Anda di halaman 1dari 8

1

ANALISA RPN TERHADAP KEANDALAN PERALATAN PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN


METODE FMEA PLN CABANG PEKANBARU RAYON PANAM

Liliana, Sunari
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Suska Riau

Abstrak

Pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik
yang andal dan berkelanjutan. Salah satunya dengan menjaga fungsi peralatan pengaman dalam pendistribusian listrik
ke konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Failure Mode Effect Analisis (FMEA). Metode ini
bertujuan mengetahui tingkat resiko peralatan yang mengalami gangguan yang dapat menyebabkan kegagalan pada
sistem , metode meliputi parameter severity (keparahan), occurrence (banyaknya kerusakan), dan dettection
(pendeteksian) yang digunakan untuk menentukan Risk Potential Number (RPN) tiap peralatan pengaman. Hasil dari
RPN tersebut dapat membuat urutan prioritas yang memposisikan cut out rusak sebagai resiko tertinggi dengan nilai 162,
berikutnya MCB pembatas rusak dengan nilai RPN 112, dan Rele Pelepas Beban Bekerja Karena Gangguan Station
Service Pusat memiliki nilai resiko 56. Dengan melakukan prioritas penanganan yang tepat maka akan dapat
memperkecil nilai RPN yang berpengaruh terhadap peningkatan keandalan sistem distribusi.

Abstrack

The Government through the State electricity company (PLN) are always trying to meet the needs of electrical energy
reliable and sustainable. One of them is by keeping the function of safety equipment in the distribution of electricity to
consumers. The methods used in this research is the Failure Mode Effect Analysis (FMEA). This method aims at knowing
the level of risk of the equipment experiencing the interference can lead to failures in the system, the method includes
parameters of severity (severity), occurrence (number of defects), and dettection (detection) that is used to determine Risk
Potential Number (RPN) each safety equipment. The result of the RPN can make the order of priority that is positioned to
cut out damaged as the highest risk to the value of 162, the next MCB corrupted value delimiter RPN 112, and
Disassembly Work Load Because Rele Disturbance Station Service Centre has a value at risk 56. By doing the proper
handling and priority will be reducing the value of the RPN effect on improvement of the reliability of the distribution
system.

Keyword : Safety Equipment, FMEA, RPN

I. PENDAHULUAN sering terjadinya pemadaman serta pengaruhnya


terhadap keandalan suatu system. System Average
Keputusan pemerintah memprogramkan Interruption Duration Index (SAIDI) merupakan
ketersediaan energi untuk memenuhi hajat hidup orang standart indeks keandalan yang berdasarkan lamanya
banyak telah ditetapkan, maka dari tahun ketahun telah terjadi pemadaman. Customer Average Interruption
dicanangkan pemerataan energi dengan mutu dan Frequency Index (CAIDI) indeks keandalan dengan
tingkat keandalan yang memadai. Kebutuhan energi perbandingan antara total pelanggan padam dengan
khususnya listrik yang dikelola oleh PT. PLN Cabang banyaknya jumlah pelanggan yang mengalami
Pekanbaru Rayon Panam terus melakukan perbaikan pemadaman. Average Service Availability Index
untuk melakukan pelayanan yang berkelanjutan dengan (ASAI) indeks keandalan ini menyatakan kemampuan
tingkat keandalan yang semakin baik. Karena listrik sistem dalam dalam menjaga ketersediaan energi listrik
pada masa sekarang merupakan suatu kebutuhan bagi pelanggan.
primer bagi masyarakat yang sangat berkaitan erat Indeks keandalan pada dasarnya adalah suatu
dengan perekonomian masyarakat. angka atau parameter yang menunjukkan tingkat
Keandalan pendistribusian listrik untuk suatu pelayanan atau tingkat keandalan dari pada suplai
wilayah atau cabang perlu diketahui, agar dapat tenaga listrik ke konsumen. Sebagai langkah
dilakukan standarisasi peralatan atau instrument yang peningkatan keandalan perlu menekan sekecil mungkin
dipakai. Indeks keandalan yang sering digunakan durasi pemadaman serta frekuensi pemadaman. FMEA
dalam suatu sistem distribusi adalah System Average disini digunakan sebagai analisa dari sub sistem
Interruption Frequency Index (SAIFI) adalah suatu terhadap kegagalan yang ada, FMEA akan memberikan
indeks keandalan dimana akan diketahui seberapa masukan atau saran terhadap prioritas gangguan di
2

