Analisis Pengembangan Sumberdaya Pendidikan
Analisis Pengembangan Sumberdaya Pendidikan
OLEH
I NYOMAN NATAJAYA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GENESHA
SINGARAJA
2012
1
PRAKATA
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku
ajar dengan judul Analisis Pengembangan Sumberdaya Pendidikan (Suatu Kajian Teoretik
Buku ajar adalah sebagai salah satu produk dari pelaksanaan penelitian pengem-bangan
perangkat pembelajaran pada Program Pascasarjana Undiksha Singaraja dalam rangka untuk
Program Studi S2 Administrasi Pendidikan. Buku ajar ini dapat diselesaikan sudah tentunya tidak
dapat dilepaskan dari bantuan berbagai pihak terutama Direktur Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha yang berkenan membiayai penelitian dan penulisan buku ajar ini. Lembaga
penelitian dan penulisan buku ajar ini. Demikian juga pihak-pihak lain yang telah membantu
mencermati, mengkritisi dan memberikan saran yang diperlukan, sehingga penelitian dan
penulisan buku ajar ini dapat dilaksanakan dan selesai tepat sesuai dengan waktu yang
Kami menyadari bahwa buku ajar sebagai produk dalam penelitian pengembangan ini
masih ada kekurangannya, oleh karena itu tegur sapa, masukkan dan koreksi dari berbagai pihak
terutama yang memiliki perhatian terhadap laporan penelitian dan buku ajar ini masih tetap kami
2
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................................ ii
3
BAB. V SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA DALAM PENGEM-
BANGAN JABATAN KARIR PROFESI TENAGA KEPENDI-
DIKAN ................................................................................................. 63
4
BAB. I
PENDAHULUAN
Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja terdiri dari Program Studi Pendidikan Bahasa
Pendidikan Dasar, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Program Studi
Pendidikan Matematika. Semua program studi yang ada dan dikelola di lingkungan
Undiksha ini memiliki visi, misi dan tujuan masing-masing. Program Studi Adminsitrasi
memiliki kualitas yang unggul dan andal dalam pengembangan sumberdaya manusia,
dapat mengikuti tantangan dan tuntutan kemajuan pembangunan pendidikan nasional, dan
tenaga ahli dalam bidang kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen), calon
kepala sekolah dari tingkat SD sampai pada SMTA, calon pengawas dari tingkat SD
sampai pada tingkat SMTA, dan tenaga ahli perencanaan dalam bidang pendidikan, kedua
trasi pendidikan dalam arti yang luas, dan yang ketiga adalah menyelenggarakan
pengabdian pada masyarakat dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah dalam
kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Kemudian tujuan dari Program Studi Admi-
nistrasi Pendidikan adalah pertama menghasilkan lulusan sebagai tenaga ahli dalam
5
bidang kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen) dalam Administrasi
Pendidikan, calon kepala sekolah tingkat SD sampai SMTA, pengawas dari tingkat SD
sampai SMTA, tenaga ahli perecanaan, dan tenaga ahli perencanaan dalam bidang
dalam arti yang yang luas, serta yang ketiga adalah menyelenggarakan pengabdian pada
masyarakat dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah dalam bidang kependidikan
Pada saat sekarang ini di tahun 2012 terungkap berbagai permasalahan yang
Studi Administrasi Pendidikan, seperti masa studi mahasiswa adalah berkisar antara lima
sampai dengan tujuh semester. Demikian pula IPK komulatif yang dicapai oleh para
lulusan berkisar antara 3,00 sampai dengan 3, 50. Dilihat dari masa studi dan IPK yang
adalah fasilitas yang mendukung perkuliahan seperti buku literatur yang tersedia baik di
terungkap dalam laporan dan temuan penelitian Trecer Study yang dilakukan oleh tim
6
dilakukan secara berturut-turut dalam waktu dua tahun terakhir ini yaitu tahun 2010 dan
tahun 2011 (Koyan, dkk. 2010, 2011). Keterbatasan dan kelangkaan buku-buku literatur
tersebut lebih diperparah dengan mahalnya harga buku, sulitnya dan sangat jarang dapat
ditemukan di toko-toko buku sehingga sulit dapat dicari dan dibeli untuk dimiliki bagi
para mahasiswa.
saat ini adalah bahwa sebagian besar inputnya berasal dari guru-guru mulai dari guru SD,
SMTP, dan SMTA yang tersebar di seluruh pulau Bali. Untuk mengakses semua guru
yang akan melanjutkan studi lanjut, maka perkuliahan untuk mahasiswa program
kampus Pegok Denpasar. Di sisi yang lain pada saat sekarang ini teknologi imformasi
komunikasi begitu pesat perkembangannya dan sangat canggih. Lebih dari itu teknologi
jauh pada beberapa jenjang pendidikan dan dapat berhasil dengan baik.
caran perkulihan mahasiswa yang berlokasi pada dua lokasi yang cukup berjauhan yaitu
di kampus Singaraja dan kampus Pegok Denpasar, maka perlu dilakukan penelitian
paling tidak empat buah buku yang diharapkan dapat mendukung materi perkulihan
dalam mata kuliah: (1) Analisis pengembangan sumberdaya pendidikan, (2) Analisis
pengendalian mutu pendidikan, (3) Supervisi pendidikan, dan (4) Problematika pendi-
7
dikkan dengan berbagai keterbatasannya yang dapat mengatasi kelangkaan ketersediaan
buku-buku literatur, dan secara teknis ada peluang untuk mengembangkan proses pembe-
Jadi tujuan utama penulisan buku ini adalah pembangunan perangkat lunak
(software) yang akan dipasang pada portal web e-learning Program Pascasarjana
Kependidikan.
B. Standar Kompetensi
pemahaman terhadap berbagai konsep dan teori tentang tentang sumberdaya pendidikan
pembelajaran.
8
BAB. II
PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN KUALIFIKASI
TENAGA KEPENDIDIKAN
dikan Kependidikan
Memahami jenis-jenis dan Kualifikasi Dapat menyebutkan jenis-jenis dan Kuali-
an
Memahami Tahap-tahapan dalam Pengada- Dapat menlaskan tahap-tahapan dalam
Profesional
dan diangkat untuk menunjang penyelengaraan pendidikan. Dari pengertian tenaga ke-
pendidikan tersebut tampaknya memiliki pengertian yang sangat luas sekali. Oleh karena
itu untuk lebih jelasnya pengertian tersebut, serta untuk dapat mengetahui bagaimana
kedudukan dan posisi tenaga kependidikan khususnya guru sebagai tenaga profesi, maka
dalam bab satu ini dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan pengertian dan jenis-
9
menyebut dengan istilah sumber daya insani, Wijono (1989) menyebut dengan istilah
ketenagaan sekolah, Harris, dkk (1979) menyebut dengan istilah personel, kemudian
Makmun (1996) menyebut dengan istilah tenaga kependidikan, sedangkan kalau melihat
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 yang mengatur tentang tenaga kependidikan di
Indonesia, dan Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Dari berbagai istilah yang berkaitan dengan tenaga kependidikan tersebut secara
teoritik semuanya memang benar dalam arti dapat diterima, lebih-lebih istilah tenaga
kependidikan yang memiliki landasan hukum, yaitu Undang-undang RI. No. 20 Tahun
2003 tampaknya akan lebih tepat. Namun perlu diketahui bahwa dalam manajemen juga
dikenal dan digunakan istilah secara lebih umum, yaitu istilah sumber daya manusia.
Kemudian dalam kaitannya dengan tulisan di buku ini, maka istilah yang digunakan
barangkali dan bisa jadi istilah-istilah tersebut akan digunakan secara silih berganti,
Persoalannya yang muncul dan perlu dibahas adalah siapakah yang dimaksud
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 1 (5) tenaga kependidikan
yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan yang lainnya yang
Berdasarkan pada bunyi pasal 1 (5) dan (6) Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003
tersebut dapatlah diketahui bahwa tenaga kependidikan tersebut adalah memiliki makna
10
dan cakupan yang jauh lebih luas dari pendidik. Bisa jadi yang dimaksud termasuk
dengan tenaga kependidikan tersebut di samping pendidik, seperti guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, dan fasilitator, adalah juga termasuk
kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, pimpinan PLS, penilik, pengawas, peneliti,
pengembang bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, penguji dan
yang lainnya.
Semua jenis sumberdaya manusia atau tenaga kependidikan tersebut penting untuk
dibahas dalam kajian ini karena sangat bermanfaat tidak saja untuk kepentingan dalam
pengembangan keilmuan atau dalam bidang teoritik akademik, tetapi yang lebih penting
demikianlah kenyataannya sumber daya manusia tersebut dalam segala fungsi dan
perannya sangat penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi termasuk dalam bidang
pendidikan. Sebab kebijakan dalam pengelolaan sumbedaya manusia yang dilandasi oleh
suatu persepsi dan kajian teori yang keliru dan salah, yang dijadikan dasar dalam
mengelola semua faktor sistem pendidikan lainnya yang berupa uang, material yang
melimpah ruah, dan fasilitas yang lengkap tersebut tidak akan menjadi signifikan dan
menentukan keberhasilanya, dan memang agak berbeda dengan mengelola material yang
berupa mesin-mesin atau teknologi yang canggih dimana mesin-mesin tersebut walaupun
juga menentukan keberhasilan suatu organisasi, tetapi mesin-mesin tersebut tidak akan
bisa mengeluh, tidak bisa melawan perintah, tidak akan mangkir dalam melaksanakan
tugas, tidak akan melaksanakan pemogokan, tidak akan terlibat dalam konflik-konflik
seperti manusia, tidak akan bisa mengajukan tuntutan perbaikan nasib, dan perbuatan-
11
perbuatan negatif yang lainnya (Siagian.1999). Menyadari begitu pentingnya sumberdaya
manusia atau tenaga kependidikan yang memiliki kualitas kemampuan yang profesional
dan kinerja yang baik, tidak saja akan mengkontribusi terhadap kualitas lulusan yang
dihasilkan, melainkan juga berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan dalam
pembangunan, yang pada gilirannya kemudian akan berpengaruh pada kualitas peradaban
dan martabat hidup masyarakat, bangsa, serta umat manusia pada umumnya. Demikian
juga untuk lebih dapat memahami kajian tentang profesi kependidikan ini secara
konseptual dan teoritik, lebih empirik serta praktis, maka kajiannya akan difokuskan pada
profesi tenaga kependidikan tetentu saja, khususnya profesi keguruan, karena tampaknya
profesi inilah paling dekat dengan kepentingan pembinaan mahasiswa sebagai calon guru
yang disebut profesi. Lebih penting dan lebih menarik karena pada saat ini dalam
kebijakan pemerintah yang mengatur tentang tenaga kependidikan tampaknya hanya baru
guru dan dosen ditetapkan dan diatur secara legal sebagai profesi. Sedangkan tenaga
kependidikan yang lainnya masih belum diatur, walaupun mungkin secara akademik dan
fungsional sering dan sudah disebut atau menamakan dirinya sebagai profesi, seperti
konsoler, pustakawan, laboran, teknisi dan lain sebagainya, dan bahkan organisasi
keguruan ini, juga akan lebih mudah dalam memberikan berbagai ilustrasi, contoh-
bidang bisnis, dan dalam bidang kependidikan seperti dalam pembahasan ini tidak akan
12
sama dengan pandangan terhadap pembahasan masalah-masalah sumberdaya manusia
seperti yang dikemukakan oleh Harris, dkk (1979) yang menguraikan bahwa masalah-
masalah personnel dalam bidang pendidikan antara lain disebutkan adalah mencakup:
susunan kepegawaian, fungsi staf, inovasi dan tradisi dalam penyusunan kepegawaian,
personalia, merekrut dan memilih personalia, masalah keuangan, evaluasi personalia, dan
pelatihan. Demikian juga yang dilakukan oleh Weber (1954) dalam pembahasannya
tersebut, diantaranya adalah mencakup: seleksi guru baru, pendapatan atau gaji guru,
orientasi guru baru, pendidikan inservice, penilaian dan pelayanan guru, beban mengajar
guru, pemutusan hubungan atau kontrak kerja, pemecatan, pemindahan, masalah cuti dan
absen, organisasi-organisasi profesi, kesehatan dan rekreasi guru, status sosial, etika
profesi, masa jabatan guru, kebijakan pemerintah terhadap guru dan yang lainnya.
terhadap tenaga kependidikan khususnya profesi guru secara jelas di Indonesia diatur
dalam Undang-undang RI. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam bagian
kesatu mengatur persoalan yang berkaitan dengan: kualifikasi, kompetensi sertifikasi guru
sebagai profesi, bagian kedua mengatur persoalan yang berkaitan dengan: hak dan
kewajiban guru sebagai profesi, bagian ketiga mengatur persoalan yang berkaitan dengan:
wajib kerja dan ikatan dinas, bagian keempat mengatur persoalan yang berkaitan dengan:
bagian keenam mengatur persoalan yang berkaitan dengan: penghargaan guru sebagai
profesi, bagian ketujuh mengatur persoalan yang berkaitan dengan: perlindungan guru
13
sebagai profesi, bagian kedelapan mengatur persoalan yang berkaitan dengan: cuti guru,
bagian kesembilan mengatur persoalan yang berkaitan dengan organisasi profesi dan kode
etik guru.
tidak berbeda terlalu jauh dengan yang dibahas dalam buku ini, namun dalam
pembahasan buku ini akan selalu mencoba berusaha untuk meyakinkan hal-hal yang
Dalam uraian dan penjelasan tentang pengertian tenaga kependidikan sudah dapat
dimengerti secara jelas yang dimaksud dengan tenaga kependidikan tersebut adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyeleng-
garaan pendidikan seperti guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, dan fasilitator, termasuk kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, pimpinan PLS,
sumber belajar, dan yang lainnya. Bahkan bisa jadi juga termasuk semua pengelola
birokrasi dan stafnya di tingkat pusat, daerah provinsi, kabupaten/kota, tingkat keca-
tampak dalam pembahasan teruraikan dengan sedikit lebih jelas, yang menjadi persoalan
kualifikasi profesi guru tersebut. Secara teoritik serta mengacu sebagaimana lazimnya
14
pada negara-negara maju, maka kualifikasi tenaga kependidikan tersebut dapat dibedakan
dan konsultan kependidikan. Dalam tulisan ini akan dicoba dibahas secara ringkas dari
peserta didik. Sesungguhnya dalam hubungan ini alam telah melibatkan semua orang
yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut termasuk para orang tua di rumah, para
lainnya, para instruktur atau fasilitator, pamong belajar pada pusat-pusat atau balai
pelatihan dan kursus-kursus, para pembina dan pembimbing pada berbagai perkumpulan
atau sanggar atau pedepokan serta organisasi yang melatih dan membimbing keteram-
pilan seni dan budaya, para ustadz dan pembina di pondok pesantren dan majelis-majelis
taklim atau pengajian di surau dan langgar, para penyiar TV dan Radio yang mengasuh
acara dan mimbar kependidikan, para penulis artikel dimedia cetak seperti majalah,
koran, jurnal, buku bacaan, buku pelajaran yang mengandung muatan atau nuansa
tugas pelayanan kependidikan tersebut dapat secara tatap muka secara langsung di kelas
atau melalui TV, sistem belajar jarak jauh, secara korespondensi, dan berbagai bentuk
komunikasi lainnya. Namun demikian perlu disadari bahwa masalah kualifikasi akademik
15
Oleh karena itu, kalau diperhatikan pasal 9 undang-undang guru dapat diketahui bahwa
kualifikasi akademik seorang guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana,
atau diploma empat (D4). Sementara itu kalau diperhatikan pasal 42 (2) undang-undang
sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan formal pada jenjang usia dini,
berlatar belakang pendidikan tinggi dan dihasilkan oleh perguruan tinggi. Demikian pula
dalam PP No. 19 tahun 2005 dalam pasal 29 (2) disebutkan bahwa guru SD/MI/SDLB
Kemudian dalam pasal yang sama ayat tiganya disebutkan bahwa guru SMP/MTs/
SMPLB harus berpendidikan S1 atau D4 dengan progam studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Dari bunyi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam undang-
undang dan peraturan pemerintah tersebut, tampaknya kualifikasi guru seperti menuntut
suatu persyaratan kualifikasi pendidikan seorang guru tersebut adalah sama, yaitu lulusan
pendidikan tinggi S1 atau D4. Namun demikian jika makna bunyi pasal-pasal yang diatur
dan terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, undang-undang guru, dan
PP No. 19 tahun 2005 dirunut dan disenergikan dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
guru di Indonesia haruslah minimum berpendidikan S1 atau D4 dari program studi yang
relevan, misalnya untuk menjadi guru taman kanak-kanak dipersyaratkan harus lulusan
untuk dapat diangkat menjadi guru SD/MI/SDLB dipersyaratkan harus lulusan perguruan
tinggi program S1 atau D4 PGSD/ Psikologi/ Kependidikan lainnya. Untuk menjadi guru
ratan kualifikasi pendidikan minimum bagi guru ini merupakan suatu lompatan yang
16
cukup signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita (Samani,
dkk. 2006).
secara fungsional melakukan layanan secara tidak langsung kepada tenaga teknis kepen-
sistem pendidikan mulai tingkat struktural pusat, regional atau daerah, sampai pada
tingkat operasional. Sehubungan fungsi tenaga manajemen tersebut, maka yang bisa
para pimpinan struktural dari tingkat pusat sampai tingkat operasional kependidikan, para
pimpinan atau pengelola, penilik dan pengawas, penilai dan penguji pendidikan, para
yang secara fungsional tugas utmanya menyiapkan kelengkapan sarana dan fasilitas
jamin kelangsungan dan kelancaran proses pendidikan. Sehubungan dengan fungsi tenaga
penunjang teknis yang dimaksudkan adalah mencakup seperti teknisi sumber belajar di
di instalasi, teknisi sumber belajar di studio, teknisi sumber belajar di PSB, dan
sebagainya.
yang secara fungsional tugas utamanya mengadakan dan menyiapkan sarana dan
17
prasarana kependidikan serta memberikan layanan jasa administratif kepada pihak tenaga
manajemen, atau kepemimpinan pendidikan, dan tenaga teknis fungsional, serta penun-
jang teknis kependidikan sesuai dengan kepentingannya. Siapa yang dimaksudkan dengan
tenaga penunjang admistratif kependidikan ini, antara lain dapat disebut seperti tenaga
tenaga kependidikan yang secara fungsional tugas utamanya tidak terlibat secara langsung
menyiapkan berbagai perangkat informasi dan data yang relevan dan dapat dipertanggung
jawabkan serta memberikan jasa pelayanan informal dan konsultansi kepada semua pihak
tersedia pada semua jenjang tataran sistem kependidikan khususnya di perguruan tinggi.
