Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A. Definisi / Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi. ( Nanda NIC-NOC 2013, Edisi Revisi Jilid 2, hal : 482 )
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing( Kapita
Selekta Kedokteran edisi kedua).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga).
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Askep Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernafasan).

B. Penyebab / Etiologi
1. Berdasarkan etiologinya, dibagi atas;
a. Bakteri
1) Pneumococcus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada
orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokok serotipe
1 samapi dengan 8. Sedangkan pada anak-anak serotipe 14, 1,
6, dan 9. Inseiden meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dan
menurun dengan meningkatnya umur.

1
2) Streptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus
lain, seperti morbili dan varisela atau komplikasi penyakit
kuman lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh pnemokokus.
3) Basil gram negatif seperti Hemiphilus influensa, Pneumokokus
aureginosa, Tubberculosa.
4) Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat
progresif, resisten terhadap pengobatan dan sering
menimbulkan komplikasi seperti; abses paru, empiema, tension
pneumotoraks.
b. Virus
Virus respiratory syncytial, virus influensa, virus adeno, virus
sistomegalik.
c. Aspirasi
d. Pneumonia hipostatik
Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama.
e. Jamur
f. Sindroma Loeffler.

2. Faktor Resiko :
a. Merokok
b. Polusi udara
c. ISPA
d. Alkoholisme, trauma kepala, kejang, overdosis obat, general
anestesi
e. Inhalasi endotrakeal
f. Imobilisasi lama
g. Imunospresif terapi, kortikosteroid, kemoterapi
h. AIDS, malnutrisi, dehidrasi
i. Penyakit kronik
j. Aspirasi oral / gastric materi

2
C. Epidemiologi / Insiden Kasus
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak
terjadi pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat
terinfeksi oleh pathogen yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan
diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia
komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/ PN).
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial
di ICU lebih sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan
sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan
alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari
pasien yang meninggal di ICU akibat PN.

D. Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan
reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang.
Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi
klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya
partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan
penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas
difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko
kekurangan volume cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola
tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

3
PATHWAY

Kelemahan Intoleransi
Aktivitas

4
E. Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat
penyakit. Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Dispnoe
b. Hemoptisis
c. Nyeri dada
d. Takipnea
e. Demam, menggigil
f. Malaise
g. Kepala pusing
h. Batuk produktif berupa sputum
i. Peningkatan suhu tubuh
j. Hipoksemia

F. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi adanya
penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED)  leukositosis
menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida
menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
c. Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
d. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk mengetahui
oganisme penyebab
e. Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun, tekanan
saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan
hipoksemia.

5
G. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman
penyebabnya.
b. Terapi suportif umum
c. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasar pemeriksaan AGD
d. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
e. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk
batuk dan napas dalam
f. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
g. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
h. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai
peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest
i. Drainase empiema bila ada

6
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Med
Action Publishing.

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of


Nursing Diagnosis). Jakarta : EGC

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta

7
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono,1994:10)
Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Status perkawinan :
Agama :
Suku bangsa :
Bahasa :
Pekerjaan :
Alamat :
Diagnosa medis :
Sumber biaya :
Hubungan dengan pasien:
Nomor Rekam Medis :

b. Alasan Dirawat
1) Keluhan Utama
Sesak nafas
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan :
(1) Apakah masih ada batuk, berapa lama
(2) Apakah masih ada panas badan
(3) Apakah nyeri dada kalau batuk

8
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tanyakan :
(1) Frekuensi ISPA
(2) Riwauat Alergi
(3) Kebiasaan merokok
(4) Pengguaan obat-obatan
(5) Imunisasi
(6) Riwayat penyakit keturunan

c. Riwayat Keluarga
(1) Apakah ada keluarga yang menderita batuk
(2) Apakah ada keluarga yang menderita alergi
(3) Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru

3) Data Bio-Psiko-Sosial
a. Bernafas
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
b. Makan dan Minum
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
c. Eliminasi
Bagaimana pola BAN dan BAK
d. Gerak dan aktivitas
e. Istirahat Tidur
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Keebersihan Diri
g. Pengaturan Suhu

9
h. Rasa Nyaman
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
i. Rasa Aman
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS,
penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemeta
j. Sosialisasi dan Komunikasi
k. Rekreasi
l. Bekerja
Tanyakan :
Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap
Apakah bekerja di pabrik
Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung
m. Belajar
n. Spiritual
Kepercayaan yang dianut oleh pasien

4) Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
(1) Kesan Umum :
(2) Kesadaran :
(3) Bentuk tubuh :
(4) Postur Tubuh :
(5) Warna Kulit :
(6) Turgor Kulit :

b. Gejala Kardinal
(1) Tekanan Darah:
(2) Nadi :

10
(3) Suhu :
(4) Respirasi :

c. Keadaan Fisik
(1) Kepala :
(2) Mata :
(3) Hidung :
(4) Mulut :
(5) Telinga :
(6) Leher :
(7) Thoraks :
(8) Abdomen :
(9) Ekstremitas Atas :
(10) Ekstremitas bawah :

d. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
(1) Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi
adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial),
menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi
(bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
(2) Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) 
leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun.
Bilirubin biasanya meningkat.
(3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan O2.
(4) Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk
mengetahui oganisme penyebab

11
(5) Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun,
tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara
menurun dan hipoksemia.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital :
nadi meningkat (takikardi).
b. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk
bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik :
perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai
dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
d. Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas,
tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px. fisik :
penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan akibat muntah
f. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas,
sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital : respirasi
meningkat.
g. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. tanda
vital : suhu meningkat.
h. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran
pernapasan.

12
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder
tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien
mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan
batuk, tampak lelah.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan
pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif
berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi
nyaring.
2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak
meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
3) Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien
mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi
menurun, px. Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan
bronchial.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap
mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu
makan menurun dan muntah.
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai
dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah,
sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun.
6) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak
menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.

13
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering
terbangun sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai
dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena
sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder terhadap
perlengketan secret di saluran pernapasan.
9) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah

b. Rencana Tindakan
1) Dx I
Kriteria tujuan: menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas
bersih.
Rencana tindakan :
a) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional: takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan atau cairan paru.
b) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran
udara dan bunyi napas krakels.
Rasional: penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar sebagai respon
terhadap pengumpulan cairan, secret.
c) Berikan minum air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan
secret.
d) Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi secret.
2) Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang

14
Rencana tindakan :
a) Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat
dalam pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
b) Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD
menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
c) Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesic diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesic.
d) Kolaborasi dalam pemberian analgesic
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3) Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a) Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b) Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi
tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c) Pantau tanda vital
Rasional: abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan
evaluasi lanjut
d) Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4) Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah

15
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab
masalah.
b) Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses
infeksi berat/memanjang.
c) Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang
menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan
meskipun lambat untuk kembali.
5) Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas
Rencana tindakan :
a) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
b) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut di indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6) Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
a) Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit
infeksius akut.
b) Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
c) Kolaborasi pemberian antipiretik

16
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam
dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
7) Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang
terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi
yang tepat
b) Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan
psikologis
c) Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
d) Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi
Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat
8) Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan
a) Pantau tanda vital, khususnya selama awal terapi
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi
dapat terjadi.
b) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru
yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c) Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen
infeksi lain.
d) Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur
sputum/darah

17
Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia.

9) Dx 9
Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana tindakan
a) Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu, meningkatkan laju metabolik
dan kehilangan cairan melalui evaporasi
b) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan.
c) Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.

4. Evaluasi
1) Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
2) Nyeri berkurang atau hilang
3) Pola napas pasien adekuat
4) Nafsu makan pasien meningkat
5) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
6) Suhu dalam batas normal
7) Pola tidur pasien adekuat
8) Infeksi tidak terjadi
9) Volume cairan adekuat

18

Anda mungkin juga menyukai