dalam suatu sistem agar perbaikan serta perawatan 4.Fokus penelitian yaitu pada bagian peralatan
dapat diprioritaskan terhadap penyumbang gangguan pengaman yang merupakan bagian dari sistem
terbesar. distribusi listrik.
Dengan adanya data keandalan suatu sistem, 5.Data gangguan pada peralatan pengaman berupa
khususnya disini data kuantitatif berupa perhitungan rekapitulasi selama tahun 2011.
matematis dengan SAIDI dan SAIFI maka dapat dilihat 6.Penelitian ini tidak meningkatkan keandalan secara
besarnya gangguan yang terjadi. Setelah diketahui dari langsung tetapi berupa rekomendasi atau masukan
data SAIDI dan SAIFI mengenai penyumbang kepada instansi terkait agar dapat ditindak lanjuti
kegagalan maka dapat diklasifikasikan kerusakan itu untuk peningkatan keandalan sistem.
berdasar penyumbang kegagalan terbesar, lalu akan
dianalisa penyebab gangguan terbesar tersebut. Unsur II. METODOLOGI PENELITIAN
utama dalam pendistribusian arus listrik adalah
keandalan peralatan (PT. PLN 2010), terutama pada Penelitian pada skripsi ini menggunakan metoda
sistem proteksi. Dalam hal ini difokuskan pada kualitatif dan kuantitatif, metode kualitatif yaitu
keandalan peralatan pengaman yang sesuai dengan berkaitan dengan pengumpulan data yang digunakan
standart Perusahaan Listrik Negara (PLN). Karena analisa tingkat keparahan, jumlah gangguan serta
peralatan pengaman memiliki persentasi yang cukup tingkat pendeteksian dari suatu kegagalan. Metode
besar dalam peningkatan keandalan, maka diperlukan kuantitatif dalam perhitungan nilai Risk Potential
perhatian kusus dalam hal perawatan maupun Number (RPN) untuk mengetahui tingkat resiko
perbaikan. peralatan yang terganggu dengan mengalikan
parameter dari metode kualitatif yaitu tingkat
Rumusan Masalah keparahan, jumlah gangguan serta tingkat
Permasalahan yang akan diambil yaitu mengetahui pendeteksian. Dengan metode yang ada akan
seberapa besar nilai RPN pada peralatan pengaman menjadikan penelitian lebih terstruktur dan terarah,
pada SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan untuk itu dalam proses penelitian skripsi ini memiliki
menengah SUTM (Saluran Udara Tegangan bagan atau tahapan-tahapan sebagai berikut :
Menengah) menggunakan metoda Failure Modes
And Effects Analysis (FMEA). Karena seringnya terjadi Start atau mulai
pemadaman maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
keandalan pada peralatan pengaman ,yang mana data
diambil dari PT. PLN Cabang Pekanbaru Rayon Perumusan Masalah
 Identifikasi Permasalahan
Panam. Maka akan diperoleh nilai RPN terhadap
 Pokok permasalahan
peningkatan keandalan jika kerusakan pada peralatan  Penyusunan Langkah-langkah penyelesaian Masalah
pengaman dapat diminimalisir.  Tujuan Yang Akan Dicapai

Tujuan Penelitian
Dalam Tugas Akhir ini memiliki tujuan untuk Studi Literatur
mengetahui seberapa besar tingkat resiko peralatan  Mencari bahan-bahan teori penunjang
gagal yang diketahui dari nilai Risk Potential Number  Mendapatkan Bahan
acuan Penelitian
(RPN), pada peralatan pengaman menggunakan
metode FMEA pada Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR) dan Saluran Udara Tegangan Menengah Observasi Lapangan
(SUTM) di PT. PLN Cabang Pekanbaru Rayon Panam Pengumpulan data gangguan peralatan pengaman
yang mempengaruhi keandalan sistem distribusi listrik.
Analisa Data atau Pengolahan Data
Batasan Masalah  Menghitung jumlah peralatan yang terganggu
berdasarkan SAIDI & SAIFI
Didalam pembahasannya penelitian ini akan  Menghitung persen total peralatan pengaman pada sistem
dibatasi kedalam hal yang meliputi : SUTR & SUTM yang menyebab pelanggan padam
1.Penelitian ini pada distribusi listrik Saluran Udara  Menghitung persen peralatan pengaman yang terganggu
Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Udara  Menghitung dan menganalisa RPN dengan Metode FMEA
Tegangan Menengah (SUTM)
2.Metode kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ini
menggunakan Failure Mode Effect Analisis (FMEA) Selesai atau finish
3.Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang
diperoleh dari PT. PLN Cabang Pekanbaru Rayon
Panam.
3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA B. Worksheet FMEA


1. Component and Function.
A. Failure Mode Effect Analisis (FMEA) Component and Function berisi komponen-
FMEA adalah merupakan prosedur terstruktur komponen dan fungsi dari bagian yang dianalisa
untuk mengetahui dan mencegah bentuk kegagalan. untuk memenuhi tujuan dari proses yang
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi penyebab dianalisa.
dari masalah kualitas, mode kegagalan didalamnya 2. Potential Failure Mode.
termasuk kegagalan desain. Potential failure mode berisi tentang jenis-jenis
Langkah-langkah penerapan FMEA metode potensi kegagalan sebuah sistem dalam
Kualitatif dan kuantitatif: prosesnya.
1. Peninjauan Sistem. 3. Potential Effect of Failure.
Dari data peralatan pengaman yang telah Potential effect of failure berisi tentang akibat-
diketahui dapat diklasifikasikan bagian-bagian akibat yang akan ditimbulkan jika komponen
sistem yang sering mengalami permasalahan. tersebut gagal seperti disebutkan dalam failure
2. Brainstorming berbagai bentuk kesalahan atau mode.
kegagalan proses. 4. Severity (SEV).
Dalam peninjauan lapangan perlu dilakukan Severity merupakan nilai keparahan dari efek
pengumpulan data kesalahan atau kegagalan dan yang ditimbulkan oleh mode kegagalan terhadap
tempat terjadinya kegagalan suatu sistem. keseluruhan sistem. Gunakan skala 1 (kondisi
3. Membuat daftar dampak tiap-tiap kesalahan. terbaik) sampai 10 (kondisi terburuk).
Setelah didapatkan daftar kegagalan atau 5. Potential Causes of Failure.
kesalahan maka dimulai menyusun dampak Potential causes of failure berisi tentang apa saja
yang ditimbulkan dari masing-masing kegagalan yang menyebabkan terjadinya kegagalan pada
tersebut. suatu sistem, penyebab harus spesifik dan tidak
4. Menilai tingkat keparahan (severity) kegagalan. terlalu umum.
Menilai tingkat dampak yang ditimbulkan adalah 6. Occurence (OCC).
perkiraan dampak negatif yang disebabkan oleh Occurrence adalah nilai dari frekuensi kejadian,
kegagalan atau kesalahan yang terjadi yaitu seberapa sering akibat tersebut muncul
5. Menilai tingkat jumlah terjadinya (occurance) oleh karena penyebab tertentu.
kegagalan. 7. Current Control.
Jika data yang dibutuhkan telah tersedia maka Current control di sini menunjukkan metode
dapat dihitung frekuensi kemungkinan terjadinya kontrol apa yang sudah diterapkanataudipasang
kegagalan. untuk mencegah terjadinya failure mode atau
6. Menilai tingkat kemungkinan deteksi mendeteksi jika terjadi failure mode.
(dettection) dari tiap kegagalan dan dampaknya. 8. Detection (DET).
Jika pengendalian indikator terhadap terjadinya Detection merupakan nilai dari seberapa besar
kesalahan atau dampak yang ditimbulkan dapat kemungkinan bahwa current controls bisa
diketahui maka nilainya rendah. mendeteksi kegagalan.
7. Menghitung prioritas resiko (RPN) dari masing- 9. Risk Priority Number (RPN).
masing kegagalan dan dampaknya yaitu hasil RPN adalah hasil perkalian antara Severity,
perkalian dari parameter : S X O X D Occurrence, dan Detection, atau dituliskan
8. Membuat urutan sebagai prioritas kerusakan dengan rumus:
untuk penanganan lebih lanjut. RPN=Severity x Occurrence x Detection
Apabila nilai RPN telah diketahui, setelah proses
perhitungan maka dapat dibuat prioritas untuk
masing-masing variable. C. Saluran Udara Tegangan Menengah
9. Melakukan eksekusi penanganan atau tindakan a. Peralatan pemisah atau penghubung.
terhadap kegagalan. Pemutus beban atau pemutus daya (PMT) adalah
Penanganan dialakukan untuk memperkecil nilai berfungsi sebagai sarana mempermudah memutus atau
RPN, serta harus menurunkan dampak kegagalan menghubungkan saluran dengan sumber baik dalam
di tiga aspek. keadaan normal atau apabila terjadi suatu gangguan.
10. Menghitung hasil RPN sebagai resiko tertinggi Jenis pemutus yang digunakan pada gardu adalah :
peralatan untuk dapat dikurangi. 1. Circuit Breaker (Pemutus Tenaga).
Setelah langkah tindakan diambil untuk Pusat tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat-
memperbaiki atau memperkecil nilai RPN untuk pusat pembangkit adalah Gardu Induk (GI). Sebelum
dapat menurunkan dampak kegagalan. didistribusikan kepada konsumen di dalam Gardu
Induk (GI) terlebih dahulu terjadi hubungan
4

interkoneksi antara-antara pembangkit melalui sistem (expulsion) atau mengamankan gangguan permanen
transmisi. Saluran transmisi dihubungkan dengan ril antar fasa ke tanah, atau apabila dilewati arus yang
(bus) melalui transformator utama (trafo utama), dan besarnya melebihi nilai batas arus yang diijinkan
disetiap saluran tersebut dilengkapi dengan Circuit melaluinya. Jika terjadi gangguan maka elemen
Breaker (CB) dan Disconnecting Switch (DS). Circuit pelebur yang terletak pada tabung fiber akan
Breaker dapat beroperasi secara otomatis atau manual meleleh dan terjadi busur api yang akan mengenai
dengan waktu pemutusan dan penyambungan sama. tabung fiber sehingga menghasilkan gas yang akan
CB dapat dioperasikan untuk memutus atau mematikan busur api.
menghubung rangkaian dalam keadaan dilalui arus
beban ataupun tidak, dan didalamnya dilengkapi
dengan alat pemadam busur api. Busur api yang terjadi
pada waktu penghubungan atau pemisahan kontak
dapat dipadamkan dengan media isolasi yang dipakai
Circuit Breaker tersebut.
Apabila terjadi suatu gangguan Circuit Breaker Gambar 3.3. Fuse Cut Out
(Sumber : http://www. itrademarket.com 2012)
adalah merupakan saklar otomatis yang dapat
memisahkan arus gangguan. Untuk mengoperasikan
Circuit Breaker dalam keadaan gangguan pada 2. Rele arus lebih (Over Current Rele)
umumya digunakan suatu rangkaian trip yang Rele adalah alat pengaman yang dipasang pada
peralatan yang berfungsi melindungi peralatan listrik
memperoleh signal dari suatu rangkaian rele
pengaman. Rele berfungsi sebgai pengaman sistem dari gangguan, pemasangan relai bertujuan :
1. Meminimalisir kerusakan pada alat yang dilalui arus
terhadap gangguan yang berbeda-beda. Signal dari rele
bekerja tidak hanya pada keadaan arus nominal saja , gangguan.
tetapi juga tergantung pada keadan arus maksimum 2. Melindungi sistem dari bagian sistem lainnya yang
mengalami gangguan atau kerusakan, agar sistem
yang terjadi pada saat gangguan atau disebut juga
yang tidak terganggu dapat bekerja terus.
memontary current.

Gambar 3.4. Rele Arus Lebih


Gambar 3.1. Circuit Breaker (Sumber : http://www. indonetwork.co.id 2012)
(Sumber : http://www.kahael.com 2012)
D. Saluran Udara Tegangan Rendah.
2. Disconnecting switch (saklar pemisah). Jaringan tegangan rendah merupakan jaringan
Disconnecting switch merupakan suatu alat tenaga listrik dengan tegangan rendah yang mencakup
pemutus rangkaian yang beroperasi secara manual, seluruh bagaian jaringan (SPLN 56 1984). Jaringan
karena waktu pemutusan terjadi subjektif atau tegangan rendah adalah jaringan yang berhubungan
tergantung pada keadaan atau operatornya. langsung dengan konsumen tenaga listrik, pada JTR
sistem tegangan distribusi primer 20 atau 11 kV
diturunkan menjadi tegangan rendah 380 atau 220V.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah
dibatasi oleh :
1. Susut tegangan yang diisyaratkan
2. Luas penghantar jaringan
3. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan
Gambar 3.2. Disconnecting Switch (Saklar Pemisah)
distribusi
(Sumber : http:// www.indonetwork.co.id 2012)
4. Sifat daerah pelayanan (desa,kota, dan lan-lain)
5. Standar di indonesia PT. PLN, susut tegangan yang
diijinkan adalah tidak boleh melebihi 5% (PUIL
3. Peralatan pengaman arus lebih
2000)
Berfungsi untuk mengatasi gangguan arus lebih
pada sistem distribusi sebelum gangguan meluas
E.Gangguan Pada SUTR dan SUTM
kepada sistem yang lainnya. Peralatan yang pada
Dalam pendistribusian listrik kepada konsumen
umumnya digunakan adalah :
sering terjadi suatu kendala atau gangguan yang
1. Fuse cut out
mengakibatkan terjadinya pemadaman gangguan
Fuse adalah kombinasi alat pelindung dan pemutus
tersebut adalah :
rangkaian, yang memiliki prinsip melebur
5

1. Gangguan Hilang Pembangkit karena sambaran petir, flashover dengan pohon dan
Beroperasinya pembangkit tenaga listrik tidak lain-lain. .( PT. PLN buku1 2010)
dapat dipisahkan dari sub sistem tenaga listrik yang Gangguan yang bersifat permanent (persistant)
lain yaitu penyaluran atau transmisi, distribusi dan yaitu gangguan yang bersifat tetap. Agar jaringan dapat
pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik berfungsi kembali maka perlu dilakukan perbaikan
merupakan salah satu sub sistem dari sistem tenaga dengan menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan
listrik. Sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan jenis ini akan menyebabkan terjadinya pemadaman
areanya, menyebabkan timbulnya gangguan yang tidak tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan
dapat dihindari, salah satu sub sistem yang terjadi kerusakan permanen. Contohnya adalah
kemungkinan mengalami gangguan adalah pembangkit menurunnya kemampuan isolasi padat atau minyak
tenaga listrik, gangguan tersebut adalah hilangnya daya trafo, disini akan menyebabkan kerusakan permanen
atau pasokan daya pada pembangkit. Gangguan pada trafo, dan untuk dapat beroperasi kembali perlu
hilangnya pembangkit secara garis besar terbagi atas diadakan perbaikan. Penyebab yang mengakibatkan
dua yaitu yang bersifat internal dan eksternal (PT. PLN terjadinya gangguan hubung singkat adalah (Suhadi
2010). 2008):
1.Gangguan internal yaitu yang disebabkan oleh 1. Terjadinya angin kencang, dan terjadi gesekan
pembangkit itu sendiri, contohnya : kerusakan atau antara pohon dengan jaringan listrik.
gangguan pada penggerak mula (prime over) dan 2. Akibat layang-layang dengan menggunakan
kerusakan atau gangguan pada generator atau benang yang dapat dialiri arus listrik.
komponen yang lain yang ada pada pembangkit. 3. kualitas peralatan atau material yang kurang baik
2.Gangguan eksternal , yaitu gangguan yang misalnya.
disebabkan dari luar pembangkit, misalnya : 4. Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya
gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal 5. Terjadinya hujan dan sambaran petir, karena
tersebut menyebabkan sistem proteksi (rele atau terkena galian (kabel tanah) sudah melebihi
circuit breaker) bekerja dan memisahkan suatu masa pakai.
pembangkit dari sistem yang lainnya. Jika tingkat
pembebanan pembangkitbyang hilang atau terlepas 4. Gangguan Tegangan Lebih
dari sistem melampaui spinning reserve sistem, Gangguan tegangan lebih adalah besarnya
maka akan terjadi penurunan frekuensi secara terus- tegangan yang terdapat pada jaringan listrik melebihi
menerus. Hal tersebut harus segera diatasi karena tegangan nominal yang disebabkan oleh :
kan mengakibatkan trip pada unit pembangkitan a. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada
yang lain yang akan berdampak sistem akan jaringan yang disebabkan oleh switching karena
mengalami padam total (collapse). (PT. PLN buku 4 gangguan atau manuver.
2010) b. Terjadi gangguan pada pengatur tegangan otomatis
Automatic Voltage Regulator (AVR) pada
2. Gangguan Beban Lebih generator atau pada on load tap changer
Dalam sistem tenaga listrik gangguan beban lebih transformer.
adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang c. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada
melebihi kemampuan sistem tenaga listrik yang ada , generator yang diakibatkan karena kehilangan
misalnya, trafo distribusi dengan kapasitas daya beban.
terpasang 100 kVA, akan tetapi melayani pelanmggan d. Terjadi sambaran petir atau surja petir (lighting
lebih besar dari kapasitasnya. Beban lebih akan surge) yang mengakibatkan hubung singkat atau
mengakibatkan arus yang mengalir pada jaringan listrik tegangan lebih.
menjadi besar, umur hidup (lifetime) peralatan dan e. Terjadinya surja hubung (switch surge) yaitu berupa
material pada jaringan listrik menjadi pendek. hubung singkat akibat bekerjanya circuit breaker
sehingga menimbulkan tegangan transien yang
3. Gangguan Hubung Singkat tinggi.
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik f. Meningkatnya permintaan energi listrik dari
dapat terjadi antara phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan pelanggan sehingga memaksa trafo dan saluran
gangguan antara phasa ke tanah. Timbulnya gangguan dengan beban maksimum.
dapat bersifat temporer (non persistant) dan gangguan g. Adanya manuver atau perubahan aliran beban di
permanent. Gangguan yang bersifat temporer atau jaringan, setelah adanya gangguan
bersifat sementara , tidak memerlukan tindakan. h. Pemakaian energi listrik yang diluar kontrol dan
Gangguan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan catatan di PLN atau tanpa sepengetahuan PLN,
jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Jenis sehingga timbulnya gangguan beban lebih.
gangguan ini adalah timbulnya flashover antar
penghantar dan tanah (tiang, traverse atau kawat tanah)
6

5. Gangguan Instabilitas akan terhenti pendistribusian listrik untuk ribuan


Gangguan Instabilitas adalah gangguan ketidak konsumen.
setabilan pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan yang 5. Rele bekerja tanpa penyebab jelas, PMT dapat
disebabkan adanya hubungan singkat dan kehilangan masuk kembali maka pendistribusian listrik akan
pembangkit yang berdampak timbulnya ayunan daya terhenti beberapa saat.
(power swing). Efek yang lebih besar akibat adanya 6. Cut out rusak akan memutuskan aliran listrik untuk
ayunan daya adalah mengganggua sistem interkoneksi berberapa bagian konsumen .
jaringan dan menyebabkan unit-unit pembangkit lepas 7. Rele pelepas beban bekerja karena gangguan
sinkron (out of synchrinism), sehingga rele pengaman Station Service Pusat Pembangkit akan
salah kerja dan menyebabkan gangguan yang lebih mengakibatkan putusnya distribusi listrik, karena
luas. Untuk mengantisipasinya yaitu dengan konstruksi rele bekerja melepaskan beban distribusi, listrik
jaringan harus baik, sistem proteksi harus andal , tidak akan dapat tersalurkan dan dampaknya
pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar puluhan ribu pelanggan akan mengalami
(PLN P3B 2004) pemadaman.

6. Gangguan Karena Konstruksi Jaringan Yang B. Tabel Data Gangguan


Kurang Baik. Tabel 4.1. Tabel data ganguan selama tahun 2011
A.PEMADAMAN KARENA GANGGUAN
Sistem jaringan yang dimaksud disini adalah, Jumlah
NO Jenis Gangguan gangguan/tahun
mulai dari pembangkit, penyaluran, distribusi sampai
dengan instalasi listrik pelanggan. Dan gangguan 1 MCB Pembatas Rusak 161
konstruksi jaringan adalah, gangguan yang terjadi 2 Kerusakan / Gangguan Sambungan Masuk Pelayanan 556
3 Gangguan KWH Meter 87
akibat kondisi jaringan yang tidak memenuhi ketentuan 4 Lain-lain 19
dan standard teknik. 5
6
Pelebur Tegangan Rendah Putus
Kerusakan Papan Hubung Bagi TR (al.digardu) Karena Beban
64
3
Lebih, Mutu Yang Jelek
7 Penghantar Tegangan Rendah Putus 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 8 Kerusakan Konektor 337
9 Jumper SUTR Rusak 1
10 Lain-lain 4
A. Peralatan Pengaman Sistem Distribusi Listrik 11 Pelebur Tegangan Menengah Putus 51
12 Transformator Rusak 9
Peralatan pengaman atau proteksi berfungsi 13 Kabel Sekunder Trafo Rusak 1
14 Tiang Listrik Roboh Dilanggar Kendaraan 1
melindungi sistem distribusi listrik dengan membatasi 15 Tiang Listrik Roboh Karena Tua 1
tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over 16 Pemutus Tegangan Menengah Terbuka, Pelebur Tegangan
Menengah Putus Karena Pohon/Dahan
54

current). Dan jenis peralatan pegaman tersebut adalah : 17 Rele Bekerja Tanpa Penyebab Yang Jelas, PMT Dapat Masuk 45
Kembali
1. MCB pembatas 18 Jumper SUTM Rusak 3
19 Cut Out Rusak 33
2. Pelebur Tegangan Rendah putus 10 Pemadaman Karena Trafo GI Mengalami Beban Lebih 13
3. Pelebur Tegangan Menengah 21
(overload)
Lain-lain 1
4. Pemutus tegangan menengah terbuka, pelebur 22 Rele Pelepas Beban Bekerja Karena Gangguan Station Service 23
Pusat Pembangkit
tegangan menengah putus karena pohon/dahan . B.PEMADAMAN TERENCANA
23 Karena Pemeliharaan 29
5. Rele bekerja tanpa penyebab jelas, PMT dapat 24 Karen a Pemeliharaan 7
masuk kembali 25
26
Pemadaman Bergilir Karena Daya Kurang
Pemadaman Bergilir Karena Daya Kurang
135
1
6. Cut out rusak : terjadi pemutusan distribusi listrik. JUMLAH FAULT 1684

7. Rele pelepas beban bekerja karena gangguan (Sumber : PT. PLN 2011)
Station Service Pusat . Jumlah total gangguan selama satu tahun baik
Dampak yang ditimbulkan dari gangguan masing- pemadaman karena gangguan atau gangguan suatu
masing peralatan pengaman untuk dapat bekerja peralatan untuk dapat menjalankan fungsinya maupun
sebagaimana mestinya adalah mulai dampak minimum gangguan yang telah direncanakan. Jumlah
yaitu gangguan sementara atau temporer hingga keseluruhan gangguan termasuk pemadaman terencana
dampak terburuk yaitu gangguan permanen (PT. PLN pada tahun 2011 sebanyak 1.684 gangguan dan untuk
P3B 2006). Efek dari masing-masing kerusakan atau khusus peralatan pengaman menyumbang 431 dari
gangguan dari masing-masing peralatan tersebut diatas 1512 gangguan dan jika dipersenkan
adalah : 431/1512 x 100=28,50%
1. MCB pembatas rusak maka terputusnya aliran Akan tetapi jika dilihat dari angka jumlah
listrik untuk satu pelanggan atau konsumen. pelanggan yang padam diakibatkan gangguan peralatan
2. Pelebur TR putus maka suplai listrik akan terhenti pengaman yaitu
untuk puluhan pelanggan. 1. Jumlah pelanggan padam selama 1 tahun akibat
3. Pelebur tegangan menengah maka akan terputusnya gangguan sebanyak 267.647 pelanggan.
pendistribusian arus listrik untuk ratusan pelanggan. 2. Jumlah pelanggan padam selama 2011 (1tahun)
4. Pemutus tegangan menengah terbuka, pelebur disebabkan gangguan peralatan pengaman sebanyak
tegangan menengah putus karena pohon/dahan mak 194.702 pelanggan.
7

3. Jika dirata-ratakan selama 1 tahun Tabel 4.3. nilai RPN dari resiko tertinggi.
Component and Function Severity Occurence Dettection Risk
267.647/12=22.303 pelanggan padam tiap Priority
bulannya. Number
Cut out rusak 9 2 9 162
4. Jika dipersenkan peralatan pengaman menyumbang MCB pembatas rusak 4 7 4 112
pelanggan padam sebanyak 194.702/267.647 x Rele Pelepas Beban Bekerja 7 2 4 56
Karena Gangguan Station
100=72,74 % . Service Pusat Pembangkit
pelebur tegangan menengah 4 3 4 48
putus
C. Tabel Hasil. rele bekerja tanpa penyebab
Tabel 4.2. perbandingan gangguan peralatan dengan jelas, PMT dapat masuk 3 3 5 45
pelanggan padam pada tahun 2011 kembali.
pelebur Tegangan Rendah 3 3 5 45
putus
Persen Jumlah Jumlah pemutus tegangan menengah
Jumlah pengaman gangguan pelangggan terbuka, pelebur tegangan 7 3 2 42
Bulan pelanggan terhadap peralatan padam pada menengah putus karena
pelanggan pengaman SAIDI pohon/dahan
padam &SAIFI Dengan hasil nilai tersebut di dalam tabel 4.3
januari 53.938 38,64% 34 20.843 maka peralatan pengaman masih dalam batas normal,
februari 54.183 98,79% 35 53.528 karena nilai kritis dari RPN yaitu pada angka 200
Maret 56.989 13,73% 37 7.828
april 62.238 26,09% 47 16.240 (George E, Dieter.2000). Akan tetapi walau dikatakan
mei 63.736 71,55% 46 45.606 masih dalam ambang batas aman, perlu dilakukan
Juni 64.295 27,72% 30 17.826 langkah prioritas penanganan. Jika nilai RPN dapat
juli 64.393 19,29% 35 12.424
agustus 64.393 16,47% 32 10.608
ditekan secara otomatis kontinuitas pelayanan akan
september 66.524 3,90% 40 2.595 lebih baik.
Oktober 67.080 3,41% 25 2.288 Tabel 4.4. tindakan atau kontrol penanganan terhadap
november 67.288 4,50% 45 3.029 gangguan (fault)
desember 67.599 2,72% 25 1.843 No Component and Function Current Controls
Jumlah angka gangguan suatu peralatan pengaman 1 MCB pembatas rusak Pengecekan dan perawatan
untuk bekerja tidak berbanding lurus dengan jumlah berkala
2 pelebur Tegangan Rendah putus Kualitas peralatan listrik yang
pelanggan padam yang terdapat pada data SAIDI & diinstalasi
SAIFI. Berdasarkan data peralatan pengaman yang 3 pelebur tegangan menengah putus Pengecekan peralatan
terganggu belum pasti menyebabkan pelanggan padam, pengaman atau proteksi
4 pemutus tegangan menengah Pengontrolan jalur yang
data SAIDI & SAIFI hanya menganalisa dampak terbuka, pelebur tegangan dilalui jaringan distribusi atau
terparah dari gangguan yaitu terjadinya pemadaman. menengah putus karena pemotongan dahan atau
Sedangkan gangguan peralatan yang tidak sampai pohon/dahan pohon.
5 rele bekerja tanpa penyebab jelas, Uji batas sensitifitas rele
menyebabkan pelanggan padam tidak ada pada metode PMT dapat masuk kembali. respon kerja rele
SAIDI & SAIFI, untuk itu dengan adanya metoda 6 cut out rusak Perawatan serta pengecekan
FMEA akan melengkapi kelemahan atau kekurangan 7 Rele Pelepas Beban Bekerja Pengecekan pembagian beban
Karena Gangguan Station Service pada masing-masing
dari metode yang telah ada yaitu SAIDI & SAIFI. Pusat Pembangkit pembangkit.
FMEA mampu menganalisa peralatan yang terganggu, Dampak dari gangguan peralatan pengaman
khususnya peralatan pengaman dalam penelitian ini dengan terputusnya pasokan distribusi listrik, semakin
yang menyebabkan pelanggan padam ataupun tidak. sering dan lama durasi pemadaman maka keandalan
Peralatan yang mengalami gangguan walau tidak buruk, untuk itu keandalan didtribusi listrik dilihat dari
sampai menyebabkan pelanggan padam dapat dianalisa kontinuitas dalam penyaluran energi listrik. semakin
dengan metode FMEA ini. sedikit terjadi pemadaman tingkat keandalan semakin
Dengan penggunaan metode Failure Mode Effect baik.
Analisys (FMEA) akan membantu melengkapi metode
yang telah digunakan, juga dapat diketahui potensi V. PENUTUP
resiko yang terbesar dari masing-masing peralatan
pengaman. Pihak PT. PLN Cabang Pekanbaru Rayon A. Kesimpulan
Panam akan mengetahui Peralatan pengaman yang Dari penelitian yang telah dilakukan baik
memiliki potensi resiko tertinggi agar dapat pengumpulan data dari lapangan maupun berdasarkan
diprioritaskan penanganannya baik dalam perawatan teori dari berbagai luteratur maka diperoleh antara lain
berkala atau penggantian alat. :
1. Jumlah penyumbang kegagalan dari peralatan
pengaman sebesar 28.50%.
2. Jumlah gangguan yang berdasarkan penyebab
pelanggan padam berjumlah sebesar 70%.
8

3. Banyaknya jumlah kegagalan peralatan pengaman Robin E. McDermott,Raymond J. Mikulak,Michael R.


tidak berbanding lurus dengan jumlah pelanggan Beauregard, The Basic Of FMEA, 2nd Ed.
yang padam. Standar SPLN 59:1985. Keandalan Pada Sistem
4. Nilai RPN tertinggi yaitu pada kerusakan peralatan Distribusi 20 Kv dan 6kV. Departemen
pengaman cut out yaitu sebesar 162 , kemudian Pertambangan Dan Energi Perusahaan Umum
Magnetic Circuit Break (MCB) pembatas rusak Listrik Negara.
sebesar 112 . Standar Operasi Prosedur, 2012 . Penyulang Pulukan
Gardu Induk Negara, Operasi Jaringan Distribusi.
20 kV Penyulang Pulukan
Standar SPLN 68-2:1986. Tingkat Jaminan Sistem
B. Saran Tenaga Listrik, Bagian Dua: Sistem Distribusi.
Butuh banyak penyempurnaan dari penelitian ini, Setyana. Iva, 2008 , Implementation of RCM II
maka untuk penelitian selanjutnya dan kepada instansi (Reliability Centered Maintenance) and RPN (Risk
terkait dapat diberikan saran antara lain : Priority Number) in Risk Assessment and
1. Metode pembanding untuk melengkapi metoda Scheduling Maintenance Task at HPB (High
FMEA yang dipakai dalam penelitian ini. Pressure Boiler) Base On JSA (Job Safety Analysis)
2. Hasil penelitian ini dapat ditindak lanjuti untuk (Case study at PT. SMART Tbk. Surabaya).
peningkatan keandalan distribusi listrik serta Suhadi, 2008, Teknik Distribusi Tenaga Listrik, jilid 2,
ketersediaan pasokan listrik yang berkelanjutan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
3. Perlu perhatian khusus terhadap kualitas peralatan Tihendra,Eki. 2012. Analisis Keandalan Instrumentasi
pengaman yang dipasang. PLTG Menggunakan Metode Failure Modes And
4. Terhadap peralatan yang nilai Risk Potential Effect Analysis (FMEA) DI PT. PLN PLTD/G
Number (RPN) nya tinggi serta peralatan yang Teluk Lembu
memiliki dampak pemadaman yang cukup besar
harus diprioritaskan dan untuk perawatan
frekuensinya diperbanyak.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. Persyaratan Umum


Instalasi Listrik 2000
Chapel S, 2000. Reliability of Electric Utility
Distribution Systems, Santa Clara University
David J Smith .2005. Reliability Maintainability And
Risk, Seventh Ed.
Febriani, Noni.2007.Analisis reliabiliy pada pumping
unit dengan menggunkan metode Failure Mode And
Effect Analysis (FMEA) di PT. Chevron Pasific
Indonesia. Surabaya.
George E, Dieter.2000. Engginering Design, A
Materials and Processing Approach, Third edition.
Priambudhi, setyo 2007, Evaluasi Keandalan Jaringan
Distribusi 20 KV Dengan Penentuan Lokasi
Sectionalizer. Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.
Sumardjati, Prih 2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga
Listrik. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Priyanta Dwi, 2000, Keandalan dan Perawatan, Teknik
Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
PT PLN (Persero), 2010, Kriteria Desain Enjiniring
Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, PT
PLN (PERSERO).
PT PLN (Persero), 2010 , Standar Konstruksi Gardu
Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga Listrik.
PT PLN (Persero) P3B, 2006. Sistem Proteksi Jaringan

Anda mungkin juga menyukai