Dengan demikian selayaknya pada suatu perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi
yang menangani bidang kependidikan memiliki berbagai pusat penelitian, berbagai pusat
guru adalah termasuk tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga
pendidik, karena secara fungsional tugas utamanya secara langsung memberikan pela-
18
Pendidikan memiliki posisi yang strategis dan signifikan dalam menunjang upaya
kesejahteraan dan martabat hidup manusia. Oleh karena itu maka pada saat sekarang ini
telah banyak dilakukan studi yang intensif dan mendalam yang tertuju kearah penemuan
alternatif yang dapat ditempuh dalam pengembangan sumber daya manusia, sehingga
Harbison dan Myers (1964) menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya meru-
pakan sarana dan cara utama yang paling strategis dalam pengembangan sumberdaya
manusia baik melalui pendidikan formal maupun nonformal di tingkat sekolah dasar
sampai pada pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Demikian pula dengan merujuk
pada Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 dijelaskan bahwa tenaga kependidikan
bangan sumberdaya manusia dan menempati posisi kunci dalam system pendidikKan
nasional. Dampak mutu kemampuan professional dan kinerja guru tidak hanya akan
berkontribusi pada kualitas lulusan yang dihasilkan melainkan juga akan berlanjut pada
kualitas kinerja dan jasa para lulusan dalam pembangunan, yang pada gilirannya
kemudian akan nampak pengaruhnya terhadap kualitas peradaban dan martabat hidup
Tenaga kependidikan atau guru yang berkualitas seperti yang dimaksud tersebut
sudah tentunya dapat direalisasikan dan diwujudkan, oleh karena itu maka penyiapan dan
Upaya yang demikian itu merupakan suatu keharusan mengingat tuntutan standar kualitas
19
seirama dengan pesatnya laju perkembangan dan inovasi ilmu pengetahuan serta rekayasa
Sehubungan dengan begitu strategis peranannya dan sebagai posisi kunci dari
tenaga kependidikan khususnya guru untuk berhasilnya suatu system pendidikan, maka
dalam pengembangan pendidikan tenaga guru pada saat sekarang di Indonesia dilakukan
dengan dua jenis model, yaitu pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan. Dua
jenis pendidikan ini berbeda secara essensi dan system pengelolaannya meskipun sifatnya
sama yaitu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia khususnya guru.
untuk meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Pendidikan prajabatan
merupakan suatu istilah yang paling lazim digunakan pada lembaga pendidikan keguruan
yang merujuk pada pendidikan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga jenjang pendi-
dikkan di perguruan tinggi atau iniversitas untuk menyiapkan mahasiswa yang hendak
meniti karir dalam bidang pendidikan. Fungsi esensi ini menuntut atmospir yang kondusif
dalam lembaga penyelenggara bagi penciptaan sajian-sajian bahan ajar dengan derajat
akademik dan kemampuan praktis yang tinggi sebagaimana dipersyarakan untuk calon
guru.
Pendidikan dalam jabatan yang sering disebut dengan pendidikan, pelatihan dan
sungguhpun karyawan telah menjalani proses orientasi ketika mulai meniti karir dan yang
sudah lama bekerja telah memhami seluk beluk pekerjaan, dalam praktik tidak jarang
muncul kebisaan buruk dan memiliki produktivitas yang rendah. Siagian (1995) menya-
takan alasan yang sangat pundamental dari pengembangan personalia bahwa untuk
menghadapi tuntutan tugas sekarang terutama untuk menjawab tantangan masa depan.
20
Sejalan itu Fliffo (1983) menyatakan bahwa setelah ditempatkan pada posisi
kan kinerja yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Jadi kegiatan pengembangan
terhadap pekerjaan yang diembannya. Bahkan secara secara lebih rinci Castetter (1981)
kan performasi personalia sesuai dengan posisinya saat ini, (2) Pengembangan kemam-
puan personalia untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi, (3)
Merangsang pertumbuhan diri personalia bagi penciptaaan kepuasan kerja secaa indivi-
dual.
dengan organisasi pendidikan. Kecendrungan yang ada pada saat ini menunjukan bahwa
rendahnya komitmen pada esesnsi dan eksitensi sumberdaya manusia masih tampak, dan
hal tersebut merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam kegiatan pengembangan
tenaga kependidikan khsusunya guru. Demikian juga telah disadari betul bahwa rendah-
nya komitmen terhadap esesnsi dan eksistensi tenaga kependidikan khususnya guru tidak
jarang akan mengakibatkan guru hanya menerima sedikit rangsangan dalam mengimple-
dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur tahapan dalam pembentukannya yang
21
Pertama adalah berkaitan dengan system pengadaan atau penyediaan guru
menurut Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan
Sistem pengadaan guru yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan
tersebut kemudian disebut dengan kebijakan penyediaan guru yang berbasis perguruan
sebagai penyelenggara dan pengadaan guru yang mencakup pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk
Dengan demikian guru harus memiliki dan memenuhi persyaratan kualifikasi akademik
minimal S1/D-IV dalam bidang kependidikan atau nonkependidikan dan telah menempuh
dan dinyatakan lulus dalam pendidikan profesi atau bersertifikat pendidik. Guru yang
memenuhi kedua persyaratan tersebut kemudian oleh pemerintah statusnya diakui sebagai
guru yang professional. Lebih lanjut dari peraturan pemerintah tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah peserta pendidikan profesi guru akan ditetepkan oleh menteri, yang ada
kemungkinannnya didasari atas kuota kebutuhan formasi. Beberapa hal lainnya yang
dapat diketahui tentang pendidikan profesi guru tersebut, pertama adalah calon peserta
pendidikan profesi guru berkualitas S1 dan/D-4, kedua sertifikat pendidik bagi calon guru
harus diperoleh dari perguruan tinggi yang memiliki dan menyelengarakan program
tenaga kependidikan yang terakreditasi, ketiga sertifikasi pendidik bagi calon guru harus
dilakukan secara obyektif, transfaran, dan akuntabel, keempat jumlah peserta didik
program pendidikan profesi guru setiap tahun ditetapkan oleh menteri, kelima program
pendidikan profesi guru diakhiri dengan ujian kompetensi pendidik, keenam uji
22
kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan kinerja sesuai dengan standar
kompetensi, ketujuh ujian tertulis dilaksanakan secara komperehensif yang mencakup (1)
kurikulum dan silabus, rancangan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, (2) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi mata pelajaran, kelompok mata
pelajaran, dan/atau program yang diampunya, dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang secara konsepsional menaungi materi pelajaran, kelompok ma
pelajaran, dan/atau program yang diampunya, kedelapan ujian kinerja dilakukan secara
yang relevan.
guru adalah setelah calon guru tersebut direkrut mereka belum bisa langsung bertugas
secara penuh ketika pertama kali memasuki di sekolah, melainkan mereka harus
memasuki masa atau fase prakondisi yang disebut dengan induksi. Fase induksi tersebut
sebenarnya tidak saja dikenal dalam bidang pendidikan tetapi secara teori manjemen
adalah merupakan suatu tahapan yang memang harus dilalui di dalam penerimaan
pegawai baru. Demikian pula istilah induksi tersebut kadang kala disebut pula dengan
istilah yang lainnya seperti fase perkenalan, fase orientasi. Kemudian titik tolak yang
digunakan untuk menyusun suatu program pengenalan adalah adanya suatu pandangan
yang menyatakan bahwa para pegawai baru pada dasarnya ingin diterima sebagai anggota
yang baru. Sebagai anggota yang baru ingin diperlakukan sebagai anggota secara baik,
orgnanisasi (Manulang1988., 1994., Siagian 1999). Kemudian beberapa hal yang menjadi
23
bahan induksi tersebut adalah berkaitan dengan sejarah perusahaan, barang yang
dengan program induksi dalam bidang pendidikan terutama dalam tahapan pengadaan
guru program induksi diidealisasikan guru akan dibimbing dipandu oleh mentor terpilih
untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar calon guru tersebut benar-benar siap menjalani
tugas-tugas profesional. Perlu pula ditegaskan bahwa program induksi ini dilakukan
terhadap calon guru yang direkrut yang sudah memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikat pendidik yang secara hukum juga sudah memiliki kewenangan penuh.
Setelah guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin
dan pengembangannya tidak berhenti disitu saja melainkan perlu upaya secara terus
menerus untuk perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan profesinya yang bisa
F. Rangkuman
pendidik, seperti guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
dan fasilitator, di dalamnya juga termasuk kepala sekolah, direktur, ketua, rektor,
Semua jenis tenaga kependidikan tersebut sangat penting bagi pencapaian tujuan
1992 dijelaskan bahwa tenaga kependidikan merupakan komponen yang determinan dan
24
menempati posisi kunci dalam sistem pendidikan nasional. Pengembangan sumberdaya
manusia atau tenaga kependidikan yang memiliki kualitas kemampuan yang profesional
dan kinerja yang baik, tidak saja akan mengkontribusi terhadap kualitas lulusan yang
dihasilkan, melainkan juga berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan dalam
pembangunan, yang pada gilirannya kemudian akan berpengaruh pada kualitas peradaban
dan martabat hidup masyarakat, bangsa, serta umat manusia pada umumnya.
G. Evaluasi
25
BAB. III
HAKEKAT MAKNA, DAN CIRI-CIRI
PROFESI TENAGA KEPENDIDIKAN
profesi.
Memahami Sejarah dan Petumbuhan Pro- Dapat menjelaskan profesi guru sebagai
Dalam kehidupan kita sehari-hari akan sering dihadapkan dengan istilah profesi.
Demikian pula tampaknya istilah profesi tersebut mempunyai hubungan dengan berbagai
sehingga tidak terjadi kesalah pahaman terhadap pengertian profesi, maka dalam bab dua
ini pembahasannya akan difokuskan pada pengertian tenaga profesi kependidikan, dan
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta pendidikan yang lebih tinggi,
dan biasanya meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan kasar yang mengandalkan
tenaga secara fisik. Contoh profesi yang dapat disebutkan dalam tulisan ini, seperti
26
mengajar, keinsinyuran, kedokteran, hukum dan lain sebagainya. Dokter dan insinyur
harus melalui pendidikan tinggi yang cukup lama, dan menjalankan pelatihan berupa
pemagangan yang juga memerlukan waktu yang cukup lama sebelum memangku
jabatannya. Demikian juga setelah memangku jabatannya mereka juga dituntut untuk
Singaraja, merumuskan profesi tersebut sebagai spesialisasi pekerjaan dan keahlian yang
Dengan demikian sebenarnya tidak semua pekerjaan itu bisa disebut dengan
profesi, seperti halnya dalam keseharian sering kita temukan yang memaknai pengertian
profesi itu secara salah, bahkan konotasinya negatif, seperti misalnya perampok yang
profesional, pencuri yang profesional, tukang becak yang profesional, dan lain-lainnya.
onal tersebut, bukan sebagai pekerjaaan yang dapat ditekuni karena sebagai hasil yang
dicapai melalui proses pendidikan yang lama dan pendidikan tinggi, bukan sebagai hasil-
hasil pelatihan atau pemagangan, bukan pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara baik, tetapi justru bertentangan dengan nilai-nilai, dan bertentangan
dengan berbagai etika sosial dan norma-norma, seperti norma agama, norma hukum,
norma kesusilaan dan norma kesopanan yang ada yang hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta spesialisasi dan
pendidikan yang relatif lama di perguruan tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus
(Sutisna, 1983. Sanusi dkk, 1990, Situmorang, 1990. Makmun.1996). Profesi merupakan
27
suatu pekerjaan yang memerlukan persyaratan khusus, seperti: menuntut adanya kete-
rampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut
adanya tigkat pendidikan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak kemasya-
mengutip pendapat Vollmer bahwa profesi sesungguhnya merupakan suatu jenis model
atau tipe pekerjaan ideal, yang dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk dapat
diwujudkan, namun demikian, bukanlah merupakan suatu yang mustahil pula untuk dapat
Merujuk pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi itu merupakan
suatu bidang pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus sehingga meyakinkan
dimaksudkan kalau mengikuti uraian dari Sanusi dkk (1991) yang menyebut dengan
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
3. Keterapilan/keahlian yang dimiliki dan dituntut oleh suatu jabatan tersebut didapat
4. Suatu jabatan yang didasarkan pada batang tubuh disiplin keilmuan yang jelas,
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
28
6. Proses jabatan untuk pendidikan itu merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
9. Dalam perakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
10. Jabatan itu memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya
Pendapat yang lain tentang ciri-ciri profesi yang dapat dikutif sebagai perban-
dingnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Ornsetein dan Levine (1984) sebagai
tidak berganti-ganti.
7. Menerima tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang
29
8. Mempunyai kometmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota organisasi profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap
anggotanya.
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila dibandingkan dengan
pengertian profesi secara umum, tampaknya perlu juga dijelaskan isitilah-istilah lainnya
mempunyai hubungan langsung tetapi cukup memiliki pengertian dan makna yang
berbeda. Beberapa istilah yang mempunyai hubungan langsung dengan profesi yang
Istilah profesional merupakan kata sifat yang bercirikan suatu pekerjaan yang
dilengkapi dengan keahlian yang memenuhi persyaratan khusus tertentu, sesuai dengan
yang dituntut oleh profesi yang bersangkutan. Hal demikian ini digunakan secara terkait
30
dari pekerjaan yang amatir. Jadi profesonal adalah terkait dengan pemenuhan akan
dan kualifikasi yang dimiliki oleh seorang guru yang profesional akan berbeda dengan
seorang pengacara atau adpokat, demikian juga akan berbeda dengan seorang arsitektur.
sebenarnya adalah menunjuk pada suatu aliran penganut kualifikasi pekerjaan yang
mengandung unsur mutu atau kualitas serta wewenangnya sekaligus. Jadi profesionalisme
tersebut menunjuk pada orang atau sekelompok orang yang memiliki pemikiran-
pemikiran tentang suatu profesi dan lebih dari itu juga mencoba merumuskan kriteria
yang harus dipenuhi, sehingga juga memiliki kewenangan tetentu. Dengan demikian
profesionalisme dalam bidang kedokteran. Karena pada dasarnya setiap orang atau
adalah menunjuk pada segala upaya yang dijiwai tanggungjawab untuk memberi isi atau
Dalam hubungan ini dapat diberikan contoh, seperti, misalnya profesi guru. Bagaimana
calon guru tersebut dibentuk, dibina, dan diproses oleh lembaga pendidikan tinggi
dengan penuh dijiwai dan rasa tanggungjawab, dibentuk dan dibina melalui proses yang
cukup lama. Sehingga calon guru yang dibentuk dapat melaksnakan tugasnya dengan
profesional.
31
Demikian pula tampaknya dalam hubungan dengan istilah lainnya yang lazim dan
sering kita temukan dalam keseharian kita, yaitu profesionalitas. Profesionalitas yang
dimaksudkan di sini adalah menunjuk pada kualitas hasil perkerjaan yang dilakukan oleh
seseorang secara profesional. Jadi lulusan atau autput suatu sekolah itu misalnya memiliki
Dengan adanya penjelasan tentang berbagai istilah yang berkaitan dengan istilah
perbendaharaan pemahaman bagi calon guru tentang profesi tersebut, dan sekaligus akan
dapat menggunakan istilah-istilah tersebut dikemudian hari secara baik dan lebih tepat,
pengertian profesi ini adalah jenis-jenis atau bidang-bidang pekerjaan yang bagaimana
atau yang mana saja secara akademik yang telah ada, atau yang sedang bekembang dalam
masyarakat yang bisa disebut sebagai suatu profesi. Dalam hubungan ini Richey (1974)
menjelaskan dan mengkategorikan profesi tersebut sebagai berikut: (1) profesi yang telah
mapan, (2) profesi baru, (3) profesi yang sedang tumbuh, (4) semi profesi, dan (5) jabatan
atau tugas atau pekerjaan yang belum jelas tuntutan status keprofesiannya. Namun Richey
tidak menjelaskan lebih jauh secara lengkap tentang contoh-contoh, maupun dasar-dasar
Richey hanya memberi contoh-contoh pekerjaan yang dikategorikan profesi yang semi
profesional, seperti: keperawatan, dan guru khususnya guru untuk sekolah dasar. Kemu-
dian penjelasan tentang jenis-jenis profesi tersebut tampaknya juga dapat mengikuti
uraian dari pakar yang lainnya, seperti Makmun (1996) misalnya menjelaskan pekerjaan
yang dapat digolongkan dengan profesi yang sudah mapan adalah seperti: hukum, dan
32
kedokteran, kemudian profesi baru seperti: akuntan, dan arsitek, bahkan kemeliteran
khusushya ABRI juga menyatakan dirinya sebagai prajurit yang profesional. Sutisna
(1983) menjelaskan bahwa yang termasuk profesi yang sedang tumbuh dan berkembang
Jadi dari uraian di atas walaupun sepintas ada pendapat yang menjelaskan bahwa
guru tersebut hanya sebagai salah satu contoh dari pekerjaan yang dikategorikan semi
profesinal, kemudian bidang administrasi pendidikan sebagai profesi yang sedang tumbuh
dan berkembang, paling tidak dapat dijadikan salah satu petunjuk bahwa pekerjaan di
bidang kependidikan adalah secara universal telah dikenali secara akademik sebagai salah
satu jenis keprofesian. Lebih dikuatkan lagi pada kenyataannya sekarang ini secara
kebijakan dan legal bahwa di Indonesia khususnya pekerjaan guru dan dosen telah diakui
sebagai profesi seperti yang diatur dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Mudah-mudahan pengakuan secara kebijakan dan legal tersebut juga
Setelah dibahas ciri-ciri profesi secara umum, maka dalam pembahasan di bawah
ini disajikan ciri-ciri dari profesi tenaga kependidikan khususnya profesi guru. Di bawah
ini disajikan ciri-ciri profesi guru menurut National Education Association (NEA.1984)
sebagai berikut:
33
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
8. Jabatan yang memiliki organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Kemudian ada juga pendapat yang menyatakan bahwa syarat-syarat profesi guru
untuk berkomunikasi dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, melakukan
pengembangan diri secara terus menerus melalui organisas profesi, internet, buku,
Berbeda dengan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tidak
secara jelas menyebut dengan istilah kriteria atau ciri-ciri profesi guru, tetapi disebutkan
bidang tugas.
34
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dala melaksanakan tugas keprofesionalan,
dan
Demkian juga hasil pertemuan tim Pascasarjana LPTK Negeri se Indonesia 2007
dimiliki kemampuan: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kom-
petensi sosial, (4) kompetensi profesional. Berdasarkan pada beberapa ciri dan prinsip
dari profesi guru tersebut, lebih lanjut juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
profesi guru adalah merupakan pekerjaan bidang pendidikan yang menuntut memiliki
kemampuan tertentu. Pengertian profesi guru yang agak lebih lengkap dapat dirumuskan
keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang
diharapkan (Yamin. 2007). Bahkan lebih lanjut ada yang menyatakan profesi guru adalah
suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan, walaupun pada kenyataannya masih
Berdasarkan kutipan kriteria profesi guru yang dimaksudkan oleh NEA dan
prinsip profesi guru yang diatur dalam undang-undang guru dan dosen tersebut tampak-
nya kriteria profesi guru begitu luas dan komplek, sedangkan kriteria profesi yang
tampaknya mempersempit makna kriteria profesi tersebut hanya dilihat dari sisi
kemampuan profesionalnya saja, karena hanya melihat dari kriteria kompetensinya saja,
yaitu: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4)
35
kompetensi profesional, padahal kriteria dari profesi begitu luas dan kompleksnya.
Kemudian pembahasan tentang kompetensi guru tersebut akan dikaji secara lebih dalam
dan lebih luas dalam bagian khusus dari suatu bab dalam buku ini, khususnya bagian yang
dahulu khususnya guru mempunyai pengakuan status, kedudukan dan martabat yang
sangat tinggi dan sangat dihormati dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sebutan
guru yang dikaitkan dengan nama Tuhan, seperti, misalnya Shang Hyang Batara Guru,
yang tiada lain dianggap sebagai Sang Hyang Widhi Wasa yang menciptakan segala alam
semesta. Di samping hal tersebut di dalam masyarakat Hindu di Bali istilah guru juga
dikaitkan dengan ajaran agama yang disebut istilah Catur Guru, yang artinya empat
penuntun yang mengemban tugas berat, dan sangat mulia yang harus dihormati sehari-
hari, yang terdiri dari Guru Swadhyaya, Guru Rupaka, Guru Pengajian, dan Guru Wisesa.
Guru Swadhyaya atau Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan mahluk
terutama manusia yang termulia yang dibekali bayu, sabda, dan idep sudah tentu akan
dapat berpikir merasa bersyukur kehadapannya, karena berkat jasa beliaulah manusia ini
ada, dan dalam keadaan selamat sehingga dapat berbuat baik untuk meningkatkan derajat
hidup sekala niskala. Guru Rupaka yang dimaksudkan di sini adalah bapak dan ibu
kandung yang berjasa secara langsung melahirkan, memelihara dan mendidik dengan rasa
tanggugjawab sehingga kita sebagai keturunannya menjadi orang yang suputra. Guru
Pengajian yang dalam ini dimaksudkan adalah guru yang mendidik dan mengajarkan
segala macam ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam hidup dan meningkatkan
derajat hidup untuk mencapai tujuan hidup manusia. Demikian juga yang dimaksudkan
36
dengan Guru Wisesa yaitu dalam hal ini pemerintah yang mengatur dan membimbing
masyarakat berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 untuk mencapai kesejahteraan
rakyat yang adil dan makmur. Demikianlah begitu sangat tingginya penghormatan yang
diberikan oleh masyarakat terhadap guru tersebut, karena guru berat dan sarat dengan
segala sesuatu yang harus sangat kita hormati dikaitkan dengan istilah guru.
memiliki peranan, status, kedudukan, derajat dan martabat yang begitu penting dan tinggi
tersebut, maka sebutan guru sering juga dikaitkan dengan Kiyai, Ustadz, Resi, Bagawan,
Pada jaman penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang mulai ada keccndrungan
untuk membedakan posisi tenaga kependidikan khususnya guru tersebut. Ada yang
Kristiani. Demikian juga ada yang diposisikan sebagai pegawai sipil dengan sebutan
sebagai guru yang disiapkan melalui sekolah guru, seperti Normalschool (NS) untuk
sekolah dasar, van Deventer School (VDS) untuk guru sekolah dasar putri, Kweekschool
(KS) untuk guru sekolah dasar, dan Curssus Operleiding voor Volks Onderwyzer (OVVO)
atau Curssus voor Onderwyzer (CVO ) bagi anak-anak di desa (SD) dan Bumi Putra
(Supriadi 2003). Guru pada jaman Belanda tersebut sebagai misionaris maupun sebagai
pegawai sipil pada masa itu tetap dihormati seperti halnya pada jaman sebelumnya.
Lebih-lebih para guru Bumi Putra pada waktu itu merupakan kaum inte-lektual yang ikut
sebagai penggerak tumbuhnya perkumpulan perjuangan bersama para politisi dan pejuang
yang lainnya. Demikian pula pada jaman Jepang Danshi Shikan Gakko yaitu sekolah guru
laki-laki, Zyooshi Shikan Gakko sekolah gru perempuan, Kooto Shikan Gakko sekolah
37
guru tinggi, dan Kantei Shikan yaitu kursus guru darurat. Pada waktu itu pula, yaitu
tanggal 25 Nopember 1945 PGRI didirikan yang karakteristiknya lebih condong sebagai
juta jiwa itu masih buta hurup. Sedangkan di sisi lain pada saat itu jumlah guru yang
berkualifikasi lulusan Normalschool (NS) ke atas jumlahnya hanya sekitar ratusan saja,
serta guru lulusan OVVO atau CVO jumlahnya sekitar ribuan saja. Karena itu pada saat
itu dapat dimaklumi siapa saja yang merasa terpanggil untuk membantu sesamanya
buta hurup. Kemudian barulah setelah Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dan Undang-
pendirian KPKPPB, SGB, dan SGA diselenggarakan secara meluas ditanah air, demikian
juga beberapa PTPG serta B.I, dan B.II yang kemudian berkembang menjadi IKIP.
Sementara itu untuk membantu mereka yang telanjur terpanggil melibatkan diri menjadi
guru namun belum sempat memperoleh pendidikan prajabatannya yang relevan, KLP-
SGB, KGB dan KGA serta RBB dan RBA dan beberapa perguruan tinggi LPTK swasta
Kemudian pada awal pembangunan jangka panjang yang kedua, secara tentatif
tercatat sekitar 1,8 juta guru dari sekitar 4,5 juta pegawai negeri sipil yang latar belakang
sekitar kurang dari 10 % yang sudah berkualifikasi lulusan D.II yang dijadikan standar
minimal kewenangannya sejak awal 1990 an dari jumlah total sekitar 1,2 juta. Perlu juga
dicatat bahwa sekitar diperkirakan masih banyak lulusan SPG hingga kini masih tidak
38
menentu nasibnya karena yang dapat diangkat menjadi guru dalam jumlah terbatas dan
berkualitas guna menghadapi globalisasi dan milinium ketiga, dengan kebijakan yang
banyak dilakukan oleh pemerintah selama ini, tetapi tampaknya masih kurang berhasil.
Perkembangan LPTK tampaknya masih asyik dengan fokus kegiatan pada pendidikan
prajabatan guru juga terus digoyang isu eksestensinya yang dinyatakan kurang jelas
secara konseptual dan arahnya. Sementara itu PGRI sebagai perkumpulan guru masih
tetap berkutat mengurus sekolahnya sendiri sementara kegiatan yang menunjang ke arah
terbuka ketika mulai diberlakukannya Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tetang Sistem
Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 yang mengatur
tentang Tenaga Kependidikan, khususnya dalam hubungan ini guru. Lahirnya dan
keberhasilan yang besar dan luar biasa, karena mulai sejak itu sistem pendidikan di
Indonesia memiliki landasan konstitusional yang konsisten sesuai dengan UUD 1945,
yang seyogianya harus dilakukan secara sinergi dari semua pihak mulai dari pemakai
dalam hal ini penyelenggara dan pengelola satuan pendidikan, LPTK, organisasi profesi,
dan tenaga kependidikan, dan tenaga pendidik khususnya guru. Ternyata peluang untuk
masih rendah, hal ini secara jelas dapat dilihat dari mutu pendidikan di Indonesia masih
39
tetap menghasilkan sumberdaya manusia yang mutunya masih rendah. Banyak faktor
sistem pendidikan guru pada saat itu kurang mengarah dan mengaplikasikan kaidah-
Undang-undang No. 2 Tahun 1989 yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 yang mengatur tentang Guru dan Dosen, yang
No. 18 Tahun 2007 tentang Sertfikasi Guru, hal ini menunjukkan komitmen pemerintah
untuk meningkatkan keprofesionalan guru tersebut. Sertifikasi guru dalam jabatan telah
dimulai sejak tahun 2007 dan akan terus bergulir sampai semua guru yang ada sekitar 2,7
juta orang memperoleh sertifikat pendidik. Demikian pula bagi mereka yang sedang
mempersiapkan diri untuk dapat menjadi guru dan memiliki sertifikat pendidik, harus
mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai wadah para lulusan S1 dan
D4 untuk menempuh pendidikan profesi dan bidang keahlian keguruan yang bermuara
pada penganugrahan sertifikat pendidik kepada mereka yang telah menamatkan program
PPG. Setifikat Pendidik ini kemudian dapat digunakan sebagai salah satu dasar syarat
untuk dapat melamar dan diangkat menjadi guru, baik pada lembaga pendidikan formal,
jalur pendidikan nonformal, atau informal dengan status pendidik bersertifikat. Lebih dari
itu pendidik yang bersertifikat akan memperoleh perlindungan dari pemerintah atas
E. Rangkuman
Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang ideal tertentu yang menuntut
40
memerlukannya. Profesi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) profesi yang
telah mapan, (2) profesi baru, (3) profesi yang sedang tumbuh, (4) semi profesi, dan (5)
jabatan atau tugas atau pekerjaan yang belum jelas tuntutan status keprofesiannya.
misalnya adalah keperawatan, dan guru khususnya guru untuk sekolah dasar, profesi yang
dapat digolongkan mapan adalah seperti: hukum, dan kedokteran, kemudian profesi baru
seperti misalnya akuntan, dan arsitek, dan kemeliteran khusushya ABRI juga menyatakan
dirinya sebagai prajurit yang profesional. Guru di Indonesia yang pada saat sekarang ini
secara legalnya sudah diatur sebagai profesi, walaupun secara teori ada pendapat yang
F. Evaluasi
2. Bandingkanlah antara ciri-ciri profesi guru dengan sepuluh indikator yang dievaluasi
3. Jelaskan profesi guru sebagai profesi yang sangat dihargai, dihormati, dan sangat
BAB. IV
HAKEKAT DAN MAKNA KOMPETENSI
PROFESI TENAGA KEPENDIDIKAN
41
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaiannya
Memahami pengertian kompetensi Dapat menjelaskan pengertian kompetensi
Memahami kompetensi tenaga kependi- Dapat menjelaskan kompetensi tenaga ke-
dikan pendidikan
Memahami pengkuran dan penilaian tenaga Dapat menjelaskan langkah-langkah dalam
dikan
Memahami pengembangan profesi dan Dapat menjelaskan pengembangan profesi
B. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah merupakan salah satu kriteria dari suatu profesi. Guru sebagai
suatu profesi juga dituntut untuk memenuhi kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi bisa
dilihat dari berbagai aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya, maupun cara mengu-
kur kompetensi tersebut. Dalam bab dua ini akan dibahas beberapa aspek dari kompetensi
Mengenai pengertian kompetensi sebagai salah satu ciri dari profesi dalam kepus-
takaan diberikan pengertian secara beraneka ragam tergantung dari sudut pandang para
pembahasan ini, seperti, misalnya ada pendapat yang menyatakan bahwa kompetensi
tersebut adalah suatu hal yang menggambarkan kemampuan seseorang, baik yang kuali-
tatif maupun kuantitatif (Usman. 2005). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian kompe-
tensi seperti ini mengandung makna bahwa kompetensi tersebut dapat digunakan dalam
dua kontek. Kontek pertama sebagai indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang
diamati. Kontek kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif. afektif, dan
42
oleh seseorang yang telah menjadi bagian darinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk keberhasilan (Mulyasa. 2003). Kemudian
Gordon dalam Mulyasa (2005) memerinci beberapa aspek dari kompetensi, sebagai
berikut. Pertama pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, seperti, misalnya
seorang guru sekolah mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan bantuan yang
yaitu kedalaman kognitif dan apektif yang dimiliki oleh individu, seperti misalnya
seorang guru yang akan melaksanakan pemebelajaran harus memiliki pemahaman yang
luas tentang karekteristik dan kondisi muridnya agar dapat pembelajaran berjalan secara
efktif. Ketiga kemampuan, yaitu suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, seperti, misalnya kemam-
puan guru dalam memilih dan membuat media pembelajaran yang diperlukan untuk lebih
memotivasi dan memudahkan pembelajaran peserta didik. Keempat nilai, yaitu suatu
standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang, seperti, misalnya standar perilaku dalam pembelajaran, antara lain kejujuran,
keterbukaan, demokratis, obyektif, adil. Kelima sikap, yaitu perasaan seperti perasaan
senang dan tidak senang, suka tidak suka, atau reaksi terhadap terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar, seperti reaksi terhadap krisis ekonomi, kenaikan gaji, dan
perbuatan, seperti, misalnya, minat sesorang untuk melakukan sesuatu atau mempelajari
sesuatu. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh
43
ilmu pengetahuan dan keterampilan, kemampuan berkarya, kemampuan menyikapi dan
tersebut mengandung tiga pengertian. (1) pengertian kompetensi itu pada dasarnya
menunjuk pada pengertian bahwa kompetensi itu merupakan sifat orang-orang, yang
untuk dapat mengerjakan sesuatu yang diperlukan, dan (3) bahwa kompetensi merupakan
tindakan atau kinerja rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan
1984). Lebih jauh Makmun (1996) menyatakan bahwa berpijak pada pengertian kompe-
tensi tersebut dapat juga dijelaskan bahwa sesungguhnya seseorang yang dapat disebut
sebagai profesional yang kompeten, kalau menunjukkan karakteristik: (1) mampu mela-
kukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional, dalam arti, ia memiliki visi dan misi
yang jelas, ia melakukan sesuatu berdasarkan pada hasil analitis kritis dan pertimbangan
logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apapun yang akan
dikerjakan, (2) menguasai perangkat pengetahuan yaitu teori, konsep, prinsip dan kaidah,
hipotesis dan generalisasi, data dan imformasi lainnya tentang seluk beluk apa yang
menjadi bidang tugas pekerjaannya, (3) menguasai perangkat keterampilan yang menca-
kup strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instru-
men, tentang cara melakukan tugas pekerjaannya, (4) menguasai perangkat persyaratan
ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat
ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya,
(5) memiliki daya dan citra unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ia bukan
44
sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang
sebaik mungkin, dan (6) memiliki kewenangan yang memancar atas penguasaan perang-
kat kompetensi yang dalam batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehinga
Jadi demikian variasi pengertian tentang kompetensi dari para penulis, dengan
demikian berdasarkan pada pengertian kompetensi yang begitu beragam tersebut menam-
bah wawasan dan khasanah para calon guru, dan lebih lanjut akan memiliki pijakan yang
lebih luas dan kuat dalam mempelajari serta memahami kompetensi profesi kependidikan
Berpijak pada pengertian kompetensi yang begitu umum dan beragam, tampaknya
pengertian kompetensi profesi tenaga kependidikan yang beragam pula. Variasi dan
tersebut, akan diuraikan sebagai berikut di bawah ini. Cooper dalam Sudjana (1989)
mengemukakan kompetesi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: (1) mempunyai
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mempunyai pengetahuan dan
menguasai bidang studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri
sendiri, sekolah, sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta (4) mempunyai
keterampilan teknik mengajar. Demikian juga Grasser dalam Sudjana (1989) menyatakan
ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: (1) menguasai bahan
pelajaran, (2) kemampun mendiagnosis tingkah laku siswa, (3) kemampuan melaksana-
kan proses pengajaran, dan (4) kemampuan mengukur hasil belajar siswa.
45
Di negara maju seperti yang dinyatakan oleh Samani (2006) dengan menunjuk
Queensland Australia menyebutkan ada dan ditetapkan 12 kompetensi guru, yaitu: (1)
structure flexible and innovative learning experiences forn individual and groups, (2)
challenging learning experiences, (4) construct learning experiences that connect the
world beyond school, (5) construct inclusive and participatory learning experiences, (6)
integrate ICT to enhance student learning, (7) assess and report student learning, (8)
support the social development and participation of young people, (9) create safe and
supportive learning environments, (10) build relationship with ider community, (11)
contribute to professional team, and (12) commit to professional practice. Demikian juga
Samani (2006) lebih lanjut dengan mengutip kompetensi guru yang ditetapkan oleh
onships,10) reflection and profesional growth, dan 11) profesional conduct. Menurut
Usman (2004) kompetensi guru diberikan pengertian sebagai kemampuan dan kewe-
Dahulu sekitar tahun 1980 an guru dituntut untuk memiliki 10 kompetensi yang
dikenal dengan 10 kompetensi dasar guru yang didalamnya mencakup: (1) menguasai
bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menguasai
media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi
belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar siswa, (8) mengenal fungsi dan program
bimbingan penuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi seklah, dan (10)
memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan
46
pengajaran (Uno. 2007). Kemudian proses pembelajaran yang disebut efektif apabila
seorang guru tersebut dalam pembelajarannya memiliki ciri-ciri: (1) memiliki kemam-
puan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan dan konflik, (2) memiliki
kebiasaan sabar, tenang dan sopan santun dalam hubungannya dengan siswa, (3) bersifat
konstruktif membenarkan dan memberikan ulasan dan cara berbicara, (4) memiliki
kemampuan untuk mengendalikan diri murid dalam memecahkan masalahnya sendiri, (5)
antusias terhadap siswa dalam mengajar, (7) berhati-hati dalam membuat perencanaan
pengajaran bersama murid, dan membimbing murid untuk mencapai apa yang diinginkan,
(8) memiliki keterampilan dalam mengarahkan siswa untuk menilai pekerjaan mereka, (9)
menarik minat siswa terhadap siswa-siswa secara pribadi (Sahertian dan Ida Aleida.
1990). Kemudian Richey (1962) mengemukakan 5 variabel dari pengajaran yang disebut
pembeljaran efektif yang berisi 19 indikator. Kelima variabel tersebut adalah sebagai
berikut: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan merencanakan
pengajaran, (3) pendayagunaan alat pelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai
pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan aktif dari guru. Kalau kelima variabel tersebut
lebih dirinci dalam indiokator, maka akan tampak sebagai berikut: (1) memberi tugas
kepada murid secara individual, (2) sangat pribadi dan penuh keakraban, (3) sering
diadakan menolong siswa, (4) memeriksa dengan teliti dan dikembangkan segera sambil
membahasnya secara bersama, (5) pekerjaan dibuat, (6) guru menjadi sumber imformasi
dan siswa menggunakan buku sebagai suplemen, (7) pelajaran disajikan di papan tulis
atau alat lain yang lengkap, (8) materi yang penting selalu disajikan, (9) siswa mengerti
cara menggunakan buku pelajaran, (10) penggunaan alat bantu yang berhubungan dengan
tugas pengajaran, (11) siswa menggunakan perpustakaaan yang efektif, (12) memperke-
47
nal;kan kelas dengan berbagai model bentuk pembalajaran (13) menolong siswa dalam
membuat rencana, (14) mendidik siswa untuk mempersiapkan tugas dan membantu kelas
di bawah asuhan guru, (18) memperhatikan problem siswa dan memecahkan masalah-
Kemudian dalam hubungan ini Samani (2006) mengembangkan suatu alat ukur
pengajaran yang disebut pembelajaran yang efektif, yang didalamnya terdiri dari perenca-
penafsiran ganda.
2 Perumusan tujuan pembelajaran dirumuskan secara lengkap dalam arti rumusan
lajaran dalam arti materi dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau kompetensi
didik dalam arti tingkat keluasan dan kedalaman materi disesuaikan dengan cepat
48
dan lambatnya anak, tingi dan rendahnya motivasi anak.
7 Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar
8 Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar
9 Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
dalam arti sumber belajar dipilih yang dipakai mencapai tujuan pembelajaran yang
dalam arti dipilih untuk dapat memudahkan pemahaman peserta didik, seperti lidi,
didik dalam arti sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan motorik
peserta didik.
12 Pemilihan metode pebelajaran/media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembela-
jaran dalam arti relevan untuk dipakai mencapai tujuan pemeblajaran yang ingin
dicapai.
13 Pemilihan metode pembelajaran sesuai dengan strategi dan metode pembekajaran
10-15 %).
15 Penilaian hasil belajar dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam arti tes
tulis mengukur pengetahuan, kinerja mengukur penampilan, dan skala sikap meng-
ukur sikap.
16 Penilaian hasil belajar dilakukan dengan jelas dalam arti tampak jelas diuraikan
prosedur penilaian awal, proses, dan akhir, dan mencakup tes dan non tes.
17 Penilaian hasil belajar dilakukan dengan instrumen yang lengkap, misalnya soal
49
I. Pembelajaran
1 Kesiapan ruang, alat pembelajaran dan media.
2 Memeriksa kesiapan siswa
II. Membuka Pelajaran
3 Melakukan kegiatan apersepsi
4 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai atau rencana kegiatan.
III. Kegiatan Inti Pembelajaran
belajaran.
14 Menghasilkan pesan yang menarik.
15 Melibatkan siswa dalam membuat dan memanfaatkan sumber belajar dan media
pembelajaran.
d. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Ketertiban
16 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru siswa, sumber belajar.
17 Merespon positif partisipasi siswa.
18 Menunjukkan sikap terbuka kepada respon siswa.
19 Mmenunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif.
20 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasisme siswa dalam belajar.
e. Menilai Proses dan Hasil Belajar.
21 Memantau kemajuan belajar.
22 Melakukan peneilaian akhir sesuai dengn kompetensi.
f. Penguasaan Bahasa
23 Mengunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
24 Menggunakan bahasa tulis yang aik dan benar.
25 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
IV. Penutup
26 Melakukan refeleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
27 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas
50
Dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah merupakan seperangkat pngeta-
huan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pen-
didikan profesi.
dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, men-
jadi peserta didik dan masyarakat, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
puti pemahaman terhadap wawasan dan landasan kependidikan, peserta didik, pengem-
yang mendidik, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktuali-
isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan imformasi, bergaul secara efektif dengan
peserta didik dan sesama pendidik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
secara luas dan mendalam, penguasaan bidang studi/sumber bahan ajar atau penguasaan
bidang studi keahlian, menguasai struktur metode dan keilmuannya. Dari keempat macam
kompetensi guru tersebut dapat digambarkan dalam suatu daftar tabel sebagai berikut di
bawah ini.
51
N0 Kompetensi Subkompetensi Indikator
1. Kompetensi kepri- Kepribadian man- b. Bertindak sesuai
arif
disegani.
52
a. Bertidak sesuai dengan
menolong).
d. Menyusun rancangan
53
Melaksanakan yang dipilih.
b. Melaksanakan pembelajaran
belajar.
54
nguasaan materi yang terkait dengan b. Memahami struktur konsep,
dengan sesama
55
nikasi dan bergaul peserta didik dan masyarakat
dengan orang
didik dan
masyarakat sekitar.
Dari penjelasan keempat kompetensi guru tersebut cukup menarik untuk lebih
dicermati, karena jikalau penjelasan tentang kompetensi guru yang disebut dengan
cukup jelas maknanya sebagai bagian atau unsur persyaratan kompetensi yang seharusnya
dimiliki oleh seorang guru disebut yang profesional, namun kompetensi profesional akan
sangat jumbuh atau akan dapat dan sangat mengelirukan pengertiannya dengan pengertian
seorang guru yang disebut profesional sebagai gambaran atau representasi dari guru yang
ideal secara umum. Kalau memang kemampuan profesional guru yang dimaksudkan
tersebut adalah sebagai salah satu unsur dari persyaratan kemampuan yang dituntut untuk
dimiliki oleh seorang guru yang profesional, barangkali kompetensi profesional yang
merupakan unsur persyaratan kemampuan seorang guru yang profesional perlu diformu-
lasikan dengan sebutan yang lainnya. Lebih-lebih kemampuan profesional guru yang
dimaksudkan tersebut sudah cukup jelas, yaitu kemampuan penguasaan materi pembela-
jaran secara luas dan mendalam, atau penguasaan bidang studi/sumber bahan ajar, atau
disebut juga dengan penguasaan bidang studi keahlian. Sehingga dalam hubungan ini
tampaknya akan lebih tepat kalau kompetensi profesional tersebut diformulasikan dengan
56
Tampaknya adanya pemilahan terhadap keempat kompetensi guru tersebut perlu
disadari bahwa itu hanyalah lebih bersifat legal artinya usaha dalam mencermatinya
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, dan mungkin juga lebih
bersifat akademik dalam rangka untuk lebih memudahkan dan menyederhanakan dalam
memahami konsep kompetensi guru tersebut, sebab sesungguhnya pada dasarnya keem-
pat kompetensi tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambar-
kan profil guru yang profesional. Oleh karena itulah seorang guru yang profesional dalam
melaksanakan tugasnya harus dilandasi oleh penguasaan akademik yang kokoh disertai
guru dalam uraian-uraian terdahulu, yang perlu juga dibahas dalam bab yang membahas
tentang kompetensi tenaga kependidikan tersebut, adalah masalah yang berkaitan dengan
prosedur dan tujuan evaluasi, berbagai instrumen yang dapat digunakan dalam melakukan
evaluasi tersebut, cara atau teknik yang digunakan dalam menganalisis hasil evaluasi,
pembahasan buku ini adalah upaya sistematik untuk mengumpulkan, menyusun, mengo-
lah, dan menafsirkan data, fakta dan informasi dengan tujuan untuk menyimpulkan nilai
atau peringkat kompetensi seseorang dalam suatu jenis bidang pekerjaan keahlian tertentu
dalam hal ini guru, serta menggunakan kesimpulannya tersebut dalam proses pengam-
bilan keputusan tentang status atau kedudukan yang bersangkutan berikut rekomendasi
57
Pengukuran fokus kegiatannya pada proses upaya pengumpulan, penyusunan,
pengolahan, dan penafsiran data, fakta,dan imformasi, sedangkan penilaian fokus kegi-
atannya adalah pada proses upaya memberikan nilai serta peringkat kompetensi sesorang,
berdasrkan hasil pengukuran dalam bidang atau jenis pekerjaan keahlian atau keprofesian
tertentu.
pakan tugas dan wewenang para pembuat keputusan. Dalam konteks keprofesian ini perlu
terjadinya kekeliruan dalam proses pengambilan keputusan tentang status dan kedudukan
kompetensi keahlian atau keprofesian seseorang karena kelemahan data dan imformasi
serta kekurang jelasan kriteria atau standar normatifnya, padahal keputusan akan sangat
menentukan nasib dan masa depan orang yang dinilai serta membawa dampak langsung
atau tidak langsung tehadap pemakai jasanya. Seperti pengukuran dan penilaian guru
Secara rinci mungkin dapat lebih dijelaskan bahwa pada dasarnya tujuan daripada
pengukuran dan penilian tersebut dapat dijelaskan: (1) Untuk menyiapkan tenaga profesi
melalui proses pendidikan atau pelatihan. Kegiatan pengukuran dan penilaian untuk
tujuan ini pada dasarnya adalah merupakan bagian integral dari proses pendidikan
prajabatan dan pelatihan. Termasuk kegiatan pengukuran dan penilaian dalam hubungan
ini adalah mulai tes seleksi masuk calon peserta pendidikan keprofesian yang bersang-
kutan untuk mendeteksi pemenuhan seseorang akan persyaratan dasar kemampuan atau
58
Jadi alternatif keputusan yang akan diambil dalam melakukan kegiatan pengukuran dan
penilaian ini adalah menerima atau menolak calon peserta didik untuk suatu program
pendidikan atau pelatihan tertentu. Kemudian pengukuran dan penilaian untuk tujuan
menyiapkan tenaga profesi melalui proses pendidikan atau pelatihan tersebut sebenarnya
juga menyatu dengan keseluruhan proses dan sistem pendidikan dan pelatihan karena
pada dasarnya setiap proses pendidikan atau pelatihan tersebut pada akhir kegiatannya
biasanya diakhiri dengan dilakukannya suatu pengukuran dan penilaian akhir yang
digunakan sebagai dasar untuk menentukan kelulusan seseorang dari program pendidikan
dan pelatihan tersebut. (2) Untuk kepentingan sertifikasi, pengangkatan dan penempatan.
Jika proses penyiapan tenaga keperofesian ini bersifat terbuka penyelenggaraannya, maka
sertifikasi umumnya dilakukan oleh instansi atau organisasi asosiasi yang berwewenang
untuk menguji keprofesian calon anggota pengemban jabatan profesi tersebut, seperti
akuntan publik, dan pengacara. Demikian pula pengukuran dan penilaian tersebut juga
akan dilakukan apabila dilakukan pengangkatan PNS oleh pemerintaa atau instansi lain
seperti guru. Selain itu pengukuran dan penilaian juga dilakukan dalam rangka untuk
mengisi suatu jabatan profesi yang sifatnya kompetetif. Jadi pengukuran dan penilaian
pada dasarnya akan dilakukan adalah dalam rangka untuk mengamnbil suatu keputusan
menerima atau menolak pengakatan atau penempatan seseorang dalam jabatan profes-
ional tertentu. (3) Untuk kepentingan promosi, mutasi dan pemutusan jabatan profesi
untuk keperluan pembuatan keputusan untuk kepentingan dalam rangka promosi, mutasi
dan pemutusan atau pemberhetian jabatan profesi tertentu dari jabatannya. (4) pengem-
59
huan dan teknologi serta ttntutan kebutuhan jasa keprofesian yang cendrung semakin
berubah secara dinamis, pada dasarnya akan menuntut kepada para pengemban jabatan
Oleh karena itu para pengemban profesi tertentu di lapangan pemantauannya dilakukan
dengan pengukuran penilaian mutu kinerja keprofesiannya secara terus menerus agar
Sejalan dengan jenis alaternatif keputusan yang akan diambil tersebut, maka para
petugas penilaian dan pengukuran tersebut selanjutnya harus menetapkan tujuan dan
sasaran dari kegiatan penilaian. Dalam merumuskan tujuan dan sasaran harus dirumuskan
secara spesifik aspek mana yang akan dinilai. Oleh karena itu aspek yang bisa menjadi
sasaran penilaian tersebut bisa jadi unsur kinerjanya saja, komponen kajian bidang
pekerjaannya saja, atau secara menyeluruh. Demikian pula model rumusan tujuan dan
sasaran pengukuran dan penilaian kompetensi intinya serupa dengan model rumusan
khusus dalam pembelajaran. Dengan demikian setiap variabel atau komponen kompetensi
tersebut harus dinyatakan dengan jelas apa saja perangkat indikatornya dan dari setiap
indikator tersebut akan dapat dibuatkan deskriptornya. Dengan indikator ini sesungguh-
nya adalah dalam rangka untuk menunjukkan bahwa setiap profesi tersebut memiliki ciri-
ciri khasnya atau aspek-aspek yang unik dan yang akan membedakan dengan profesi yang
maka langkah berikutnya adalah menetapkan cara yang akan digunakan dalam melakukan
pengkuran dan penlilaian tersebut. Secara tidak langsung sebenarnya sudah disinggung
60
bahwa ada beberapa metode dan teknik penilaian yang dapat dipilih tergantung dari
tujuan pengukuran penilaian tersebut. Jika tujuan penilaian dan pengukuran tersebut
adalah untuk keperluan dalam rangka mendiagnosis pembinaan dan pengembangan, baik
yang bersifat inservice maupu preservice maka pendekatannya tentu lebih cocok dengan
metode formatif, progresif, dan sumatif secara integral dan komprehensif mencakup
semua perangkat kompetensi profesinya. Demikian juga jika tujuannya untuk menseleksi
atau sertifikasi, maka metode pendekatan yang digunakan dengan testing atau pengujian.
Ada beberapa teknik atau instrumen yang dapat digunakan dalam pengukuran dan
penilaian ini, diantaranya adalah testing, observasi kelas, wawancara tersetruktur, surve
dengan skala penilaian, penilaian siswa, analisis produk dan materi pengajaran, dan
merevieu berbagai imformasi. Demikian juga bila instrumen ini belum tersedia sebelum
dilakukan pengukuran dan penilaian, maka instrumen yang akan dikembangkan dan
melakukan pengujian melalui ujicoba secara empirik atau meminta pertimbangan para
ahli sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah instrumen siap persoalan berikutnya
siapakah yang akan melakukan kegiatan pengukuran dan evaluasi tersebut? Dalam
melaksanakan pengkuran dan penialian terhadap kompetensi suatu profesi tersebut dapat
dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain pimpinan atau atasannya, kolega atau teman
organisasikan data sehingga siap untuk dianalisis sesuai dengan tujuan dengan menggu-
nakan metode dan teknik yang lazim digunakan seperti teknik statistik, ataupun analisis
rasional sehingga data dapat ditafsirkan dan diberi makna sesuai dengan ketentuan
61
bersifat nasional atau internasioal seperti ISO. Dengan demikian tampaknya hasil dari
pengukuran dan penilaian ini dapat disimpulkan dan direkomendasikan kepada pihak-
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka prosedur dan langkah pengukuran dan penilai-
tif keputusan yang akan diambil, (2) merumuskan tujuan atau sasaran yang akan dicapai,
(3) menetapkan metode, teknik yang akan digunakan, (4) memeriksa instrumen apakah
sudah ada atau tidak, (5) mengembangkan instrumen yang diperlukan, (6) mengujico-
diperlukan, (8) catat, susun, analisis dan interpretasikan data, (9) tetapkan kriteria acauan
norma, (10) menilai dan menyimpulkan hasil analisis data., dan (11) menetapkan kepu-
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan menevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas guru ini akan efektif apabila guru tersebut telah memiliki
kompetensi, kemahiran, kecakapan atau keterampilan yang memenuhi standar mutu dan
undangan yang berlaku. Guru yang memenuhi persyaratan kriteria profesi inilah
diharapkan mampu menjalankan tugas utamanya secara efktif dan efisien dalam
62
mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, madiri, serta
kualifikasi S-1 atau D-4 dilakukan melalui pendidikan tinggi S-1 atau program D-4 pada
atau program pendidikan non kependidikan. Kemudian dalam rangka menjaga agar
sertifikat mendidik dimaksud dapat berupa kegiatan kolektif guru yang meningkatkan
penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum ilmiah, publikasi
buku teks pelajaran, publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi
pengalaman lapangan pada pendidikan khusus atau pendidikan layanan khusus, dan atau
penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat dilakukan mealui dua jalur
pembinaan, yaitu pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengem-
bangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi meliputi pembinaan
dan pengembangan karir guru melalui: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, (3) promosi.
63
Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru tersebut harus sejalan dengan
jenjang jabatan profesional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi guru seperti
itu diharapkan menjadi acuan bagi lembaga terkait dalam melaksanakan tugasnya.
meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan
dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan
karir guru tersebut merupakan bagian integral dari pengembangan keprofesian guru
secara berkelanjutan.
F. Rangkuman
Dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah merupakan seperangkat pngeta-
huan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pen-
didikan profesi.
dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, men-
jadi peserta didik dan masyarakat, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
puti pemahaman terhadap wawasan dan landasan kependidikan, peserta didik, pengem-
64
yang mendidik, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktuali-
isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan imformasi, bergaul secara efektif dengan
peserta didik dan sesama pendidik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
G. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian kompetensi guru sebagai tenaga profesi kependidikan !.
3. Jelaskan jenis-jenis pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh pemerintah dan
BAB. V
SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA DALAM
PENGEMBANGAN JABATAN KARIR PROFESI TENAGA KEPENDIDIKAN
visi pendidikan.
65
Dapat menjelaskan tujuan supervisi pendi-
dikan.
Memahami prinsip-prinsip, metode, dan Dapat menjelaskan prinsip-prinsip supervi-
pendidikan.
Dapat menelaskan teknik-teknik supervisi
pendidikan.
Memahami berbagai pendekatan supervisi Dapat menjelaskan berbagai pendekatan
jerial.
Pendidikan di sekolah adalah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan, di
Pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem pendidikan yang dilakukan dan diorga-
nisasikan secara formal. Sekolah sebagai organisasi pendidikan formal merupakan suatu
sistem yang sangat kompleks, di dalamnya terdiri dari berbagai komponen yang
mempunyai tugas dan fungsi secara sendiri-sendiri maupun saling berkaitan satu sama
secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai fungsi manajemen
66
komunikasi, pengarahan, kepemimpinan, pengawasan, evaluasi, monitoring, dan berbagai
supervisi pendidikan. Istilah supervisi dalam bidang pendidikan secara nasional mulai
walaupun kata supervisi dianggap tidak mengandung makna yang sesuai dalam bidang
sesuai dengan sistem pembinaan professional (SPP) sebagai hasil dari proyek Cianjur
1984 (Depdikbud. 1986). Tampaknya dalam hubungan ini kata pembinaan itu sendiri
hanya lebih dikenal di kalangan praktisi seperti kepala sekolah, dan pengawas, dan
sebaliknya kurang dikenal oleh guru, karena para guru merasa lebih familiar dengan
istilah supervisi. Namun demikian secara akademis apapun istilah yang digunakan untuk
pengawas dan supervisor dalam konteks pendidikan, dan pengajaran memiliki persamaan
kinerja guru, (2) berfungsi sebagai monitoring, (3) kegiatannya memiliki fungsi
atau hambatan dari rencana yang telah ditetapkan, sedangkan supervisi lebih menekankan
pada upaya-upaya membantu guru untuk perbaikan dan peningkatan proses belajar
mengajar.
67
Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan untuk
kesalahan para personil sekolah akan lebih banyak dieksploitasi dan ditonjolkan, bahkan
jika melebihi batas atau melanggar suatu aturan atau kebijakan akan membawa
konsekwensi seseorang personel tertentu dapat diberikan sangsi sampai pada pemecatan.
Itulah sebabnya supervisi pada waktu itu lebih banyak dikonotasikan sifatnya lebih
ditekankan kepada perbaikan proses belajar mengajar guru, sehingga para ahli membagi
supervisi menjadi supervisi umum yaitu kegiatan supervisi yang ditujukan pada
penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seperti sarana dan parasarana dan
lingkungannya yang berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat pelajaran, kafetaria, dan
transfortasi dan tidak bersifat administratif. Kemudian supervisi pengajaran yang lebih
bersifat khusus untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini
sebagai mitra guru, inovator, konselor, motivator, kolaborator, evaluator serta konsultan
Berdasarkan konsepsi bahwa supervisi untuk membantu guru dalam bidang studi
tertentu, maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan
proses belajar mengajar. Ada dua tujuan yang harus diwujudkan dari supervisi pendidikan
itu, yaitu: (1) perbaikan atau peningkatan pembelajaran, dan (2) peningkatan mutu
pendidikan.
supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan yang diberikan kepada guru, yang
68
hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau perbaikan pengajaran guru, pembelajaran
murid, dan perbaikan kurikulum (Neagley dan Evans. 1980). Supervisi sebagai usaha
berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara individu maupun secara kelompok dalam
pengertian yang lebih baik, dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran
sehingga mereka dapat mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap
siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dan kaya dalam
kehidupan masyarakat demokratis modern (Boardman, dkk. 1961), nilai supervisi terletak
pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada
perkembangan para siswa (Mark, dkk.1974). Sehubungan dengan tujuan, manfaat dan
nilai dari supervisi pengajaran tersebut sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, maka permasyalahan lainnya yang tampaknya juga perlu dibahas adalah
apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat diangkat menjadi
pengawas
Pengawas secara akademik adalah bisa bersifat formal yang berasal dari luar
sekolah, yaitu kalau pengawas tersebut ditunjuk secara legal oleh Dinas Pendidikan pada
tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat kecamatan, dan ada juga supervisor yang berasal
dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua unit,
dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta. 1986). Kemudian seseorang yang
dapat diangkat menjadi supervisor terutama yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sesuai
dengan Permen Pendidikan Nasional RI No.12 Tahun 2007 tentang standar pengawas
pendidikan minimum Magister (S2) Kependidikan dengan berbasis Sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran pada perguruan tinggi yang terkreditasi, (2) guru SMA
69
bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA, atau kepala sekolah SMA dengan
pengalaman kerja empat tahun, untuk menjadi pengawas sesuai dengan rumpun mata
pelajarannya, (3) memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c, (4) berusia
melalaui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada
lembaga yang ditetapkan pemerintah, (6) lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
Pengawas secara akademik bisa bersifat formal dan informal. Pengawas formal
adalah pengawas yang diangkat oleh dinas pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan
tingkat kecamatan berasal dari luar sekolah. Pengawas informal adalah pengawas yang
bersal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua
unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta. 1986). Kedua jenis pengawas
pengajaran, (3) menyiapkan staf pengajar, (4) menyiapkan fasilitas belajar, (5)
layanan terhadap para siswa, (10) mengembangkan hubungan dengan masyarakat, dan
bangan kurikulum. Secara lebih legal persyaratan kompetensi pengawas telah dituangkan
dalam bentuk kebijakan pemerintah yaitu Permendiknas No.12 Tahun 2007. Kompetensi
70
yang dituntut terhadap seorang pengawas adalah (1) kompetensi kepribadian, (2)
evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan (6) kompetensi sosial.
Secara lebih rinci kompetensi yang dituntut terhadap seorang pengawas tersebut
terutama sesuai dengan Permendiknas No.12 Tahun 2007 adalah sebagai berikut.
dian pendidikan.
nya.
71
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepe-
sejenis.
72
3.2 Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakter-
KTSP.
kanstrategi/metode/teknik pembelajaran/bombingan
73
menengah yang sejenis.
74
hasil belajar siswa serta menganlisisnya untuk per-
sejenis.
pengawas.
tangjawabnya.
75
pendidikan baik data kualitatif maupun kuantitatif.
didikan.
pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut dapat diketahui bahwa
dalam pengelolaaan dan administrasi satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan
melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan
76
hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
akademik adalah mencakup membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih
samping dituntut memiliki kompetensi seperti yang diuraikan di atas juga dilengkapi dan
didukung dengan berbagai pemahaman dan pengayaan yang lain, seperti: prinsip-prinsip,
metode, dan teknik supervisi. Seorang pengawas harus dapat merencanakan program
1. Prinsip ilmiah. Prinsip ini bercirikan bahwa kegiatan supervisi tersebut hendaknya
berlandaskan pada data obyektif yang diperoleh dari kenyataan yang dialami oleh
guru dalam proses belajar mengajar guru. Untuk memperoleh data tersebut diper-
lukan berbagai alat perekam data, seperti angket, lembar observasi, cheklist, pedoman
77
wawancara, dan yang lainnya. Ciri yang lainnya adalah dilakukan secara sistematis,
supervisi dilandasi oleh suatu hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat,
menjumjung tinggi harga diri dan martabat guru, berdasarkan kesejawatan, bukan
didukung dengan menggunakan metode dan beberapa teknik yang dapat digunakan oleh
seorang pengawas agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Metode supervisi
yang dimaksudkan adalah metode langsung dan tidak langsung (Ametembun. 1975).
Metode langsung merupakan suatu cara dimana seorang pengawas secara pribadi
langsung dapat berhadapan dengan guru yang disupervisi baik secara individu maupun
secara kelompok. Kemudian metode tidak langsung apabila seorang pengawas dalam
melaksanakan fungsinya dengan menggunakan alat perantara atau media terhadap guru
yang disupervisinya. Demikian pula yang dimaksud dengan teknik supervisi tersebut ada
yang disebut dengan teknik individual, seperti kunjungan kelas, observasi kelas,
percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri, dan ada pula teknik
supervisi bersifat kelompok, seperti: rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi
sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar,
78
simposium, demontrasi, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung,
mengikuti kursus, organisasi jabatan, perjalanan sekolah untuk staf sekolah (Sahertian dan
Mataheru. 1982). Pemilihan terhadap salah satu metode supervisi tersebut akan berkaitan
erat dengan penggunaan suatu teknik supervisi. Pemilihan dan penggunaan metode
supervisi langsung misalnya dapat digunakan secara bersamaan dengan teknik supervisi
kunjungan kelas, pertemuan individual, dan rapat guru. Demikian pula pemilihan dan
penggunaan metode supervisi tidak langsung, dapat digunakan secara bersamaan dengan
teknik supervisi, misalnya, buleletin supervisi, papan pembinaan, angket, dan televisi.
Dalam hubungan dengan pemilihan metode dan teknik supervisi tersebut ada pendapat
yang menekankan pada penggunaan metode langsung dan teknik individual, bahkan lebih
tersebut haruslah melakukan kunjungan kelas, observasi, dan percakapan, karena dengan
kunjungan kelas inilah kelemahan dan kelebihan guru dalam mengajar dapat dideteksi
(Neagley dan Evans. 1980). Sehubungan dengan pentingnya teknik kunjungan kelas,
observasi yang didahului dengan percakapan, maka kunjungan kelas tersebut lebih lanjut
Bagan. 2.1
Siklus Kegiatan Supervisi
Kunjungan Kelas
2. Observasi/kunju
ngan Kelas
79
Percakapan sebelum
observasi
3. Percakapan setelah
observasi
Pada tahun 1983 P2LPTK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K juga
memperkenalkan supervisi klinis yang merupakan hasil karya Morris Cogan dan Robert J.
Krajewski yang telah dikembangkan pada tahun 1961. Model supervisi ini dianggap
efektif, oleh karena itu banyak pakar yang ikut mengembangkannya antara lain Cogan,
pengembangan di antara para pakar tersebut terletak pada langkah proses atau siklusnya,
ada yang 3 langkah, 5 langkah, ada pula 8 langkah. Siklus yang paling banyak diikuti
adalah yang terdiri dari 3 langkah, demikian juga penggunaan supervisi klinis hanya
terbatas pada guru yang menghadapi masalah pengajaran, atau bagi guru yang ingin
mencobakan hal-hal yang baru.Variasi dan perbedaan langkah proses dalam siklusnya
Bagan 2.2
Deskripsi Siklus Supervisi Klinik
Cogan (1973) Mosher dan Oliva (1984) Goldhammer, dkk. Bafadal.
Perpel (1972) (1981). 1992
Membangun dan Kontak dan
menetapkan hubungan. komunikasi
dengan guru
Perencanaan dengan guru. Perencanaan untuk merenca- Pertemuan sebelum Tahap
nakan observasi observasi. pertemu-
Perencanaan kegiatan an awal.
observasi
Tahap
80
Observasi kelas Observasi. Observasi kelas Observasi kelas observasi
mengajar
Analisis proses belajar Analisis data
mengajar. strategis.
yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik (Sahertian.
2000). Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1) dilaksanakan secara berencana dan
kontinyu, (2) sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3)
menggunakan instrumen pengumpulan data, dan (4) data obyektif yang diperoleh dari
keadaan riil, dan dianalisis. Supervisi artistik memandang bahwa mengajar itu adalah
suatu pengetahuan, keterampilan, dan suatu kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi
bekerja menyangkut untuk orang lain, melalui orang lain. Oleh karena itu pekerjaan
supervisi akan berhasil apabila ada kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling
mengakui dan menerima orang sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman
dan mau maju. Supervisi klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L. Cogan, Robert
Goldhammer, dan Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan
dan awal tahun enam puluhan (Krajewski.1982). Supervisi klinik dirancang sebagai salah
81
satu model atau pendekatan dalam mensupervisi calon guru yang berperaktek mengajar.
Penekanannya adalah pada klinik atau dalam pengobatan dan penyembuhan, yang
diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan calon guru. Supervisi
klinik lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas.
menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu
sebagai kondisioning individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar adalah hasil peniruan
atau latihan-latihan yang memperoleh ganjaran jika berhasil dan hukuman jika gagal.
individu untuk menemukan rasionalitas dan keteraturan di alam ini, sehingga belajar
berpendapat bahwa belajar adalah hasil keterpaduan antara interaksi kegiatan individu
dengan dunia di luar dirinya. Belajar dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara
guru dan murid. Belajar dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan
dan peningkatan kelas dan sekolah melalui kerjasama secara langsung dengan guru.
Untuk itu, maka supervisor perlu memilih kegiatan supervisinya yang sesuai dengan
yang bersumber dari pandangan mendasar itu menjadikan supervisi lebih kokoh karena
memiliki pijakan ilmiah dan lebih efektif. Dengan memperhatikan tahapan perkembangan
82
guru itu, tokohnya Carl D. Glickman menyebutnya supervisi perkembangan. Gambaran
GAMBAR. 2.3
PANDANGAN TENTANG BELAJAR
Tanggungjawab siswa Tinggi Sedang Rendah
Tanggungjawab guru Rendah Sedang Tinggi
Pandangan psikologi Humanistik Kognitivistik Behavioralistik
tentang belajar.
Metode belajar. Menemukan sendiri Mencoba-coba Dikondisikan
GAMBAR. 2.4
PANDANGAN TENTANG SUPERVISI
Tingkat komitmen guru Tinggi Sedang Rendah
Tigkat abstraksi guru Tinggi Sedang Rendah
Tanggungjawab supervisor Rendah Sedang Tinggi
Orientasi supervisi Nondirektif Kollaboratif Direktif.
Metode utama Penilaian diri Kontrak bersama Menetapkan pato-
standard)
Berdasarkan dua dimensi penting yang dimiliki oleh setiap individu guru, yaitu
dimensi derajat komitmen dan dimensi kekomplekkan kognitif atau derajat abstraksi
seperti yang disajikan dalam gambar 2 di atas, maka pendekatan supervisi pengajaran
yang dapat dikembangkan adalah supervisi yang berorientasi pada pendekatan nondi-
rektif, kolaboratif, dan direktif. Dalam hubungan ini Sergiovanni (1991) mengembangkan
supervisi dengan menambahkan dua dimensi baru, yaitu bertitik tolak dari tanggungjawab
guru yang bisa dilhat derajat kematangan dan derajat tanggungjawabnya. Dengan
kerangka berpikir yang baru dalam supervisi seperti yang ada dalam gambar di bawah ini
83
GAMBAR 2.5
DIMENSI DERAJAT KOMITMEN DAN TANGGUNGJAWAB GURU
Tinggi
D
e
+- r ++
Kuadran 3. a Kuadran 4.
j Profesional
Pengamat analitik
a
t
Rendah
mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah
ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Peran supervisor
telah ditetapkan. Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi
bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua
orang atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis dan sebuah masalah,
84
eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih relevan
para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya
pada masalah mereka. Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya
adalah penga-laman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan
masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor
Pengukuran kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam
menetapkan pada tahapan mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana
seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang
ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi
perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah ….. membantu guru belajar
pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Di sisi lain perlu juga disadari bahwa essensi
dari supervisi tersebut adalah proses bantuan, oleh karena itu maka bantuan supervisi
masing model supervisi pengajaran yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi
kolaboratif, dan supervisi non direktif secara lebih lengkapnya akan diuraikan dalam
pembahasan selanjutnya.
mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah
ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Pendekatan
85
supervisi pengajaran direktif oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan
dengan: (1) pre conference, (2) observasi, (3) analisa dan interpretasi, (4) post conference,
(5) post analysis, dan (6) diskusi (Sahertian. Ida Aleida Sahertian. 1990). Langkah-
langkah ini yang semestinya dilakukan oleh seorang supervisor, yang dalam hal ini bisa
jadi dilakukan oleh seorang pengawas terhadap guru-guru, ataupun oleh seorang kepala
jelas dan dapat memilih permasalahan apa yang dihadapi oleh guru-guru, sehinggga
seorang mengetahui dan mempunyai masalah apa saja yang akan diobservasinya, yangn
lebih lanjut akan dapat menetapkan tindakan apa yang akan dapat dilaksanakan.
Observasi, pada tahap ini supervisor berada di dalam kelas dan mengadakan
perilaku siswa dari awal sampai akhir pelajaran. Untuk lebih mudahnya dalam melakukan
supervisi alat yang berupa cheklist dapat digunakan, dan sudah tentunya berbagai perilaku
siswa lainnya yang dianggap perlu juga dapat dan perlu dicatat.
Analisa dan interpretasi, data yang didapat dalam melakukan observasi dibuatkan
semacam tabulasi data tentang perilaku siswa, sehingga lebih lanjut data tersebut dapat
dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan terhadap perilaku siswa tersebut.
Kesimpulan dari hasil analisis tersebut akan dapat menyimpulkan bahwa bisa jadi
perilaku siswa tersebut bisa positif ataupun negatif. Dalam proses pembelajaran
86
selanjutnya berbagai perilaku negatif siswa tersebut perlu diperbaiki. Berdasarkan pada
hasil analisis data observasi tersebut akan dapat disimpulkan bahwa guru tersebut sering
mengalami kesulitan dalam menghadapi perilaku siswa, dan kondisi ini sangat perlu harus
Post conference, dalam kegiatan ini supervisor dengan guru kembali membahas
cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru, membuat rencana pembelajaran
penerapan berbagai contoh yang telah diberikan dan dilakukan oleh supervisor dalam
melaksanakan demosntrasi mengajar, yang lebih lanjut akan dicontoh dan dilaksnakan
oleh guru. Kemudian lebih lanjut menetapkan program yang akan diambil pada masa-
masa berikutnya.
Diskusi, sebagai langkah terakhir dari pendekatan direktif ini, maka dibahas
beberapa hal, (1) menjelaskan masalah-masalah guru sehingga dapat dipahami dengan
jelas, (2) menampilkan ide-ide tentang informasi yang seharusnya dikumpulkan dan
mengenai usaha apa yang diperlukan sesudah terkumpul dan dianalisa, (4) mendemon-
trasikan kepada guru bagaimana mengajar yang baik, agar guru mau saling mengunjungi
dalam mengajar, (5) menstandarkan tolak ukur yang digunakan untuk dasar perbaikan,
dan (6) meyakinkan atau menguatkan dengan berbagai cara untuk memberikan dorongan
yang dilakukan oleh seorang pengawas dalam mlaksanakan supervisi adalah mencakup
87
10 langklah. Langkah-langkah yang dimaksudkan dapat dilihat seperti yang terdapat
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G s
1-4 Tidak langsung 5-7 Kolaboratif 8-10 Langsung
Apabila gambar bagan perilaku pengawas tersebut lebih dicermati, maka akan
tampak perilaku supervisi pengajaran tersebut terbentang dalam satu garis kontinum.
88
PENDEKATAN SUPERVISI PENGAJARAN DIREKTIF
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
g S
Keterangan:
sebagai berikut:
mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua orang
atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis sebuah masalah, eksperimen,
89
dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih relevan dengan
anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada
masalah mereka. Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif ini oleh Sutjipto dan Raflis
seringkali dipusatkan pada: (1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan
menggunakan stimulus, keterampilan dalam melibatkan siswa dalam proses belajar, serta
sebaiknya melalui lima langkah, yaitu: (1) pembicaraan praobservasi, (2) melaksanakan
observasi, (3) melakukan analisis dan menetapkan strategi, (4) melaksanakan pembica-
raan tentang hasil supervisi, dan (5) melakukan analisis setelah pembicaraan.
pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana
keterampilan apa yang akan diobservasi atau dicatat. Pada tahap ini memberikan
kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengientifikasi keterampilan mana yang
bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam pertemuan ini pula dibicarakan
dan ditentukan jenis data apa ang akan dicatat selama pembelajaran berlangsung. Dalam
90
kolegial antara supervisor dan guru yang harmonis. Terdapat lima masalah yang harus
dicermati dalam pembicaraan pendahuluan ini, yaitu: menciptakan suasana yang akrab
antara supervisor dengan guru, meneliti ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
mencermati kembali komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, memilih
Pada tahap pelaksanaan observasi ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku
mengajar tertentu yang telah dipilih. Di sisi lain sementara guru berlatih, maka supervisor
mengamati dan mencatat tingkah laku siswa, guru, interaksi antara guru dan siswa.
Pembicaraan tentang hasil analisis ini adalah untuk memberikan balikan kepada
guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya. Ada beberapa langkah yang dilakukan
dalam tahapan ini, yaitu: (1) menayakan perasaan guru secara umum, atau kesan umum
guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan, (2) mengamati kembali tujuan
pembelajaran, (3) mencermati keterampilan serta perhatian utama guru, (4) menanyakan
perasaan guru tenang jalannya pengajaran berdasarkan target, (5) menunjukan hasil data
rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut, (6)
menginterpretasikan data rekaman secara bersama, (7) menanyakan perasaan guru setelah
melihat rekaman data tersebut, (8) menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang
sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa sebernarnya yang telah terjadi
91
dan dicapai, dan (9) menentukan secara bersama-sama dan mendorong guru untuk
merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
Lagkah yang terakhir dari pelaksanaan supervisi kinis tersebut adalah analisis
sesudah pembicaraan. Dalam tahap ini supervisor haus meneliti ulang apa yang telah yang
telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-
observasi dan kriteria yang dipakai dalam melakukan observasi. Di samping itu, perlu
dibicarakan hasil evaluasi diri tentang keberhasilan supervisor dalam membantu guru.
Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap
tentang proses kegiatan yang dilakukan, kalau mungkin sebaiknya direkam dengan video.
supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam sebuah
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G s
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) dan guru mempunyai tanggungjawab yang sama tau seim-bang,
1. Mempresentasikan
2. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
92
3. Mendengarkan
4. Mengajukan alternativ pemecahan masalah.
5. Negoisasi
pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri
Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan nama pendekatan humanistik.
Pendekatan non direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat
Dalam proses pembinaan guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan
adalah membimbing guru-guru sehingga makin lama guru makin dapat berdiri sendiri dan
pemahaman tentang pengalaman nyata yang dialami secara real. Dengan demikian guru
harus mencari sendiri pengalaman itu secara aktif. Dorongan dapat berasal dari yang
yang bersifat dari dalam atau internal, yaitu karena guru-guru merasa bahwa belajar
merupakan kewjiban yang harus dilakukan dalam tugasnya. Supervisor percaya bahwa
guru mampu melakukan analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugas
93
mengalami perubahan, dan ia bersedia mengambil tanggungjawab terjadinya dalam
tidak ditunut untuk menggunakan format yang standar, tetapi agar dissuaikan dengan
kebutuhan guru. Bisa jadi kegiatan supervisi tersebut hanya terbatas melakukan observasi
saja tanpa dilanjutkan dengan melakukan analisis dan interpretasi, atau bisa jadi hanya
melakukan komunikasi yang berupa mendengar penjelasan guru tanpa memberi sumber
bahan belajar yang diminta guru. Walaupun secara umumnya dapat disebutkan bahwa
pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non direktif tersebut ada tiga
langkah, tetapi dapat secara lebih teknis dirinci sebagai berikut di bawah in.
informal. Jika dalam pembicaraan tersebut guru tidak memerlukan bantuan, maka
b. Observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam
supervisor tidak tidak perlu memberikan bantuannya. Apabila diminta oleh guru
supervisor hanya menjelaskan dan melukiskan keadaan kelas tanpa dilengkapi dengan
94
dan memberikan kesempatan untuk mencoba cara lain yang diperkirakan oleh guru
lebih baik.
d. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan
supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang sudah dicapai oleh
guru, dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang masih memerlukan bantuan lagi.
penilaian supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau atasan
supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam sebuah
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G s
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang lebih kecil dari guru, dengan
1. Mendengarkan
2. Mendorong
3. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
4. Pemecahan Masalah
5. Memastikan Tindakan.
95
F. Pengembangan Prencanaan Program Supervisi Pendidikan
pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut dapat diketahui bahwa
membim-bing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah,
membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan
kan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah dalam
96
Dalam upaya pengembangan prencanaan program supervisi akademik dan
semester. Demikian pula semua jenis rencana program tersebut di dalamnya supaya
mencakup: (1) aspek masalah, (2) Tujuan, (3) indikator, keberhasilan, (4) strategi/metode
kerja (teknik supervisi yang digunakan), (5) sekenario kegiatan, (6) sumber biaya, (7)
penilaian dan instrumen, dan (8) rencana tindak lanjut. Beberapa jenis rencana program
kepengawasan tersebut dapat dilihat dalam beberapa tabel seperti contoh di bawah ini.
disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang
disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang
97
Rencana Program Kepengawasan Manajerial (RKM)
Rencana program tahunan dan semster berisi no, jenis sarana, tahun/semester
pelaksanaan, jumlah sekolah, dan skor yang akan diisi oleh pengawas.
seperti yang telah diuraikan di atas, pengawas dituntut juga untuk melaporkan hasil
tertulis dengan mengikuti suatu penulisan yang sistematikannya mengikuti suatu prosedur
98
dan langkah tertentu. Sistematika penulisan laporan tersebut meliputi komponen sebagai
SISTEMATIKA
PENULISAN LAPORAN KEPENGAWASAN
Bab. I Pendahuluan
b. Fokus masalah
a. Hasil Pengawasan
b. Pembahasan Hasil
Bab. VI Penutup
a. Simpulan.
b. Saran.
G. Rangkuman
di sekolah dikenal dengan istilah supervisi pendidikan. Istilah supervisi dalam bidang
pendidikan secara nasional mulai diperkenalkan sejak tahun 1975 bersamaan dengan
kurikulum. Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan
99
untuk memonitor berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Kemudian dalam
mengajar guru, sehingga para ahli membagi supervisi menjadi supervisi umum yang
ditujukan pada penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seperti sarana dan
parasarana dan lingkungannya yang berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat
pelajaran, kafetaria, dan transfortasi yang tidak bersifat administratif, dan supervisi
pengajaran yang bersifat khusus untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu, oleh
karena itu maka fungsi supervisor tersebut adalah sebagai mitra guru, inovator, konselor,
motivator, kolaborator, evaluator serta konsultan guru dalam meningkatkan proses belajar
mengajarnya. Ada dua tujuan yang harus diwujudkan dari supervisi pendidikan itu, yaitu:
(1) perbaikan atau peningkatan pembelajaran, dan (2) peningkatan mutu pendidikan.
kegiatan PBM, sehingga supervisi diberikan pengertian sebagai layanan yang diberikan
kepada guru, yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau perbaikan pengajaran
guru, pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum. Dengan demikian nilai supervisi
terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan
pada perkembangan para siswa. Sehubungan dengan tujuan, manfaat dan nilai dari
pendidikan, oleh karena itu untuk dapat efektif dan efisiennya pelakasanaan supervisi
tersebut maka seorang supervisor tersebut dituntut untuk memiliki kompetensi teretentu,
memiliki pemamaham dan menerapkan berbagai prinsip, teknik, metode, dan pendekatan
tentang berbagai prinsip, teknik, metode, dan pendekatan supervisi akan dapat menyusun
100
rencana program kegiatan pembinaan dan akan lebih berhasil dalam melakukan
H. Evaluasi
5. Jelaskan mana yang baik menurut pendapat anda metode supervisi pendidikan
teknik individual?
8. Buatlah suatu rencana program pembinaan supervisi akademik dan supervisi manaje-
101
BAB. VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEBAGAI UPAYA DALAM
PENGEMBANGAN JABATAN KARIR PROFESI
TENAGA KEPENDIDIKAN
yang benar.
Dilihat dari istilah pendidikan dan pelatihan maka istilah tersebut terdiri dari dua
kata yaitu kata pendidikan dan kata pelatihan. Kata pendidikan dan kata pelatihan dalam
beberapa kekepustakaan dijelaskan memiliki pengertian yang tidak sama atau dengan kata
lainnya menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah merupakan satu istilah atau
pendidikan dan pelatihan tersebut maka dalam uraian selanjutnya akan dicoba dijelaskan
secara lebih lengkap dengan mengutip beberapa pendapat, seperti yang dikemukakan oleh
102
Atmodiwirio (2002) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah pembelajaran yang
dipersiapkan untuk meningkatkan pelaksanaan pekerjaan pada masa yang akan datang
atau meningkatkan seseorang untuk dapat menerima tanggungjawab dan atau tugas-tugas
baru. Ada juga pendapat yang menyatakan pendidikan tersebut adalah kegiatan untuk
pengertian teoritis baik pengetahuan umum maupun pengetahuan yang berkaitan dengan
bisnis umumnya dan yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya termasuk di
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 yang mengatur tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
tidak hanya terbatas pengertiannya pada lingkup organisasi pekerjaan tetapi juga termasuk
organisasi pendidikan. Pendidikan dianggap lebih luas lingkupnya dari pada pelatihan,
sekolah, akademi maupun di perguruan tinggi. Bertitik tolak dari pengertian pendidikan
sebagai lingkup organisasi pekerjaan juga terkesan ada kemungkinan dua makna yang
terkandung dalam konsep pendidikan, yaitu (1) suatu pekerjaan tertentu harus diisi pada
jangka waktu yang pasti, dan (2) suatu pekerjaan tertentu yang harus diisi dalam jangka
waktu yang tidak pasti atau di masa yang akan datang. Pendidikan dianggap sebagai suatu
103
perluasan individu sehingga dia dapat dipersiapkan untuk menilai berbagai stituasi dan
Di sisi yang lain pelatihan diberikan pengertian sebagai suatu proses di mana
(Mathis dan Jackson. 2000). Pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki
melaksanakan tugas dan tanggungjawab (Gorda. 2004). Pelatihan kerja adalah keselu-
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan
(Simamora. 2004).
keahlian atau pengetahuan tertentu. Program pelatihan mengajarkan kepada para peserta
bagaimana menunaikan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Dalam pelatihan juga diciptakan
kemampuan keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang spesifik yang berhubungan dengan
pekerjaan. Pelatihan terfokus pada penyediaan keahlian khusus bagi para karyawan atau
membantu para karyawan membenahi kerja mereka, oleh karena itu pelatihan pada
lokarkarya, dan on the job training. Dengan demikian ada atau terdapat kedekatan
pengertian antara pendidikan dan pelatihan, yaitu sama-sama dalam rangka meningkatkan
Berangkat dari pengertian pendidikan dan pelatihan seperti yang sudah dijelaskan
di atas maka kedekatan pengertian antara pendidikan dan pelatihan tersebut dalam
104
peraturan pemerintah No.101 tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan
pegawai negeri sipil malah justru dijadikan satu atau disatukan menjadi pendidikan dan
pelatihan yang sealanjutnya disebut dengan istilah Diklat. Demikian pula kemudian diklat
rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Kemudian ada juga pendapat
yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah suatu program kesempatan
penampilan seseorang yang telah mendapatkan tugas menduduki sesuatu jabatan tertentu
(Wahjosumidjo.1999). Jadi bertitik tolak dari beberapa pengertian tentang pendidikan dan
pengembangan karier pegawai. Pendidikan dan pelatihan harus menjadi suatu program
yang berkelanjutan atau paling tidak merupakan suatu bagian dari kehidupan dan upaya
dalam mencapai tujuan organisasi yang perlu dilakukan secara berulang. Dalam
pendidikan dan pelatihan seharusnya juga dipergunakan metodelogi dan system atau
metode penyampaian yang baru yang bisa dilakukan dengan metode studi lapangan,
diskusi, seminar konferensi, role playing, simulasi, studi kasus, dan sebagainya.
pendidikan dan pelatihan tersebut maka di bawah ini dikutipkan beberapa pengertian
105
2. Leonard Nadler. Pendidikan dan pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang
disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawai pada saat sekarang.
dicapai.
orang lain, kelompok dan organisasi untuk belajar dan hidup, peningkatan fungsi
dengan cara yang berbeda-beda. Atmodiwirio (2002) menyatakan bahwa tujuan pendi-
dikan dan pelatihan pada umumnya adalah: (1) Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan
pegawai negeri sipil kepada Pancasila dan UUD 1945, Negara dan pemerintah Republik
Indonesia, (2) Menanamkan kesaamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar
memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintah dan
106
pengetahuan, keahlian atau keterampilan serta pembentukkan sedini mungkin kepri-
badian pegawai negeri sipil, dan (5) Kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
tahan yang baik. Kemudian Simamora (2004) menjelaskan bahwa tujuan pelatihan pada
intinya adalah: (1) memperbaiki kinerja, karyawan-karyawan yang bekerja secara tidak
(2) memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, melalui
secara efektif, (3) mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten
dalam pekerjaan, (4) membantu memecahkan masalah operasional. Para manajer harus
mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan sumber daya, kelangkaan
sumber daya financial dan sumberdaya teknologi manusia, (5) mempersiapkan karyawan
untuk promosi. Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan
adalah kosisten dengan kebijakan sumberdaya manusia untuk promosi dari dalam,
pelatihan unsur kunci dari dalam system pengembangan karir, (6) mengorientasikan
(Simamora. 2004). Kemudian Dharma (2003) menjelaskan bahwa tujuan pelatihan adalah
pelatihan tersebut bahwa dapat dipahami bahwa sesungguhnya pendidikan dan pelatihan
memegang jabatan sebagai pegawai negeri sipil, tetapi juga termasuk semua karyawan di
luar pegawai negeri sipil, apakah karyawan di perusahan dan semua industri pada
umumnya, dengan kata lain semua sumberdaya manusia perlu mendapat pendidikan dan
107
pelatihan. Lebih dari itu apabila rumusan dari tujuan pendidikan dan pelatihan tersebut
terkesan berbeda-beda juga disebabkan oleh dipengaruhi dan ada hubuhgannya dengan
jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang dijadikan dasar atau sebagai titik pandang
pengembangan sumberdaya manusia tersebut bisa dilihat dari metode, strategi, ataupun
jenis-jenisnya cukup banyak. Dalam hubungan dengan metode pendidikan dan pelatihan
Tovey yang dikutif oleh Irianto (2001) menjelaskan ada beberapa metode pelatihan,
seperti:
digunakan untuk mengembangkan ide tentang sesuatu topik atau untuk membangun
utama yaitu semua partisipan harus secara kritis merespon semua ide yang diberikan
2. Buzz group, sekelompok kecil peserta diberi topik tertentu untuk mendiskusikan
secara intensif dan setiap kelompok harus membuat rekomendasi atau keputusan
3. Case studies, menyajikan suatu masalah untuk dipecahkan oleh seluruh peserta.
Biasanya disajikan dalam format tercetak, namun tidak selalu harus seperti demikian.
terakit dengan masalah dan isu yang berasosiasi dengan masalah-masalah keseharian.
computer dan dinilai oleh computer itu sendiri yang kemudian memberi umpan balik
kepada mereka.
108
5. Critical incidents jenis studi kasus yang melihat kejadian atau fakta siatuasi
kehidupan nyata secara kritis dimana pelatih atau peserta pernah mengalaminya.
7. Discussion, adalah dialog dua arah antara pelatih dan peserta. Dapat juga
dilakukan antar peserta. Pelatih biasanya memfasilitasi diskusi sehingga tetap dekat
8. Field trip and visits, suatu kunjungan ke tempat tertentu pada kondisi tertentu
9. Fishbowls suatu cara dalam mendiskusikan masalah tertentu, terdiri dari peserta
yang membentuk dua lingkaran, inner dan outer. Peserta dalam inner harus tetap
melakukan diskusi dan peserta dalam outer kemudian bergabung dengan peserta inner
permainan baik secara individual maupun kelompok bisanya dilakukan dengan waktu
yang dibatasi.
11. Group discussion, diskusi antara peserta sekitar isu atau topic tertentu yang
12. Huddle groups, diskusi kelompok namun berbeda dalam hal waktu yang sangat
dibatasi untuk secara sengaja peserta ditekan dalam membuat keputusan secepat
mungkin.
109
13. Lecture, pelatih berbicara di depan peserta. Karena merupakan bentuk komunikasi
satu arah, pelatih membutuhkan cara-cara atau kiat tertentu agar presentasi menarik
perhatian.
14. Panel discussion, sejumlah pembicara membentuk panel dimana setiap pembicara
15. Question and answer session, dapat dilakukan dalam bentuk dua cara. Pertama
16. Reading, pemilihan bacaan yang memberikan informasi latar belakang penting
17. Role plays, pesereta harus berpikir secara strategis. Bentuk ini dapat
dimana peserta mengembangkan peran sesuai dengan apa yang mereka telah pelajari.
18. Simulations, hampir sama dengan case study yang mencoba memberi simulasi
keadaan nyata. Acap simulasi dirancang secara cermat untuk memberi masalah
pembelajaran secara spesifik dimana para peserta dapat merefeleksikan setelah selesai
simulator pesawat, instruksi tertulis tentang peran dan data yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan.
19. Seminar, hampir sama dengan lecture dimana komunikasi berjalan satu arah.
Biasanya merupakan bagian dari suatu program khusus namun terpusat pada topic
110
20. Tele-conferencing, dapat dilakukan melalui telpon, atau video interaktif, dan juga
melalui satelit Lecture dan metode bentuk lainnya dapat digunakan melalui media ini.
Dengan metode ini memungkinkan peserta melakukan komunikasi dua arah dengan
pelatih.
Sasaran dari pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya pegawai negeri sipil
yang memiliki kualitas tertentu guna memenuhi salah satu persyaratan untuk diangkat
dalam jabatan tertentu (PP No.14 Tahun 1994), di sisi yang lain dalam PP No. 101 tahun
2000 mengatur bahwa yang dimaksud dengan sasaran dari pendidikan dan pelatihan
adalah terwujudnya pegawai negeri sipil yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
Demikian pula disisi yang lain pelatihan memiliki manfaat yang sangat besar,
yaitu; (1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas, (2) Mengurangi waktu
belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima,
(3) Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan, (4) Memenuhi
kecelakaan kerja, dan (6) Membantu karyawan dalam meningkatan dan mengembangkan
bahwa pendidikan dan pelatihan tersebut sangat diperlukan oleh suatu organisasi, karena
tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan pengertian jabatan. Untuk dapat melaksanakan
jabatan itu maka orang tersebut perlu memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang
111
dan tepat, (2). Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan peribadi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi. Kebutuhan pribadi melengkapi
jabatan akan memperkaya dirinya. Itulah yang disebut pengembangan karir, (3)
ubahnya sebagai pendidikan formal membutuhkan pengadaan biaya yang tidak sedikit.
Memilih diklat sebagai suatu investasi sumberdaya manusia walaupun masih diragukan
mengikuti diklat di dalam dan di luar negeri, dan (4) Bermanfaat bagi setiap
penjabat/jenjang keangkatan. Hal ini dapat dilihat pada diklat PNS dimulai dari diklat
Ada beberapa jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat diselenggarakan oleh
suatu organisasi, diantaranya adalah pendidikan dan pelatihan keahlian, pendidikan dan
pelatihan ulang, pendidikan dan pelatihan fungsional silang, pendidikan dan pelatihan
tim, dan pendidikan dan pelatihan kreatifitas. Secara lebih rinci untuk dapat memahami
jenis pendidikan pelatihan tersebut dapat dilihat dalam pembahasan yang dilakukan oleh
Simamora (2004).
melalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian efektifitas pelatihan berdasarkan pada
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian yang mereka butuhkan untuk
112
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Umpamanya karyawan yang selama ini
mengembangkan fungsi kerja yang telah tersepesialisasi dan deskripsi pekerjaaan yang
rinci. Walaupun demikian dewasa ini organisasi lebih menekankan pada multi keahlian
ppopuler. Pendidikan dan pelatihan model ini melibatkan pelatihan karyawan untuk
melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dari pekerjaan yang ditugaskan.
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan lintas fungsional, seperti: rotasi pekerjaan
dapat diupergunakan untuk memberikan suatu persepektif yang lebih luas kepada manajer
dalam satu bidang fungsional, departemen dapat saling bertukar karyawan untuk periode
karyawan yang berprestasi bertindak sebagai internal on-the-job trainers, dapat menolong
Pelatihan tim. Dewasa ini ada gejala perlunya akan adanya peningkatan kinerja
terhadap tim-tim yang ada dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi pada saat ini
cendrung terdapat berbagai tim, seperti tim riset, dan tim-tim yang bersifat temporer. Tim
adalah sekelompok individu yang bekerjasama demi tujuan bersama. Tujuan bersama
itulah sebenarnya menentukan sebuah tim, dan seandainya seorang anggota mempunyai
tujuan-tujuan yang bertentangan, maka efisiensi dan efektivitas sdari suatu organisasi
asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari. Ada beberapa cara untuk mengajarkan
113
kreativitas, yang semuanya berusaha mengajar dan membantu orang-orang dalam
memecahkan masalah dalam kiat baru. Salah satu ancangan yang lazim diterapkan adalah
sebebas mungkin. Setelah gagasan dianggap cukup banyak, para partisipan diminta
memebrikan penilaian rasional dari segi biaya dan kelaikan. Kreativitas biasanya
dianggap mempunyai dua tahap yaitu imajinatif dan praktis. Teknik brainstorming yang
diikuti oleh pertimbangan rasional dari opsi yang dihasilkannya memenuhi kedua tahap
tersebut.
tampaknya secara lebih jelas diatur dalam dalam PP No.101 Tahun 2000 yang mengatur
tentang diklat pegawai negeri sipil yaitu Diklat Struktural yang disebut dengan Diklat
1. Pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan administrasi tingkat pertama, yang
selanjutnya disebut SPAMA, yaitu diklat yang dipersyaratkan kepada pegawai negeri
yang terpilih memiliki kemampuan untuk diangkat dalam jabatan struktural esolan III.
pertama sehingga para peserta mampu memimpin dan memberikan bimbingan serta
2. Pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan administrasi tingkat menengah, yang
selanjutnya disebut dengan diklat SPAMEN, yaitu pendidikan dan pelatihan yang
dipersyarakat bagi pegawai negeri sipil yang terpilih dan memiliki kemampuan untuk
diangkat dalam jabatan struktural esolan II. Pendidikan dan pelatihan ini memberikan
114
bekal kemampuan administrasi tingkat menengah sehingga para peserta mampu
memimpin dan memberikan strategi penataan program secara efektif dan efisien.
3. Pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan administrasi tingkat tinggi yang
selanjutnya disebut diklat SPATI, yaitu pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan
untuk pegawai negeri sipil yang terpilih dan memiliki kemampuan untuk diangkat
dalam jabatan struktural esolan I. Pendidikan dan pelatihan ini memberikan bekal
kemampuan administrasi tingkat tinggi sehingga para peserta mampu memimpin dan
membina serta kedalam pola pikir dan wawasan secara terpadu dalam lingkup
4. Pendidikan dan pelatihan administrasi umum yang disebut dengan ADUM yaitu
pendidikan dan pelatihan yang mengawali pendidikan dan pelatihan struktural. Pendi-
dikan dan pelatihan ini dipersyaratkan bagi pegawai negeri sipil yang terpilih dan
memiliki kemampuan untuk diangkat dalam jabatan esolan V dan IV. Pendidikan dan
pelatihan ini memberikan bekal kemampuan administrasi dasar sehingga para peserta
Keempat jenis pendidikan dan pelatihan tersebut tidak saja merupakan jenjang-
pelatihan, dan sudah tentunya masih ada jenis pendidikan dan pelatihan yang lainnya,
dipersyaratkan bagi pegwai negeri sipil yang akan dan telah menduduki jabatan
115
fungsional. Pendidikan dan pelatihan ini dapat dilakukan secar berjenjang sesuai dengan
pegawai negeri sipil sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang
sarkan pada peserta pendidikan dan pelatihan, seperti pendidikan dan pelatihan calon
pegawai negeri yang baru, pendidikan dan pelatihan ikatan dinas/tugas belajar, dan
pendidikan dan pelatihan dalam jabatan. Bahkan untuk pendidikan dan pelatihan dalam
jabatan ini masih ada beberapa jenis, seperti: on the job training, vestibule,
Berbagai strategi yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan dan pelatihan untuk
pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru. Danim (2010) menyebutnya ada
1. In-house training. Pelatihan dalam bentuk In-house training adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang
meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi
dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru
yang lain, dengan strategi In-house training diharapkan dapat lebih menghemat waktu
dan biaya.
116
2. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia
kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional
guru. Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama
periode tertentu, misalnya magang di sekolah tertentu untuk belajar manejemen kelas
atau manajemen sekolah yang efektif. Program magang dipilih sebagai alternative
nyata.
antara sekolah yang baik dengan sekolah yang kurang baik, antara sekolah negeri
sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan
dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya
4. Belajar jarak jauh. Belajar melalui jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan
dengan system pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan lewat belajar
jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di
lembaga pelatihan yang diberi wewenang dimana program disusun secara berjenjang
mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun
117
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam
keilmuan tertentu.
lain sebagainya.
7. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas,
rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan
memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang
Keberhasilan suatu pelatihan dapat dilihat dari jumlah proses belajar yang terjadi
dan dapat diteransfer ke dalam pekerjaan. Sering pelaksanaan suatu pelatihan tersebut
tidak direncanakan, tidak terkoordinasi, dan tidak serius sihingga proses belajar akan
kurang atau tidak akan terjadi. Pembelajaran justru akan sering terjadi dalam kelompok-
kelompok kerja informal, oleh karena karyawan dalam kelompoknya akan dapat belajar
dengan karyawan yang lainnya. Oleh karena itu maka suatu pelatihan perlu dirancang
118
dengan baik dan dengan menggunakan suatu pendekatan yang sistematis. Menurut
Mathis dan Jackson (2002) dalam merancang suatu pelatihan tersebut terdiri dari tiga
Pertama adalah tahap yang disebut dengan tahap penilaian. Dalam tahap ini
pelatihan. Beberapa hal yang dilakukan dalam menetapkan kebutuhan agar tujuan
pelatihan tersebut adalah dengan menganalisis kondisi organisasi, analisis tugas karya-
dipertimbangkan apakah bersifat khusus atau umum, pendekatan apa yang digunakan
mengingat ada beberapa pendekatan, pengaturan metode, ruang kelas, materi belajar, dan
tahap ketiga adalah evaluasi, dalam tahap ini memfokus pada bagaimana pencapaian dari
tujuan pelatihan.
F. Rangkuman
jabatan tertentu. Jadi pelatihan tersebut, harus meningkatkan pelaksanaan tugas dan
berkelanjutan atau paling tidak merupakan suatu bagian dari kehidupan dan upaya dalam
mencapai tujuan organisasi yang perlu dilakukan secara berulang. Dalam pelatihan
seharusnya juga dipergunakan metodelogi dan system atau metode penyampaian yang
119
baru yang bisa dilakukan dengan metode studi lapangan, diskusi, seminar konferensi, role
G. Evaluasi
120
BAB. VII
PERLINDUNGAN ATAS HAK-HAK DAN PENGHARGAAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
guru. guru
Memahami upaya perlindungan hukum Dapat menjelaskan upaya perlindungan hu-
dungan hukum bagi tenaga kependidikan. perlindungan hukum bagi tenaga kepen-
didikan.
Guru
tenaga kependidikan dalam buku ini hanya dibatasi pada profesi guru. Dengan demikian
maka uraian tentang pengertian dan beberapa dimensi perlindungan tenaga kependidikan
disini yang dimaksud adalah perlindungan terhadap profesi guru. Demikian pula yang
Haki yang diberikan kepada guru yang bersetatus sebagai pegawai negeri sispil dan yang
121
hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan
yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. Secara lebih terperinci
a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahliannya,
Guru Indonesia.
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati
merupakan kesepakatan yang dibuat dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru dan Dinas Pendidikan atau Dinas
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
122
e. Penyelenghara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dan
kreatifitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam
h. Setai guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta
didik orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari berbagai ancaman,
kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatiuhan dan menetukan
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan ats dasar keyakinan akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau aosiasi profesi guru dan
memberikan masukkan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi
123
Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja guru adalah upaya memberi
kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan/atau risiko yang lainnya. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja guru
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamtan dalam melaksanakan tugas
b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan jaminan dari ancaman
psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung,
gangguan keamaman kerja, resiko kecelakaan kerja, resiko kebakaran pada waktu
kerja, resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain
kerjaan.
d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang
oleh akibat: kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai
124
oleh peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-undang Merk, Undang-undang
hak Paten, dan Undang-undang Hak Paten. Haki teridiri dari dua kategori, yaitu: hak cipta
dan kekayaan industri. Hak kekekayaan industri meliputi paten, merek, desain industri,
desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan varietas tanaman.
Bagi guru Haki mencakup: hak cipta atas penulisan buku, hak cipta atas makalah,
hak cipta atas karangan ilmiah, hak cipta atas hasil penelitian, hak cipta atas hasil
penciptaan, hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuaan dalam bidang ilmu
pengetahuan teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan hak paten atas hasil karya
teknologi.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu
yang disebut dengan klien yang dalam hal ini adalah guru, dengan pihak lain yang
akan diambil sendiri oleh para pihak yang bersengketa meskipun adakalanya pihak
sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut. Konsultasi itu
dapat dilakukan kepada konsultan hukum, atau pihak-pihak lain yang dapat membantu
125
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh guru tersebut. Sebagai suatu contoh,
misalnya seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu lembaga bantuan
hukum, penegak hukum yang ahli, penasihat hukum dan sebagainya berkaitan dnegan
masalah pembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan
hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat oleh
guru pada saat berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan keputusan,
melainkan sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk
pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak yang bersengketa
untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Kesepakatan tertulis antara guru dengan
paling lama 30 hari terhitung sejak penandatangan, dan wajib dilaksanakan dalam waktu
30 hari sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) mediator yang
ditunjuk secar bersama oleh para pihak yang bersengketa, dan (2) mediator yang ditunjuk
oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh
dasarnya para pihak yang bersengketa dalam hal ini apabila guru dan penyelenggara
satuan pendidikan memiliki sengketa berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Negoisasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam pasal 1851 sampai dengan pasal
1854 KUH Perdata, dimana diatur perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan
126
dimana kedua kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu
barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya
suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah ancaman.
Namun demikian ada beberapa hal yang membedakan dengan negosisasi dengan
perdamaian. Pada negoisasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari,
dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung
oleh dan di antara para pihakl yang bersengketa. Perbedaan yang lainnya adalah bahwa
pemecahan sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai
perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi dalam setiap
tingkat pengadilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau
sengketa yang telah ditetapkan oleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di
pengadilan. Pengertian advokasi litigasi semacam ini adalah sangat sempit, padahal
127
sesungguhnya advokasi memiliki pengertian yang luas yang memili berbagai pengertian
sistematis.
penyelesaian sengketa litigasi di engadilan negeri. Pada saat sekarang ini penyelesaian
suatu sengketa melalui pengadilan banyak mendapat kritik yang ckup tajam dari praktisi
dan teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan dianggap mengalami beban terlampuai
padat lamban dan membuang waktu, biaya mahal, dan kurang tanggap terhadap
kepentingan umum, atau dianggap terlalu formal dan teknis. Di dalam pasal (1) angka
memakai alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat
dilakukan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
Ada beberapa asas yang harus dipedomani dalam melaksanakan perlindungan bagi
perlindungan kesehatan dan kesematan kerja, dan perlindungan Haki. Asas-asan yang
latar belakang budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
128
3. Asas manfaat, berarti pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki
4. Asas nirlaba, yang berarti upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi
guru dilakukan dengan menghindari komersialisasi lembaga mitra atau pihak lain
yang peduli.
masalahnya yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis
pemecahan masalah yang dihadapai oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
7. Asas multi pendekatan yang berarti perlindungan hukum bagi guru dapat
serta kesejahteraan. Hak penghargaan tersebut diberikan kepada guru yang berprestasi,
berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan atau bertugas di daerah khusus.
fungsional, dan maslahat tambahan. Secara lebih rinci masalah pengharagaan dan
tunjangan kesejahateraan tenaga kependidikan khususnya guru akan dibahas secara lebih
129
1. Penghargaan kepada Guru yang Berperestasi
pemilihan yang ketat secara bertahap dan berjenjang, mulai dari satuan pendidikan di
tingkat kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi dan tingkat nasional. Pemilihan guru
nalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi
Guru berprestasi adalah guru yang banyak menghasilkan karya kreatif inovatif, antara lain
inovasi dalam pembelajaran dan bimbingan, penemuan teknologi tepat guna dalam bidang
pendidikan, penulisan buku fiksi atau nonfiksi, karya atau prestasi dalam bidang olah
raga. Mereka juga merupakan guru yang secara langsung membimbing peserta didik
Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus oleh pemerintah diberikan penghargaan yang
dilakukan secara rutin pada setiap peringatan hari pendidikan nasional dan peringatan hari
nasional yang lainnya. Tujuannya adalah pertama mengangkat harkat dan martabat atas
dan dihargai oleh masyarakat pemerintah, kedua memberi motivasi pada guru untuk
meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada
bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya secara profesional sesuai dengan
kualifikasi masing-masing, dan ketiga adalah meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru
130
terpencil dan terbelakang, di darah perbatasan dengan negara lain, daerah yang
mengalami bencana alam, bencana sosial, daerah dalam keadaan darurat lainnya, yang
mengakibatkan terjadinya kehidupan masyarakat yang sulit dan prihatin, keempat berusia
mnimal 40 tahun dan belum pernah menerima pengharagaan yang sejenis di tingkat
keenam dengan keahlian yang dimilinya membantu memecahkan masalah sosial sehingga
meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan
profesionalisme guru PLB/PK sehingga dapat diharapkan akan berpengaruh positif pada
kinerja dan prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang memiliki
dedikasi dan kinerja melampoi target yang ditetapkan oleh satuan pendidikan khusus yang
karya kreatif atau inovatif yang diakui baik ditingkat daerah, nasional, dan internasional,
atau secara langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus sehingga
PLB/PK yang dapat diberikan penghargaan ini, pertama adalah kriteria dalam
pelaksanaan tugas yang mencakup konsistensi dalam membuat persiapan mengajar yang
131
standar bagi anak berkebutuhan khusus, kecakapan dalam melaksanakan pembelajaran
bagi anak yang berkebutuhan khusus, keterampilan mengelola kelas sehingga tercipta
dalam melaksanakan evaluasi dan analisis ahsil belajar peserta didik berkebutuhan
khusus, dan obyektif dalam memberikan nilai kepada peserta didik berkebutuhan khusus.
Kedua menunjukan hasil yang baik dalam pelaksanaan tugas dalam arti inovatif dalam
alat peraga baru, dirasakan memiliki dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan
memprakarsai suatu kegiatan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, memiliki
sifat inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada yang ada di
lingkungan setempat untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar, dan mampu
menghasilkan peserta didik yang terampil sesuai dengan tingkat kemampuan menurut
jenis kebutuhan peserta didik. Ketiga memiliki sifat terpuji antara lain kemampuan
menyampaikan pendapat secara lisan dan tulisan, kesediaan untuk mendengar menghargai
pendapat orang lain, sopan santun, susila disiplin, tanggungjawab dan komitmen terhadap
tugas, kerjasama dan stabilitas emosi. Memiliki jiwa mendidik seperti menyayangi dan
pada satuan pendidikan atas dasar pengabdian, dan kesetiaan pada lembaga, berjasa pada
negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa. Kriteria guru yang berhak mendapat
132
yang memenuhi persyaratan umum: (1) warga negara Indonesia, (2) berahklak dan
berbudi pekerti luhur, (3) serta mempunyai nilai dalam konduite yang amat baik untuk
unsur kesetiaan dan sekurang-kurang bernilai baik untuk unsur lainnya. Sedang untuk
persyaratan khusus antara lain: (1) pernah bertugas di daerah terpencil atau tertinggal
sekurang-kurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun terputus-
putus, (2) pernah bertugas di daerah perbatasan, (2) di daerah konflik dan bencana
sekurang-kurangnya selama tiga tahun terus menerus atau selama enam tahun terputus-
putus, (3) diutamakan selain yang bertugas didaerah khusus sekurang-kurangnya delapan
tahun terus menerus bagi kepala sekolah sekurang-kurangnya bertugas selama dua tahun,
(4) berprestasi atau berbedikasi yang luar biasa dalam melaksanakan tugas sekuarng-
sektor, dan (6) tidak memiliki catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat
atau proses bimbingan kepada siswa, meningkatkan kebaiasaan guru dalam mendoku-
133
memotivasi meningkatkan kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan
hasil pendidikan. Tujuannya adalah (1) menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di
mengembangkan kesadaran ilmiah dalam mempersiapkan generasi muda dalam masa kini
dan yang akan datang, (4) mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang
terhormat dan termulia, bermartabat, dan terlindungi, dan (5) membangun komitmen
mutu guru dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.
an khususnya guru, di samping itu masih ada beberapa penghargaan yang lainnya seperti
yang lainnya adalah penghargaan yang dapat diberikan kepada guru PPKn yang disebut
seperti yang telah diuraikan di atas, guru tersebut masih diberikan berbagai tunjangan
diantaranya:
1. Tunjangan Profesi
guru dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru. Seiring
dengan proses sertifikasi inilah pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang N0. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
134
telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau
Dengan adanya tunjangan profesi guru ini sebesar satu kali gaji pooko diharakan
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang dislenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah
bersertifikat akan menerima tnnjangan profesinya jika guru yang bersangkutan mampu
membuktikan kinerjanya dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu dan persyaratan
yang lainnya.
Guru yang menerima tunjangan profesi berhak sampai guru yang berasngkutan
berusia enampuluh tahun yang merupakan batas usia pensisun bagi PNS khususnya
guru. Setelah berusia enampuluh tahun guru yang bersangkutan masih berhak mengajar,
tetapi tidak berhak mendapat tunjangan profesi. Dalam pelaksanaannya tunjangan profesi
ini dialokasikan melalui pendapatan dan anggaran belanja negara atau pendapatan dan
2. Tunjang Fungsional
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
ini dialokasikan melalui penadapatan dan anggaran belanja negara atau pendapatan dan
tunjangan fungsional guru pada saat ini adalah berdasarkan pada golongan/
3. Tunjangan Khusus
135
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bagi guru dan dosen yang bertugas di daerah-daerah khusus seperti di daerah
terpencil atau terbelakang, daerah kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial atau
Besarnya tunjangan khsuus ini adalah sebesar satu kali gaji pokok guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselengarakan oleh pemerintah atau daerah pada
yang dianggap sebagai guru yang berprestasi dalam bentuk tunjang pendidikan, suransi,
beasiswa, kemudahan bagi putra dan putrinya untuk mendapat pendidikan, pelayanan
F. Rangkuman
kesehatan kerja, serta perlindungan Haki yang diberikan kepada guru yang bersetatus
sebagai pegawai negeri sispil dan yang bukan pegawai negeri sipil.
hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
136
Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan kepada guru yang
mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan
kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai
G. Evaluasi
137
DAFAT PUSTAKA
Bafadal, I. (1992). Supervisi pengajaran. Teori dan aplikasinya dalam membina profe-
sional guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud. (1976). Kurikulum SD tahun 1975. GBPP. Buku IIID. Pedoman administrasi
dan supervisi. Jakarta: PN Bali Pustaka.
Depdikbud. (1993). Kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
138
Hamalik, O. (2005). Manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Samani, M. Dkk. (2006). Mengenal sertifikasi guru di Indonesia. Jakarta.: SIC dan
Asosiasi Peneliti Pendidikan Inonesia.
Marks, dkk. (1980). Handbook of educational supervision. Boston: Allyn and Bacon Inc.
Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka pe-
ngembangan sumberdaya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sahertian, P. A. dan F. Mataheru (1982). Prinsip dan teknik supervisi pendidikan. Sura-
baya: Nasional.
Sanusi, A. dkk (1990). Studi pengembangan model pendidikan profesional tenaga pend-
idikan. Bandung: PPS IKIP Bandung.
139
Sergiovanni, T. J. (1991). The principalship: a refelective practice perspective. Needham
Height: Alliyn and Bacon.
Siagian, PS. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Usman, H. (2006). Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi
Akasara.
Yamin, M. (2007). Profesionalisasi guru dan implementasi KTSP. Jkarta: Gaung Persada.
140