percobaan sebelumnya. Granul
tersebut dibuat dengan bahan bahan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan granul
No Nama Bahan Jumlah
1 Paracetamol 500 mg x 50 = 25 gram
2 Laktosa 50 mg x 50 = 2.5 gram
3 Amilum Manihot 43.5 mg x 50 = 2.175 gram
4 Avicel PH 101 30 mg x 50 = 1.5 gram
5 Gelatin 20 mg x 50 = 1 gram
6 Mg Stearat 6.5 mg x 50 = 0.325 gram
7 Aquadest q.s

6
IV. CARA KERJA

Campurkan paracetamol, laktosa, avicel, Mg stearat dan amilum manihot


sampai homogen

Kemudian gelatin di larutkan dan di panaskan kedalam air sebanyak75 ml

Campurkan antara campuran 1 dan 2 sampai terbentuk massa granul

Kemudian massa granul yg terbentuk di ayak dengan ayakan no.20

Masukan dalam , wadah kemudian masukan dalam oven selama 24 jam

Setelah granul kering langsung kempa granul padaalat pencentak tablet

Buat sejumlah yg di inginkan , kemudian lakukan pengujian

V. HASIL PERCOBAKAAN

No Nama Bahan Jumlah


1 Paracetamol 500 mg x 50 = 25 gram
2 Laktosa 50 mg x 50 = 2.5 gram
3 Amilum Manihot 43.5 mg x 50 = 2.175 gram
4 Avicel PH 101 30 mg x 50 = 1.5 gram
5 Gelatin 20 mg x 50 = 1 gram
6 Mg Stearat 6.5 mg x 50 = 0.325 gram
7 Aquadest q.s

7
VI. PEMBAHASAN
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang
paling banyak digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat
aktif dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab dan panas. Umumnya zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah
adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat
tingkat kebebasan tertenru pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk perekat (cairan
pengikat) sebagai penganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan,
suspense atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
dalam campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering
kedalam campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang
ditambahkan memiliki peranan yang sangat penting dimana jembatan cair yang
terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah
cairan yang ditambahkan meningkat. Gaya tegangan permukaan dan kapiler
paling penting pada awal pembentukkan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh masa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakkan dan diberik tekanan alat pengiling atau oscilating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat
dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak
kembali

8
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan praktikum yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan bagi praktikan tentang cara pembuatan tablet parasetamol dengan
metode granulasi basah.

Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi


yang paling banyak digunakan. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Parasetamol
adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesic. Dalam
metode granulasi basah memerlukan proses pengerjaan yang banyak, hal ini
menyebabkan metode granulasi basah memiliki keuntungan dan kerugian.
Pada saat praktikum hanya melakukan 2 uji yaitu uji mutu granul dan uji
kerapuhan. Pada uji evaluasi mutu granul , bobot granul yang hilang “loose
werght”

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1,Anief M,. 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
2.Anief M,. 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
3.Anonim,1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta;
4.Anonim,1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai